Anda di halaman 1dari 14

SOAL TEORI

1. Berdasarkan Peraturan Presiden No. 11 Tahun 2015 dan Peraturan Presiden No. 12 Tahun
2015, pemerintahan desa dinaungi oleh dua kementerian, yaitu Kementerian Dalam Negeri
dan Kementerian Desa
Sebutkan perbedaan tugas dan fungsi dua kementerian tersebut dalam mengelola
pemerintahan desa!
Jawaban :
a. Peraturan Presiden No. 11 Tahun 2015 tentang Kementerian Dalam Negeri
Bagian Ketujuh Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
Pasal 20
(1) Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Menteri.
(2) Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa dipimpin oleh Direktur Jenderal.
Pasal 21
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan pemerintahan desa sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 22
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Direktorat Jenderal Bina
Pemerintahan Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang fasilitasi penataan desa, penyelenggaraan administrasi
pemerintahan desa, pengelolaan keuangan dan aset desa, produk hukum desa,
pemilihan kepala desa, perangkat desa, pelaksanaan penugasan urusan pemerintahan,
kelembagaan desa, kerja sama pemerintahan, serta evaluasi perkembangan desa;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang fasilitasi penataan desa, penyelenggaraan administrasi
pemerintahan desa, pengelolaan keuangan dan aset desa, produk hukum desa,
pemilihan kepala desa, perangkat desa, pelaksanaan penugasan urusan pemerintahan,
kelembagaan desa, kerja sama pemerintahan, serta evaluasi perkembangan desa;
c. pelaksanaan pembinaan umum dan koordinasi di bidang fasilitasi penataan desa,
penyelenggaraan administrasi pemerintahan desa, pengelolaan keuangan dan aset desa,
produk hukum desa, pemilihan kepala desa, perangkat desa, pelaksanaan penugasan
urusan pemerintahan, kelembagaan desa, kerja sama pemerintahan, serta evaluasi
perkembangan desa;
d. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penataan desa,
penyelenggaraan administrasi pemerintahan desa, pengelolaan keuangan dan aset desa,
kelembagaan desa, dan kerja sama desa;
e. pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang fasilitasi penataan desa,
penyelenggaraan administrasi pemerintahan desa, pengelolaan keuangan dan aset desa,
produk hukum desa, pemilihan kepala desa, perangkat desa, pelaksanaan penugasan
urusan pemerintahan, kelembagaan desa, kerja sama pemerintahan, serta evaluasi
perkembangan desa;
f. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang fasilitasi penataan desa,
penyelenggaraan administrasi pemerintahan desa, pengelolaan keuangan dan aset desa,
produk hukum desa, pemilihan kepala desa, perangkat desa, pelaksanaan penugasan
urusan pemerintahan, kelembagaan desa, kerja sama pemerintahan, serta evaluasi
perkembangan desa;
g. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa; dan
h. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
b. Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2015 tentang Kementerian Desa
BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI
Pasal 1
(1) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Presiden.
(2) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi dipimpin oleh
Menteri.
Pasal 2
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pembangunan desa dan kawasan
perdesaan, pemberdayaan masyarakat desa, percepatan pembangunan daerah
tertinggal, dan transmigrasi untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara.
Pasal 3
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembangunan desa dan
kawasan perdesaan, pemberdayaan masyarakat desa, pengembangan daerah tertentu,
pembangunan daerah tertinggal, penyiapan, pembangunan permukiman, dan
pengembangan kawasan transmigrasi;
b. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada
seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi;
c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya;
d. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi;
e. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi;
f. pelaksanaan penelitian dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan, serta pengelolaan
informasi di bidang pembangunan desa dan kawasan perdesaan, pemberdayaan
masyarakat desa, pengembangan daerah tertentu, pembangunan daerah tertinggal, dan
transmigrasi; dan g. pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh
unsur organisasi di lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi.

