Disusun Oleh:
Shifa Fauziah
205040200111278/ B
Dosen Pengampu:
Prof. Ir. Arifin Noor Sugiharto, M.Sc., Ph.D.
(3) Bunga modal dihitung dalam satuan persen berdasarkan bunga bank yang
berlaku pada saat penelitian, dan dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp) per
musim tanam.
b. Biaya Variabel (Variabel Cost) adalah biaya yang besar kecilnya tergantung pada
besarnya volume produksi atau penjualan yang dihasilkan. Beberapa komponen
yang termasuk dalam biaya variabel antara lain: benih, pupuk, pestisida, insektisida
dan tenaga kerja.
(a) Jumlah benih cabai yang digunakan, dihitung dalam satuan kilogram (Kg), dan
dinilai dalam satuan rupiah (Rp) per hektar per musim tanam.
(b) Pupuk yang digunakan dihitung dalam satuan kilogram (Kg), dan dinilai dalam
satuan rupiah (Rp) per hektar per musim tanam.
(c) Pestisida yang digunakan dihitung dalam satuan liter (lt), dan dinilai dalam
satuan rupiah (Rp) per hektar per musim tanam.
(d) Insektisida yang digunakan dalam satuan liter (lt), dan dinilai dalam satuan
rupiah (Rp) per hektar per musim tanam.
(e) Mulsa plastik hitam perak yang digunakan dihitung dalam satuan rol, dan
dinilai dalam satuan rupiah per hektar per musim tanam.
(f) Tali rapia yang digunakan dihitung dalam satuan gulung, dan dinilai dalam
satuan rupiah (Rp) per hektar per musim tanam.
(g) Ajir yang digunakan dihitung per batang, dan dinilai dalam satuan rupiah (Rp)
per hektar per musim tanam.
(h) Tenaga Kerja adalah orang yang melakukan kegiatan yang berhubungan dengan
proses produksi baik yang berasal dari keluarga maupun luar keluarga yang
dihgitung dalam Hari Orang Kerja (HOK), dan dinilai dalam satuan rupiah (Rp)
per hektar per musim tanam.
(i) Penerimaan adalah hasil yang diperoleh dari masing-masing usahatani cabai
untuk satu kali musim tanam yaitu jumlah produksi cabe yang dihasilkan
dikalikan harga jual, dan dinilai dalam satuan rupiah (Rp) per hektar per musim
tanam.
(j) Pendapatan merupakan selisih antara nilai produksi dengan total biaya
produksi, yang dihitung dalam satuan rupiah (Rp) per hektar per musim tanam.
(k) R/C (Analisis Revenue of Cost Ratio) merupakan alat analisis untuk melihat
keuntungan relatif suatu usaha dalam satu periode terhadap biaya yang dipakai
dalam kegiatan usahatani, dimana R/C menunjukkan besarnyapenerimaan yang
diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan. Asumsi yang digunakan R/C
pada saat penelitian yaitu, harga berlaku pada saat penelitian yaitu harga Rp.
9000 per kilogram, barang habis terjual, teknolologi yang digunakan sama.
2.8 Rancangan Analisis Biaya
1. Analisis Biaya
Untuk menghitung besarnya biaya total (Total Cost) diperoleh dengan cara
menjumlahkan biaya tetap (Fixed Cost/ FC) dengan biaya variabel (Variable Cost/ VC)
dengan menggunakan rumus:
TC = FC + VC
Dimana:
TC= Total cost (Biaya total)
FC = Fixed cost (Biaya tetap total)
VC= Variable cost (Biaya variabel total)
2. Analisis Pendapatan
Pendapatan adalah selisih antara penerimaan (TR) dan biaya total (TC) dan dinyatakan
dengan menggunakan rumus:
Pd = TR – TC
Dimana:
Pd = Pendapatan
TR= Total revenue (Penerimaan total)
TC= Total cost (Biaya total)
3. Untuk Menghitung R/C
R/C adalah perbandingan antara penerimaan dengan biaya total, dinyatakan dengan
menggunakan rumus:
𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
R/C= 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat berapa jumlah penerimaan yang akan diperoleh
petani dari setiap rupiah yang dikeluarkan petani dalam usahatani cabai tersebut,
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. R/C > 1, maka usahatani cabai tersebut menguntungkan, sehingga usaha tersebut
layak untuk diusahakan.
b. R/C = 1, maka usahatani cabai tersebut sama rata, sehingga usaha tersebut tidak
untung tidak rugi.
c. R/C < 1, maka usahatani cabai tersebut rugi, sehingga usaha tersebut tidak layak
diusahakan.
