Anda di halaman 1dari 31

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Matahari Department Store ( MDS ) 256 Kaza Surabaya, merupakan salah


satu cabang dari perusahaan ritel Matahari Grup. Berdiri sejak tahun 2013, MDS
256 Kaza merupakan cabang Matahari Grup terbaru di Surabaya. Semakin
bertambahnya tahun, MDS 256 Kaza semakin berkembang dan membutuhkan
banyak sumber daya manusia untuk mengelola perusahaan. Sehingga diperlukan
adanya rekrutmen karyawan untuk mengelola cabang MDS 256 Kaza.

Posisi yang ditawarkan oleh perusahaan antara lain kasir, sales associate,
dan supporting unit. Beberapa hal yang dinilai dalam penilaian kelayakan pelamar
antara lain umur, jenis kelamin, wawancara, psikotes serta tes keahlian dan kriteria
yang lain sesuai dengan syarat dalam penerimaan karyawan, sehingga terjadi
adanya kerumitan untuk menilai kelayakan data-data pelamar yang
mengakibatkan lambatnya proses rekrutmen karyawan.

Diperlukan adanya sistem untuk meminimalisasi masalah diatas,


diantaranya dengan merancang sistem yang dapat menangani penerimaan
karyawan secara otomatis. Sistem yang mampu melakukan analisis dan menyaring
data-data pelamar dengan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) dimana
masing-masing kriteria penerimaan karyawan dibandingkan satu dengan yang lain
sehingga memberikan output nilai intensitas prioritas dengan melakukan penilaian
terhadap kelayakan setiap calon karyawan.

Pada dasarnya AHP adalah metode yang memecah suatu masalah yang
kompleks dan tidak terstruktur kedalam kelompok- kelompoknya atau kriteria yang
terdiri dari informasi, manajemen, teknis, pemasaran, keuangan, mengatur
kelompok-kelompok tersebut kedalam susunan hirarki, memasukan nilai numerik
dari kriteria-kriteria yang ada yaitu informasi, manajemen, teknis, pemasaran,

1
keuangan sebagai persepsi manusia dalam melakukan perbandingan relatif dan
akhirnya dengan suatu sintesis ditentukan elemen yang memiliki prioritas tertinggi.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah


“bagaimana mengimplementasikan sistem penunjang keputusan penerimaan
karyawan baru MDS 256 Kaza menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy
Process) ?”.

1.3 Batasan Masalah

Untuk menghindari terlalu jauhnya pembahasan penelitian ini, maka


penulis membuat batasan-batasan pada pengembangan Sistem Pendukung
Keputusan (SPK) antara lain :

1. Sistem Pendukung Keputusan (SPK) ini hanya sampai pada rekrutmen


pegawai, yang menentukan layak atau tidaknya kandidat untuk diterima
2. Kriteria rekrutmen pegawai di MDS 256 Kaza adalah umur, jenis kelamin,
wawancara, psikotes, dan tes keahlian
3. Tidak membahas negosiasi gaji.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengimplementasikan sistem


penunjang keputusan penerimaan karyawan baru MDS 256 Kaza menggunakan
metode AHP (Analytical Hierarchy Process).

1.5 Metodologi Penelitian

Metodologi yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini untuk


membangun sistem pendukung keputusan penerimaan calon karyawan adalah
metode analisis deskriptif yaitu suatu metode yang bertujuan untuk mendapatkan
gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diperlukan, melalui tahapan sebagai
berikut:
2
1. Tahap pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :

a. Studi Literatur.

Pengumpulan data dengan cara mengumpulkan literatur, jurnal, paper dan bacaan-
bacaan yang akan di bahas dengan bersumber buku - buku yang ada kaitannya
dengan judul penelitian untuk membantu menyelesaikan pembangunan dalam
sistem ini.

b. Observasi.

Teknik pengumpulan data dengan mengadakan penelitian dan peninjauan langsung


terhadap permasalahan yang diambil komunikasi langsung dengan Manajer MDS
256 Kaza Surabaya dan staf terkait yang mengetahui seluk beluk tentang data
Perhitungan peneriamaan calon karyawan baru yang berada di perusahaan ini.

c. Interview

Teknik pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab secara langsung yang
ada kaitannya dengan topik yang diambil dari tahap pembuatan perangkat lunak.

2. Rekayasa perangkat lunak

Teknik analisis data dalam pembuatan perangkat lunak menggunakan paradigma


perangkat lunak secara waterfall, yang meliputi beberapa proses diantaranya:

a. System / Information Engineering

Merupakan bagian dari sistem yang terbesar dalam pengerjaan suatu proyek,
dimulai dengan menetapkan berbagai kebutuhan dari semua elemen yang
diperlukan sistem dan mengalokasikannya kedalam pembentukan perangkat lunak.

3
b. Analisis

Merupakan tahap awal yang menganalisis dari pembuatan perangkat lunak dimulai
dari menetapkan berbagai kebutuhan dari semua elemen yang diperlukan sistem dan
mengalokasikannya kedalam pembentukan perangkat lunak.

c. Design

Tahap penerjemahan dari data yang dianalisis kedalam bentuk yang mudah
dimengerti oleh user (User Friendly)

d. Coding

Tahap penerjemahan data atau pemecahan masalah yang telah dirancang keadalam
bahasa pemrograman tertentu.

e. Pengujian

Merupakan tahap pengujian terhadap perangkat lunak yang dibangun.

f. Maintenance

Tahap akhir dimana suatu perangkat lunak yang sudah selesai dapat mengalami
perubahan–perubahan atau penambahan sesuai dengan permintaan user.