2. Sebutkan serta jelaskan karakteristik BLU!


Jawaban :
BLU adalah entitas pelaporan karena merupakan satuan kerja pelayanan yang
walaupun bukan berbentuk badan hukum yang mengelola kekayaan negara/daerah yang
dipisahkan, mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. pendanaan entitas tersebut merupakan bagian dari APBN/APBD;
b. entitas tersebut dibentuk dengan peraturan perundang-undangan;
c. pimpinan entitas tersebut adalah pejabat yang diangkat atau ditunjuk;
d. entitas tersebut membuat pertanggungjawaban baik langsung kepada entitas
akuntansi/entitas pelaporan yang membawahinya dan secara tidak langsung kepada wakil
rakyat sebagai pihak yang menyetujui anggaran;
e. mempunyai kewenangan dalam pengelolaan keuangan, antara lain penggunaan
pendapatan, pengelolaan kas, investasi, dan pinjaman sesuai dengan ketentuan;
f. memberikan jasa layanan kepada masyarakat/pihak ketiga;
g. mengelola sumber daya yang terpisah dari entitas akuntansi/entitas pelaporan yang
membawahinya;
h. mempunyai pengaruh signifikan dalam pencapaian program pemerintah; dan
i. laporan keuangan BLU diaudit dan diberi opini oleh auditor eksternal.

3. Sebutkan dan jelaskan siklus pengelolaan keuangan pada pemerintah desa!


Jawaban :
A. Definisi Siklus Akuntansi
Siklus akuntansi merupakan gambaran tahapan kegiatan akuntansi yang meliputi pencatatan,
penggolongan, pengikhtisaran, dan pelaporan yang dimulai saat terjadi sebuah transaksi.
B. Tahapan Siklus Akuntansi
1. Tahap Pencatatan
Tahap ini merupakan langkah awal dari siklus akuntansi. Berawal dari bukti-bukti transaksi
selanjutnya dilakukan pencatatan ke dalam buku yang sesuai.
2. Tahap Penggolongan
Tahap selanjutnya setelah dilakukan pencatatan berdasarkan bukti transaksi adalah tahap
penggolongan. Tahap penggolongan merupakan tahap mengelompokkan catatan bukti
transaksi ke dalam kelompok buku besar sesuai dengan nama akun dan saldo-saldo yang
telah dicatat dan dinilai ke dalam kelompok debit dan kredit.
3. Tahap Pengikhtisaran
Pada tahap ini dilakukan pembuatan neraca saldo dan kertas kerja. Laporan Kekayaan Milik
Desa berisi saldo akhir akun-akun yang telah dicatat di buku besar utama dan buku besar
pembantu. Laporan Kekayaan Milik Desa dapat berfungsi untuk mengecek keakuratan
dalam memposting akun ke dalam debit dan kredit. Di dalam Laporan Kekayaan Milik
Desa jumlah kolom debit dan kredit harus sama atau seimbang. Sehingga perlunya
pemeriksaan
saldo debit dan kredit di dalam Laporan Kekayaan Milik Desa dari waktu ke waktu untuk
menghindari salah pencatatan. Dengan demikian, pembuktian ini bukan merupakan salah
satu indikasi bahwa pencatatan telah dilakukan dengan benar.
4. Tahap Pelaporan
Tahap ini merupakan tahap akhir dari siklus akuntansi. Kegiatan yang dilakukan pada tahap
ini :
a. Membuat Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa
Laporan ini berisi jumlah anggaran dan realisasi dari pendapatan, belanja, dan pembiayaan
dari pemerintah desa yang bersangkutan untuk tahun anggaran tertentu.
b. Laporan Kekayaan Milik Desa
Laporan yang berisi posisi aset lancar, aset tidak lancar, dan kewajiban pemerintah desa per
31 Desember tahun tertentu.
C. Pencatatan pada Pengelolaan Keuangan Desa
1. Pencatatan Transaksi Pendapatan
Pada kelompok ini dilakukan pencatatan yang meliputi :
a. Pendapatan Asli Desa (PADesa)
Pada kelompok ini dilakukan pencatatan atas penerimaan pendapatan yang berasal dari Hasil
Usaha; Hasil Aset: Swadaya/Partisipasi/Gotong Royong ; Lain-lain pendapatan asli desa.
b. Transfer
Pada kelompok ini dilakukan pencatatan atas penerimaan pendapatan yang berasal dari Dana
Desa; Bagian dari Hasil Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kabupaten/Kota; Alokasi
Dana Desa (ADD); Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi; Bantuan Keuangan APBD
Kabupaten/Kota.
c. Pendapatan Lain-lain
Pada kelompok ini dilakukan pencatatan atas penerimaan pendapatan yang berasal dari
Hibah dan Sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat ; dan Lain-lain Pendapatan
Desa yang Sah.
2. Pencatatan Transaksi Belanja
Pada kelompok ini dilakukan pencatatan atas belanja yang dilakukan berdasarkan pada
kelompok : Penyelenggaraan Pemerintahan Desa; Pelaksanaan Pembangunan Desa;
Pembinaan Kemasyarakatan Desa; Pemberdayaan Masyarakat Desa; dan Belanja Tak
Terduga. Masing-masing kelompok ini dalam pelaksanaannya dilakukan melalui Belanja
Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, dan Belanja Modal.
3. Pencatatan Transaksi Pembiayaan
Pada kelompok ini dilakukan pencatatan yang meliputi :
a. Penerimaan Pembiayaan
Pada kelompok ini dicatat penerimaan pembiayaan yang berasal dari Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran (SiLPA); Pencairan Dana Cadangan); dan Hasil Penjualan Kekayaan Desa yang
dipisahkan​.
b. Pengeluaran Pembiayaan
Pada kelompok ini dicatat pengeluaran pembiayaan yang digunakan untuk Pembentukan
Dana Cadangan, dan Penyertaan Modal Desa. Khusus untuk Dana Cadangan,
penempatannya pada rekening tersendiri dan penganggarannya tidak melebihi tahun akhir
masa jabatan Kepala Desa.
4. Pencatatan Aset, Kewajiban, dan Kekayaan Bersih Pemerintah Desa
Pada kelompok ini dilakukan pencatatan yang mempengaruhi posisi aset, kewajiban, dan
kekayaan bersih pemerintah desa pada akhir tahun anggaran yang bersangkutan (per 31
Desember). Dilakukan pencatatan untuk transaksi yang mencerminkan hak dan kewajiban
dari pemerintah desa pada akhir tahun anggaran berupa pencatatan piutang ataupun
hutang.

