Fobia merupakan salah satu gangguan kecemasan (anxiety disorder) yang terdapat
dalam DSM IV-TR. Orang yang mengalami fobia akan cenderung mengalami
ketakutan dan penolakan terhadap objek atau situasi yang tidak mengandung
bahaya yang sesungguhnya (Psikologi Abnormal, 183). DSM IV-TR membagi
fobia ke dalam dua jenis, yaitu fobia spesifik dan fobia sosial.
Kriteria fobia menurut DSM IV-TR :
- Mengalami ketakutan yang berlebihan, tidak beralasan, dan menetap yang dipicu
oleh objek atau situasi.
- Keterpaparan dengan pemicu menyebabkan kecemasan intens
- Orang yang mengalami fobia menyadari bahwa ketakutannya tidak realistis
- Orang tersebut menghindari suatu objek atau situasi tertentu, atau mungkin dapat
dihadapi namun dengan kecemasan yang intens
ANALISIS KASUS
1. Gambaran Kasus
2. Etiologi
Ketakuatan Tterhadap kucing berlangsung sejak kecil, dirinya sendiri tidak tahu
kapan pastinya ia takut terhadap kucing. Yang pasti ibunya Tjuga mengalami
fobia dan selalu berusaha utuk menghindari kucing. Suatu hari Tjuga pernah
melihat pamannya dicakar kucing pada bagian wajah dan menimbulkan luka,
yang semakin membuat Tmerasa takut sekaligus benci terhadap kucing.
Etiologi yang dijelaskan oleh Tsesuai dengan etiologi fobia berdasarkan teori
modeling dan behavioral. Menurut teori modeling, bahwa ketakutan juga dapat
dipelajari dengan meniru reaksi orang lain. Dalam membentuk perilakunya,
seorang anak akan lebih cenderung untuk meniru apa yang dilakukan oleh
orangtuanya. Termasuk Tyas, yang tanpa disadarinya saat kecil sebenarnya ia
meniru bagaimana ibunya merespon akan keberadaan kucing.
Sedangkan menurut teori behavioral yaitu melalui classical conditioning yang
mengatakan bahwa seorang dapat belajar untuk takut pada suatu stimulus netral
(CS) jika stimulus tersebut dipasangkan dengan kejadian yang secara instrinsik
menyakitkan atau menakutkan (UCS). Dan CS disini adalah kucing, sedangkan
UCS-nya atau kondisi yang menyakitkan adalah kucing mencakar wajah
pamannya sehingga membuat pamannya menjadi kesakitan. Sehinnga
membuat Tjadi berpikiran negatif terhadap kucing.
4. Diagnosis multiaksial
5. Intervensi
Ketakutan Tterhadap kucing hingga saat ini relatif menetap karena persepsinya yang
negatif mengenai kucing. Karena itu, ada beberapa intervensi yang mungkin
dapat membantu subyek mengurangi fobia yang dialaminya.
ü Pendekatan Behavioral
Berdasarkan pendekatan ini, teknik modelling dan operant conditioning dirasa yang
cukup sesuai dengan kondisi subyek. Pada teknik modeling, subyek dapat
diperlihatkan cara orang lain menyikapi kucing yang mendekat padanya,
bagaimana sebaiknya memposisikan diri, dan bagaimana memperlakukan
kucing agar tidak marah (mencakar). Sedangkan pada operant conditioning,
subyek dapat didorong untuk dapat mendekati objek nyata yang ditakutinya, dan
diberi hadiah meskipun pendekatannya pada objek tersebut sangat minim.
ü Pendekatan kognitif
Dengan pendekatan ini, orang-orang di sekitar subjek dapat membantu subyek
(ibunya juga bila perlu) untuk mengabaikan rasa takutnya dengan cara
menghapuskan keyakinan irasional subyek yang berlebihan tentang kucing.
.
DAFTAR PUSTAKA
Davidson, G.C., Neale J.M., Kring A.M. (2006). Psikologi Abnormal (edisi ke-9).
Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada
American Psychiatric Assosiation. (2000). American Psychiatric Assosiation :
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fourth Edition, Text
Revision.Washington, DC.
HIMPSI. (1993). Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa III.
Tes Sugestibilitas :
Prinsip Dasar
· Berandai-andai
· Bantu dengan Hitungan
· Mengulang-ulang
Sugesti: Sekarang kita akan lakukan permaian berandai andai, silahkan posisikan
kedua tangan anda menghadap kedepan (sambil member contoh), sekarang
putar telapak tangan kanan anda sehingga menghadap kebawah dan tangan kiri
anda menghadap keatas…
Berandai andai pergelangan tangan anda diikat oleh seutas tali yang ujungnya
ada balon gas sehingga tangan kanan anda mulai terasa ringan dan mulai
tertarik keatas… supaya anda bisa lebih konsentrasi lagi… saya akan bantu
dengan hitungan… dan dengan setiap hitungan… tangan kanan anda akan
terasa semakin ringan dan akan terangkat semakin tinggi…
1 2 3… tangan kanan anda mulai bergerak dan mulai terangkat keatas… 4 5 6…
terangkat lebih tinggi lagi… 7 8 9 lebih tinggi lagi… 10 11 12 menjadi lebih
ringan dan terangkat lebih tinggi lagi… 13 14 15 16 17 18 19 20…
Sambil membiarkan tangan kanan terangkat semakin tinggi lagi… berandai
andailah ditelapak tangan kiri anda diletakkan sebuah batu yang sangat berat…
dan saking beratnya tangan kiri anda sudah mulai terasa capek dan mulai turun
kebawah… dan semakin lama akan terasa semakin berat dan semakin turun
kebawah…
Sekarang saya akan bantu dengan hitungan lagi… dan dengan setiap
hitungan… tangan kiri anda akan terasa semakin berat dan akan turun semakin
kebawah
1 2 3… tangan kiri anda mulai bergerak dan mulai turun kebawah… 4 5 6…
menjadi lebih berat lagi… 7 8 9 lebih berat lagi… 10 11 12 menjadi lebih berat
dan turun semakin kebawah lagi… 13 14 15 16 17 18 19 20…
Tes & Akhiri tes: Sekarang buka matanya… dan lihat posisi tangan anda
sendiri…
Sugesti: Kita akan lakukan permainan berandai andai, andaikan kedua dari pori pori
kedua telapak tangan anda keluar lem yang sangat lengket… mungkin saja lem
paling lengket yang pernah anda jumpai… berandai andai lagi lem tersebut
mulai kering… mungkin saja bisa merasakan dinginnya ketika lem tersebut mulai
mengering… dan karena lem sudah mengering… maka kedua telapak tangan
anda mulai menempel dan terkunci… dan semakin lama akan terkunci semakin
kuat…
supaya anda bisa lebih bisa berkonsentrasi… saya akan membantu anda
dengan hitungan maju… dan dengan setiap hitungan… maka tangan akan
semakin terkunci dengan kuat dan semakin lama semakin kuat semakin lama
semakin kuat… satu dua tiga… tangan anda sudah terkunci dengan kuat… 4 5
6… makin kuat lagi… 7 8 9… lebih kuat lagi… 10 11 12 sekarang terkunci lebih
kuat lagi… 13 14 15 sekarang kedua tangan anda sudah terkunci dengan sangat
kuat sehingga sudah tidak bisa dilepaskan…
anda boleh mencoba untuk melepaskannya… tapi semakin keras anda
berusaha… maka kedua tangan anda akan terkunci semakin kuat lagi…
semakin anda tarik… maka akan terkunci semakin kuat lagi… sehingga mulai
saat ini… kedua tangan anda sudah terkunci dan menempel dengan sangat kuat
dan tidak bisa dilepaskan dengan cara apapun… semakin ditarik… maka akan
terkunci semakin kuat…
Tes: Sekarang coba dibuka… ga bisa dibuka kan…??? Karena semakin
ditarik… maka dia akan terkunci semakin kuat lagi…
Akhiri Tes: Sekarang… lepas… silahkan buka tangan anda dan lemaskan otot
otot tangan anda… (jika perlu dibantu…)
Dalam melakukan hipnosis, terdapat 7 tahapan, yaitu: (1) pra-induksi atau pre-
induction, (2) induksi atau induction, (3) pendalaman atau deepening, (4)
pengujian tingkat kedalaman atau depth level test, (5) sugesti, (6) terminasi, dan
(7) pasca-hipnosis atau post-hypnotic. Setelah tahap terakhir (tahap pasca-
hipnosis), suyet atau orang yang dihipnosis akan kembali ke kesadaran beta.