Gambar 1.1 Skema incremnatal model yang merupakan pengembangan dari


metode waterfall

4
1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini disusun untuk memberikan gambaran


umum tentang penelitian yang dijalankan. Sistematika penulisan penelitian
ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Maksud
dan Tujuan, Batasan Masalah, Metodologi Penelitian, dan Sistematika
Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI


Bab ini menguraikan tentang teori dari berbagai literature yang berkaitan
dengan teori dasar mengenai Seleksi, Sistem Pendukung Keputusan, Model
Sistem Pendukung Keputusan, Basis Data, Pemodelan Analisis dan
Software Pendukung.

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN


Bab ini mengemukakan tentang langkah-langkah dasar pembuatan SPK dan
pemecahan masalah berdasarkan analisa, perancangan global, perancangan
rinci, perancangan struktur menu, dan perancangan dialog input output.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN


Bab ini berisi implementasi dari perancangan yang telah dilakukan pada bab
sebelumnya. Dan juga dilakukan pengujian terhadap sistem yang telah
diimplementasikan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


Pada bab ini berisi kesimpulan dari hasil yang didapat dari penelitian dan
saran-saran yang berguna untuk pengembangan sistem yang lebih baik dan
bermanfaat.

5
1.7 Jadwal Pelaksanaan

Tabel 1.1 Estimasi jadwal pelakasanaan

Bulan

No Kegiatan I II III

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Perencanaan

2 Analisis

3 Perancangan

4 Implementasi

5 Pengujian

6 Pemeliharaan

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terkait

Adapun jurnal atau penelitian yang berhubungan dengan laporan skripsi ini
antara lain:

Imam Husni A. 2007. Sistem Informasi Pendukung Keputusan Pada Seleksi


Penerimaan Pegawai Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP).
Penelitian ini mengembangkan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) dengan
memanfaatkan metode Analytical Hierarchi Process (AHP) sebagai proses dalam
seleksi penerimaan pegawai. Dalam proses seleksi ini digunakan beberapa kriteria
(multikriteria) untuk memilih pelamar mana yang akan diterima. SPK ini membantu
manajer sumber daya manusia (SDM) dalam memutuskan pelamar yang akan
dipilih. Penelitian ini menitik beratkan pada perancangan basis data dan antar muka
untuk implementasi. AHP digunakan sebagai model untuk pembobotan
multikriteria dalam seleksi.

Kusrini dan Ester Sulistyawati. 2007. Pemanfaatan Analytical Hierarchy


Process (AHP) sebagai Model Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Penerimaan
Karyawan. Karyawan yang berkualitas akan memudahkan perusahaan dalam
mengelola aktivitasnya sehingga tujuan yang ditetapkan dapat tercapai. Salah satu
cara yang digunakan untuk memperoleh karyawan yang berkualitas adalah dengan
melakukan seleksi pada saat penerimaan karyawan. Penelitian ini bertujuan untuk
membantu manajer SDM dalam proses seleksi penerimaan karyawan dalam
memutuskan pelamar mana yang akan diterima sebagai karyawan perusahaan
dengan menerapkan model AHP. Hirarki fungsional dari AHP dapat memecahkan
masalah kompleks yang mengambil kriteria cukup banyak, sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai model dalam sistem pendukung keputusan seleksi
penerimaan karyawan yang mengambil banyak kriteria seleksi dan alternatif
pelamar yang dicalonkan untuk diterima.
7
Fiqih Fatimah dan Rikky Wisnu Nugraha. 2010. Perangkat Lunak Sistem
Pendukung Keputusan Rekrutmen Calon Pegawai Di PT. Enseval Putera
Megatradingcab Bandung Menggunakan Metode AHP. PT. Enseval Putera
Megatrading cabang Bandung merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
dibidang penjualan barang-barang farmasi, keperluan konsumen dan alat kesehatan.
Untuk itu dibutuhkan Sumber Daya Manusia yang banyak dan berkualitas agar
tercapainya tujuan dari tujuan dari PBF PT. Enseval Putera Megatrading. Setelah
melihat kondisi yang terjadi, muncul keterkaitan untuk mengangkat permasalahan
ini dengan membangun perangkat lunak berbasis web. Metode yang digunakan
dalam pembuatan perangkat lunak ini adalah metode terstruktur. Database dibuat
dengan menggunakan MySQL, sedangkan aplikasi dibuat dengan menggunakan
script pemrograman PHP. Dibangunnya perangkat lunak berbasis web ini bertujuan
untuk mempermudah sumber daya atau panitia rekrutmen dalam pengelolaan dari
segi proses filtering, validasi dan verifikasi data lamaran, untuk mendapatkan hasil
seleksi data yang lolos.

Antono Adhi. 2010. Pengambilan Keputusan Pemilihan Handphone


Terbaik Dengan Analytical Hierarchy Process (AHP). Pengambilan keputusan
merupakan aktivitas manajemen berupa pemilihan tindakan dari sekumpulan
alternatif yang telah dirumuskan sebelumnya untuk memecahkan suatu masalah
atau suatu konflik dalam manajemen. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pengambilan keputusan adalah, permasalahan yang dihadapi adalah permasalahan
yang kompleks, baik dari banyaknya kriteria, alternatif atau tingkat kesulitan
pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan dari beberapa alternatif dengan
beberapa kriteria yang bertingkat dapat menggunakan metode Analytical Hierarchy
Process (AHP). AHP dapat menyelesaikan pengambilan keputusan yang bersifat
kualitatif ataupun kuantitatif. Dalam tulisan ini, metode penelitian AHP digunakan
untuk memutuskan handphone terbaik dari tiga alternatif dengan tiga kriteria dan
sembilan subkriteria.