4. Terdapat beberapa pertanyaan berikut


a. Uraikan secara singkat regulasi terkait desa dan manajemen keuangan dan aset desa!
Apakah desa termasuk sebagai suatu SKPD tersebut?
Jawaban :
A. Definisi Pengelolaan Keuangan Desa
Menurut pasal 71 ayat (1) UU Nomor 6 Tahun 2014 dinyatakan bahwa Keuangan Desa
adalah hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa
uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.
Selanjutnya pada ayat (2)nya dinyatakan bahwa adanya hak dan kewajiban akan
menimbulkan pendapatan, belanja, pembiayaan, dan pengelolaan Keuangan Desa.
Dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, maka kita coba jabarkan
apa yang sebelumnya diatur pada UU Nomor 6 Tahun 2014, di antaranya :
Pasal 93 ayat (1) menyatakan bahwa pengelolaan keuangan Desa meliputi : perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban. Berdasarkan pasal 105
dinyatakan ketentuan mengenai pengelolaan keuangan Desa akan diatur dalam Peraturan
Menteri (maksudnya Menteri Dalam Negeri).
Selanjutnya pasal 94 menyatakan bahwa pengelolaan keuangan Desa dilaksanakan dalam
masa 1 (satu) tahun anggaran terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember.
Pasal 103 menyatakan bahwa Kepala Desa menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan
APBDesa kepada Bupati/Walikota setiap semester tahun berjalan. Laporan semester pertama
disampaikan paling lambat pada akhir bulan Juli tahun berjalan. Sedangkan laporan semester
kedua disampaikan paling lambat pada akhir Januari tahun berikutnya.
Pasal 104 menyatakan bahwa selain penyampaian laporan realisasi pelaksanaan APBDesa,
kepala Desa juga menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan
APBDesa kepada Bupati/Walikota setiap akhir tahun anggaran. Laporan tersebut merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada
Bupati/Walikota melalui Camat atau sebutan lain setiap akhir tahun anggaran.
B. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa)
APBDesa pada dasarnya adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa. APBDesa
terdiri atas :
1. Pendapatan Desa
Meliputi semua penerimaan uang melalui rekening desa yang merupakan hak desa dalam 1
(satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa. Pendapatan desa
diklasifikasikan menurut kelompok dan jenis.
2. Belanja Desa
Meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan kewajiban desa dalam 1
(satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh desa. Belanja
desa dipergunakan dalam rangka mendanai penyelenggaraan kewenangan desa dan
diklasifikasikan menurut kelompok, kegiatan, dan jenis.
3. Pembiayaan Desa
Meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan
diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun
anggaran berikutnya. Pembiayaan desa terdiri atas Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran
Pembiayaan yang diklasifikasikan menurut kelompok dan jenis.
C. Pengelolaan Keuangan Desa
Sebagaimana telah dinyatakan sebelumnya, pengelolaan keuangan Desa meliputi:
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban yang dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Perencanaan
a. Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa dibuat, disampaikan oleh Kepala Desa, dan
dibahas dengan Badan Permusyawaratan Desa untuk disepakati bersama paling lambat bulan
Oktober tahun berjalan.
b. Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang telah disepakati disampaikan oleh
Kepala Desa kepada Bupati/Walikota melalui camat atau sebutan lain paling lambat 3 (tiga)
hari sejak disepakati untuk dievaluasi.
c. Bupati/Walikota melakukan evaluasi paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak
diterimanya Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa.Dalam hal Bupati/Walikota tidak
melakukan evaluasi dalam batas waktu tersebut, maka Peraturan Desa berlaku dengan
sendirinya.
d. Dalam hal ada koreksi yang disampaikan atau penyesuaian yang harus dilakukan dari hasil
evaluasi tersebut, maka Kepala Desa harus melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh)
hari kerja sejak diterimanya hasil evaluasi.
e. Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Desa dan Kepala Desa tetap
menetapkan Rancangan Peraturan Kepala Desa tentang APBDesa menjadi Peraturan Desa,
Bupati/Walikota membatalkan Peraturan Desa dengan Keputusan Bupati/Walikota. Dengan
