Anda di halaman 1dari 27

TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN PRODUKSI BENIH

“Ide Rencana Bisnis Produksi Benih Tanaman Cabai”

Disusun Oleh:
Shifa Fauziah
205040200111278/ B

Dosen Pengampu:
Prof. Ir. Arifin Noor Sugiharto, M.Sc., Ph.D.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cabai (Capsicum frutescens L.) termasuk kelompok tanaman hortikultura jenis
sayuran semusim, dan merupakan komoditas sangat penting di Indonesia.
Kegunaannya selain sebagai penyedap masakan, juga dapat digunakan dalam
pembuatan ramuan obat-obatan, industri kosmetika serta penghasil minyak atsiri.
Bisnis benih cabai siap tanam yang banyak diproduksi dan dijual di kios-kios pertanian
perlu mendapatkan perhatian khusus tentang kesehatan benih, apakah terinfeksi
penyakit atau tidak perlu mendapat penekanan. Infeksi dini pada tanaman umur muda,
yang biasanya terjadi melalui benih berdampak negatif lebih parah daripada infeksi
yang terjadi pada tanaman yang berumur lebih tua. Antisipasi terhadap kejadian infeksi
dini perlu dilakukan, dan hal ini dapat dilakukan dengan penerapan teknologi produksi
benih sehat.
Salah satu upaya berupa perlakuan panas (dry heat treatment) terhadap benih
yang akan dipakai dapat diaplikasikan untuk membebaskan benih dari infeksi patogen.
Dry heat treatment adalah terobosan teknologi dengan sentuhan bioteknologi yang
efektif, aplikatif, murah dan ramah lingkungan dalam usaha produksi benih bermutu
dan sehat. Selain dapat menginaktifkan beberapa penyakit yang ditularkan melalui biji,
dry heat treatment juga tidak menyebabkan penurunan mutu benih. dry heat treatment
juga mampu menginaktifkan penyakit virus TMV pada benih cabai. Selain untuk
menghilangkan kontaminan virus TMV, dry heat treatment juga memberikan cekaman
lingkungan terhadap benih yang berdampak meningkatkan ketahanan terhadap
penyakit, meningkatkan viabilitas benih tanpa menyebabkan menurunkan unsur mutu
benih yang lain.
Pembudidayaan cabai dengan menggunakan benih sehat diharapkan mampu
menunjang pertumbuhan yang baik dan hasil yang tinggi di lapangan. Salah satu
langkah untuk mewujudkan benih yang sehat adalah dengan melakukan tahap
pengokeran. Pengokeran adalah pemisahan bibit dari tempat persemaian ke media baru
secara mandiri. Bibit tanaman hortikultura khususnya tanaman cabai, bisa dipindah
tanam ke lapangan tanpa pengokeran maupun dengan pengokeran terlebih dahulu.
Benih selama proses pengokeran mengalami pengerasan (hardening off) yang
menyebabkan menebalnya dinding sel dan jaringan menjadi lebih kuat. Dengan
demikian, pengokeran diharapkan mampu meningkatkan kualitas tegakan benih
sehingga lebih siap menghadapi perubahan kondisi lingkungan pada saat dipindahkan
ke lapangan. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan akan benih cabai yang sehat
diperlukan rencana produksi benih yang baik dan tepat
1.2 Tujuan Produksi
1. Memberikan Benih Berkualitas Unggul
Tujuan produksi benih cabai adalah untuk menghasilkan benih berkualitas tinggi
yang akan digunakan untuk dijadikan bibit tanaman cabai. Produksi benih cabai
dilakukan untuk memastikan ketersediaan bibit yang unggul dan berkualitas tinggi bagi
para petani untuk menanam tanaman cabai di lahan mereka. Produksi benih cabai yang
berkualitas tinggi dapat membantu meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil
panen cabai. Benih yang berkualitas baik akan memberikan tanaman cabai yang
tumbuh dengan baik dan sehat, lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit, serta
menghasilkan buah cabai yang lebih besar dan berkualitas. Benih yang berkualitas juga
memberikan tingkat perkecambahan dan penetasan biji yang lebih tinggi, yang
membantu meningkatkan efisiensi produksi. Kami berkomitmen untuk menghasilkan
varietas benih dengan hasil panen yang melimpah, rasa yang lezat dan kualitas gizi
yang tinggi. Dengan menyediakan benih unggul, kami ingin membantu petani
meningkatkan produktivitas dan keberhasilan usaha pertanian mereka.
2. Mendorong Pertanian Organik dan Berkelanjutan
Kami ingin mempromosikan praktik pertanian organik dan berkelanjutan melalui
produksi benih cabai. Dengan menggunakan teknik pertanian yang ramah lingkungan
dan bebas dari bahan kimia berbahaya, kami berupaya menjaga kelestarian lingkungan
dan menjaga kualitas produk kami yaitu benih yang sehat. Kami berharap dapat
menjadi pionir dalam membangun kesadaran akan pentingnya pertanian yang
berkelanjutan.
3. Memenuhi Permintaan Konsumen akan benih cabai yang Berkualitas
Permintaan akan cabai yang berkualitas tinggi terus meningkat di pasar. Tujuan
kami adalah memenuhi kebutuhan konsumen dengan menyediakan benih cabai sehat
yang baik dan berkualitas tinggi. Juga menyediakan cabai dengan kualitas yang baik.
4. Menjaga keanekaragaman genetik tanaman cabai
Produksi benih juga sangat penting dalam menjaga keanekaragaman genetik
tanaman cabai. Dengan cara menyeleksi dan memilih benih cabai yang terbaik, akan
membantu menjaga keragaman genetik tanaman dan memastikan keberlanjutan
produksi tanaman cabai di masa depan. Dengan demikian, produksi benih cabai
memiliki tujuan utama untuk meningkatkan produktivitas, meningkatkan kualitas
panen cabai, menjaga keberlanjutan produksi dan mempertahankan keanekaragaman
genetik tanaman cabai.