Pangeran Manurung. 2010. Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Penerima


Beasiswa Dengan Metode AHP Dan Topsis (Studi Kasus: FMIPA USU). Sesuai
dengan peraturan yang sudah ditentukan oleh pihak pendonor beasiswa untuk
8
memperoleh beasiswa, maka diperlukan kriteria-kriteria untuk menentukan siapa
yang akan terpilih untuk menerima beasiswa. Untuk membantu penentuan dalam
menetapkan seseorang yang layak menerima beasiswa maka dibutuhkan sebuah
sistem pendukung keputusan. Metode yang dapat digunakan untuk Sistem
Pendukung Keputusan adalah dengan menggunakan Analitical Hierarcy Process
(AHP) dan Technique Order Preference by Similarity To Ideal Solution (TOPSIS).
Metode ini dipilih karena mampu menyeleksi alternatif terbaik dari sejumlah
alternatif, dalam hal ini alternatif yang dimaksudkan yaitu yang berhak menerima
beasiswa berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan.

Cahya Vikasari. 2012. Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Untuk


Proses Perekrutan Karyawan Studi Kasus PT.Sumber Alfaria Trijaya Dengan
Metode AHP. PT. Sumber Alfaria Trijaya selaku pemegang brand Alfamart
merupakan perusahaan nasional yang bergerak dalam bidang perdagangan umum.
Alfamart memerlukan banyak rekrutmen karyawan untuk mengelola cabang-
cabang Alfamart. Beberapa hal yang dinilai dalam penilaian kelayakan pelamar
antara lain umur, jenis kelamin, wawancara, psikotes serta tes keahlian dan kriteria
yang lain sesuai dengan syarat dalam penerimaan karyawan, sehingga terjadi
adanya kerumitan untuk menilai kelayakan data-data pelamar yang mengakibatkan
lambatnya proses rekrutmen karyawan. Diperlukan adanya sistem untuk
meminilisasi masalah diatas, diantaranya dengan merancang sistem yang dapat
menangani penerimaan karyawan secara otomatis. Sistem yang mampu melakukan
analisis dan menyaring data-data pelamar dengan metode AHP (Analitic
Hierarchy Process) dimana masing-masing kriteria penerimaan karyawan
dibandingkan satu dengan yang lain sehingga memberikan output nilai intensitas
prioritas dengan melakukan penilaian terhadap kelayakan setiap calon karyawan.

Herry Sanada, Wahyudin, dan Heri Sutarno. 2013. Rancang Bangun Sistem
Pendukung Keputusan Seleksi Penerimaan Siswa Baru Dengan Menggunakan
Metode AHP Dan Promethee Di SMA. Kegiatan seleksi penerimaan siswa baru di
SMA PGII 1 Bandung yang telah berjalan masih memiliki kendala, yaitu lamanya
proses memilih peserta dari hasil dipertimbangkan menjadi hasil diterima. Proses
ini membutuhkan ketelitian dan kehati-hatian sebab peserta yang dipilih harus
9
berkualitas sehingga memenuhi jumlah daya tampung yang ada. Oleh karena itu,
untuk memudahkan dan membantu pihak sekolah dalam kegiatan seleksi
penerimaan siswa baru maka perlu dibangun sebuah sistem pendukung keputusan
yang terkomputerisasi yang dapat membantu proses penentuan siswa dengan
metode AHP dan promethee. Analytical Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk
perhitungan bobot kriteria dan Preference Ranking Organization Method For
Enrichment Evaluation (PROMETHEE) digunakan untuk mendapatkan bobot
peserta dan akan merangkingkan peserta sesuai dengan bobot nya.

Shinta Siti Sundari, Dani Rohpandi, dan Neng Fitri. 2014. Sistem Penunjang
Keputusan Kelayakan Penerimaan Pemasangan Listrik Secara Gratis
Menggunakan Metode AHP. Dalam upaya penanggulangan kemiskinan,
pemerintah khususnya kelurahan Panyingkiran Tasikmalaya meyediakan berbagai
bantuan dana sosial seperti salah satunya bantuan dana sosial berupa pemasangan
listrik secara gratis yang diperuntukkan bagi masyarakat yang termasuk kategori
miskin (tidak mampu). Penelitian ini dimaksudkan untuk merancang suatu sistem
penunjang keputusan untuk membantu dalam penilaian penentuan kelayakan
penerimaan bantuan dana sosial berupa pemasangan listrik secara gratis di
kelurahan panyingkiran. Dengan perhitungan indikatornya menggunakan metode
Analytical hierarchy process (AHP) yang kemudian perhitungan tersebut
diimplementasikan pada suatu program aplikasi melalui bahasa pemrograman
Microssoft. Visual Basic 6.0 dan database Microssoft Access.

Yuda Setyawan. 2015. Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Program


Studi Dengan Metode Analytical Hierarcy Proses (AHP) Di Stain Kediri Berbasis
Android. STAIN Kediri merupakan Perguruan Tinggi Negeri yang memiliki 13
program studi dengan keunggulannya masing-masing. Di sisi lain dengan program
studi yang lumayan banyak membuat calon mahasiswa kebingungan dalam
menentukan pilihan yang sesuai dengan keinginannya. Ditambah faktor arahan
orang tua, ajakan teman, menjadikan calon mahasiswa semakin bingung dalam
memilih program studi. Dalam perancangan sistem ini, penulis menggunakan
metode Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk proses pendukung keputusan
pemilihan program studi, dengan kriteria yang dipakai yaitu jumlah peminat, daya
10
tampung, akreditasi, dan ip tertinggi dari masing-masing program studi. Aplikasi
Pendukung keputusan ini dibuat menggunakan bahasa pemrograman java berbasis
android menggunakan eclipse.

