1. Berdasarkan Peraturan Presiden No. 11 Tahun 2015 dan Peraturan Presiden No. 12 Tahun
2015, pemerintahan desa dinaungi oleh dua kementerian, yaitu Kementerian Dalam Negeri
dan Kementerian Desa
Sebutkan perbedaan tugas dan fungsi dua kementerian tersebut dalam mengelola
pemerintahan desa!
Jawaban :
a. Peraturan Presiden No. 11 Tahun 2015 tentang Kementerian Dalam Negeri
Bagian Ketujuh Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
Pasal 20
(1) Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Menteri.
(2) Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa dipimpin oleh Direktur Jenderal.
Pasal 21
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan pemerintahan desa sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 22
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Direktorat Jenderal Bina
Pemerintahan Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang fasilitasi penataan desa, penyelenggaraan administrasi
pemerintahan desa, pengelolaan keuangan dan aset desa, produk hukum desa,
pemilihan kepala desa, perangkat desa, pelaksanaan penugasan urusan pemerintahan,
kelembagaan desa, kerja sama pemerintahan, serta evaluasi perkembangan desa;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang fasilitasi penataan desa, penyelenggaraan administrasi
pemerintahan desa, pengelolaan keuangan dan aset desa, produk hukum desa,
pemilihan kepala desa, perangkat desa, pelaksanaan penugasan urusan pemerintahan,
kelembagaan desa, kerja sama pemerintahan, serta evaluasi perkembangan desa;
c. pelaksanaan pembinaan umum dan koordinasi di bidang fasilitasi penataan desa,
penyelenggaraan administrasi pemerintahan desa, pengelolaan keuangan dan aset desa,
produk hukum desa, pemilihan kepala desa, perangkat desa, pelaksanaan penugasan
urusan pemerintahan, kelembagaan desa, kerja sama pemerintahan, serta evaluasi
perkembangan desa;
d. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penataan desa,
penyelenggaraan administrasi pemerintahan desa, pengelolaan keuangan dan aset desa,
kelembagaan desa, dan kerja sama desa;
e. pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang fasilitasi penataan desa,
penyelenggaraan administrasi pemerintahan desa, pengelolaan keuangan dan aset desa,
produk hukum desa, pemilihan kepala desa, perangkat desa, pelaksanaan penugasan
urusan pemerintahan, kelembagaan desa, kerja sama pemerintahan, serta evaluasi
perkembangan desa;
f. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang fasilitasi penataan desa,
penyelenggaraan administrasi pemerintahan desa, pengelolaan keuangan dan aset desa,
produk hukum desa, pemilihan kepala desa, perangkat desa, pelaksanaan penugasan
urusan pemerintahan, kelembagaan desa, kerja sama pemerintahan, serta evaluasi
perkembangan desa;
g. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa; dan
h. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
b. Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2015 tentang Kementerian Desa
BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI
Pasal 1
(1) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Presiden.
(2) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi dipimpin oleh
Menteri.
Pasal 2
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pembangunan desa dan kawasan
perdesaan, pemberdayaan masyarakat desa, percepatan pembangunan daerah
tertinggal, dan transmigrasi untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara.
Pasal 3
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembangunan desa dan
kawasan perdesaan, pemberdayaan masyarakat desa, pengembangan daerah tertentu,
pembangunan daerah tertinggal, penyiapan, pembangunan permukiman, dan
pengembangan kawasan transmigrasi;
b. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada
seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi;
c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya;
d. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi;
e. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi;
f. pelaksanaan penelitian dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan, serta pengelolaan
informasi di bidang pembangunan desa dan kawasan perdesaan, pemberdayaan
masyarakat desa, pengembangan daerah tertentu, pembangunan daerah tertinggal, dan
transmigrasi; dan g. pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh
unsur organisasi di lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi.
b. Apa yang dimaksud dengan alokasi dana desa? Sebutkan asal dan sumber serta tujuan
dana alokasi desa!