dilakukannya pembatalan Peraturan Desa tersebut sekaligus menyatakan berlakunya pagu
APBDesa tahun anggaran sebelumnya. Dalam hal terjadi pembatalan, Kepala Desa hanya
dapat melakukan pengeluaran terhadap operasional penyelenggaraan Pemerintah Desa.
f. Kepala Desa memberhentikan pelaksanaan Peraturan Desa paling lama 7 (tujuh) hari kerja
setelah pembatalan dan selanjutnya bersama BPD mencabut peraturan desa dimaksud.
g. Dalam hal Bupati/Walikota mendelegasikan evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang
APBDesa kepada Camat atau sebutan lain, maka langkah yang dilakukan adalah :
1). Camat menetapkan hasil evaluasi Rancangan APBDesa paling lama 20 (dua puluh) hari
kerja sejak diterimanya Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa.
2). Dalam hal Camat tidak memberikan hasil evaluasi dalam batas waktu yang ditetapkan,
Peraturan Desa tersebut berlaku dengan sendirinya.
3). Dalam hal ada koreksi yang disampaikan atau penyesuaian yang harus dilakukan dari
hasil evaluasi tersebut, Kepala Desa melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari
kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.
4). Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Desa dan Kepala Desa tetap
menetapkan Rancangan Peraturan Kepala Desa tentang APBDesa menjadi Peraturan Desa,
Camat menyampaikan usulan pembatalan Peraturan Desa kepada Bupati/Walikota.
2. Pelaksanaan
a. Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan kewenangan desa
dilaksanakan melalui ​rekening kas desa​.
b. Semua penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung oleh ​bukti yang lengkap dan
sah​.
c. Pemerintah desa dilarang melakukan pungutan sebagai penerimaan desa selain yang
ditetapkan dalam peraturan desa.
d. Bendahara dapat menyimpan uang dalam Kas Desa pada ​jumlah tertentu ​dalam rangka
memenuhi kebutuhan operasional pemerintah​ ​desa.
e. Pengeluaran desa yang mengakibatkan beban APBDesa tidak dapat dilakukan sebelum
rancangan peraturan desa tentang APBDesa ditetapkan menjadi peraturan desa.
f. Pengeluaran desa untuk belanja pegawai yang bersifat mengikat dan operasional
perkantoran yang ditetapkan dalam peraturan kepala desa tetap dapat dikeluarkan walaupun
rancangan peraturan desa tentang APBDesa belum ditetapkan.
g. Pelaksana Kegiatan mengajukan pendanaan untuk melaksanakan kegiatan harus disertai
dengan dokumen diantaranya Rencana Anggara Biaya (RAB). Sebelum digunakan, RAB
tersebut diverifikasi oleh Sekretaris Desa dan disahkan oleh Kepala Desa.
h. Pelaksana Kegiatan bertanggungjawab terhadap tindakan yang menyebabkan pengeluaran
atas beban anggaran belanja kegiatan dengan mempergunakan Buku Pembantu Kas Kegiatan
sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan desa.
3. Penatausahaan
Bendahara desa wajib :
a. Melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran serta melakukan tutup buku
setiap akhir bulan secara tertib. Penatausahaan penerimaan dan pengeluaran dilakukan
menggunakan : Buku Kas Umum, Buku Kas Pembantu Pajak, dan Buku Bank.
b. Mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban.
4. Pelaporan
Kepala desa menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota
yang meliputi :
a. Laporan semester pertama, berupa Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa Semester
Pertama.
b. Laporan semester akhir tahun, berupa Laporan Realisasi Pelaksanaan
APBDesa Semester Akhir.
5. Pertanggungjawaban
Kepala desa menyampaikan kepada Bupati /Walikota setiap akhir tahun anggaran laporan
yang meliputi :
a. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa Tahun Anggaran
berkenaan.
1) Merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
2) Diinformasikan kepada masyarakat secara tertulis dan dengan media informasi yang
mudah diakses oleh masyarakat.
3) Disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui camat atau sebutan lain.
b. Laporan Kekayaan Milik Desa per 31 Desember Tahun Anggaran berkenaan
c. Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang masuk ke desa.
6. Pembinaan dan Pengawasan
a. Pemerintah Provinsi wajib membina dan mengawasi pemberian dan penyaluran Dana
Desa, Alokasi Dana Desa, dan Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah dari Kabupaten/Kota
kepada Desa.
b. Pemerintah Kabupaten/Kota wajib membina dan mengawasi pelaksanaan pengelolaan
keuangan desa.