BAB III
KELAYAKAN PASAR
3.1 Analisis Kelayakan Pasar
Analisis kelayakan pasar usaha produksi benih tanaman cabai dapat dilakukan
dengan beberapa cara, di antaranya:
1. Analisis permintaan pasar
Memperkirakan jumlah permintaan benih cabai di pasaran melalui survei ke pasar atau
melalui data penjualan benih cabai di toko-toko pertanian. Dalam hal ini, perlu
diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan, seperti musim tanam,
harga, dan kualitas benih yang dihasilkan.
2. Analisis persaingan pasar
Menganalisis pesaing bisnis yang sudah ada dan persaingan yang dapat dihadapi. Hal
ini dapat dilakukan melalui survei ke pasar dan mengumpulkan informasi mengenai
produk-produk yang sudah ada di pasaran, kualitas dan harga produk mereka, serta
strategi pemasaran yang mereka gunakan.
3. Analisis keuntungan
Membuat perhitungan keuntungan bisnis produksi benih cabai dengan
memperhitungkan biaya produksi seperti pembelian bibit, pupuk, pestisida, tenaga
kerja, dan biaya lainnya sehingga bisa menghasilkan harga jual yang cukup layak.
4. Analisis target pasar dan segmentasi
Menganalisis siapa yang menjadi target pasar bisnis produksi benih cabai dan
bagaimana segmen pasar yang bisa dipenuhi. Dalam konteks ini, dapat dilakukan
beberapa strategi segmentasi pasar seperti menentukan pasar geografis (daerah/kota),
pasar demografis (usia, jenis kelamin), atau pasar psikografis (sikap, perilaku).
5. Analisis risiko pasar
Menganalisis risiko-risiko yang mungkin terjadi dalam bisnis produksi benih cabai
seperti bencana alam, fluktuasi harga komoditas, dan resiko pasokan dan permintaan
pasar.
Berdasarkan hasil analisis kelayakan pasar di atas, apabila permintaan benih
cabai cukup besar dan pasar masih cukup terbuka, dengan perhitungan keuntungan
yang layak dan risiko pasar yang bisa ditangani, maka usaha produksi benih tanaman
cabai akan dianggap layak dan memiliki potensi untuk sukses.
3.2 Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran untuk produksi benih tanaman cabai dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa langkah berikut:
1. Penentuan target pasar
Pertama, penting untuk menentukan target pasar yang akan dilayani oleh produk benih
cabai. Hal ini dapat dilakukan dengan menganalisis pasar dan kebutuhan pelanggan
secara terperinci, sebagai dasar untuk merumuskan strategi pemasaran yang tepat.
2. Pengembangan produk dan merek
Setelah menentukan target pasar, perusahaan perlu mengembangkan produk dan merek
yang tepat. Produk benih cabai harus memiliki kualitas yang tinggi, bermutu dan sesuai
dengan kebutuhan pasar. Merek yang baik juga diperlukan untuk membedakan produk
dari pesaing dan menciptakan kesan positif di mata pelanggan.
3. Promosi melalui media online dan offline
Promosi dapat dilakukan melalui media online dan offline. Salah satu strategi
pemasaran online yang dapat dilakukan adalah menggunakan media sosial, seperti
Instagram dan Facebook untuk mengiklankan produk. Sedangkan strategi offline dapat
dilakukan melalui pameran lokal, seminar tentang teknologi terbaru, dan ikut serta pada
kegiatan-kegiatan pertanian.
4. Kemitraan dengan distributor agribisnis dan toko pertanian
Perusahaan dapat menjalin kemitraan dengan distributor agribisnis dan toko pertanian
untuk memasarkan produk benih cabai. Dalam kemitraan ini, perusahaan dapat
memberikan insentif kepada para mitra dalam bentuk diskon khusus atau program
promosi terkait.
5. Penyediaan layanan purna jual
Bagian terpenting dari pemasaran benih cabai adalah penyediaan layanan purna jual,
yang meliputi dukungan teknis, saran tentang penggunaan pupuk dan pestisida yang
tepat, dan layanan konsultasi teknis. Mengutamakan layanan purna jual yang
berkualitas dapat meningkatkan kepercayaan pelanggan terhadap produk dan
meningkatkan loyalitas pada merek tersebut.