Sri Anjarwati dan Moch. Supriadi Nur Indra. 2015. Sistem Pendukung
Keputusan Penerimaan Karyawan Baru Menggunakan Metode Analytical
Hierarchy Process Pada Pd Tunas Bersama Yamansari Kabupaten Tegal.
Penelitian ini adalah untuk membangun sebuah sistem pendukung keputusan
penerimaan karyawan baru pada PD. Tunas Bersama. Metodologi yang digunakan
dalam membangun sistem pendukung keputusan ini menggunakan metode AHP
(Analytical Hierarchy proccess).Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem
pendukung keputusan penerimaan karyawan baru menggunakan metode AHP pada
PD. Tunas Bersama ini diharapkan dapat membantu, mempermudah pekerjaan dan
meminimalisir kesalahan yang terjadi dalam proses pengambilan keputusan
penerimaan karyawan baru.

Berdasarkan uraian penelitian di atas, bisa disimpulkan bahwa metode AHP


lebih banyak digunakan karena AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan
masalah yang diteliti multi obyek dan multi kriteria yang berdasar pada
perbandingan preferensi dari tiap elemen dalam hierarki. Hal ini juga ditemukan di
beberapa kasus yang digunakan untuk memilih yang terbaik dari beberapa kandidat.
Proses pemecahan masalah dengan membaginya ke dalam sub masalah yang lebih
kecil menjadi keunggulan dari metode ini karena menjadi lebih sederhana sehingga
pengguna dapat memberikan penilaian yang objektif sehingga hasil yang diberikan
cukup akurat.

11
Tabel 2.1 Tinjauan Pustaka

No. Nama Penulis Judul Penelitian Fokus Penelitian

1. Imam Husni A. (2007) Sistem Informasi Pendukung Keputusan Pada  Permasalahan : Untuk membantu membuat suatu keputusan pada
Seleksi Penerimaan Pegawai Menggunakan seleksi penerimaan karyawan.
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP).  Metode : AHP.
 Hasil : Perancangan basis data dan sistem antar muka.
2. Kusrini dan Ester Pemanfaatan Analytical Hierarchy Process  Permasalahan : Untuk membantu membuat suatu keputusan pada
Sulistyawati (2007) (AHP) sebagai Model Sistem Pendukung seleksi penerimaan karyawan dengan banyak kriteria seleksi.
Keputusan Seleksi Penerimaan Karyawan  Metode : AHP.
 Hasil : Sistem pendukung keputusan seleksi penerimaan karyawan
yang mengambil banyak kriteria seleksi dan alternatif pelamar
yang dicalonkan untuk diterima.
3. Fiqih Fatimah dan Perangkat Lunak Sistem Pendukung Keputusan  Permasalahan : Untuk membantu membuat suatu keputusan pada
Rikky Wisnu Nugraha Rekrutmen Calon Pegawai Di PT. Enseval rekrutmen calon pegawai di PT. Enseval Putera.
(2010)  Metode : AHP.

12
Putera Megatrading cab. Bandung  Hasil : Perangkat lunak berbasis web.
Menggunakan Metode AHP

4. Antono Adhi (2010) Pengambilan Keputusan Pemilihan Handphone  Permasalahan : Banyaknya pilihan merk dan jenis handphone
Terbaik Dengan Analytical Hierarchy Process membuat bingung customer untuk memilih.
(AHP)  Metode : AHP.
 Hasil : Keputusan handphone terbaik dari tiga alternatif dengan
tiga kriteria dan sembilan subkriteria.
5. Pangeran Manurung Sistem Pendukung Keputusan Seleksi  Permasalahan : penentuan dalam menetapkan seseorang yang
(2010) Penerima Beasiswa Dengan Metode Ahp Dan layak menerima beasiswa.
Topsis (Studi Kasus: FMIPA USU)  Metode : AHP dan TOPSIS.
 Hasil : Alternatif terbaik untuk menentukan siapa yang berhak
menerima beasiswa berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan.
6. Cahya Vikasari (2013) Perancangan Sistem Pendukung Keputusan  Permasalahan : Untuk membantu membuat suatu keputusan pada
Untuk Proses Perekrutan Karyawan Studi proses perekrutan karyawan di PT. Sumber Alfaria Trijaya.
Kasus PT. Sumber Alfaria Trijaya Dengan  Metode : AHP.
Metode AHP  Hasil : Sistem Penerimaan karyawan secara otomatis.

13
7. Herry Sanada, Rancang Bangun Sistem Pendukung  Permasalahan : Untuk membantu membuat suatu keputusan pada
Wahyudin, dan Heri Keputusan Seleksi Penerimaan Siswa Baru seleksi penerimaan siswa baru SMA PGII 1 Bandung.
Sutarno (2014) Dengan Menggunakan Metode AHP Dan  Metode : AHP dan Promethee.
Promethee Di SMA  Hasil : Sistem penerimaan siswa baru yang terkomputerisasi.

8. Shinta Siti Sundari, Sistem Penunjang Keputusan Kelayakan  Permasalahan : Untuk membantu membuat suatu keputusan
Dani Rohpandi, dan Penerimaan Pemasangan Listrik Secara Gratis kelayakan penerimaan pemasangan listrik secara gratis.
Neng Fitri (2015) Menggunakan Metode AHP  Metode : AHP.
 Hasil : Suatu program aplikasi melalui bahasa pemrograman
Microsoft Visual Basic 6.0 dan database Microsoft Access.
9. Yuda Setyawan (2015) Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan  Permasalahan : Untuk membantu membuat suatu keputusan
Program Studi Dengan Metode Analytical pemilihan program studi di Stain Kediri.
Hierarcy Proses (AHP) Di Stain Kediri  Metode : AHP.
Berbasis Android  Hasil : Sistem pendukung keputusan berbasis android dengan
bahasa pemrograman java.
10. Sri Anjarwati dan Sistem Pendukung Keputusan Penerimaan  Permasalahan : Untuk membantu membuat suatu keputusan
Moch. Supriadi Nur Karyawan Baru Menggunakan Metode penerimaan karyawan pada PD Tunas Bersama.
Indra (2015)  Metode : AHP.