b. Apa yang dimaksud dengan alokasi dana desa? Sebutkan asal dan sumber serta tujuan
dana alokasi desa!
Jawaban :
Pengertian Alokasi Dana Desa adalah anggaran keuangan yang diberikan pemerintah
kepada desa, yang mana sumbernya berasal dari Bagi Hasil Pajak Daerah serta dari
Dana Perimbangan Keuangan Pusat Dan Daerah yang diterima oleh kabupaten. Sesuai
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 37 tahun 2007 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa di dalam Pasal 18 menyatakan bahwa, “Alokasi Dana
Desa berasal dari APBD Kabupaten / Kota yang bersumber dari Dana Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh Pemerintah Kabupaten / Kota untuk
desa paling sedikit 10 % (sepuluh persen).
Pengelolaan Alokasi Dana Desa harus memenuhi beberapa prinsip pengelolaan seperti
berikut:
• Setiap kegiatan yang pendanaannya diambil dari Alokasi Dana Desa harus melalui
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi secara terbuka dengan prinsip: dari, oleh dan
untuk masyarakat.
• Seluruh kegiatan dan penggunaan Alokasi Dana Desa harus dapat dipertanggung
jawabkan secara administrasi, teknis dan hukum.
• Alokasi Dana Desa harus digunakan dengan prinsip hemat, terarah dan terkendali.
• Jenis kegiatan yang akan didanai melalui Alokasi Dana Desa diharapkan mampu
untuk meningkatkan sarana pelayanan masyarakat, berupa pemenuhan kebutuhan
dasar, penguataan kelembagaan desa dan kegiatan lainnya yang dibutuhkan masyarakat
desa dengan pengambilan keputusan melalui jalan musyawarah.
• Alokasi Dana Desa harus dicatat di dalam Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa
melalui proses penganggaran yang sesuai dengan mekanisme yang berlaku.

