Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Produksi dan Pengolahan Benih Tomat Non-Hibrida Secara Konvensional


dan Non-Konvensional

Disusun oleh :

Nida Sa’diyah 150510160067


Putri Jasmine S 150510180075
Rahma Wati Lestari 150510180099
Myriam amanda 150510180197

Kelompok 5
Kelas B

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Produksi
dan Pengolahan Benih Tomat Non-Hibrida Secara Konvensional dan Non-Konvensional ”.
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Produksi dan Pengolahan
Benih. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan dan pembuatan
makalah ini. Oleh karena itu saran dan kritik dari para pembaca yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis dan bagi
pembaca pada umumnya.

Jatinangor, September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang............................................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 1
1.3. Tujuan ........................................................................................................................................... 1
BAB II ............................................................................................................................................................. 2
ISI................................................................................................................................................................... 2
1.1. Tomat Non Hibrida........................................................................................................................ 2
1.1.1. Kelebihan dan Kekurangan Benih Tomat Non Hibrida (Bersari Bebas) ................................ 2
1.2. Produksi dan Pengolahan Benih Tomat ........................................................................................ 3
1.2.1. Konvensional ......................................................................................................................... 3
1.2.2. Non Konvensional (Contoh: Kultur In Vitro) ......................................................................... 5
BAB IV............................................................................................................................................................ 6
PENUTUP ....................................................................................................................................................... 6
4.1. Kesimpulan......................................................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................................... 7

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Komoditas Tomat (Lycopersicon esculentum L.) merupakan komoditas sayuran yang
strategis dan memiliki nilai ekonomi penting bagi Indonesia. Banyaknya manfaat tomat dalam
kehidupan manusia menyebabkan tingginya permintaan terhadap tomat itu sendiri sehingga
peluang pasarnya terbuka secara luas, baik peluang pasar di dalam negeri maupun untuk tujuan
ekspor. Beragamnya manfaat tomat ini tentu saja memberikan peluang kepada petani untuk
membudidayakan tanaman tomat sebagai sumber penghasilan. Salah satu kegunaan tomat
adalah untuk bahan masakan. Hampir seluruh jenis masakan di Indonesia menggunakan tomat
sebagai bahan dasar pembuatannya. Selain itu nilai gizi yang terkandung dalam tomat juga
cukup tinggi, karena terdapat sejumlah kandungan vitamin yang diperlukan oleh tubuh
manusia. Komponen utamanya berupa vitamin A, C dan D serta banyak mengandung serat.
Pada bidang kesehatan manfaat tomat adalah sebagai pencegah penyakit sariawan,
menghilangkan jerawat dan mencegah penyakit kanker. (Aisyah, 2014).

Begitu banyak manfaat dari tomat mengindikasikan bahwa produktivitas tomat harus
segera ditingkatkan. Peningkatan jumlah produksi ditentukan oleh kondisi benih yang
berkualitas. Untuk menciptakan benih yang berkualitas dapat dilakukan dengan cara
konvensional dan non konvensional. Pemilihan teknik perbanyakan benih harus
mempertimbangkan aspek ekonomi agar dapat berjalan secara berkelanjutan.

1.2.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah kali ini adalah:
1. Apakah yang dimaksud benih tomat non hibrida?
2. Bagaimana Produksi dan pengolahan benihnya baik secara konvnsional dan non
konvensional ?
1.3.Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah untuk mengetahui tentang benih
tomat non hibrida dan perbanyakan benihnya dengan cara konvensional maupun non
konvensional.

1
BAB II
ISI
1.1. Tomat Non Hibrida

Gambar 1. Benih tomat (Sumber : Pertanianku.com)


Tomat dapat tumbuh baik pada temperatur 20 -27oC, pembentuknan buah terhambat pada
temperatur >30 oC atau < 10 oC. Tomat baik ditanam pada tanah yang berdrainasi baik, dengan
pH optimum 6.0 – 7.0. Tomat merupakan tanaman yang dapat menyerbuk sendiri dengan
memperbanyak melalui benih. Tomat yang dihasilkan dapat berupa tomat hibrida atau maupun
bebas. Dengan demikian perakitan varietas tomat dapat mengikuti alur perakitan varietas hibrida
dan perakitan varietas galur murni untuk menghasilkan varietas bersari bebas (non-hibrida).
Yang dimaksud dengan varietas bersari bebas adalah varietas yang benihnya diambil dari
pertanaman sebelumnya, atau dapat dipakai terus menerus dari setiap pertanamannya dan belum
tercampur atau diserbuki oleh varietas lain. Benih yang digunakan tentunya berasal dari tanaman
yang mempunyai ciri-ciri dari varietas tersebut. Sehingga alasan inilah yang menjadikan petani
menyukai benih bersari bebas. Tidak perlu mengeluarkan biaya lagi untuk
membeli benih karena cukup menyimpan benih dari pertanaman sebelumnya.