14
Analytical Hierarchy Process Pada PD Tunas  Hasil : Sistem pendukung keputusan dengan menggunakan
Bersama Yamansari Kabupaten Tegal database MySql.

15
BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Sistem Pendukung Keputusan

Pada awal tahun 1970an, Scott-Morton merumuskan konsep SPK yang


pertama. Mendefinisikan bahwa SPK adalah sistem interaktif berbasis komputer
yang membantu mengambil keputusan memanfaatkan data dan model untuk
memecahkan masalah yang tidak terstruktur (Turban E., 2007).

Kerangka konsep Sistem Pendukung Keputusan yang terdiri dari data


eksternal dan internal, Other Computer Based System, Model Management,
Knowledge Manager, Dialog Management dan Manager seperti pada Gambar 3.1
(Turban E., 2007):

Gambar 3.1 Kerangka Konsep SPK

Pembobotan dan prioritas kriteria berfungsi untuk memberi nilai


perbandingan sehingga menghasilkan nilai Local Priority dan Global Priority.
Kriteria tersebut digunakan sebagai persyaratan sebelum proses seleksi perekrutan
calon pegawai dilakukan.

16
3.2 Rekrutmen

Menurut (Simamora, 1997) Rekrutmen adalah serangkaian aktivitas


mencari dan memikat pelamar kerja dengan motivasi, kemampuan, keahlian, dan
pengetahuan yang diperlukan guna menutupi kekurangan yang diidentifikasi
dalam perencanaan kepegawaian.

Menurut (Schermerhorn, 1987) Rekrutmen adalah proses penarikan


sekelompok kandidat untuk mengisi posisi yang lowong. Perekrutan yang efektif
akan membawa peluang pekerjaan kepada perhatian dari orang-orang yang
berkemampuan dan keterampilannya memenuhi spesifikasi pekerjaan.

Menurut (Gomes, 1997) Rekrutmen merupakan proses mencari,


menemukan, dan menarik para pelamar untuk dipekerjakan dalam dan oleh suatu
organisasi. Rekrutmen merupakan proses komunikasi dua arah. Pelamar-pelamar
menghendaki informasi yang akurat mengenai seperti apakah rasanya bekerja di
dalam organisasi bersangkutan. Organisasi-organisasi sangat menginginkan
informasi yang akurat tentang seperti apakah pelamar-pelamar tersebut jika kelak
mereka diangkat sebagai pegawai.

3.2.1 Tujuan Rekrutmen

Menurut (Simamora, 1997) proses rekrutmen memiliki beberapa tujuan, antara lain
:

1. Untuk memikat sekumpulan besar pelamar kerja sehingga organisasi akan


mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk melakukan pemilihan
terhadap calon-calon pekerja yang dianggap memenuhi syarat kualifikasi
organisasi.

2. Tujuan pasca pengangkatan (post-hiring goals) adalah penghasilan karyawan-


karyawan yang merupakan pelaksana-pelaksana yang baik dan akan tetap
bersama dengan perusahaan sampai jangka waktu yang masuk akal.

3. Upaya-upaya perekrutan hendaknya mempunyai efek luberan (spillover


effects) yakni citra umum organisasi haruslah menanjak, dan bahkan pelamar-

17
pelamar yang gagal haruslah mempunyai kesan-kesan positif terhadap
perusahaan.

3.2.2 Proses Rekrutmen

Proses rekrutmen meliputi beberapa poin penting menurut (Simamora,


1997), antara lain:

1. Penyusunan strategi untuk merekrut

Di dalam penyusunan strategi ini, departemen sumber daya manusia


bertanggung jawab didalam menentukan kualifikasi-kualifikasi pekerjaan,
bagaimana karyawan akan direkrut, di mana, dan kapan.

2. Pencarian pelamar-pelamar kerja

Setelah rencana dan strategi perekrutan disusun, aktivitas perekrutan


sesungguhnya bisa berlangsung, melalui sumber-sumber perekrutan yang ada.
Banyak atau sedikitnya pelamar dipengaruhi oleh usaha dari pihak perekrut di
dalam menginformasikan lowongan, salah satunya adanya ikatan kerjasama yang
baik antara perusahaan dengan sumber-sumber perekrutan eksternal seperti
sekolah, universitas.

3. Penyisihan pelamar-pelamar yang tidak cocok / penyaringan

Setelah lamaran-lamaran diterima, haruslah disaring guna menyisihkan


individu yang tidak memenuhi syarat berdasarkan kualifikasi-kualifikasi pekerjaan.
Di dalam proses ini memerlukan perhatian besar khususnya untuk membendung
diskualifikasi karena alasan yang tidak tepat, sehingga di dalam proses ini
dibutuhkan kecermatan dari pihak penyaring.

4. Pembuatan kumpulan pelamar

Kelompok pelamar (applicant pool) terdiri atas individu-individu yang telah


sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh perekrut dan merupakan kandidat
yang layak untuk posisi yang dibutuhkan.

18
3.2.3 Sistem Rekrutmen

Menurut (Simamora, 1997) untuk menciptakan suatu sistem rekrutmen


yang efektif para manajer dan manajer sumber daya manusia dapat menerapkan
beberapa hal, antara lain:

1. Mendiagnosis seefektif mungkin (berdasarkan kendala waktu, sumber daya


finansial, dan ketersediaan staff pelaksana yang ada) faktor-faktor lingkungan
dan organisasional yang mempengaruhi posisi yang perlu diisi dan aktivitas
rekrutmen.