Dengan menerapkan strategi pemasaran benih cabai yang tepat, perusahaan dapat
meningkatkan brand awareness, meningkatkan penjualan, dan membantu petani untuk
menghasilkan produk cabai yang lebih baik. Jika semua strategi tersebut dijalankan
dengan baik, perusahaan dapat mencapai tujuan bisnis yang ingin dicapai.
BAB IV
ANALISIS BIAYA USAHA TANI
4.1 Analisis Biaya
1. Biaya Total
Biaya total yang dihitung dari awal meliputi biaya tetap total ditambah dengan
biaya variabel total. Dalam hal ini hasil dari perhitungan telah menunjukkan bahwa
rata-rata besarnya biaya total yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp 76.500.000 per hektar
dalam satu kali musim tanam.
Tabel 4. Biaya Pada Usahatani Cabai Per Hektar dalam Satu Kali Musim Tanam
Komponen biaya Total
A Biaya tetap
Penyusutan Alat 6.000.0000
Sewa Lahan 25.000.000
Bunga Modal Tetap (4,50% dalam satu kali 500.000
musim tanam)
Jumlah Rp 31.500.000
B Biaya Variabel
Benih 3.000.000
Pupuk Organik Kotoran Ayam 2.000.000
NPK 6.000.000
Urea 500.000
ZA 1.000.000
KCL 200.000
Fungisida 500.000
Insektisida 700.000
SP-36 600.000
Tenaga Kerja 10.000.000
Bunga Modal Tetap (4,50% dalam satu kali 500.0000
musim tanam)
Biaya Variabel Tetap 20.000.000
Jumlah Rp 45.000.000
Total jumlah Rp 76.500.000
2. Biaya Tetap
Biaya tetap yang telah dihitung dalam penelitian ini meliputi biaya penyusutan
alat, bunga modal (4,5 persen per satu kali musim tanam) dan biaya sewa lahan. Hasil
peritungan biaya tetap dalam usahatani cabai yaitu sebesar Rp 31.500.000 per hektar
dalam satu kali musim tanam. Selanjutnya pada biaya sewa lahan yang dikeluarkan
oleh petani cabai dalam penelitian ini yaitu sebesar Rp 25.000.000 per hektar dalam
satu kali musim tanam.
3. Biaya Variabel
Biaya penyusutan alat dapat dipengaruhi oleh jenis serta banyaknya alat
pertanian yang digunakan dan yang dimiliki oleh petani cabai dalam usahatani. Jenis
alat yang dapat digunakan dalam usahatani cabai antara lain: cangkul, garpu, ajir,
spayer, drum, timbangan, golok, mulsa, power sprayer, selang, dan ember. Rata-rata
penyusutan alat pada usahatani cabai yaitu sebesar Rp 45.000.000 per hektar dalam
satu kali musim tanam.
Biaya variabel yang dihitung dalam penelitian ini yaitu Upah Tenaga Kerja,
Benih, Pupuk Organik, NPK, Urea, ZA, KCL, SP-36, Insektisida dan Bunga Modal
Variabel (4,5 persen per satu kali musim tanam). Hasil perhitungan memperlihatkan
bahwa besarnya biaya variabel yang dikeluarkan oleh petani cabai yaitu sebesar Rp
20.000.000 per hektar dalam satu kali musim tanam.
Dalam melakukan kegiatan usahatani cabai membutuhkan tenaga kerja, baik
yang berasal dari tenaga kerja dalam keluarga maupun dari luar keluarga. System dalam
pembayaran sesuai dengan upah yang berlaku yang terdapat pada daerah, yang dibayar
secara tunai dengan upah yaitu sebesar Rp 100.000 sampai Rp 150.000 per orang.
Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp 10.000.000 dalam satu kali
musim tanam.
4.2 Analisis Pendapatan
Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya total yang sudah
dikeluarkan, sedangkan penerimaan merupakan hasil perkalian antara harga jual cabai
dengan banyaknya produksi cabai yang dihasilkan. Harga jual cabai pada sekarang ini
yaitu sebesar Rp 10.000 per kilogram, sedangkan produksi cabai per hektar yang
dihasilkan dalam satu kali musim tanam yaitu sebesar 10.000 kilogram, sehingga
didapat penerimaan sebesar Rp 100.000.000 dalam satu kali musim tanam.