5. Memperluas Jaringan Distribusi
Kami berkomitmen untuk memperluas jaringan distribusi kami, baik secara lokal
maupun internasional. Dengan menjalin kemitraan yang kuat dengan petani dan
pedagang, kami ingin memastikan bahwa benih cabai kami dapat diakses oleh lebih
banyak petani dan konsumen. Kami berupaya untuk mencapai keterjangkauan yang
lebih luas dan menciptakan dampak positif dalam masyarakat pertanian.
6. Berinovasi dan Mengembangkan Varitas Baru
Kami terus berusaha untuk berinovasi dalam pengembangan varietas cabai baru.
Melalui penelitian dan pengembangan yang berkelanjutan, kami bertujuan untuk
menghasilkan varietas yang lebih tangguh, tahan penyakit, dan beradaptasi dengan
perubahan iklim. Kami ingin menjadi pemimpin dalam pengembangan benih cabai
yang inovatif dan memenuhi kebutuhan masa depan.
1.3 Visi Produk
Visi dari produk kami yaitu “Menjadi produsen terkemuka dalam produksi benih
tanaman cabai berkualitas tinggi yang dapat memenuhi kebutuhan pasar lokal dan
internasional”.
1.4 Misi Produk
Misi dari produk kami yaitu:
1. Memproduksi benih cabai yang berkualitas tinggi dengan menggunakan
teknologi modern dan inovasi terbaru.
2. Mengembangkan varietas cabai baru yang lebih baik dan sesuai dengan
kebutuhan pasar.
3. Memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan dan menjaga
kepercayaan mereka melalui kualitas produk yang terjamin dan harga yang
kompetitif.
4. Menjaga lingkungan dan kesehatan masyarakat di sekitar lokasi produksi.
1.5 Manfaat produk
1. Meningkatkan jumlah dan kualitas hasil panen cabai: Benih tanaman cabai
yang baik dan berkualitas akan menghasilkan tanaman cabai yang produktif dan
berkualitas.
2. Meningkatkan produktivitas petani: Dengan memiliki akses terhadap benih
cabai yang berkualitas, petani dapat meningkatkan produktivitas tanaman cabai
mereka dan meningkatkan kesejahteraan mereka.
3. Mendukung stabilitas pasokan cabai: Usaha produksi benih cabai yang baik dan
berkualitas akan membantu menjaga stabilitas pasokan cabai yang cukup di
pasar.
4. Menjaga keanekaragaman genetik: Dengan melindungi dan melestarikan
varietas cabai yang berbeda, usaha produksi benih cabai dapat memastikan
bahwa keanekaragaman genetik tetap terjaga.
5. Mengurangi risiko penyakit dan hama: Benih cabai yang baik dan sehat dapat
membantu mengurangi risiko serangan penyakit dan hama pada tanaman cabai.
6. Menjaga keberlanjutan lingkungan: Usaha produksi benih cabai yang
bertanggung jawab dan berkelanjutan dapat membantu menjaga kelestarian
lingkungan dan meminimalkan dampak negatif produksi tanaman.
BAB II
RENCANA BISNIS
2.1 Struktur Manajemen
- Direktur utama CEO: Bertanggung jawab atas pengambilan keputusan strategis,
pengelolaan umum perusahaan dan menjalankan visi serta misi perusahaan. CEO
biasanya memiliki wewenang tertinggi dalam perusahaan dan berhubungan
langsung dengan dewan direksi atau pemiliki perusahaan.
- Departemen Riset dan Pengembangaan: Bertanggung jawab untuk melakukan
penelitian dalam pemuliaan tanaman, mengembangkan varietass benih unggul baru
dan memastikan keberlanjutan inovasi dalam bisnis benih cabai. Departemen ini
bekerja sama dengan tim ilmuwan, ahli pemuliaan dan teknisi laboratorium.
- Departemen Produksi: Bertanggung jawab atas kegiatan produksi benih cabai
termasuk perbanyakan tanaman, perawatan bibit, pemantauan kualitas benih dan
pengolahan benih. Departemen ini melibatkan petugas lapang. Petugas pemuliaan
dan petugas produksi untuk memastikan kualitas dan kuantitas benih yang
memadai.
- Departemen Pemasaran dan Penjualan: Bertugas untuk mengidentifikasi peluang
pasar, mengembangkan strategi pemasaran dan menjual benih cabai kepada petani,
distributor atau pelanggan lainnya. Departemen ini melibatkan tim pemasaran, tim
penjualan dan tim layanan pelanggan untuk menjaga hubungan yang baik dengan
pelanggan.
- Departemen Administrasi dan Keuangan: Bertanggung jawab atas manajemen
administrasi, keuangan dan operasional perusahaan. Departemen ini meliput
keuangan, akuntansi, administrasi umum, sumberdaya manusia dan pengelolaan
sistem informasi.
- Departemen Kualitas dan Jaminan Mutu: Bertanggung jawab untuk memastikan
kepatuhan perusahaan terhadap standar kualitas dan regulasi yang berlaku.
Departemen ini terlibat dalam pengujian, pengawasan mutu benih daan
pengembangan prosedur pemastian mutu yang ketat.
- Departemen logistic dan Pengiriman: Bertanggungjawab membina dan
menyelenggarakan manajemen logistic yang meliputi, pengadaan, pemeliharaan dn
perawatan, persediaan benih, fasilitas dan kontruksi serta angkutan untuk mengirim
benih.
- Departemen Penelitian Pasar: Bertanggngjawab melakukan penelitian pasar untuk
menyediakan analisis bagi klien untuk menghasilkan produk benih.
- Departemen Pengembangan Bisnis: Bertanggung jawab bkerjasama dengan divisi
lain untuk memenuhi kebutuhan produk benih juga bertanggungjawab Menyusun
dan mempresentasikan rencana pengembangan bisnis perusahaan.
2.2 Deksripsi Produk
Deskripsi produk untuk produksi benih tanaman cabai harus mencakup beberapa
aspek penting seperti kualitas, spesifikasi teknis, metode produksi, dan informasi
tentang tanaman cabai itu sendiri. Berikut adalah penjelasan rinci tentang deskripsi
produk untuk produksi benih tanaman cabai:
1. Kualitas benih: Benih yang dihasilkan harus memiliki kualitas yang baik dan
konsisten untuk memastikan hasil yang baik pada tanaman cabai. Kualitas yang
baik termasuk benih bersih, bebas dari kerusakan fisik dan patogen, dan memiliki
kecambah yang kuat dan seragam.