2. Membuat deskripsi, spesifikasi, dan standar kinerja yang rinci.

3. Menentukan tipe individu-individu yang sering dikaryakan oleh organisasi


dalam posisi yang sama.

4. Menentukan kriteria-kriteria rekrutmen.

5. Mengevaluasi berbagai saluran dan sumber rekrutmen.

6. Menyeleksi sumber rekrutmen yang kemungkinan menghasilkan kelompok


kandidat yang paling besar dan paling sesuai pada biaya yang serendah mungkin.

7. Mengidentifikasikan saluran-saluran rekrutmen untuk membuka sumber-


sumber tersebut, termasuk penulisan iklan, menjadwalkan program rekrutmen.

8. Menyeleksi saluran rekrutmen yang paling efektif biaya.

9. Menyusun rencana rekrutmen yang mencakup daftar aktivitas dan daftar


untuk menerapkannya.

3.3 Analytical Hierarchy Process (AHP)

Analytical Hierarchy Process merupakan salah satu metode untuk


membantu pengambil keputusan dalam mengambil keputusan sesuai dengan
kriteria atau syarat yang telah ditentukan, dan kriteria pengambilan keputusan
tersebut merupakan kriteria yang bermacam-macam.

19
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) bersifat multi kriteria karena
menggunakan banyak criteria dalam penyusunan suatu prioritas system
pendukung keputusan.

Disamping sifatnya yang multi criteria, metode AHP juga didasarkan pada
suatu proses yang logis dan terstruktur, karena penyusunan prioritasnya dilakukan
dengan menggunakan prosedur yang logis dan terstruktur. Kegiatan tersebut
dilakukan oleh ahli yang representative yang menyusun prioritasnya.

Metode Analytical Hierarchy Process adalah salah satu metode pengambil


keputusan yang dapat membantu berfikir manusia. Metode ini dikembangkan
oleh Thomas L. Saaty pada awal tahun 1970-an. Proses berfikir metode ini adalah
membentuk skor secara numerik untuk menyusun cara alternatif setiap
pengambilan keputusan dimana keputusan tersebut dicocokkan dengan kriteria
pembuat keputusan (Fariz, 2010).

Peralatan proses pengambilan keputusan pada metode Analytical


Hierarchy Process yang utama adalah sebuah hierarki fungsional dengan
input utamanya pendapat manusia. Dengan hierarki, masalah yang tidak
terstruktur dapat dipecahkan kedalam kelompok-kelompoknya yang kemudian
kelompok tersebut diatur kedalam suatu bentuk hierarki.

Dalam penjabaran hierarki tujuan, tidak ada pedoman pasti tentang


bagaimana pengambil keputusan menjabarkannnya menjadi tujuan yang lebih
rendah. Pengambil keputusan menentukan penjabaran tujuan itu berhenti dan
memperhatikan kelebihan dan kekurangan yang didapat jika tujuan tersebut
terperinci lebih lanjut. Berikut ini adalah beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam penjabaran hierarki tujuan, yaitu:

a. Pada saat penjabaran tujuan kedalam subtujuan harus memperhatikan


setiap tujuan yang akan tercakup dalam subtujuan yang lebih rinci.
b. Meskipun hal pertama dapat terpenuhi, tapi juga perlu menghindari
terjadinya pembagian yang terlalu banyak.
c. Karena itu, sebelum menetapkan tujuan harus dapat menjabarkan
hierarki sampai ke tujuan yang paling rendah dengan cara mengujinya.

20
Dalam menyelesaikan permasalahan dengan Analytical Hierarchy
Process (AHP) ada beberapa prinsip yang harus dipahami, di antaranya
adalah sebagai berikut:

1. Decomposition (membuat hierarki)


Dalam menyusun hirarki harus menentukan tujuan melalui kriteria- kriteria
yang dipakai untuk menilai alternatif-alternatif yang ada. Setiap kriteria
terkadang memiliki subkriteria dibawahnya yang memiliki nilai intensitas
masing-masing.

Gambar 3.2 Struktur Hierarchy AHP (Sumber: Riyanto, 2010)


2. Comparative judgment (penilaian kriteria dan alternatif)
Kriteria dan alternatif dilakukan dengan perbandingan berpasangan.
Menurut Saaty (1988), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah
skala yang dipakai dalam penilaiannya.

3. Synthesis of priority (menentukan prioritas)


Menentukan prioritas setiap kriteria digunakan sebagai bobot dari criteria
tersebut dalam pengambilan keputusan. Metode Analytical Hierarchy
Process (AHP) melakukan analisis prioritas setiap kriteria dengan metode
perbandingan berpasangan antara dua elemen sehingga semua elemen
yang ada akan tercakup dalam perbandingan.
4. Logical Consistency (konsistensi logis)

21
Konsistensi memiliki dua makna. Yang pertama yaitu objek-objek yang
serupa bisa dikelompokkan sesuai dengan jenisnya. Yang kedua yaitu
menyangkut tingkat hubungan antar objek yang didasarkan pada kriteria
tertentu. (Kosasi, Sandy. 2002).

Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) sering digunakan sebagai


metode pemecah masalah dibanding dengan metode yang lain. Berikut ini adalah
beberapa kelebihan penggunaan metode AHP (menurut Suryadi dan Ramdhani,
1998):

a. Berstruktur hierarki, sebagai dampak dari kriteria yang dipilih, sampai pada
subkriteria yang paling dalam.
b. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi
berbagai kriteria dan cara alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.
c. Memperhitungkan daya tahan dan hasil analisis pengambil keputusan.