1.1.1. Kelebihan dan Kekurangan Benih Tomat Non Hibrida (Bersari Bebas)
Adapun kelebihan dan kekurangannya adalah sebagai berikut
I. Kelebihan
 Harga benih relatif lebih murah
 Penanaman benih bersari bebas pada generasi berikutnya akan menghasilkan
tanaman yang rata-rata memiliki sifat yang sama dengan induknya, sehingga
petani tidak harus membeli benih baru

2
II. Kekurangan
 Benih bersari bebas secara visual kurang keseragamannya
 Potensi hasilnya rata-rata lebih rendah dibandingkan benih hibrida
 Memiliki masa panen dan umur yang panjang,sehingga pemeliharaannya
lebih lama. Hal ini mempengaruhi waktu dan biaya pemeliharaan
 Dengan kelebihan dan kekurangan diatas, petani yang bijak bisa
memperhitungkan jenis benih apa yang akan dipilih. Pemilihan benih yang
tepat sangat lah penting, dengan memperhatikan kondisi lingkungan, nilai
ekonomis dan kondisi pasar. Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut,
kelemahan yang ada bisa jadi menjadi keuntungan.

1.2. Produksi dan Pengolahan Benih Tomat


Produksi dan Pengolahan Benih dapat dilakukan dengan dua cara yakni secara konvensional
dan non konvensional. Konvensional yakni perbanyakan yang dilakukan dengan persilangan
kemudian menghasilkan buah. Sedangkan non konvensional perbanyakan dapat dilakukan
dengan kultur jaringan. Namun cara tersebut jarang dipraktekkan pada komoditi tanaman sayur,
lebih sering digunakan pada komoditi tanaman hias.

1.2.1. Konvensional
 Persyaratan Tanah
PH tanah harus dipertahankan pada 6.5, kalau perlu dengan pengapuran. Persiapan
tanah dan pemupukan hampir sama dengan untuk produksi buah, atau lebih tinggi
terutama kandungan fosfor. Pemberian N biasanya setengah dari kalium untuk
memelihara keseimbangan antara pembungaan dan pertumbuhan vegetatif.
 Isolasi
Tomat merupakan tanaman menyerbuk sendiri, akan tetapi penyerbukan silang
dapat terjadi karena selalu ada kemungkinan serangga membawa tepung sari dari
luar, atau adaya serangga yang mampu menyerbukkan silang, atau bunga dengan
putik yang panjang hingga memungkinkan terjadinya serbuk silang. Jarak isolasi
minimum antara varietas yang berbeda antara 30 – 200 m, untuk menghindarkan
pencampuran sewaktu panen. Untuk varietas hibrida, jarak yang diperlukan tidak
lebih dari 2 m. Isolasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

3
a. Isolasi jarak, yaitu menanam tanaman tomat yang berbeda konstitusi genetic
dalam jarak lebih dari 10 m. Keuntungannya dapat memproduksi beberapa
jenis varietas non hibrida dalam waktu yang bersamaan. Sedangkan
kelemahannya membutuhkan lokasi yang luas sehingga menyulitkan dalam
proses pengontrolan.
b. Isolasi waktu, yaitu perbedaan atau selisih waktu penanaman atau waktu
berbunga tanaman sehingga antar tanaman yang berbeda konstitusi
genetiknya tidak bersamaan waktu berbunganya, hal yang perlu diperhatikan
adalah periode bunga dengan jarak waktu minimal 40 hari. Keuntungannya
tidak memelukan tempat yang luas untuk memproduksi berbagai varietas,
sedangkan kelemahannya tidak ada waktu jeda penanaman tomat di lokasi
tersebut atau ditanam secara terus-menerus sehingga tidak terjadi pergiliran
tanaman dan akhirnya organisme pengganggu tanaman pun berkembangbiak
secara intensif di lokasi tersebut.
 Roguing
Tanaman yang menyimpang secara morfologis harus dicabut dan dibuang.
Roguing dilakukan sebelum pembungaan, pada masa pembungaan awal, dan pada
saat buah pertama matang. Panen dan Prosesing Benih Buah matang dipanen,
terutama buah hasil persilangan dipanen dari galur betina yang biasanya terdapat
label pada kalik. Buah matang dipotong melintang, kemudian dikeluarkan biji
dengan lapisan beningnya ke dalam wadah yang disediakan. Pisahkan kulit dan
bagian buah yang terbawa. Biji kemudian difermentasi sampai 3-5 hari pada 20-
25oC. Bila lapisan bening sudah pecah, biji dikocok beberapa kali untuk proses
fermentasi yang seragam dan mencegah perubahan warna biji. Proses fermentasi
jangan sampai melampaui masa pecahnya lapisan bening biji, karena dapat
menyebabkan perkecambahan dini. Biji kemudian dicuci dengan air kemudian
saring, dan hal ini dilakukan beberapa kali sampai biji bersih. Pengeringan dapat
dilakukan setelah air ditiriskan melalui kain, kemudian biji dihamparkan pada alas
yang sesuai dan dikeringkan di bawah sinar matahari, sesekali dibalikkan. Benih
yang kering kemudian disimpan di tempat kering dan kedap udara, seperti halnya
menyimpan benih sayuran lainnya.