2. Spesifikasi teknis: Deskripsi produk harus mencakup spesifikasi teknis seperti
ukuran benih, kadar kelembapan, persentase daya berkecambah, dan porsi inert
materials (bahan asing) dalam benih.
3. Metode produksi: detail metode produksi sangat penting untuk menjaga reputasi
produk. Metode produksi harus menjaga integritas bibit dengan cara memastikan
proses harvester memisahkan fragmen tanaman, menjaga suhu produksi bibit, dan
mencatat waktu panen bibit benih.
4. Informasi tentang tanaman cabai: Selain deskripsi produk, informasi tentang
tanaman cabai sangat penting untuk membantu petani memahami kondisi yang baik
untuk pemupukan, pengairan, dan pengendalian hama untuk tanaman cabai.
Deskripsi tersebut mencakup waktu tanam, spesies tanaman, dan lokasi asal benih.
Semua informasi di atas sangat krusial dalam menjaga kualitas produk benih
tanaman cabai yang dihasilkan serta menjaga visibilitas produk di pasaran. Sebagai
produsen benih cabai, deskripsi yang tepat haruslah menjadi bagian dari strategi
marketing agar konsumen dapat memahami kualitas produk yang ditawarkan. Oleh
karena itu, Produk yang akan diproduksi adalah benih tanaman cabai yang sehat dan
bermutu tinggi. Benih yang dijual nanti akan dipastikan kualitasnya melalui proses
seleksi dengan metode uji daya berkecambah, uji kematangan dan uji resistensi
terhadap hama dan penyakit tanaman cabai.
2.3 Proses Pembenihan
a. Persiapan lahan dan media tanam
Persiapan lahan untuk produksi benih cabai dapat dimulai dengan pembersihan
lahan dari gulma atau rumput-rumput liar. Proses penanaman cabai tidak membutuhkan
lahan yang terlalu sulit. Cukup menggunakan media tanah yang digemburkan. Pastikan
media tanah yang digunakan mengandung unsur hara yang cukup bagi keperluan
tanaman cabai. Campuran bahan yang dapat digunakan sebagai media tanam antara
lain tanah, pupuk kandang atau kompos, arang sekam, pasir, dan pakis kering, masing-
masing dengan komposisi yang sama, yaitu 1:1:1:1:1. Campurkan bahan-bahan
tersebut secara merata dan masukkan ke dalam pot sebagai tempat media tanam dan
pastikan bahwa pot yang digunakan memiliki sistem drainase yang baik.
b. Pembenihan
Cabai dibudidayakan dengan menggunakan biji. Benih yang digunakan adalah
benih yang benar-benar tua dan dikeringkan di bawah matahari. Sebelum ditebar, benih
yang akan disemai ini direndam terlebih dahulu dalam air hangat. Setelah ditebar,
lakukan penyiraman secara teratur setiap hari. Dalam waktu hari, tunas kecambah akan
mulai tumbuh.
c. Penyemaian
Persemaian tanaman cabai dapat dimulai dengan mencampurkan tanah bagian
atas dengan pupuk organik yang sudah dipersiapkan (pupuk kompos atau pupuk
kandang yang telah matang) komposisinya 1:1. Persemaian menggunakan tray, dapat
dilakukan dengan masukkan campuran media tanam tersebut ke dalam tempat media,
padatkan secukupnya agar media bisa mengencang dan mencengkram tanaman. Tray
sudah siap untuk media tanam. Untuk persemaian cetak, siram campuran media tanam
yang telah dibuat tersebut dengan air secukupnya. Air berfungsi untuk menyolidkan
campuran agar mudah dibentuk dan tidak ambrol. Kemudian gunakan cetakan untuk
membentuk adonan menjadi bentuk kotak-kotak kecil. Lubangi bagian atas kotak-
kotak tersebut sedalam 1-2 cm untuk memasukkan benih, setelah itu benih dapat di
masukkan dan di tutup kembali.

Gambar 1. Penyemaian benih cabai


d. Pengokeran
Pengokeran adalah pemisahan bibit dari tempat persemaian ke media baru secara
mandiri. Media oker dapat berupa campuran tanah dan pupuk kandang
perbandingannya 1:1. Teknik pengokeran ada beberapa macam yaitu bisa dibuat dari
bumbungan pisang, polibag ataupun dikepal. Selama dalam oker bibit mengalami
proses pengerasan (hardening off). Pengerasan bibit (seed hardening) bermanfat untuk
menyiapkan bibit agar mampu beradaptasi secara aman dengan lingkungan tempat
penanamannya. Jika bibit tiba-tiba ditanam pada kondisi yang ekstrim maka akan
mengalami cekaman, walaupun bibit tersebut biasanya dapat tumbuh normal kembali.
Namun demikian, pengerasan (harderning off) dianggap lebih baik untuk kondisi yang
secara tiba-tiba berubah (Aegerter et al., 2016). Pengerasan dapat menyebabkan
perubahan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman, salah satunya adalah
menyebabkan permukaan daun menebal dan mampu mengurangi tingkat kehilangan
air. Lignin pada dinding sel berkembang dan jumlah karbohidrat cadangan makanan
yang tersimpan dalam jaringan tanaman meningkat. Pengerasan ini akan menyebabkan
tanaman menjadi lebih tebal dan kuat. Dalam proses pengerasan, pada bibit terjadi
pertumbuhan akar yang dipaksa keluar dari media oker untuk mencari nutrisi dalam
tanah. Proses pengerasan ini menyebabkan tanaman akan lebih tahan terhadap cekaman
setelah dipindahkan ke lapangan.
e. Teknologi dry heat treatment
Dry heat treatment bertujuan untuk menginaktivasi penyakit tular benih dan
meningkatkan viabilitas benih. Dry heat treatment merupakan teknologi dengan
memberikan perlakuan suhu tinggi pada benih sebelum benih tersebut dikecambahkan.