Karena Metode AHP memperhitungkan tingkat validitas sampai dengan


batas toleransi inkonsistensi dengan berbagai kriteria dan cara alternatif yang
dipilih oleh pengambil keputusan, metode AHP juga mempunyai kemampuan
untuk memecahkan masalah yang multi kriteria yang didasarkan pada
perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hierarki, sehingga menjadi
model pengambil keputusan yang komprehensif.

Dengan demikian, terdapat empat aksioma-aksioma yang terkandung


dalam model AHP yaitu :

1. Reciprocal Comparison
Dalam pengambilan keputusan harus dapat membuat perbandingan dan
menyatakan pendapatnya. Pendapat tersebut harus memenuhi syarat yaitu
apabila A lebih penting daripada B dengan sekala x, maka B lebih penting
daripada A dengan sekala 1/x.
2. Homogeneity
Pendapat seseorang harus dapat dinyatakan dalam skala terbatas, elemen-
elemenya dapat dibandingkan satu dengan yang lainnya. Kalau aksioma ini

22
tidak dipenuhi maka elemen-elemen yang dibandingkan tersebut tidak
homogen dan harus dibentuk cluster (kelompok elemen) yang baru.

3. Independence
Pendapat seseorang dinyatakan dengan mengasumsikan bahwa kriteria
tidak dipengaruhi oleh alternatif-alternatif yang ada melainkan oleh
objektif keseluruhan. Hal ini menunjukkan bahwa model dalam metode
AHP adalah searah, maksudnya perbandingan antara elemen-elemen
dalam satu tingkat tergantung pada elemen-elemen pada tingkat diatasnya.
4. Expectation
Dalam pengambilan keputusan, struktur hirarki diasumsikan lengkap.
Apabila tidak terpenuhi maka pengambilan keputusan tidak memakai
seluruh kriteria yang tersedia sehingga keputusan yang diambil dianggap
tidak lengkap.

Metode Analytical Hierarchy Process juga dapat memberikan fasilitas


evaluasi pro dan kontra secara rasional. Karena itu, metode AHP dapat
memberikan solusi yang optimal melalui cara berikut:

a. Menganalisis keputusan secara kuantitatif dan kualitatif.


b. Mengevaluasi masalah kemudian memberikan solusi sederhana
melalui model hierarki.
c. Memberikan pendapat yang logis.
d. Melakukan Pengujian kualitas keputusan.
e. Waktu yang dibutuhkan relatif singkat.

3.3.1 Tahapan Metode Analytical Hierarchy Process

Menurut Kadarsyah Suryadi dan Ali Ramdhani, 1998. Metode Analytical


Hierarchy Process dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.


Dalam tahap ini terlebih dahulu menentukan masalah yang akan
dipecahkan secara jelas, detail dan mudah dipahami. Dari masalah yang
ada kemudian tentukan solusi yang mungkin cocok bagi masalah tersebut.

23
Solusi dari masalah mungkin berjumlah lebih dari satu. Solusi tersebut
nantinya dikembangkan lebih lanjut dalam tahap berikutnya.
2. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama.
Setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun level
hirarki yang berada dibawahnya yaitu kriteria-kriteria yang cocok untuk
menilai alternatif yang diberikan dan menentukan alternatif tersebut.
Tiap kriteria mempunyai intensitas yang berbeda-beda. Hirarki
dilanjutkan dengan subkriteria (jika mungkin diperlukan).
3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan
kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau
kriteria yang setingkat di atasnya. Matriks yang digunakan bersifat
sederhana, memiliki kedudukan kuat untuk kerangka konsistensi,
mendapatkan informasi lain yang mungkin dibutuhkan dengan semua
perbandingan yang mungkin dan mampu menganalisis kepekaan prioritas
secara keseluruhan untuk perubahan pertimbangan. Pendekatan dengan
matriks mencerminkan aspek ganda dalam prioritas yaitu mendominasi
dan didominasi. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment dari
pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen
dibandingkan elemen lainnya. Untuk memulai proses perbandingan
berpasangan dipilih sebuah kriteria dari level paling atas hirarki misalnya
K dan kemudian dari level di bawahnya diambil elemen yang akan
dibandingkan misalnya A1, A2, A3, A4, A5, An.
4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh jumlah
penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah
banyaknya elemen kriteria yang dibandingkan. Hasil perbandingan dari
masing-masing elemen berupa angka dari 1 sampai 9 yang mengartikan
perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. Apabila suatu elemen
dalam matriks dibandingkan dengan dirinya sendiri maka hasil
perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah terbukti dapat diterima dan bisa
membedakan intensitas antar elemen. Hasil perbandingan tersebut diisikan
pada sel yang bersesuaian dengan elemen yang dibandingkan. Skala

24
perbandingan perbandingan berpasangan dan maknanya yang
diperkenalkan oleh Saaty bisa dilihat di bawah ini:

Tabel 3.1 Skala Perbandingan Berpasangan

Tingkat
Definisi Keterangan
Kepentingan
Kedua elemen Kedua elemen mempunyai
1
sama pentingnya. pengaruh yang sama.
Elemen yang satu Pengalaman dan penilaian

sedikit lebih sangat memihak satu


penting daripada elemen dibanding dengan
3 elemen yang pasangannya.
lainnya.
Elemen yang satu Pengalaman dan keputusan

lebih penting menunjukan kesukaan atas


5 daripada yang satu aktifitas lebih dari
lainnya. yang lain.
Satu elemen jelas Pengalaman dan keputusan

lebih sangat menunjukan kesukaan yang


penting kuat atas satu aktifitas lebih
7 dari yang lain.
daripada elemen
lainny.
Satu elemen jelas Satu elemen mutlak lebih

lebih mutlak disukai dibanding dengan


penting pasangannya, pada tingkay
9 keyakinan tinggi.
daripada elemen
lainny.
Nilai tengah Bila kompromi dibutuhkan.