Pendapatan Desa meliputi semua penerimaan uang melalui Rekening Kas Desa yang
merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali
oleh desa. Pendapatan desa terdiri sesuai pasal 72 UU Desa bersumber dari:
a. Pendapatan Asli Daerah;
b. Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Dana Desa);
c. Bagian Hasil Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kabupaten/Kota;
d. Alokasi Dana Desa;
e. Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota;
f. Hibah dan Sumbangan yang Tidak Mengikat dari Pihak Ketiga;
g. Lain-lain Pendapatan Desa yang Sah.
Pendapatan Desa tersebut jika diklasifikasikan menurut kelompok terdiri dari:
 Pendapatan Asli Desa (PADesa)
 Transfer
 Pendapatan Lain-Lain
a. Pendapatan Asli Desa (PADesa)
Kelompok PADesa terdiri atas jenis:
1) Hasil Usaha, misalnya hasil BUM Desa, tanah kas desa. Sumber pendapatan lain yang
dapat diusahakan oleh desa berasal dari Badan Usaha Milik Desa, pengelolaan pasar
desa, pengelolaan kawasan wisata skala desa, pengelolaan tambang mineral bukan
logam dan tambang batuan dengan tidak menggunakan alat berat, serta sumber lainnya
dan tidak untuk dijualbelikan.
2) Hasil Aset, misalnya tambatan perahu, pasar desa, tempat pemandian umum dan jaringan
irigasi.
3) Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong misalnya adalah membangun dengan kekuatan
sendiri yang melibatkan peran serta masyarakat berupa tenaga dan barang yang dinilai
dengan uang.
4) Lain-lain Pendapatan Asli Desa, antara lain hasil pungutan desa.
b. Pendapatan Transfer Desa
Kelompok Transfer terdiri atas jenis:
1) Dana Desa;
2) Bagian dari Hasil Pajak Daerah Kabupaten/Kota dan Retribusi Daerah;
3) Alokasi Dana Desa (ADD);
4) Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi;
5) Bantuan Keuangan APBD Kabupaten/Kota.
c. Lain-Lain Pendapatan Desa Yang Sah
Kelompok Lain-Lain Pendapatan Desa yang Sah berupa Hibah dan Sumbangan dari pihak
ketiga yang tidak mengikat berupa pemberian berupa uang dari pihak ke tiga, hasil
kerjasama dengan pihak ketiga atau bantuan perusahaan yang berlokasi di desa.

c. Apakah dalam pengelolaan keuangan desa, perlu dibuat kebijakan akuntansi desa yang
terpisah dari kebijakan akuntansi yang dibuat pemerintah daerah?
Jawaban :
Ya perlu, kebijakannya bisa jadi berbeda namun dalam pelaksanaan prinsip akuntansi tetap
sama baik itu dalam pencatatan maupun pelaporannya.