Penyakit yang dapat diinaktivasi oleh dry heat treatment adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus serta dapat pula mengeliminasi jamur dan bakteri yang terbawa
benih.
f. Rincian pembenihan
Benih cabai diberikan perlakuan dry heat treatment pada suhu 70°C selama 72
jam. Sebelum disemai, dilakukan uji daya kecambah dengan metode uji di atas kertas
di dalam germinator. Media yang digunakan adalah kertas merang. Kertas merang yang
telah dilembabkan diletakkan di dalam petridish dan 100 butir benih dideder di atas
media tersebut dan dibuat sebanyak 4 ulangan. Pengujian ini dimaksudkan untuk
mengetahui daya kecambah benih setelah diberi perlakuan DHT. Setelah pengujian
daya kecambah dilakukan penyemaian benih, yang didahului dengan perendaman
selama lebih kurang 12 jam. Benih cabai disemai dalam media steril dalam sebuah tray
dan dilakukan penyiraman setiap hari. Pembibitan sebagian dilakukan di rumah kaca
kedap serangga untuk menghindari terjadinya infeksi virus terhadap bibit sebelum
tanam, dan sebagian lagi dilakukan pada umah pembibitan yang tidak kedap serangga
(terbuka). Setelah bibit cabai mencapai stadia berdaun empat (umur bibit 3 minggu)
dilakukan pengokeran dengan teknik dikepal (sesuai kebiasaan petani), baik untuk
pembibitan kedap serangga maupun pembibitan secara terbuka (tanpa pelindung
serangga). Media pengokeran sesuai dengan kebiasaan petani dan sama dengan media
pesemaian sebelumnya yaitu berupa campuran media tanah dan pupuk kandang dengan
perbandingan 1:1. Bibit di dalam rumah pembibitan yang kedap serangga maupun
rumah pembibitan terbuka, dipelihara dngan cara yang sama sampai bibit siap
dipindahkan ke lapangan (umur 4 minggu).
2.4 Analisis Usaha Tani Produk
Untuk melakukan analisis usaha tani, biaya produksi benih tanaman cabai dapat
dikelompokkan menjadi beberapa kategori, di antaranya adalah:
1. Biaya untuk bibit atau benih cabai.
2. Biaya untuk lahan atau tanah.
3. Biaya untuk pupuk dan pestisida.
4. Biaya untuk tenaga kerja.
5. Biaya untuk pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, dan panen.
Berikut adalah rincian biaya produksi benih tanaman cabai:
1. a) Biaya untuk bibit atau benih cabai: Bibit cabai jenis tertentu: tergantung pada
jenis cabai yang akan ditanam. Harga bibit cabai bervariasi tergantung pada spesies,
varietas, dan kualitas benih. b) Biaya perawatan bibit: biaya untuk menyediakan
tempat yang cocok untuk bibit cabai agar tumbuh optimal, seperti pot, media tanam,
dan pupuk.
2. Biaya untuk lahan atau tanah: a) Biaya sewa atau pengadaan lahan: tergantung pada
lokasi dan luas lahan yang akan digunakan untuk menanam cabai. b) Biaya
pemupukan tanah: biaya untuk memberikan pupuk yang diperlukan agar tanah
dapat mendukung pertumbuhan cabai.
3. Biaya untuk pupuk dan pestisida: a) Biaya pupuk: biaya untuk membeli pupuk yang
diperlukan untuk pertumbuhan tanaman cabai. b) Biaya pestisida: biaya untuk
membeli pestisida dan obat-obatan untuk mencegah serangan hama dan penyakit
pada tanaman.
4. Biaya untuk tenaga kerja: Upah pekerja: biaya untuk membayar pekerja yang
membantu dalam proses penanaman, pemeliharaan, dan panen cabai.
5. Biaya untuk pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, dan panen: a) Biaya
pengolahan tanah: biaya untuk membajak, membersihkan, dan mempersiapkan
lahan sebelum penanaman cabai. b) Biaya penanaman cabai: biaya untuk menanam
bibit cabai pada lahan yang sudah disiapkan. c) Biaya pemeliharaan cabai: biaya
untuk menyiram, memberikan pupuk, dan menjaga tanaman agar tetap sehat dan
produktif. d) Biaya panen cabai: biaya untuk memetik buah cabai dari tanaman dan
menyiapkannya untuk dipasarkan.
Dalam melakukan analisis usaha tani, selain biaya produksi, ada juga faktor lain
yang perlu diperhatikan seperti pendapatan dari harga jual cabai yang dihasilkan. Harga
cabai dapat bervariasi tergantung pada jenis cabai, kualitas, dan kondisi pasar. Oleh
karena itu, faktor pendapatan dari hasil penjualan sangat penting dalam melakukan
analisis usaha tani untuk menentukan apakah usaha tersebut menguntungkan atau tidak.
Dalam hal ini, perlu dihitung juga biaya transportasi dan pemasaran untuk memperoleh
harga jual yang optimal.
2.5 Analisis SWOT Produk
Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) pada usaha
produksi benih tanaman cabai adalah sebagai berikut:
1. Strengths
- Pengetahuan dan keahlian dalam memilih dan memproduksi benih cabai yang
berkualitas.
- Berkaitan erat dengan usaha pertanian dan budidaya tanaman cabai.
- Memiliki pasar yang luas di berbagai wilayah, baik di dalam negeri maupun
internasional.
2. Weaknesses
- Terdapat persaingan yang cukup ketat dalam produksi benih cabai dari
perusahaan lain.
- Biaya produksi yang besar, termasuk pembiayaan biaya penelitian dan
pengembangan varietas cabai yang lebih baik.
3. Opportunities
- Peningkatan permintaan pasar untuk benih cabai berkualitas dan varietas yang
baru, karena semakin banyak orang tertarik untuk bercocok tanam cabai.
- Adanya peluang pengembangan pasar internasional, sehingga dapat
meningkatkan keuntungan dari usaha produksi benih cabai.
4. Threats
- Perubahan cuaca yang ekstrem dan sulit diprediksi, yang dapat memengaruhi
produksi benih cabai.