4.3 Analisis R/C
R/C (Revenue Cost Ratio) diketahui dengan cara pembagian antara penerimaan
dengan biaya total. Berdasarkan hal yang dijelaskan diatas dapat diketahui dari rata-
rata R/C yaitu sebesar 2,53 yang artinya pada setiap pengeluaran biaya yaitu sebesar
Rp. 1,00 maka petani cabai merah akan mendapat penerimaan yaitu sebesar Rp. 2,51
hal ini petani cabai merah telah memperoleh keuntungan yaitu sebesar Rp. 2,51.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis pasar, target pasar, hingga analisis finansial yang dilakukan
dalam bisnis plan produksi benih, dapat disimpulkan bahwa bisnis tersebut memiliki
potensi yang menjanjikan. Pasar benih di Indonesia banyak dipengaruhi oleh
permintaan petani dan industri pertanian yang terus meningkat, sehingga memberikan
peluang bisnis yang besar. Dalam hal pemasaran, perusahaan harus memperhatikan
seberapa besar pengaruh merek dan kualitas produk terhadap keputusan konsumen
dalam memilih benih yang akan digunakan. Oleh karena itu, perusahaan harus bisa
menciptakan branding yang kuat untuk membangun kepercayaan konsumen dan juga
meningkatkan kualitas produk terus menerus.
5.2 Saran
Saran untuk rencana bisnis produksi benih cabai ini yaitu:
1. Standarisasi dan pengembangan teknologi produksi benih, perusahaan bisa
melakukan penelitian terkait standar kualitas benih yang baik untuk memenuhi
persyaratan konsumen. Selain itu, pengembangan teknologi produksi benih juga
perlu dilakukan untuk memberikan nilai tambah pada produk.
2. Kerjasama dengan dunia Pendidikan, perusahaan bisa melakukan kerjasama
dengan perguruan tinggi yang menyediakan program pendidikan tentang pertanian
dan memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk melakukan magang di
perusahaan. Hal ini bisa menghasilkan tenaga kerja dengan kualifikasi tinggi dan
juga bagi mahasiswa bisa memperluas pengalaman lapangan.
3. Inovasi produk, perusahaan bisa melakukan inovasi produk yang ditujukan pada
target pasar tertentu seperti produk benih khusus untuk petani kecil atau produk
benih hibrida yang tahan cuaca ekstrem. Hal ini bisa meningkatkan daya saing
perusahaan di pasar.
4. Pengembangan jaringan distribusi, perusahaan bisa mengembangkan jaringan
distribusi yang kuat untuk melayani kebutuhan konsumen di seluruh Indonesia.
Dengan memiliki jaringan distribusi yang kuat, perusahaan bisa semakin mudah
dalam memasarkan produk dan meningkatkan penjualan.
5. Pelatihan dan pengembangan karyawan, perusahaan harus memberikan pelatihan
dan pengembangan kepada karyawan untuk meningkatkan kualitas karyawan
dalam mengelola bisnis perusahaan. Selain itu, perusahaan juga perlu menciptakan
lingkungan kerja yang kondusif dan lebih mengutamakan kesejahteraan karyawan.
Hal ini bisa meningkatkan motivasi kerja dan kinerja karyawan.
DAFTAR PUSTAKA
Aegerter, Steve, Colorado Master Gardener. 2016. Get Ready to Harden Off Your
Transplants. Hardening Off Isn’t Hard. Colorado State University Cooperative
Extension, Denver County, Colorado.
Anggraeni, N.T. dan A. Fadlil. 2013. Identifikasi Jenis Cabai (Capsicum annuum L.).
Biodiversitas 1(2): 409–418
Anwar, A., Jamsari., H. Fauza., Sutoyo., N.E. Putri., dan L. Syukriani. 2013. Uji
Kebenaran Cabai Lotanbar. Laporan Tim Uji Kebenaran. Padang. Fakultas
Pertanian Unand. 33.
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2014. Statistik Hortikultura Tahun 2010. Direktorat
Jenderal Hortikultura. Departemen Pertanian. Jakarta. 125.
Raka, I., G.N., I.A. Mayun, A.A.M. Astiningsih, and K. Arsa Wijaya. 2016. Effect of
Difference Age of Seedling and Seeds Dry Heat Treatment on Yield of Chilli
Pepper (Capsicum frutescens L.). International Conference on Bioscience and
Biotechnology (7th ICBB 2016). Denpasar. Bali. Indonesia.