d. Gambarkan struktur organisasi desa terkait dengan pengelolaan keuangan dan aset
desa!
Jawaban :
e. Gambarkan dan uraikan hubungan antara penyusunan RPJM Desa dan RKPD Desa
dengan APB Desa! Jelaskan pula struktur APB Desa yang saudara ketahui!
Jawaban :
Pemerintah Desa menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai dengan kewenangannya
dengan mengacu pada perencanaan pembangunan kabupaten/kota. Perencanaan
Pembangunan Desa meliputi RPJM Desa dan RKP Desa yang disusun secara
berjangka dan ditetapkan dengan Peraturan Desa. Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa (RPJM Desa) untuk jangka waktu 6 (enam) tahun sedangkan Rencana
Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP
Desa) untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. RKP Desa merupakan penjabaran dari
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa. Perencanaan pembangunan desa
disusun berdasarkan hasil kesepakatan dalam musyawarah desa yang pelaksanaannya paling
lambat pada ​bulan Juni ​tahun anggaran berjalan.
a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa)
Dalam menyusun RPJM Desa, pemerintah desa wajib menyelenggarakan Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes) secara partisipatif. Musrenbangdes
diikuti oleh pemerintah desa, Badan Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat
desa, yang terdiri atas tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat dan/atau tokoh
pendidikan. RPJM Desa ditetapkan dalam jangka waktu paling lama ​3 (tiga) bulan
terhitung sejak tanggal pelantikan kepala desa.
b. Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa)
RKP Desa disusun oleh Pemerintah Desa sesuai dengan informasi dari pemerintah daerah
kabupaten/kota berkaitan dengan pagu indikatif desa dan rencana kegiatan pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota. RKP Desa mulai
disusun oleh Pemerintah Desa pada ​bulan Juli ​tahun berjalan dan sudah harus
ditetapkan paling lambat pada ​bulan September ​tahun anggaran berjalan.
Rancangan RKP Desa paling sedikit berisi uraian sebagai berikut:
1) Evaluasi pelaksanaan RKP Desa tahun sebelumnya;
2) Prioritas program, kegiatan, dan anggaran desa yang dikelola oleh desa;
3) Prioritas program, kegiatan, dan anggaran desa yang dikelola melalui kerja sama
antar-desa dan pihak ketiga;
4) Rencana program, kegiatan, dan anggaran desa yang dikelola oleh desa sebagai
kewenangan penugasan dari pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah
daerah kabupaten/kota;
5) Pelaksana kegiatan desa, yang terdiri atas unsur perangkat desa dan/atau unsur masyarakat
desa.
Rancangan RKP Desa dilampiri ​Rencana Kegiatan ​dan ​Rencana Anggaran Biaya (RAB),
yang telah diverifikasi oleh tim verifikasi. ​Selanjutnya, Kepala Desa
menyelenggarakan Musrenbangdes yang ​diadakan untuk membahas dan menyepakati
rancangan RKP Desa. ​Rancangan RKP Desa memuat rencana penyelenggaraan
pemerintahan ​desa, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan
pemberdayaan masyarakat desa. RKP Desa menjadi dasar dalam penyusunan
rancangan APB Desa (RAPB​ ​Desa).

f. Basis apakah yang digunakan dala penyelenggaraan akuntansi desa? Mengapa?


Jawaban :
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan adalah basis kas untuk pengakuan
pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam laporan realisasi anggaran. Basis akrual
untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana dalam neraca.

5. Terdapat beberapa pertanyaan berikut


a. Apa yang dimaksud dengan BLU/D? Sebutkan pula dasar hukum atau regulasi yang
memayungi pendirian suatu BLU/D?
Jawaban :
Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD adalah sistem yang
diterapkan oleh unit pelaksana teknis dinas/badan daerah dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat yang mempunyai fleksibilitas dalam pola pengelolaan
keuangan sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan daerah padaumumnya.
Permendagri No. 61 Tahun 2007
Permendagri No. 79 Tahun 2018

b. Uraikan persyaratan suatu unit organisasi pemerintah dapat menjadi BLU/D! Uraikan
pula tujuan pendirian BLU/D beserta karakteristiknya!
Jawaban :
Unit Pelaksana Teknis Dinas/Badan Daerah yang akan menerapkan BLUD memenuhi
persyaratan yang rneliputi:
a. substantif
Persyaratan substantif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf a terpenuhi apabila tugas
dan fungsi Unit Pelaksana Teknis Dinas/Badan Daerah bersifat
operasional dalam menyelenggarakan layanan umum yang menghasilkan semi barang/jasa
publik.
b. teknis
Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf b, terpenuhi apabila:
a. karakteristik tugas dan fungsi Unit Pelaksana Teknis Dinas/Badan Daerah dalam
memberikan pelayanan lebih layak apabila dikelola dengan rnenerapkan BLUD,
sehingga dapat meningkatkan pencapaian target keberhasilan; dan
b.berpotensi meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan kinerja keuangan apabila
dikelola dengan menerapkan BLUD.
c. administratif.
Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf c terpenuhi, apabila
Unit Pelaksana Teknis Dinas/Badan Daerah membuat dan menyampaikan dokumen,
meliputi:
a. surat pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja;
b. pola tata kelola;
c. Renstra;
d. standar pelayanan minimal;
e. laporan keuangan atau prognosis/proyeksi keuangan;
dan
f. laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit oleh pemeriksa
eksternal pemerintah.
BLUD bertujuan untuk memberikan layanan umum secara lebih efektif, efisien, ekonomis,
transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan
manfaat sejalan dengan Praktek Bisnis Yang Sehat, untuk membantu pencapaian
tujuan pemerintah daerah yang pengelolaannya dilakukan berdasarkan kewenangan
yang didelegasikan oleh kepala daerah.
BLUD merupakan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan dari pemerintah daerah. BLUD
merupakan bagian dari pengelolaan keuangan daerah.