- Penyakit dan hama yang dapat menyerang tanaman cabai dan mengganggu
produksi benih.
- Kebijakan pemerintah terkait pertanian yang dapat berdampak pada usaha
produksi benih cabai.
Dari analisis SWOT di atas, dapat disimpulkan bahwa usaha produksi benih
tanaman cabai memiliki potensi baik di pasar lokal maupun internasional, namun harus
memperhatikan berbagai tantangan seperti persaingan, biaya produksi yang besar,
perubahan cuaca, dan penyakit serta hama yang dapat menyerang tanaman. Oleh
karena itu, diperlukan strategi yang dirancang dengan baik dalam mengatasi masalah-
masalah tersebut serta mendapatkan peluang bisnis yang tepat agar dapat
memaksimalkan keuntungan dari usaha produksi benih cabai.
2.6 Analisi Kelayakan rencana bisnis
Tabel 1. Form Kelayakan Produk dan Pasar
Skor
No Produk dan pasar SST ST N TS STS
10 5 0 -5 -10
1 Saya bisa menunjukkan bahwa produk /jasa saya ✓ - - - -
dibutuhkan dalam pasar
2 Produk/jasa saya adalah berbeda dengan yang ✓ - - - -
dipasarkan oleh kompetitor saya
3 Saya telah mengidentifikasi mengapa konsumen akan ✓ - - - -
membeli Produk/jasa saya
4 Saya mampu mendeskripsikan 10 ciri konsumen saya - ✓ - - -
secara detail
5 Saya mampu mendeskripsikan 5 konsumen saya - ✓ - - -
secara geografis dimana mereka tinggal
6 Saya telah mengestimasi jumlah konsumen potensial - ✓ - - -
saya
7 Saya telah mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan ✓ - - - -
dari ide bisnis maupun kompetitor saya
8 Saya telah mengkaji paling tidak 3 cara untuk ✓ - - - -
menawarkan produk saya pada konsumen
9 Saya telah mengidentifikasi segala kebutuhan bahan ✓ - - - -
baku dan dari mana saya memperolehnya
10 Saya telah mengkaji bahwa ada beberapa orang yang ✓ - - - -
akan memasarkan produk saya
Total Skor 70 15 0 0 0
Berdasarkan hasil analisis kelayakan produk dan pasar diperoleh skor sebesar 85,
sehingga dapat dikatakan bahwa ide bisnis dapat digolongkan dapat diteruskan untuk
menjadi rencana bisnis karena skornya lebih dari 50.
Tabel 2. Form Kelayakan Manajemen
Skor
No Produk dan pasar SST ST N TS STS
10 5 0 -5 -10
1 Saya tahu ketrampilan yang menjadi faktor kritis yang - ✓ - - -
dibutuhkan dalam kesuksesan bisnis
2 Saya mempunyai ketrampilan mengelola bisnis - ✓ - - -
3 Saya dapat mengoptimalkan ketrampilan dan - ✓ - - -
kemampuan karyawan untuk merealisasi ide bisnis
4 Saya bisa menemukan orang-orang yang dapat ✓ - - - -
menggantikan kekurangan keahlian saya
5 Saya tahu apa yang harus dipertimbangkan dalam ✓ - - - -
memulai bisnis
6 Saya mempunyai tim penasehat untuk pengembangan ✓ - - - -
ide bisnis menjadi bisnis saya
7 Saya bisa menyediakan sarana dan prasarana jika ✓ - - - -
bisnis akan dijalankan
8 Saya telah mempertimbangkan konsekuensi jika ✓ - - - -
bisnis saya gagal dan saya mampu mengetainya
9 Saya telah mempunyai pengalamam sebulumnya - ✓ - - -
dalam mengelola bisnis
10 Saya bisa menyediaan karyawan baik teknisis ✓ - - - -
maupun staf untuk menangani bisnis saya
Total Skor 60 20 0 0 0
Berdasarkan hasil analisis kelayakan manajemen diperoleh skor sebesar 80,
sehingga dapat dikatakan bahwa ide bisnis dapat dijalankan dengan manajemen saya
namun perlu ada perbaikan seperlunya.
Tabel 3. Form Kelayakan Finansial
Skor
No Produk dan pasar SST ST N TS STS
10 5 0 -5 -10
1 Saya telah memproyeksikan bahwa produk/jasa saya - ✓ - - -
mempunyai tipe yang bisa dikembangkan sebagai
industry
2 Bisnis saya akan menghasilkan keuntungan dengan ✓ - - - -
internal rate of return (IRR) yang lebih tinggi dari
suku bunga pinjaman di bank
3 Saya telah bisa memproyeksikan berapa jumlah ✓ - - - -
produk/jasa yang akan dihasilkan termasuk harganya
4 Bisnis saya mampu berdasaya saing dengan bisnis ✓ - - - -
serupa lainnya
5 Saya bisa mengusahakan kolateral untuk ✓ - - - -
mendapatkan pinjaman uang untuk memulai bisnis
saya
6 Saya mempunyai dana (tabungan) untuk memulai ✓ - - - -
bisnis saya
7 Bisnis saya mampu untuk membayar upah dari tenaga ✓ - - - -
kerja yang saya gunakan
8 Saya telah menghitung berapa biaya produksi per unit - ✓ - - -
dari produk/jasa yang kan saya hasilkan
9 Saya telah memperkirakan investasi dari bisnis saya - ✓ - - -
10 Saya telah memperkirakan keuntungan dari bisnis ✓ - - - -
saya dalam jangka panjang
Total Skor 70 15 0 0 0
Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial diperoleh skor sebesar 85,
sehingga dapat dikatakan bahwa ide bisnis dapat dijalankan.
Kesimpulan: Berdasarkan hasil analisis kelayakan produk dan pasar, kelayakan
manajemen, dan kelayakan finansial ide bisnis yang saya ajukan, dapat diketahui
bahwa ide bisnis dapat dijalankan karena skor ketiga hasil analisis lebih besar dari 50
sehingga ide bisnis layak secara produk dan pasar, layak secara manajemen, dan layak
secara finansial namun memerlukan perbaikan manajemen seperlunya.