Jawaban :
Pengertian Alokasi Dana Desa adalah anggaran keuangan yang diberikan pemerintah
kepada desa, yang mana sumbernya berasal dari Bagi Hasil Pajak Daerah serta dari
Dana Perimbangan Keuangan Pusat Dan Daerah yang diterima oleh kabupaten. Sesuai
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 37 tahun 2007 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa di dalam Pasal 18 menyatakan bahwa, “Alokasi Dana
Desa berasal dari APBD Kabupaten / Kota yang bersumber dari Dana Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh Pemerintah Kabupaten / Kota untuk
desa paling sedikit 10 % (sepuluh persen).
Pengelolaan Alokasi Dana Desa harus memenuhi beberapa prinsip pengelolaan seperti
berikut:
• Setiap kegiatan yang pendanaannya diambil dari Alokasi Dana Desa harus melalui
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi secara terbuka dengan prinsip: dari, oleh dan
untuk masyarakat.
• Seluruh kegiatan dan penggunaan Alokasi Dana Desa harus dapat dipertanggung
jawabkan secara administrasi, teknis dan hukum.
• Alokasi Dana Desa harus digunakan dengan prinsip hemat, terarah dan terkendali.
• Jenis kegiatan yang akan didanai melalui Alokasi Dana Desa diharapkan mampu
untuk meningkatkan sarana pelayanan masyarakat, berupa pemenuhan kebutuhan
dasar, penguataan kelembagaan desa dan kegiatan lainnya yang dibutuhkan masyarakat
desa dengan pengambilan keputusan melalui jalan musyawarah.
• Alokasi Dana Desa harus dicatat di dalam Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa
melalui proses penganggaran yang sesuai dengan mekanisme yang berlaku.
Pendapatan Desa meliputi semua penerimaan uang melalui Rekening Kas Desa yang
merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali
oleh desa. Pendapatan desa terdiri sesuai pasal 72 UU Desa bersumber dari:
a. Pendapatan Asli Daerah;
b. Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Dana Desa);
c. Bagian Hasil Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kabupaten/Kota;
d. Alokasi Dana Desa;
e. Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota;
f. Hibah dan Sumbangan yang Tidak Mengikat dari Pihak Ketiga;
g. Lain-lain Pendapatan Desa yang Sah.
Pendapatan Desa tersebut jika diklasifikasikan menurut kelompok terdiri dari:
Pendapatan Asli Desa (PADesa)
Transfer
Pendapatan Lain-Lain
a. Pendapatan Asli Desa (PADesa)
Kelompok PADesa terdiri atas jenis:
1) Hasil Usaha, misalnya hasil BUM Desa, tanah kas desa. Sumber pendapatan lain yang
dapat diusahakan oleh desa berasal dari Badan Usaha Milik Desa, pengelolaan pasar
desa, pengelolaan kawasan wisata skala desa, pengelolaan tambang mineral bukan
logam dan tambang batuan dengan tidak menggunakan alat berat, serta sumber lainnya
dan tidak untuk dijualbelikan.
2) Hasil Aset, misalnya tambatan perahu, pasar desa, tempat pemandian umum dan jaringan
irigasi.
3) Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong misalnya adalah membangun dengan kekuatan
sendiri yang melibatkan peran serta masyarakat berupa tenaga dan barang yang dinilai
dengan uang.
4) Lain-lain Pendapatan Asli Desa, antara lain hasil pungutan desa.
b. Pendapatan Transfer Desa
Kelompok Transfer terdiri atas jenis:
1) Dana Desa;
2) Bagian dari Hasil Pajak Daerah Kabupaten/Kota dan Retribusi Daerah;
3) Alokasi Dana Desa (ADD);
4) Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi;
5) Bantuan Keuangan APBD Kabupaten/Kota.
c. Lain-Lain Pendapatan Desa Yang Sah
Kelompok Lain-Lain Pendapatan Desa yang Sah berupa Hibah dan Sumbangan dari pihak
ketiga yang tidak mengikat berupa pemberian berupa uang dari pihak ke tiga, hasil
kerjasama dengan pihak ketiga atau bantuan perusahaan yang berlokasi di desa.
c. Apakah dalam pengelolaan keuangan desa, perlu dibuat kebijakan akuntansi desa yang
terpisah dari kebijakan akuntansi yang dibuat pemerintah daerah?
Jawaban :
Ya perlu, kebijakannya bisa jadi berbeda namun dalam pelaksanaan prinsip akuntansi tetap
sama baik itu dalam pencatatan maupun pelaporannya.
d. Gambarkan struktur organisasi desa terkait dengan pengelolaan keuangan dan aset
desa!
Jawaban :
e. Gambarkan dan uraikan hubungan antara penyusunan RPJM Desa dan RKPD Desa
dengan APB Desa! Jelaskan pula struktur APB Desa yang saudara ketahui!
Jawaban :
Pemerintah Desa menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai dengan kewenangannya
dengan mengacu pada perencanaan pembangunan kabupaten/kota. Perencanaan
Pembangunan Desa meliputi RPJM Desa dan RKP Desa yang disusun secara
berjangka dan ditetapkan dengan Peraturan Desa. Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa (RPJM Desa) untuk jangka waktu 6 (enam) tahun sedangkan Rencana
Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP
Desa) untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. RKP Desa merupakan penjabaran dari
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa. Perencanaan pembangunan desa
disusun berdasarkan hasil kesepakatan dalam musyawarah desa yang pelaksanaannya paling
lambat pada bulan Juni tahun anggaran berjalan.
a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa)
Dalam menyusun RPJM Desa, pemerintah desa wajib menyelenggarakan Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes) secara partisipatif. Musrenbangdes
diikuti oleh pemerintah desa, Badan Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat
desa, yang terdiri atas tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat dan/atau tokoh
pendidikan. RPJM Desa ditetapkan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan
terhitung sejak tanggal pelantikan kepala desa.
b. Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa)
RKP Desa disusun oleh Pemerintah Desa sesuai dengan informasi dari pemerintah daerah
kabupaten/kota berkaitan dengan pagu indikatif desa dan rencana kegiatan pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota. RKP Desa mulai
disusun oleh Pemerintah Desa pada bulan Juli tahun berjalan dan sudah harus
ditetapkan paling lambat pada bulan September tahun anggaran berjalan.
Rancangan RKP Desa paling sedikit berisi uraian sebagai berikut:
1) Evaluasi pelaksanaan RKP Desa tahun sebelumnya;
2) Prioritas program, kegiatan, dan anggaran desa yang dikelola oleh desa;
3) Prioritas program, kegiatan, dan anggaran desa yang dikelola melalui kerja sama
antar-desa dan pihak ketiga;
4) Rencana program, kegiatan, dan anggaran desa yang dikelola oleh desa sebagai
kewenangan penugasan dari pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah
daerah kabupaten/kota;
5) Pelaksana kegiatan desa, yang terdiri atas unsur perangkat desa dan/atau unsur masyarakat
desa.
Rancangan RKP Desa dilampiri Rencana Kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya (RAB),
yang telah diverifikasi oleh tim verifikasi. Selanjutnya, Kepala Desa
menyelenggarakan Musrenbangdes yang diadakan untuk membahas dan menyepakati
rancangan RKP Desa. Rancangan RKP Desa memuat rencana penyelenggaraan
pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan
pemberdayaan masyarakat desa. RKP Desa menjadi dasar dalam penyusunan
rancangan APB Desa (RAPB Desa).
b. Uraikan persyaratan suatu unit organisasi pemerintah dapat menjadi BLU/D! Uraikan
pula tujuan pendirian BLU/D beserta karakteristiknya!
Jawaban :
Unit Pelaksana Teknis Dinas/Badan Daerah yang akan menerapkan BLUD memenuhi
persyaratan yang rneliputi:
a. substantif
Persyaratan substantif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf a terpenuhi apabila tugas
dan fungsi Unit Pelaksana Teknis Dinas/Badan Daerah bersifat
operasional dalam menyelenggarakan layanan umum yang menghasilkan semi barang/jasa
publik.
b. teknis
Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf b, terpenuhi apabila:
a. karakteristik tugas dan fungsi Unit Pelaksana Teknis Dinas/Badan Daerah dalam
memberikan pelayanan lebih layak apabila dikelola dengan rnenerapkan BLUD,
sehingga dapat meningkatkan pencapaian target keberhasilan; dan
b.berpotensi meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan kinerja keuangan apabila
dikelola dengan menerapkan BLUD.
c. administratif.
Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf c terpenuhi, apabila
Unit Pelaksana Teknis Dinas/Badan Daerah membuat dan menyampaikan dokumen,
meliputi:
a. surat pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja;
b. pola tata kelola;
c. Renstra;
d. standar pelayanan minimal;
e. laporan keuangan atau prognosis/proyeksi keuangan;
dan
f. laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit oleh pemeriksa
eksternal pemerintah.
BLUD bertujuan untuk memberikan layanan umum secara lebih efektif, efisien, ekonomis,
transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan
manfaat sejalan dengan Praktek Bisnis Yang Sehat, untuk membantu pencapaian
tujuan pemerintah daerah yang pengelolaannya dilakukan berdasarkan kewenangan
yang didelegasikan oleh kepala daerah.
BLUD merupakan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan dari pemerintah daerah. BLUD
merupakan bagian dari pengelolaan keuangan daerah.
Badan Layanan Umum Daerah atau yang biasa disebut dengan BLUD memiliki suatu karakteristik
tertentu, berikut ini karakteristik BLUD yaitu:
1.Berkedudukan sebagai lembaga pemerintah yang tidak dipisahkan dan kekayaan Negara.
2.Menghasilkan barang dan/atau jasa yang diperlukan masyarakat.
3.Tidak bertujuan untuk mencari laba.
4.Dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan produktivitas ala korporasi.
5.Rencana kerja, anggaran dan pertanggungjawaban dikonsolidasikan pada instansi induk.
6.Penerimaan baik pendapatan maupun sumbangan dapat digunakan secara langsung.
7.Pegawai dapat terdiri dari Pegawai Negeri Sipil dan bukan pegawai negeri sipil.
8.BLU bukan subyek pajak.
c. Apa yang dimaksud dengan RSB dan RBA? Uraikan hubungan antara RSB dan RBA!
Jawaban :
RSB (Rencana Strategi Bisnis) adalah dokumen 5 tahunan yang wajib di buat oleh
BLU/BLUD
RBA (Rencana Bisnis dan Anggaran) adalah dokumen perencanaan bisnis dan penganggaran
tahunan yang berisi program, kegiatan, standar pelayanan minimal, target kinerja dan
anggaran BLUD.
RSB adalah dokumen jangka menengah yang akan dikerucutkan menjadi RBA yang dibuat
dalam kurun waktu satu tahun.
Struktur Anggaran :
* Non Operasional
e. Uraikan sistem akuntansi yang diselenggarakan oleh BLU/D dan standar akuntansi
yang digunakan!
Jawaban :
Sistem akuntansi keuangan BLU dirancang untuk menyajikan informasi posisI keuangan
BLU, informasi kemampuan BLU untuk memperoleh sumberdaya ekonomi dan beban
dalam satu periode, informasi sumer dan penggunaan dana, infomrasi pelaksaan
anggaran, informasi ketaatan peraturan. Laporan keuangan milik BLU harus sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku. Laporan keuangan yang dihasilkan juga
memiliki karakteristik antara lain :
1. Basis akrual.
2. Pembukuan berpasangan.
3. Berpedoman pada prinsip pengendalian internal sesuai dengan praktik bisnis
yang berlaku secara umum.
Agar integrasi laporan keuangan BLU menjadi lebih baik maka BLU mengembangkan sub
sistem akuntansi sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Sistem akuntansi
pada aset BLU juga diatur secara khusus. Sistem akuntansi untuk aset tetap minimal
harus mampu untuk menghasilkan laporan yang menyediakan informasi aset menurut
jenisnya, kuantitas, nilai mutasi, kondisi aset tetap yang merupakan milik BLU itu
sendiri dan aset tetap yang bukan milik BLU namun berada di dalam penguasan BLU.
Dalam pengelolaan dan pencatatan aset tetap miliknya, BLU dapat menggunakan
sistem pengelolaan BMN (Barang Milik Negara) milik kementerian keuangan.