1. Pra-induksi
Tahap pra-induksi atau pre-induction merupakan tahap paling awal dan paling
penting dalam rangkaian proses hipnosis. Dalam tahapan ini, dilakukan
pembangunan rapport atau rapport building. Rapport dibangun dengan tujuan
untuk menciptakan kedekatan dan kepercayaan antara sang hipnotis dan suyet.
Tanpa kedekatan dan kepercayaan, suyet akan bersikap resisten dan takut
untuk dihipnosis. Rapport building sangat penting dilakukan oleh hipnoterapis
agar proses terapi dapat berlangsung dengan baik. Bagi stage hypnotist dengan
tujuan hiburan, proses rapport building dilewatkan agar tidak memakan waktu
lama.
Dalam tahap ini pula, dilakukan tes sugestivitas (suggestivity test). Tes sugestivitas
dilakukan untuk mengetahui tingkat sugestivitas suyet agar sang hipnotis dapat
menentukan teknik induksi yang akan dilakukan, selain itu tes sugestivitas juga
dapat membantu meningkatkan tingkat sugestivitas suyet. Jika suyet belum
pernah dihipnosis sebelumnya, tes sugestivitas sangat penting untuk diberikan
agar suyet dapat mengenali kondisi hipnosis.
Terdapat berbagai macam tes sugestivitas, di antaranya adalah rigid catalepsy, eyes
catalepsy, locking hand, dan lain-lain. Penjelasan mengenai tes-tes tersebut
akan dijelaskan di artikel berikutnya.
2. Induksi
3. Deepening
Pendalaman atau deepening dilakukan ketika suyet sudah terinduksi dan memasuki
kondisi hipnosis. Deepening dilakukan untuk membawa suyet ke dalam kondisi
hipnosis yang lebih dalam lagi. Deepening dilakukan secara imajinatif dalam
kondisi hipnosis. Beberapa teknik deepening yang dapat dilakukan adalah
dengan menghitung angka (biasanya dari 1 sampai 5), menuruni tangga,
menuruni lift, membawa ke tempat yang damai/menyenangkan, dan sebagainya.
Depth level test atau pengujian tingkat kedalaman dilakukan untuk mengetahui
tingkat kedalaman suyet setelah diberikan induksi dan deepening. Beberapa
sugesti hanya dapat diberikan dalam tingkat kedalaman tertentu sehingga depth
level test diperlukan dalam proses hipnosis. Untuk membantu melakukan depth
level test, biasanya dilakukan ideo-motor response, yaitu pemberian respon
ya/tidak oleh suyet diganti dengan gerakan motorik. Ideo-motor response
digunakan agar tidak mengganggu kondisi hipnosis suyet, karena dengan
berbicara, suyet memiliki kemungkinan untuk kembali ke kesadaran yang lebih
atas.
”Gerakan jari telunjuk di tangan kiri anda untuk jawaban tidak dan gerakan jari
telunjuk di tangan kanan anda untuk jawaban ya.”
Atau
”Sekarang, bayangkan kata YA yang sangat besar kemudian, gerakan bagian tubuh
yang mewakili kata YA (amati responnya). Kemudian, banyangkan kata TIDAK
yang sangat besar lalu, gerakan bagian tubuh yang mewakili kata TIDAK (amati
responnya). Bagus sekali, respon inilah yang akan menggantikan jawaban
ya/tidak dari anda.”
Catatan: karena berada dalam kondisi hipnosis, gerakan fisik dari suyet akan sangat
halus sehingga hipnotis/hipnoterapis harus mengamati dengan baik.
Untuk mengetahui depth level dari suyet, contoh script yang dapat digunakan adalah
(setelah memasang ideo-motor response):
5. Sugesti
Dalam tahap ini, sugesti diberikan. Sugesti yang digunakan disesuaikan dengan
tujuan hipnosis. Entah untuk tujuan hiburan, motivasi, atau terapi. Tersedia
berbagai macam script untuk sugesti yang dapat ditemui di berbagai buku-buku
hipnosis maupun situs internet. Bahkan, di toko buku juga tersedia buku yang
memuat kumpulan script.
Pada prinsipnya, sugesti dilakukan dengan kalimat present tense (masa kini)
sehingga kata ”akan” perlu dihindari dan gunakan kata ”saat ini”. Selain itu,
penggunaan kata negatif seperti kata ”tidak” harus diminimalkan. Sentuhan
pribadi dan emosional juga harus disertakan agar sugesti dapat masuk dengan
baik. Perlu diperhatikan bahwa sugesti dapat ditolak oleh suyet jika
bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut oleh suyet, sehingga kemungkinan
terjadinya penyalahgunaan hipnosis sangat kecil (untuk lebih jelasnya baca 7
mitos tentang hipnosis).
6. Terminasi
Terminasi berarti mengakhiri proses hipnosis. Setelah sugesti diberikan dan proses
hipnosis dirasa akan diakhiri, maka terminasi dapat dilakukan. Umumnya, dalam
terminasi diberikan sugesti positif seperti bangun dengan tubuh yang sehat dan
sebagainya. Script yang dapat digunakan untuk melakukan terminasi adalah
sebagai berikut:
”Baiklah, mari kita kembali berhitung dari satu sampai lima. Ketika hitungan sudah
sampai di angka lima, anda bisa kembali membuka mata dengan perasaan yang
sangat segar dan sehat. Mari kita hitung sekarang. Satu… anda mulai kembali
naik ke kesadaran perlahan-lahan. Dua… anda mulai mampu menggerakan jari-
jari tangan dan kaki anda kembali. Tiga… anda sudah siap untuk membuka
mata. Empat… anda membuka mata perlahan-lahan. Dan lima… kini anda
membuka mata anda dan bangun dalam kondisi yang luar biasa sehat, luar
biasa segar.”
7. Post-hypnotic
Tahapan terakhir dari proses hipnosis yang berada setelah terminasi. Beberapa saat
setelah suyet membuka matanya, sebenarnya ia masih berada dalam kondisi
trance dan akan segera kembali ke kesadaran beta. Keadaan ini dapat
dimanfaatkan untuk memberikan sugesti positif kepada suyet. Biasanya, hipnotis
akan menanyakan, ”Bagaimana rasanya?”. Kemudian suyet akan menjawab,
”Enak, rileks, segar banget.”
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Fobia
Fobia adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena.
Fobia bisa dikatakan dapat menghambat kehidupan orang yang mengidapnya.
Bagi sebagian orang, perasaan takut seorang pengidap Fobia sulit dimengerti.
Itu sebabnya, pengidap tersebut sering dijadikan bulan bulanan oleh teman
sekitarnya. Ada perbedaan "bahasa" antara pengamat fobia dengan seorang
pengidap fobia. Pengamat fobia menggunakan bahasa logika sementara
seorang pengidap fobia biasanya menggunakan bahasa rasa. Bagi pengamat
dirasa lucu jika seseorang berbadan besar, takut dengan hewan kecil seperti
kucing atau tikus. Sementara dibayangan mental seorang pengidap fobia subjek
tersebut menjadi benda yang sangat besar, berwarna, sangat menjijikkan
ataupun menakutkan.