2.7 Operasional Variabel
Biaya total atau biaya produksi adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam
usaha tani cabai per hektar selama satu kali musim tanam yang meliputi:
a. Biaya Tetap (Fixed Cost) adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung
pada besar kecilnya volume produksi atau penjualan yang dihasilkan, dan sifatnya
tidak habis dalam satu waktu kali musim tanam, yang termasuk dalam biaya tetap
yaitu sewa lahan, penyusutan alat dan bunga modal dengan satuan rupiah (Rp).
(1) Sewa adalah kewajiban yang harus dibayar oleh penyewa kepada pemilik lahan
maupun perusahaan untuk penerimaan dalam pemilikan dari pemilik untuk
penyewa berdasarkan kesepakatan penyewa dan yang menyewakan.
(2) Penyusutan alat, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp) per musim tanam,
Besarnya penyusustan alat dihitung dengan menggunakan metode garis lurus
(Straight Line Method) dengan rumus sebagai berikut:
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛−𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑖𝑠𝑎
Penyusutan alat = 𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑒𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖𝑠

(3) Bunga modal dihitung dalam satuan persen berdasarkan bunga bank yang
berlaku pada saat penelitian, dan dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp) per
musim tanam.
b. Biaya Variabel (Variabel Cost) adalah biaya yang besar kecilnya tergantung pada
besarnya volume produksi atau penjualan yang dihasilkan. Beberapa komponen
yang termasuk dalam biaya variabel antara lain: benih, pupuk, pestisida, insektisida
dan tenaga kerja.
(a) Jumlah benih cabai yang digunakan, dihitung dalam satuan kilogram (Kg), dan
dinilai dalam satuan rupiah (Rp) per hektar per musim tanam.
(b) Pupuk yang digunakan dihitung dalam satuan kilogram (Kg), dan dinilai dalam
satuan rupiah (Rp) per hektar per musim tanam.
(c) Pestisida yang digunakan dihitung dalam satuan liter (lt), dan dinilai dalam
satuan rupiah (Rp) per hektar per musim tanam.
(d) Insektisida yang digunakan dalam satuan liter (lt), dan dinilai dalam satuan
rupiah (Rp) per hektar per musim tanam.
(e) Mulsa plastik hitam perak yang digunakan dihitung dalam satuan rol, dan
dinilai dalam satuan rupiah per hektar per musim tanam.
(f) Tali rapia yang digunakan dihitung dalam satuan gulung, dan dinilai dalam
satuan rupiah (Rp) per hektar per musim tanam.
(g) Ajir yang digunakan dihitung per batang, dan dinilai dalam satuan rupiah (Rp)
per hektar per musim tanam.
(h) Tenaga Kerja adalah orang yang melakukan kegiatan yang berhubungan dengan
proses produksi baik yang berasal dari keluarga maupun luar keluarga yang
dihgitung dalam Hari Orang Kerja (HOK), dan dinilai dalam satuan rupiah (Rp)
per hektar per musim tanam.
(i) Penerimaan adalah hasil yang diperoleh dari masing-masing usahatani cabai
untuk satu kali musim tanam yaitu jumlah produksi cabe yang dihasilkan
dikalikan harga jual, dan dinilai dalam satuan rupiah (Rp) per hektar per musim
tanam.
(j) Pendapatan merupakan selisih antara nilai produksi dengan total biaya
produksi, yang dihitung dalam satuan rupiah (Rp) per hektar per musim tanam.
(k) R/C (Analisis Revenue of Cost Ratio) merupakan alat analisis untuk melihat
keuntungan relatif suatu usaha dalam satu periode terhadap biaya yang dipakai
dalam kegiatan usahatani, dimana R/C menunjukkan besarnyapenerimaan yang
diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan. Asumsi yang digunakan R/C
pada saat penelitian yaitu, harga berlaku pada saat penelitian yaitu harga Rp.
9000 per kilogram, barang habis terjual, teknolologi yang digunakan sama.
2.8 Rancangan Analisis Biaya
1. Analisis Biaya
Untuk menghitung besarnya biaya total (Total Cost) diperoleh dengan cara
menjumlahkan biaya tetap (Fixed Cost/ FC) dengan biaya variabel (Variable Cost/ VC)
dengan menggunakan rumus:
TC = FC + VC
Dimana:
TC= Total cost (Biaya total)
FC = Fixed cost (Biaya tetap total)
VC= Variable cost (Biaya variabel total)
2. Analisis Pendapatan
Pendapatan adalah selisih antara penerimaan (TR) dan biaya total (TC) dan dinyatakan
dengan menggunakan rumus:
Pd = TR – TC
Dimana:
Pd = Pendapatan
TR= Total revenue (Penerimaan total)
TC= Total cost (Biaya total)
3. Untuk Menghitung R/C
R/C adalah perbandingan antara penerimaan dengan biaya total, dinyatakan dengan
menggunakan rumus:
𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
R/C= 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat berapa jumlah penerimaan yang akan diperoleh
petani dari setiap rupiah yang dikeluarkan petani dalam usahatani cabai tersebut,
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. R/C > 1, maka usahatani cabai tersebut menguntungkan, sehingga usaha tersebut
layak untuk diusahakan.
b. R/C = 1, maka usahatani cabai tersebut sama rata, sehingga usaha tersebut tidak
untung tidak rugi.
c. R/C < 1, maka usahatani cabai tersebut rugi, sehingga usaha tersebut tidak layak
diusahakan.
BAB III
KELAYAKAN PASAR
3.1 Analisis Kelayakan Pasar
Analisis kelayakan pasar usaha produksi benih tanaman cabai dapat dilakukan
dengan beberapa cara, di antaranya:
1. Analisis permintaan pasar
Memperkirakan jumlah permintaan benih cabai di pasaran melalui survei ke pasar atau
melalui data penjualan benih cabai di toko-toko pertanian. Dalam hal ini, perlu
diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan, seperti musim tanam,
harga, dan kualitas benih yang dihasilkan.