Badan Layanan Umum Daerah atau yang biasa disebut dengan BLUD memiliki suatu karakteristik
tertentu, berikut ini karakteristik BLUD yaitu:

1.Berkedudukan sebagai lembaga pemerintah yang tidak dipisahkan dan kekayaan Negara.
2.Menghasilkan barang dan/atau jasa yang diperlukan masyarakat.
3.Tidak bertujuan untuk mencari laba.
4.Dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan produktivitas ala korporasi.
5.Rencana kerja, anggaran dan pertanggungjawaban dikonsolidasikan pada instansi induk.
6.Penerimaan baik pendapatan maupun sumbangan dapat digunakan secara langsung.
7.Pegawai dapat terdiri dari Pegawai Negeri Sipil dan bukan pegawai negeri sipil.
8.BLU bukan subyek pajak.
c. Apa yang dimaksud dengan RSB dan RBA? Uraikan hubungan antara RSB dan RBA!
Jawaban :
RSB (Rencana Strategi Bisnis) adalah dokumen 5 tahunan yang wajib di buat oleh
BLU/BLUD
RBA (Rencana Bisnis dan Anggaran) adalah dokumen perencanaan bisnis dan penganggaran
tahunan yang berisi program, kegiatan, standar pelayanan minimal, target kinerja dan
anggaran BLUD.
RSB adalah dokumen jangka menengah yang akan dikerucutkan menjadi RBA yang dibuat
dalam kurun waktu satu tahun.

d. Apakah RBA sama dengan RKA? Jelaskan!


Jawaban :
Rencana Kegiatan Anggaran (RKA)

​Menganggarkan Rencana Kegiatan

​Struktur Anggaran : Kelompok, Jenis, Objek, Rincian Objek dst

​Belanja terinci di DPA

​Ketat, perubahan plafon dan geser dengan perubahan

Rencana Bisnis Anggaran (RBA)

​Menganggarkan Rencana Bisnis

​Struktur Anggaran :

* Operasional (Yan & Adm)

* Non Operasional

​Di DPA hanya tingkat Jenis

​Fleksibel dapat melebihi flafon dan boleh geser

e. Uraikan sistem akuntansi yang diselenggarakan oleh BLU/D dan standar akuntansi
yang digunakan!
Jawaban :
Sistem akuntansi keuangan BLU dirancang untuk menyajikan informasi posisI keuangan
BLU, informasi kemampuan BLU untuk memperoleh sumberdaya ekonomi dan beban
dalam satu periode, informasi sumer dan penggunaan dana, infomrasi pelaksaan
anggaran, informasi ketaatan peraturan. Laporan keuangan milik BLU harus sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku. Laporan keuangan yang dihasilkan juga
memiliki karakteristik antara lain :

1. Basis akrual.
2. Pembukuan berpasangan.
3. Berpedoman pada prinsip pengendalian internal sesuai dengan praktik bisnis
yang berlaku secara umum.
Agar integrasi laporan keuangan BLU menjadi lebih baik maka BLU mengembangkan sub
sistem akuntansi sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Sistem akuntansi
pada aset BLU juga diatur secara khusus. Sistem akuntansi untuk aset tetap minimal
harus mampu untuk menghasilkan laporan yang menyediakan informasi aset menurut
jenisnya, kuantitas, nilai mutasi, kondisi aset tetap yang merupakan milik BLU itu
sendiri dan aset tetap yang bukan milik BLU namun berada di dalam penguasan BLU.
Dalam pengelolaan dan pencatatan aset tetap miliknya, BLU dapat menggunakan
sistem pengelolaan BMN (Barang Milik Negara) milik kementerian keuangan.

Anda mungkin juga menyukai