2,4,6,8 diantara nilai yang


berdekatan.

25
5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya. Jika tidak konsisten
maka pengambilan data diulangi.
6. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan
yang merupakan bobot setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen
elemen pada tingkat hirarki terendah sampai mencapai tujuan.
Penghitungan dilakukan lewat cara menjumlahkan nilai setiap kolom dari
matriks, membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang
bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks, dan menjumlahkan
nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk
mendapatkan rata-rata.
8. Memeriksa konsistensi hierarki.
Yang diukur dalam Metode Analytical Hierarchy Process adalah rasio
konsistensi dengan melihat index konsistensi. Konsistensi yang diharapkan
adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan keputusan yang
mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio
konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan 10%.

3.3.2 Langkah dan Prosedur Metode Analytical Hierarchy Process

Untuk memecahkan suatu masalah dengan menggunakan metode


Analytical Hierarchy Process diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mendefinisikan permasalahan dan menentukan tujuan.


b. Menyusun masalah kedalam suatu struktur hierarki sehingga permasalahan
yang komplek dapat ditinjau dari sisi yang detail dan terstruktur.
c. Menyusun prioritas untuk tiap elemen masalah.
d. Melakukan pengujian konsistensi terhadap perbandingan antar elemen yang
didapatkan pada tiap tingkat hierarki.

26
Perhitungan Metode Analytical Hierachy Process Saaty(1993)
menjelaskan bahwa elemen-elemen pada setiap baris dari matrik persegi
merupakan hasil perbandingan berpasangan. Setiap matrik pairwise
comparison dicari eigen vektornya untuk mendapat local priority.

Skala perbandingan berpasangan didasarkan pada nilai-nilai


fundamental Analytical Hierarchy Process dengan pembobotan dari nilai 1
untuk sama penting, sampai dengan 9 untuk sangat penting sekali. Berdasarkan
susunan matrik perbandingan berpasangan dihasilkan sejumlah elemen
pada elemen didalam tingkat yang ada atasnya. Penyimpangan dari konsistensi
dinyatakan dalam indeks konsistensi yang didapat dari rumus:

CI = (λ max– n) /(n-1)

CR = CI / RI

λmax = Jumlahkan hasil bagi dengan banyaknya elemen yang ada

n = Banyaknya elemen

Tabel 3.2 Daftar Nilai Random Index(RI)

n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

RI 0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49 1.51 1.48 1.56 1.57 1.59

Indeks konsistensi (C1), matriks random dengan skala penelitian 1 samapi


dengan 9, beserta kebalikannya sebagai indeks random (R1). Berdasarkan
perhitungan Saaty dengan 500 sampel, jika judgement numeric diambil secara
acak dari skala 1/9, 1/8, …, 1,2, …, 9 akan diperoleh rata-rata konsistensi untuk
matrik dengan ukuran berbeda.

Perbandingan antara C1 dan R1 untuk suatu matrik didefinisikan sebagai


rasio konsistensi (CR). Untuk model Analytical Hierarchy Process matrik
perbandingan dapat diterima jika nilai konsistensinya tidak lebih dari 0,1 atau
sama dengan 0,1.

27
3.4 Contoh Penghitungan Analytical Hierarchy Process (AHP)

Penghitungan AHP proses perekrutan karyawan di perusahaan


Alfamart dapat dilihat pada uraian berikut.

Langkah pertama adalah membuat matrik berpasangan sebagai masukan


awal untuk perhitungan dengan menggunakan metode AHP. Matrik berpasangan
sebagai input awal dalam penghitungan dapat di lihat pada table 3.3.

Tabel 3.3 Matrik Berpasangan

Setelah masukan data pada table 3.3 di atas, dihasilkan nilai pembagian
jumlah kolom yang rumusnya masing - masing sel pada tabel 3.3 di atas dibagi
dengan jumlah kolom masing - masing. Hasilnya ditampilkan pada tabel 3.4.

Tabel 3.4. Penghitungan Matrik Berpasangan

28
Untuk menghitung prioritas kriteria di gunakan rumus jumlah baris pada
tabel 3.4 dibagi dengan banyaknya kriteria.Hasilnya di tampilkan pada tabel 3.5.

Tabel 3.5. Prioritas Kriteria

Langkah berikutnya adalah menentukan prioritas masing masing


alternatif. Contoh hasil prioritas alternatif untuk kriteria pendidikan.

Tabel 3.6 .Kriteria dan Alternatif pendidikan

29
Langkah selajutnya adalah mencari lamda dengan rumus prioritas
alternatif dibagi prioritas kriteria. Contoh hasil lamda untuk kriteria pendidikan
dapat dilihat pada tabel 3.7.

Tabel 3.7. Lamda

Langkah berikutnya adalah mencari lamda max dengan rumus jumlah lamda
dibagi jumlah alternative

7.964253 : 6 = 1.327376

Langkah berikutya adalah mencari indeks consistency (CI) dengan rumus


lamda max dibagi n-1

1.327376 : 5 = 0.265472

Langkah selanjutnya adalah mencari CR rumusnya adalah CI/CR

0.265475 : 1.24 = 0.214093

Langkah berikutnya adalah menghitung skor masing-masing pelamar dengan


rumus prioritas kriteria ditambah prioritas alternatif. Contoh adi pendidikan S1
maka skornya

0,143534+0,103592 = 0,247126

30
Dalam sistem skornya menjadi 24,7 untuk skor pendidikan. Simulasi ini
dapat di gunakan untuk menghitung kriteria dan alternatif masing masing pelamar
kerja di perusahaan Alfamart.

31

Anda mungkin juga menyukai