Ventilasi Rumah PDF
Ventilasi Rumah PDF
Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1
Kesehatan Masyarakat
Disusun Oleh :
i
ABSTRAK
VITA AYU OKTAVIANI. J 410 050 018
HUBUNGAN ANTARA SANITASI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN
INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) PADA BALITA DI DESA
CEPOGO KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI
xviii+47+34
Mengetahui,
Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
ii
Vita Ayu Oktaviani. J 410 050 018
The Relationship Between House Physical Sanitation with the Occurrence of
Exhalation Chanel Infenction (ISPA) Children Under Five Years Old in Cepogo
Village, Cepogo District, Boyolali Sub-Province
ABSTRACT
Infection of exhalation Channel (ISPA), is one of the main painfulness cause
in children under five years old in developing countries. The aim of this research was
to know the relationship between house physical sanitation included house
ventilation, house natural illumination, house dampness, house floor, house wall, and
house roof with the occurrence of exhalation chanel infenction (ISPA) In Cepogo
Village, Cepogo District, Boyolali Sub-Province. This research was done in
November 2009 In Cepogo Village, Cepogo District, Boyolali Sub-Province. The type
of this research was observational research with cross sectional approach. The
subject were all of the house which have children under five years old with 62
respondents sample. The technique of intake sampel used cluster random sampling.
The statistical test used chi square test by using SPSS version 11 program. The result
of this research indicated that there was a relationship between house ventilation
(p=0,046), house natural illumination (p=0,01), house floor (p=0,025), house wall
(p=0,00), and house roof (p=0,026) with the occurrence of ISPA, but there was not
relationship between house dampness (p=0,883) with the occurrence of ISPA.
Keywords : The Infection of Exhalation Channel, Children Under Five Years Old,
House Physical Sanitation.
iii
HUBUNGAN ANTARA SANITASI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN
INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) PADA BALITA
DI DESA CEPOGO KECAMATAN CEPOGO
KABUPATEN BOYOLALI
Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1
Kesehatan Masyarakat
Disusun Oleh :
@ 2009
Hak Cipta Pada Penulis
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Telah kami setujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program
Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Pembimbing I Pembimbing II
vi
HALAMAN PENGESAHAN
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
vii
MOTTO
“Orang yang cerdas adalah orang yang mau introspeksi diri dan beramal untuk
bekal setelah mati. Adapun orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa
“Bermimpi adalah langkah pertama, kerja keras dan ketekunan adalah langkah-
{Penulis}
Janganlah menjadi yang pertama jika hanya membuatmu sombong, tetapi jadilah
{Penulis}
{Made S}
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini ku persembahkan untuk kedua orang tuaku yang menjadi motivator
dalam pencapaian tujuan hidup ini. Kalian adalah pemberi inspirasi terhebat di
dunia, pemberi kasih sayang yang terkuat dan terkokoh, yang tak pernah bosan
menyebutkan namaku dalam setiap sujud dan do’a kalian.
Untuk kakak dan adikku yang menjadi penyemangat dan pemberi canda tawa
serta kasih sayang yang telah tercurah di setiap langkah ku.
Almamater tercinta
ix
RIWAYAT HIDUP
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
memberikan kemudahan dan petunjuk dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Hubungan antara Sanitasi Fisik Rumah dengan Kejadian Infeksi Saluran
Pernafasan Atas (ISPA) pada Balita di Desa Cepogo Kecamatan Cepogo
Kabupaten Boyolali”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana di Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Penulis menyadari tanpa bantuan berbagai pihak tidak banyak yang bisa penulis
lakukan dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis menyampaikan rasa
hormat dan terimakasih atas semua bantuan dan dukungannya selama pelaksanaan
dan penyusunan laporan skripsi ini kepada :
1. Bpk. Arif Widodo, A.Kep, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2. Ibu Yuli Kusumawati, SKM., M.Kes (Epid) selaku Ketua Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
3. Ibu Ambarwati, S.Pd, M.Si selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bpk. Sri Darnoto, SKM selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Dwi Astuti, S.Pd, M.Kes selaku penguji skripsi yang telah memberikan
masukan dalam skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu tersayang yang telah memberikan doa tanpa kenal waktu,
semangat, nasihat, dukungan, dan kasih sayang yang tak terhitung banyaknya.
Kalian adalah inspirator terbesar dalam pencapaian tujuan hidupku.
xi
7. Kakak dan adikku tersayang yang telah memberikan inspirasi untuk segala hal,
dorongan, nasihat, rasa sayang, dan selalu membuatku tersenyum.
8. Emill tersayang yang telah membantu dan memberikan motivasi, semangat
pantang menyerah dan masih banyak yang tidak bisa penulis katakan.
9. Vella, Ninik, Nani, Yanti, Yeni, Vita, Kini, Nita, Rini, Diah, Bayu dan Yantri
mereka adalah penghuni kost yang menjadi teman setia di kosan dan menjadi
penghilang sedikit penat dan lelah selama kuliah.