Phobia merupakan suatu mekanisme pelarian diri dari konflik-konflik bathiniah dari
jiwa seseorang. Mungkin ada sekitar 80 atau bahkan 100 macam phobia yang
dikenal orang sekarang. Phobia- phobia itu menyebabkan timbulnya ketakutan
yang absurd dan tak masuk akal. Biasanya phobia-phobia tersebut berhubungan
dengan pengalaman-pengalaman yang terpendam, yang ditekan dalam-dalam
dan dilupakan.
Fobia berasal dari istilah Yunani ‘phobos’ yang berarti lari (fight), takut dan panik
(panic-fear), takut hebat (terror). Istilah ini memang dipakai sejak zaman
hippocrates. Jaspers (1923) berpendapat bahwa fobia adalah rasa takut yang
sangat dan tidak dapat diatasi terhadap suatu keadaan dan tugas yang biasa.
Ross (1937) mengatakan fobia sebagai rasa takut yang khas yang disadari oleh
penderita sebagai suatu hal yang tidak masuk akal, tetapi tidak dapat
mengatasinya. Dan Errera (1962) menyatakan sebagai rasa takut yang selalu
ada terhadap suatu benda atau pendapat yang dalam keadaan biasa tidak
menimbulkan rasa takut.
Begitu banyak pendapat tentang fobia, dapat disimpulkan bahwa fobia adalah suatu
bentuk rasa takut yang :
1. Tidak sesuai dengan keadaan lingkungan.
2. Tidak dapat diterangkan atau dijelaskan.
3. Yang khas, yang tidak masuk akal.
4. Tidak dapat diatasi walaupun disadari penderita.
5. Rasa takut secara umum timbul sebagai interaksi dari 3 faktor berikut ini:
6. Secara biologik ditentukan sejak lahir.
7. Bergantung pada proses maturasi.
8. Rasa takut yang berasal dari pembelajaran seseorang dan lingkungan sosial.
9. Rasa takut yang spesifik dapat disebabkan antara lain:
10. pengaruh filogenetik
11. pengaruh keturunan
12. kepribadian
13. pengaruh budaya dan daerah (adat istiadat)
14. trauma dan tekanan
Suatu trauma yang mendadak sering disertai fobia dari benda yang ada
hubungannya dengan peristiwa itu. Trauma dapat berupa psikologis atau fisik.
Fobia juga mulai setelah adanya tekanan yang umum dalam kehidupan. Sekali
fobia telah terjangkit, maka dapat menjalar ke pancaindera lainnya.
BAB III
WAWANCARA DAN OBSERVASI
(FELINOPHOBIA)
A. SEKILAS TENTANG FELINOPHOBIA
Felinophobia, juga dikenal sebagai Ailurophobia, Elurophobia, Galeophobia, dan
Gatophobia. Felinophobia adalah reaksi tak wajar dan rasa takut berlebihan
terhadap kucing, seringkali dengan diikutin beberapa alasan pembenaran dari
subjectnya. Bagi orang dewasa, sebagian dapat menyadari ketidakwajaran ini.
Sayangnya mereka masih cenderung memikirkan saat - saat terjebak dan harus
berhadapan dengan kucing. Selanjutnya mengalami kegelisahan yang hebat.
Felinophobia seringkali menyebabkan timbulnya sesak nafas, pusing-pusing di
kepala, keringat berlebihan, rasa muak, mulut kering, gemetar, jantung
berdebar, gagap dan gugup, hingga sampai tahap kehilangan kontrol.
Banyak orang mengembangkan phobia-phobia terhadap banyak hal lainnya, seperti
kegelapan, situasi sosial, laba-laba hingga darah.Dalam banyak referensi
disebutkan bahwasanya pengobatan tercepat dapat dilakukan dengan metode
hypnotherapy.
B. WAWANCARA
1. Identitas :
a. Nama : UL (Inisial)
b. Kelamin : Perempuan
c. Umur : 24 Tahun
d. Pekerjaan : Mahasiswi
2. Hasil Wawancara (Rekaman Terlampir Berupa Compact Disk/Cd) :
a. Pewawancara : Selamat Pagi Kak?
Yang diwawancarai : Pagi..!!!
b. Pewawancara : Bisa saya bertanya sebentar?
Yang diwawancarai : Iya, silahkan dek, kenapa??
c. Pewawancara : Anda tau tidak apa itu Fobia?
Yang diwawancarai : Tau sedikit, tapi Cuma gambaran secara umum
saja.
d. Pewawancara : Baiklah, saya akan jelaskan sedikit tentang
fobia, fobia adalah rasa ketakutan yang berlebihan terhadap suatu hal atau
fenomena maksudnya ketakutan yang tidak beralasan, apakah anda
mempunyai gangguan tersebut??
Yang diwawancarai : Oh.. Iya, saya sangat takut dengan kucing.
e. Pewawancara : Ok.. saya ingin bertanya sedikit tentang fobia
yang anda alami?? Kenapa anda takut pada kucing??
Yang diwawancarai : Saya takut mungkin karena trauma masa kecil,
saya pernah injak ekornya kemudian saya digigitnya, sejak itu saya sangat
takut pada kucing.
f. Pewawancara : Kalau terhadap kucing yang cantik atau bersih,
apakah anda juga takut??
Yang diwawancarai : Pokoknya terhadap semua kucing saya takut..!!!
g. Pewawancara : Sejak kapan anda takut??
Yang diwawancarai : Sejak Kelas Satu SMP..!! sejak itu saya takut
terhadap kucing sampai sekarang.
h. Pewawancara : Bagaimana jika ada seekor kucing yang datang
didekat anda?
Yang diwawancarai : Pokok saya berusaha mungkin untuk
menghindar dan menjauhinya.
i. Pewawancara : Kira-kira dari jarak berapa anda melihat kucing
kemudian anda menghindar?
Yang diwawancarai : Asalkan saya melihat kucing saya langsung
menghindar, walaupun sejauh bagaimana.
j. Pewawancara : Ada tidak keinginan untuk menghilangkan
gangguan tersebut?
Yang diwawancarai : Yang pastinya ada, tapi saya merasa sangat sulit
untuk di hilangkan.
k. Pewawancara : Terima kasih atas waktu yang diberikan kepada
saya!!!
Yang diwawancarai : Sama-sama.
C. OBSERVASI
Hasil Observasi terhadap yang diwawancarai :
1. Menggunakan baju warna ungu
2. Matanya agak bulat
3. Alisnya tebal
4. Hidungnya mancung
5. Bibirnya tipis
6. Kulitnya sawo matang
7. Dagunya runcing
8. Rambutnya hitam, lurus, panjangnya sebahu
9. Mengankan jepitan rambut
10. Mengenakan celana pendek dengan motif bunga
11. Tingginya kurang lebih 156 cm
12. Pada saat awal observasi objek matanya sering melirik kekanan dan kekiri.
13. Pada saat di Tanya tentang fobianya terhadap kucing bahunya terangkat
sedikit, kedua lengan tangan merapat kedepan dada, jari tangannya
menggenggam, mata mengecil, bibirnya tebuka dan bergetar, antara gigi
atas dan bawah terlihat merapat, kemudian berbicara dan menjelaskan
gangguan yang dialaminya, pada saat itu kemudian dijidadnya terlihat
basah karena keringat.
14. Terkadang objek menggaruk kepalanya.
15. Pada saat ditanyakan “Ada tidak keinginan untuk menghilangkan
gangguan tersebut” bibirnya tertutup rapat, matanya mengecil dan jidatnya
mengkerut.