2. Analisis persaingan pasar
Menganalisis pesaing bisnis yang sudah ada dan persaingan yang dapat dihadapi. Hal
ini dapat dilakukan melalui survei ke pasar dan mengumpulkan informasi mengenai
produk-produk yang sudah ada di pasaran, kualitas dan harga produk mereka, serta
strategi pemasaran yang mereka gunakan.
3. Analisis keuntungan
Membuat perhitungan keuntungan bisnis produksi benih cabai dengan
memperhitungkan biaya produksi seperti pembelian bibit, pupuk, pestisida, tenaga
kerja, dan biaya lainnya sehingga bisa menghasilkan harga jual yang cukup layak.
4. Analisis target pasar dan segmentasi
Menganalisis siapa yang menjadi target pasar bisnis produksi benih cabai dan
bagaimana segmen pasar yang bisa dipenuhi. Dalam konteks ini, dapat dilakukan
beberapa strategi segmentasi pasar seperti menentukan pasar geografis (daerah/kota),
pasar demografis (usia, jenis kelamin), atau pasar psikografis (sikap, perilaku).
5. Analisis risiko pasar
Menganalisis risiko-risiko yang mungkin terjadi dalam bisnis produksi benih cabai
seperti bencana alam, fluktuasi harga komoditas, dan resiko pasokan dan permintaan
pasar.
Berdasarkan hasil analisis kelayakan pasar di atas, apabila permintaan benih
cabai cukup besar dan pasar masih cukup terbuka, dengan perhitungan keuntungan
yang layak dan risiko pasar yang bisa ditangani, maka usaha produksi benih tanaman
cabai akan dianggap layak dan memiliki potensi untuk sukses.
3.2 Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran untuk produksi benih tanaman cabai dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa langkah berikut:
1. Penentuan target pasar
Pertama, penting untuk menentukan target pasar yang akan dilayani oleh produk benih
cabai. Hal ini dapat dilakukan dengan menganalisis pasar dan kebutuhan pelanggan
secara terperinci, sebagai dasar untuk merumuskan strategi pemasaran yang tepat.
2. Pengembangan produk dan merek
Setelah menentukan target pasar, perusahaan perlu mengembangkan produk dan merek
yang tepat. Produk benih cabai harus memiliki kualitas yang tinggi, bermutu dan sesuai
dengan kebutuhan pasar. Merek yang baik juga diperlukan untuk membedakan produk
dari pesaing dan menciptakan kesan positif di mata pelanggan.
3. Promosi melalui media online dan offline
Promosi dapat dilakukan melalui media online dan offline. Salah satu strategi
pemasaran online yang dapat dilakukan adalah menggunakan media sosial, seperti
Instagram dan Facebook untuk mengiklankan produk. Sedangkan strategi offline dapat
dilakukan melalui pameran lokal, seminar tentang teknologi terbaru, dan ikut serta pada
kegiatan-kegiatan pertanian.
4. Kemitraan dengan distributor agribisnis dan toko pertanian
Perusahaan dapat menjalin kemitraan dengan distributor agribisnis dan toko pertanian
untuk memasarkan produk benih cabai. Dalam kemitraan ini, perusahaan dapat
memberikan insentif kepada para mitra dalam bentuk diskon khusus atau program
promosi terkait.
5. Penyediaan layanan purna jual
Bagian terpenting dari pemasaran benih cabai adalah penyediaan layanan purna jual,
yang meliputi dukungan teknis, saran tentang penggunaan pupuk dan pestisida yang
tepat, dan layanan konsultasi teknis. Mengutamakan layanan purna jual yang
berkualitas dapat meningkatkan kepercayaan pelanggan terhadap produk dan
meningkatkan loyalitas pada merek tersebut.
Dengan menerapkan strategi pemasaran benih cabai yang tepat, perusahaan dapat
meningkatkan brand awareness, meningkatkan penjualan, dan membantu petani untuk
menghasilkan produk cabai yang lebih baik. Jika semua strategi tersebut dijalankan
dengan baik, perusahaan dapat mencapai tujuan bisnis yang ingin dicapai.
BAB IV
ANALISIS BIAYA USAHA TANI
4.1 Analisis Biaya
1. Biaya Total
Biaya total yang dihitung dari awal meliputi biaya tetap total ditambah dengan
biaya variabel total. Dalam hal ini hasil dari perhitungan telah menunjukkan bahwa
rata-rata besarnya biaya total yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp 76.500.000 per hektar
dalam satu kali musim tanam.
Tabel 4. Biaya Pada Usahatani Cabai Per Hektar dalam Satu Kali Musim Tanam
Komponen biaya Total
A Biaya tetap
Penyusutan Alat 6.000.0000
Sewa Lahan 25.000.000
Bunga Modal Tetap (4,50% dalam satu kali 500.000
musim tanam)
Jumlah Rp 31.500.000
B Biaya Variabel
Benih 3.000.000
Pupuk Organik Kotoran Ayam 2.000.000
NPK 6.000.000
Urea 500.000
ZA 1.000.000
KCL 200.000
Fungisida 500.000
Insektisida 700.000
SP-36 600.000
Tenaga Kerja 10.000.000
Bunga Modal Tetap (4,50% dalam satu kali 500.0000
musim tanam)
Biaya Variabel Tetap 20.000.000
Jumlah Rp 45.000.000
Total jumlah Rp 76.500.000
2. Biaya Tetap
Biaya tetap yang telah dihitung dalam penelitian ini meliputi biaya penyusutan
alat, bunga modal (4,5 persen per satu kali musim tanam) dan biaya sewa lahan. Hasil
peritungan biaya tetap dalam usahatani cabai yaitu sebesar Rp 31.500.000 per hektar
dalam satu kali musim tanam. Selanjutnya pada biaya sewa lahan yang dikeluarkan
oleh petani cabai dalam penelitian ini yaitu sebesar Rp 25.000.000 per hektar dalam
satu kali musim tanam.
3. Biaya Variabel
Biaya penyusutan alat dapat dipengaruhi oleh jenis serta banyaknya alat
pertanian yang digunakan dan yang dimiliki oleh petani cabai dalam usahatani. Jenis
alat yang dapat digunakan dalam usahatani cabai antara lain: cangkul, garpu, ajir,
spayer, drum, timbangan, golok, mulsa, power sprayer, selang, dan ember. Rata-rata
penyusutan alat pada usahatani cabai yaitu sebesar Rp 45.000.000 per hektar dalam
satu kali musim tanam.