4
1.2.2. Non Konvensional (Contoh: Kultur In Vitro)
Teknik in vitro merupakan teknik membudidayakan eksplan menjadi tanaman kecil
yang mempunyai sifat sama seperti induknya (Nasir, 2002). Teknik in vitro merupakan suatu
metoda untuk mengisolasi (mengambil) bagian tanaman (sel, protoplasma, jaringan) serta
menumbuhkannya dalam kondisi aseptik (bebas hama dan penyakit), selanjutnya bagian-
bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan menjadi tanaman lengkap (Nugroho dan
Sugito, 2001). Dengan kultur jaringan dapat diperoleh perbanyakan mikro atau produksi
tanaman dalam jumlah besar dan waktu yang diperlukan relative lebih singkat (Susila,2006).
Keberhasilan dari kultur in vitro ditentukan oleh beberapa faktor pembatas, salah satu faktor
pembatas itu adalah kontaminasi yang dapat terjadi setiap saat dalam masa kultur.
Kontaminasi dari eksplanlah yang paling sulit diatasi karena dalam hal ini metode sterilisasi
harus selektif. Sterilisasi telah dilakukan dengan berbagai cara, namun kadang-kadang
kontaminasi tetap terjadi. Dalam hal ini dikarenakan pada eksplan telah terjadi kontaminasi
internal. Cara penanggulangan dilakukan dengan perlakuan pada tanaman yang akan
dijadikan sebagai sumber eksplan.

Dalam kultur jaringan, dua golongan zat pengatur tumbuh yang sangat penting
adalah sitokinin dan auksin (Gunawan, 1998). NAA (Naphtalene Acetic Acid) adalah zat
pengatur tumbuh yang tergolong auksin. Pengaruh auksin terhadap perkembangan sel
menunjukkan bahwa auksin dapat meningkatkan sintesa protein. Dengan adanya kenaikan
sintesa protein, maka dapat digunakan sebagai sumber tenaga dalam pertumbuhan. Adapun
BAP (Benzyl Amino Purine) tergolong zat pengatur tumbuh dalam kelompok sitokinin.BAP
adalah kelompok sitokinin yang berfungsi untuk pengaturan pembelahan sel dan
morfogenesis.

5
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
 hiya

6
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2015, Oktober 5). Produksi Benih Tomat Non Hibrida. Diambil dari Pertanianku.com:
http://pertanianku.com/produksi-benih-tomat-non-hibrida/. Diakses pada tanggal 9
September 2019.

Aisyah, S. I. 2006. Mutasi induksi, hal. 159 - 178. Dalam S. Sastrosumarjo (Ed.)

Rahmawati, L. (2015, November 2017). Varietas Tora IPB Merupakan Tomat Non Hibrida yang
Mempunyai Potensi Hasil Seperti Varietas Hibrida. Diambil kembali dari Bogor News:
https://www.antaranews.com/berita/529973/peneliti-ipb-kembangkan-varietas-tomat-
non-hibrida. Diakses pada tanggal 9 September 2019.

Hanson P, J.T. Chen, C.G. Kuo, R. Morris dan R.T. Opena. Produksi dan Budidaya Benih
Tomat. Diambil dari Puslitbang horti:
http://hortikultura.litbang.pertanian.go.id/teknologi-detail-38.html. Diakses pada tanggal
9 September 2019

Suryanti, Evi dan Mellisa. 2017. Perbanyakan tanaman tomat dengan menggunakan bap dan naa
secara in vitro. Riau : Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan Ilmu
Pendidikan Universitas Islam Riau

Anda mungkin juga menyukai