10. Mba Rina, Mba Wita, Mas Rozi, dan Mba Nana yang telah memberikan banyak
pengalaman tentang hidup jauh dari orang tua, nasihat, semangat, do’a serta
mengajarkan penulis tentang arti sebuah persahabatan.
11. Melown, Idul, Junet, Rindem, dan Cumi adalah sahabatku yang selalu membantu,
memberikan dukungan dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.
12. Semua teman-teman seperjuangan kesmas 2005.
13. Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan dukungan dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.
Akhirnya penulis hanya bisa berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi
semua pihak. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Penulis
xii
DAFTAR ISI
xiii
6. Dinding .............................................................................................. 17
7. Atap ................................................................................................... 17
C. Kerangka teori ........................................................................................ 18
D. Kerangka Konsep ................................................................................... 18
E. Hipotesis ................................................................................................. 18
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................................ 20
B. Subjek Penelitian ................................................................................... 20
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 20
D. Populasi dan Sampel ............................................................................. 20
1. Populasi ............................................................................................. 20
2. Sampel ............................................................................................... 20
E. Variabel Penelitian ................................................................................. 23
F. Definisi Operasional Variabel ................................................................ 23
G. Pengumpulan Data ................................................................................. 25
1. Jenis data ............................................................................................ 25
2. Sumber data ....................................................................................... 25
3. Cara pengumpulan data ..................................................................... 25
4. Instrumen Penelitian .......................................................................... 26
H. Jalannya Penelitian ................................................................................. 26
I. Pengolahan data ..................................................................................... 27
J. Analisis Data .......................................................................................... 27
1. Analisis univariat ............................................................................... 27
2. Analisis bivariat ................................................................................. 27
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................... 28
B. Hasil Analisis Univariat ......................................................................... 30
C. Hasil Analisis Bivariat ........................................................................... 33
BAB V PEMBAHASAN
A. Hubungan antara Ventilasi Rumah dengan Kejadian ISPA ................... 40
B. Hubungan antara Pencahayaan Alami Rumah dengan Kejadian ISPA . 41
C. Hubungan antara Kelembaban Rumah dengan Kejadian ISPA ............. 41
D. Hubungan antara Lantai Rumah dengan Kejadian ISPA ....................... 42
E. Hubungan antara Dinding Rumah dengan Kejadian ISPA .................... 43
F. Hubungan antara Atap Rumah dengan Kejadian ISPA ......................... 44
G. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 45
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................ 46
B. Saran ....................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Kuisioner penelitian
2. Pedoman Observasi Sanitasi Fisik Rumah
3. Hasil Pengolahan Data
4. Hasil Analisis
5. Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian
6. Peta Desa Cepogo
7. Dokumentasi Penelitian
xvii
DAFTAR SINGKATAN
AC : Air Conditioner
ARI : Acute Respiratory Infections
DOV : Definisi Operasional Variabel
IR : Incidence Rate
ISPA : Infeksi Saluran Pernafasan Atas
KK : Kartu Keluarga
RW : Rukun Warga
SD : Sekolah Dasar
SMA : Sekolah Menengah Atas
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SPAL : Sarana Pembuangan Air Limbah
SUSENAS : Survei Sosial Ekonomi Nasional
TBC : Tuberculosis
WHO : World Health Organization
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia masih tinggi terutama pada balita, kasus kesakitan tiap tahun mencapai
260.000 balita. Pada akhir tahun 2000, ISPA mencapai enam kasus di antara
1000 bayi dan balita. Tahun 2003 kasus kesakitan balita akibat ISPA sebanyak
lima dari 1000 balita, salah satu penyebab ISPA pada balita yaitu sanitasi rumah
yang tidak sehat (Supraptini, 2006). Menurut data dari Survei Sosial Ekonomi
Nasional (SUSENAS) tahun 2004, di Indonesia rumah sehat dibagi menjadi tiga
kategori yaitu kategori baik, kategori sedang dan kategori kurang. Persentase
rumah sehat di Indonesia kategori baik mencapai 35,3%, kategori sedang 39,8%
dan kategori kurang 24,9%. Target rumah sehat di Indonesia sebesar 80%, dari
kategori rumah sehat di atas tidak ada yang memenuhi target, sehingga rumah
Boyolali dapat dibedakan berdasarkan sifat bahannya yaitu yang terbuat dari batu
atau gedung permanen sebanyak 6146 rumah, terbuat dari setengah batu atau
semi permanen sebanyak 2399 rumah, terbuat dari kayu atau papan sebanyak
989 rumah, dan terbuat dari bambu 3187 rumah. Berdasarkan data tersebut
rumah penduduk Kabupaten Boyolali masih banyak yang berkategori rendah, hal
ini dapat memicu timbulnya penyakit ISPA (Dinas Kesehatan dan Sosial
Boyolali, 2007).
desa tersebut rata-rata bertani dan berternak sapi. Kondisi fisik rumah di desa
tersebut yang berdinding bambu sebanyak 314 rumah, berdinding kayu 290
rumah, berdinding semi permanen 674 rumah, dan permanen 320 rumah.