Biaya variabel yang dihitung dalam penelitian ini yaitu Upah Tenaga Kerja,
Benih, Pupuk Organik, NPK, Urea, ZA, KCL, SP-36, Insektisida dan Bunga Modal
Variabel (4,5 persen per satu kali musim tanam). Hasil perhitungan memperlihatkan
bahwa besarnya biaya variabel yang dikeluarkan oleh petani cabai yaitu sebesar Rp
20.000.000 per hektar dalam satu kali musim tanam.
Dalam melakukan kegiatan usahatani cabai membutuhkan tenaga kerja, baik
yang berasal dari tenaga kerja dalam keluarga maupun dari luar keluarga. System dalam
pembayaran sesuai dengan upah yang berlaku yang terdapat pada daerah, yang dibayar
secara tunai dengan upah yaitu sebesar Rp 100.000 sampai Rp 150.000 per orang.
Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp 10.000.000 dalam satu kali
musim tanam.
4.2 Analisis Pendapatan
Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya total yang sudah
dikeluarkan, sedangkan penerimaan merupakan hasil perkalian antara harga jual cabai
dengan banyaknya produksi cabai yang dihasilkan. Harga jual cabai pada sekarang ini
yaitu sebesar Rp 10.000 per kilogram, sedangkan produksi cabai per hektar yang
dihasilkan dalam satu kali musim tanam yaitu sebesar 10.000 kilogram, sehingga
didapat penerimaan sebesar Rp 100.000.000 dalam satu kali musim tanam.
4.3 Analisis R/C
R/C (Revenue Cost Ratio) diketahui dengan cara pembagian antara penerimaan
dengan biaya total. Berdasarkan hal yang dijelaskan diatas dapat diketahui dari rata-
rata R/C yaitu sebesar 2,53 yang artinya pada setiap pengeluaran biaya yaitu sebesar
Rp. 1,00 maka petani cabai merah akan mendapat penerimaan yaitu sebesar Rp. 2,51
hal ini petani cabai merah telah memperoleh keuntungan yaitu sebesar Rp. 2,51.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis pasar, target pasar, hingga analisis finansial yang dilakukan
dalam bisnis plan produksi benih, dapat disimpulkan bahwa bisnis tersebut memiliki
potensi yang menjanjikan. Pasar benih di Indonesia banyak dipengaruhi oleh
permintaan petani dan industri pertanian yang terus meningkat, sehingga memberikan
peluang bisnis yang besar. Dalam hal pemasaran, perusahaan harus memperhatikan
seberapa besar pengaruh merek dan kualitas produk terhadap keputusan konsumen
dalam memilih benih yang akan digunakan. Oleh karena itu, perusahaan harus bisa
menciptakan branding yang kuat untuk membangun kepercayaan konsumen dan juga
meningkatkan kualitas produk terus menerus.
5.2 Saran
Saran untuk rencana bisnis produksi benih cabai ini yaitu:
1. Standarisasi dan pengembangan teknologi produksi benih, perusahaan bisa
melakukan penelitian terkait standar kualitas benih yang baik untuk memenuhi
persyaratan konsumen. Selain itu, pengembangan teknologi produksi benih juga
perlu dilakukan untuk memberikan nilai tambah pada produk.
2. Kerjasama dengan dunia Pendidikan, perusahaan bisa melakukan kerjasama
dengan perguruan tinggi yang menyediakan program pendidikan tentang pertanian
dan memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk melakukan magang di
perusahaan. Hal ini bisa menghasilkan tenaga kerja dengan kualifikasi tinggi dan
juga bagi mahasiswa bisa memperluas pengalaman lapangan.
3. Inovasi produk, perusahaan bisa melakukan inovasi produk yang ditujukan pada
target pasar tertentu seperti produk benih khusus untuk petani kecil atau produk
benih hibrida yang tahan cuaca ekstrem. Hal ini bisa meningkatkan daya saing
perusahaan di pasar.
4. Pengembangan jaringan distribusi, perusahaan bisa mengembangkan jaringan
distribusi yang kuat untuk melayani kebutuhan konsumen di seluruh Indonesia.
Dengan memiliki jaringan distribusi yang kuat, perusahaan bisa semakin mudah
dalam memasarkan produk dan meningkatkan penjualan.
5. Pelatihan dan pengembangan karyawan, perusahaan harus memberikan pelatihan
dan pengembangan kepada karyawan untuk meningkatkan kualitas karyawan
dalam mengelola bisnis perusahaan. Selain itu, perusahaan juga perlu menciptakan
lingkungan kerja yang kondusif dan lebih mengutamakan kesejahteraan karyawan.
Hal ini bisa meningkatkan motivasi kerja dan kinerja karyawan.
DAFTAR PUSTAKA
Aegerter, Steve, Colorado Master Gardener. 2016. Get Ready to Harden Off Your
Transplants. Hardening Off Isn’t Hard. Colorado State University Cooperative
Extension, Denver County, Colorado.
Anggraeni, N.T. dan A. Fadlil. 2013. Identifikasi Jenis Cabai (Capsicum annuum L.).
Biodiversitas 1(2): 409–418
Anwar, A., Jamsari., H. Fauza., Sutoyo., N.E. Putri., dan L. Syukriani. 2013. Uji
Kebenaran Cabai Lotanbar. Laporan Tim Uji Kebenaran. Padang. Fakultas
Pertanian Unand. 33.
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2014. Statistik Hortikultura Tahun 2010. Direktorat
Jenderal Hortikultura. Departemen Pertanian. Jakarta. 125.
Raka, I., G.N., I.A. Mayun, A.A.M. Astiningsih, and K. Arsa Wijaya. 2016. Effect of
Difference Age of Seedling and Seeds Dry Heat Treatment on Yield of Chilli
Pepper (Capsicum frutescens L.). International Conference on Bioscience and
Biotechnology (7th ICBB 2016). Denpasar. Bali. Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai