Anda di halaman 1dari 14

KETAKUTAN BERLEBIH PADA KUCING

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas matakuliah

Psikologi

yang dibina oleh ibu Dra. Mustayah., M.Kes

Oleh

Dina Tri Santika

P17220181012

POLITEKNIK KESEHATAN MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

D3 KEPERAWATAN LAWANG

April 2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah “Ketakutan Berlebih pada Kucing”..
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah tentang makalah “Ketakutan
Berlebih pada Kucing” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Tujuan ....................................................................................................................2

BAB II HASIL WAWANCARA


2.1 Identitas...................................................................................................................3
2.2 Hasil Wawancara....................................................................................................3

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Definisi Ailurophobia.............................................................................................5
3.2 Penyebab Ailurophobia...........................................................................................5
3.3 Gejala Ailurophobia................................................................................................7

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


4.1. Kesimpulan............................................................................................................8
4.2. Saran......................................................................................................................8

Daftar Gambar..............................................................................................................9
Daftar Pustaka.............................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Takut merupakan salah satu emosi dasar manusia. Rasa takut
penting dimiliki setiap orang, karena takut adalah mekanisme mendasar
untuk mempertahankan dan melindungi diri sendiri. Kecemasan
merupakan reaksi normal terhadap situasi yang menekan. Namun dalam
beberapa kasus, menjadi berlebihan dan dapat menyebabkan seseorang
ketakutan yang tidak rasional terhadap sesuatu hal. Fobia berbeda dengan
rasa takut atau cemas biasa. Fobia adalah sebuah ketakutan yang irasional
dan berlebihan, dan merupakan masalah gangguan kecemasan (anxiety
disorder). Marks (dalam Morris dkk, 1987) mengatakan bahwa fobia
merupakan bentuk yang spesifik dari takut yang muncul di situasi tertentu,
tidak bisa dijelaskan secara rasional, sulit untuk dikontrol dan biasanya
situasi yang ditakutkan tersebut selalu dihindari.
Secara sederhana dapat dikatakan fobia itu timbul karena adanya
satu ketakutan yang dirasakan individu tersebut yang sumbernya tidak
dapat diketahui atau dikenali sehingga individu merasakan suatu perasaan
khawatir bahkan geisah yang tak beralasan.
Kecemasan yang berlebihan saat melihat hewan yang kita takuti dapat
dikatakan bahwa rasa cemas yang muncul itu dianggap tidak rasional.
Situasi yang mendorong gangguan tersebut sering kali tidak dapat
dihindarkan, sehingga rasa cemas berlebihan yang dialaminya dapat
dikatakan sangat menghambat kehidupan orang yang mengidapnya.
Tingkat fobia yang ditimbukan oleh seekor hewan yang ditakuti
akan berbeda-beda bagi penderitanya, ada yang mengalami kecemasan
tingkat sedang dan hanya butuh menghindari sumber ketakutannya tetapi
ada yang mendapat serangan panik yang membuatnya tidak nyaman.
Ailurophobia atau fobia saat melihat kucing sering kali merupakan
ketakutan yang juga dirasakan oleh kebanyakan individu yang normal,
namun respon ketakutannya dapat membuat kehidupan yang normal
menjadi sulit atau tidak mungkin. Hal ini disebabkan karena individu yang
memiliki kecemasan yang berlebihan saat bertemu kucing mungkin akan
kehilangan kendali, panik, bahkan pingsan jika menghadapi objek yang
ditakuti.
Berdasarkan uraian di atas, fobia pada kucing adalah rasa takut
yang kuat dan tetap terhadap objek, situasi atau kejadian yang muncul
pada situasi tertentu, tidak dapat dijelaskan secara rasional, sulit untuk
dikontrol dan biasanya situasi yang ditakutkan tersebut selalu dihindari.

1.2. Tujuan

Secara umum tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas matakuliah


Psikologi, dan secara khusus tugas ini dibuat untuk :

1. Untuk menambah wawasan pada penulis


2. Untuk memberikan wawasan kepada pembaca mengenai phobia
3. Sebagai tugas matakuliah dalam perkembangan mahasiswa
BAB II
HASIL WAWANCARA

2.1. Identitas Klien


a. Nama                   : VD (Inisial)
b. Kelamin               : Perempuan
c. Umur                   : 19 Tahun
d. Pekerjaan            : Mahasiswi
2.2. Hasil Wawancara
Pada hari Minggu tanggal 14 April 2019 pewawancara
mengunjungi rumah narasumber yang kebetulan dia mengalami
Ailurophobia atau ketakutan pada kucing. Awalnya, wawancara ini
melibatkan tiga individu yang mengalami fobia kucing. Namun, dua
partisipan mengundurkan diri setelah wawancara.
Agar kondisi fobia dapat diketahui pewawancara maka
pewawancara menganalisis tentang hal-hal yang dialami para partisipan
dicocokkan dengan literatur yang telah dibaca, seperti merasa takut secara
berlebihan terhadap sesuatu, merasa cemas terhadap sesuatu, terkadang
disertai reaksi panik, menyadari perasaan takutnya itu irasional atau
berlebihan; dan menghindar atau bertahan dengan hal yang ditakuti dengan
perasaan tegang.
Pewawancara memulai untuk berwawancara. Ia menanyakan
apakah narasumber mengetahui apa fobia itu dan narasumber mengatakan
bahwa ia tahu namun hanya gambaran secara umum saja. Kemudian
pewawancara menjelaskan tentang fobia yang mana fobia itu merupakan
rasa ketakutan atau kecemasan yang berlebihan terhadap suatu hal atau
fenomena yang tidak beralasan.
Narasumber kemudian mengatakan bahwa ia memiliki ketakutan
yang sangat tinggi terhadap kucing. Ia sangat tidak suka apabila ada kucing
yang ada di sekitarnya. Kecemasan yang berlebih dialami oleh narasumber
setiap kali berhadapan dengan kucing. Narasumber mengatakan bahwa ia
dapat melakukan hal yang tidak terkendali seperti teriak, meloncat bahkan
berlari bila seekor kucing akan mendekat ke arahnya agar ia dapat
melindungi dirinya dari jangkauan seekor kucing. Hal tersebut disebabkan
karena ia merasa panik dan takut yang tak beralasan. Tak hanya itu,
narasumber juga mengalami respon fisik seperti jantung terasa berdebar,
gemetar, bulu kuduk berdiri dan merasa lemas seketika saat berhadapan
dengan kucing.
Kemudian pewawancara menanyakan apa penyebab narasumber
bisa takut dengan kucing. Lalu narasumber mengatakan bahwa ia
mengalami trauma ketika ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Kejadian
tersebut terjadi ketika ia tidak sengaja menginjak ekor kucing yang ada di
dekatnya. Lalu kucing tersebut menggigit dan mencakar kaki si narasumber
dan sejak saat itu ia merasa takut dengan kucing. Pada saat itu juga ia
berpikiran kucing adalah hewan yang menakutkan dan memberi ancaman
yang perlu dihindari dan ia sangat waspada terhadap lingkungan yang ramai
akan kucing. Menurutnya kucing tak lagi menjadi hewan yang lucu seperti
orang biasa katakan. Hal ini merupakan penyimpangan yang terjadi setelah
kejadian pengalaman yang kuat dan berkaitan dengan kucing dalam konteks
tidak menyenangkan tentunya.
1. Riwayat Ailurophobia
Subjek mengatakan kejadian tersebut terjadi ketika ia tidak sengaja
menginjak ekor kucing yang ada di dekatnya. Lalu kucing tersebut
menggigit dan mencakar kaki si narasumber dan sejak saat itu ia merasa
takut dengan kucing. Pada saat itu juga ia berpikiran kucing adalah hewan
yang menakutkan dan memberi ancaman yang perlu dihindari dan ia
sangat waspada terhadap lingkungan yang ramai akan kucing. Menurutnya
kucing tak lagi menjadi hewan yang lucu seperti orang biasa katakan. Hal
ini merupakan penyimpangan yang terjadi setelah kejadian pengalaman
yang kuat dan berkaitan dengan kucing dalam konteks tidak
menyenangkan tentunya.
2. Respon atau tanda gejala yang dialami
Subjek kemudian mengatakan bahwa ia memiliki ketakutan yang
sangat tinggi terhadap kucing. Ia sangat tidak suka apabila ada kucing
yang ada di sekitarnya. Kecemasan yang berlebih dialami oleh narasumber
setiap kali berhadapan dengan kucing. Narasumber mengatakan bahwa ia
dapat melakukan hal yang tidak terkendali seperti teriak, meloncat bahkan
berlari bila seekor kucing akan mendekat ke arahnya agar ia dapat
melindungi dirinya dari jangkauan seekor kucing. Hal tersebut disebabkan
karena ia merasa panik dan takut yang tak beralasan. Tak hanya itu,
narasumber juga mengalami respon fisik seperti jantung terasa berdebar,
gemetar, bulu kuduk berdiri dan merasa lemas seketika saat berhadapan
dengan kucing.
BAB III
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Ailurophobia


Ailurophobia adalah salah satu tipe gangguan spesifik fobia yang
ditandai dengan adanya ketakutan irasional (irrational thinking) dan
berlebihan (unproportional) terhadap kucing. Ailurophobia lebih
populer dengan sebutan fobia kucing.

Bagi penderita ailurophobia, kucing benar-benar membuat mereka


takut. Bagi yang tidak mengalami fobia kucing menilai bahwa
ketakutan yang penderita alami tidak wajar. Ailurophobia bukan hal
yang ringan karena gangguan ini bisa menyebabkan pengaruh yang
cukup kuat dalam kehidupan sehari hari orang tersebut. Sebagian besar
penderita mengalami phobia ini dikarenakan adanya pengalaman di
masa kecil yang menakutkan dan terbawa hingga dewasa. Misalnya
saja anak yang pernah digigit atau dicakar oleh kucing dan hal tersebut
berkembang menjadi rasa trauma.

Orang yang menderita Ailurophobia memiliki pikiran yang


menyimpang dan menganggap jika kucing adalah sebuah ancaman.
Penyimpangan ini terjadi setelah terjadi pengalaman yang kuat dan
berkaitan dengan kucing dalam konteks tidak menyenangkan tentunya.
Ataupun penyakit ini juga dapat muncul karena melihat dan
mendengar orang lain yang memiliki pengalaman tidak menyenangkan
dengan kucing. Sehingga akhirnya memunculkan penilaian jika kucing
adalah sebuah ancaman yang perlu dihindari.

2.3. Penyebab Ailurophobia


Penderita ailurophobia memiliki penyimpangan pemikiran bahwa
kucing memberikan ancaman. Penyimpangan pemikiran ini muncul
setelah mengalami kejadian yang terkait dengan kucing yang mereka
maknakan sebagai situasi yang mengancam atau tidak menyenangkan
bagi mereka. Pemikiran ini tidak harus akibat interaksi tidak
menyenangkan secara langsung dengan kucing, tetapi juga dapat
dengan mendengar atau melihat orang lain mengalami peristiwa tidak
menyenangkan dengan kucing. Munculah keyakinan (belief) bahwa
kucing adalah ancaman yang harus dihindari. Kemudian mereka
menilai bahwa semua kucing ataupun hal-hal yang berkaitan dengan
kucing menakutkan. Sehingga saat berhadapan dengan kucing
penderita ailurophobia selalu merasa kucing tersebut mengancam bagi
mereka dan munculah respon-respon yang berlebihan dan tidak
adaptif. Terdapat beberapa penyebab ailurophobia sebagai berikut
(Yuwanto, 2010) :

a. Penyebab predisposisi (predisposising causes), penyebab yang


sifatnya predisposisi atau kondisi yang rentan terhadap adanya
gangguan tertentu. Penelitian longitudinal menyatakan bahwa
anak-anak tertentu memiliki predisposisi konstitusional terhadap
fobia karena mereka lahir memiliki temperamen negatif yang
disebut dengan inhibisi perilaku terhadap yang tidak dikenal
(behavioral inhibition to the unfamiliar). Tekanan dari lingkungan
harus ada untuk mengaktifkan temperamen tersebut, seperti kucing
yang mengancam (traumatic event) karena menggigit atau
mencakar dan menimbulkan dampak ketakutan. Faktor ini
seringkali disebut orang awam sebagai ”memang dasarnya
orangnya penakut jadi kena sesuatu yang sedikit mengancam
langsung takut”.

b. Penyebab aktual (precipitating causes), merupakan suatu kondisi


yang secara langsung bertindak sebagai pencetus/pemicu
gangguan. Misalnya mengalami kejadian yang menakutkan saat
dengan berinteraksi kucing, mendengar cerita menyeramkan dari
orang lain tentang kucing, atau melihat orang lain mengalami
sesuatu yang tidak menyenangkan dengan kucing.
c. Penyebab penguat (reinforcing causes), kondisi yang cenderung
memperkuat gangguan. Misalnya membiarkan gangguan terus
berlangsung, mengganggap sebagai bukan masalah, sehingga
gangguan tetap ada dan akan bisa berkembang. Contoh nyatanya
selalu berusaha untuk menghindari berinteraksi dengan kucing baik
melalui bentuk gambar kucing atau kucing secara nyata.

2.4. Gejala Ailurophobia


Dari hasil wawancara di atas adapun gejala-gejala yang
diperlihatkan oleh penderita Ailurophobia antara lain adalah:
1. Reaksi takut yang berlebihan saat melihat kucing
2. Muncul rasa panik dan cemas saat melihat kucing
3. Berusaha untuk menghindar saat bertemu dengan kucing
4. Lari atau melakukan hal apapun yang digunakan untuk
mempertahankan diri dari kucing
5. Mengalami ciri-ciri fisik seperti jantung yang berdebar kencang,
pernapasan yang meningkat, gemetar, dan lainnya
6. Melakukan tindakan yang tidak terkendali, misalnya seperti
berteriak atau meloncat saat ada kucing yang berada di dekatnya
7. Sangat waspada saat di lingkungan yang ramai kucing
8. Tubuh terasa kaku tiba tiba saat ada kucing
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil wawancara dan pembahasan yang telah
dipaparkan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa fobia dapat dialami
siapa saja dan kapan saja. Fobia dapat disebabkan oleh adanya
pengalaman di masa kecil yang menakutkan dan terbawa hingga dewasa.
Penderita fobia ini juga dapat mengalami respon seperti merasa panik dan
ketakutan yang sangat berlebihan terhadap kucing, melakukan hal yang
tidak dapat dikendalikan oleh dirinya seperti teriak, meloncat bahkan
berlari untuk menjauhi objek yang ditakutinya.

4.2. Saran

Saran dari penulis untuk pembaca adalah apabila pembaca


mengalami hal yang sama dalam makalah ini, di harapkan pembaca dapat
menerapkan cara mengatasi phobia, dan pembaca dapat mengambil sisi
positif dari makalah ini. bila makalah ini terdapat kekurangan, penulis
memohon maaf dan mengharapkan saran yang membangun.
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of


mental disorders (4th ed., text revision). Washington, DC: Author
https://journal.untar.ac.id/index.php/jmishumsen/article/download/912/895

https://repository.ugm.ac.id/97076/1/JIP-Jul2010-2-1.pdf
https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=en&as_sdt=0%2C5&q=fobia+kucing&btnG=.
https://www.ubaya.ac.id/2014/content/articles_detail/1/AILUROPHOBIA.html

Anda mungkin juga menyukai