Cepogo sebanyak 1.053 kasus yang di dominasi pada golongan umur satu
sampai 59 bulan dengan Incidence Rate (IR) sebesar 1,09% dan tahun 2007
sebanyak 898 kasus yang didominasi pada umur satu sampai empat tahun
dengan IR 1,99%. Pada tahun 2008 kasus ISPA sebanyak 1092 kasus
sedangkan tahun 2009 dari bulan Januari sampai bulan Juli ISPA sebanyak
hal ini disebabkan karena proses pertukaran aliran udara dari luar ke dalam
rumah tidak lancar, sehingga bakteri penyebab penyakit ISPA yang ada di
oleh karena itu kelembaban ruangan yang tinggi akan menjadi media yang
penyakit menular, terutama ISPA (Taylor, 2002). Beberapa hal yang dapat
mempengaruhi kejadian penyakit ISPA pada balita adalah kondisi fisik rumah,
2
(Iswarini dan Wahyu, 2006). Selain itu juga faktor kepadatan penghuni,
baik, akibatnya asap dapur dan asap rokok dapat terkumpul dalam rumah, bayi
dan anak yang sering menghisap asap tersebut di dalam rumah lebih mudah
terserang ISPA. Rumah yang lembab dan basah karena banyak air yang
terserap di dinding tembok dan cahaya matahari pagi yang sulit masuk dalam
penelitian Yusup dan Sulistyorini (2005), diketahui bahwa ada hubungan yang
2008, perilaku dan pengetahuan ibu tentang ISPA dibagi menjadi tiga kategori
antara 60-100%, kategori kurang baik antara 30-50% dan kategori tidak baik
kurang dari 30%. Pengetahuan ibu tentang ISPA sebanyak 73,1% dan perilaku
ibu sebanyak 86%, sehingga pengetahuan dan perilaku ibu tentang ISPA di
Desa Cepogo baik, sedangkan kasus ISPA tahun 2009 dari bulan Januari
sampai bulan Juli masih banyak yaitu 203 kasus. Berdasarkan uraian hasil
3
Boyolali.
B. Perumusan Masalah
1. Masalah umum
Boyolali ?
2. Masalah khusus
Kabupaten Boyolali?
Boyolali?
d. Apakah ada hubungan antara lantai rumah dengan kejadian ISPA pada
f. Apakah ada hubungan antara atap rumah dengan kejadian ISPA pada
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Kabupaten Boyolali.
2. Tujuan khusus
Kabupaten Boyolali.
Boyolali.
5
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi masyarakat
ISPA.
E. Ruang Lingkup
lantai, dinding, dan atap rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian ISPA
pernafasan atas yang meliputi infeksi mulai dari rongga hidung sampai
dengan epiglottis dan laring seperti demam, batuk, pilek, infeksi telinga
sembuh dengan sendirinya dalam waktu satu sampai dua minggu, tetapi
penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi (gejala gawat) jika dibiarkan dan
2. Klasifikasi ISPA
paru (alveoli).
permenit untuk usia 2-11 bulan dan kurang dari 40 kali permenit
untuk usia 12-59 bulan, serta tidak ada tarikan pada dinding dada.
sama atau lebih dari 50 kali permenit untuk usia 2-11 bulan dan
usia 12-59 bulan), serta tidak ada tarikan pada dinding dada.
3. Etiologi ISPA
ISPA dapat disebabkan oleh bakteri, virus, dan riketsia. Bakteri penyebab
8
golongan Mexovirus, Adenovirus, Coronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma,
4. Cara penularan
conditioner), droplet dan melalui tangan yang dapat menjadi jalan masuk bagi
epitel, jika epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi sehingga
sinusitis, saat terjadi ISPA melalui virus, hidung akan mengeluarkan ingus
Menurut Benih (2008), untuk perawatan ISPA di rumah ada beberapa hal
yang dapat dilakukan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita
ISPA yaitu :
Untuk anak usia dua bulan sampai lima tahun, demam dapat diatasi
empat kali setiap enam jam untuk waktu dua hari. Cara pemberiannya,
9
Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih dengan cara kain
b. Mengatasi batuk
ramuan tradisional yaitu jeruk nipis setengah sendok teh dicampur dengan
kecap atau madu setengah sendok teh dan diberikan tiga kali sehari.
c. Pemberian makanan
terjadi muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
d. Pemberian minuman
lebih banyak dari biasanya. Hal ini akan membantu mengencerkan dahak,
selain itu kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.
e. Lain-lain
tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak yang demam. Membersihkan hidung
tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila
mendapat obat antibiotik, selain tindakan di atas diusahakan agar obat yang
diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama lima hari penuh dan
setelah dua hari anak perlu dibawa kembali ke petugas kesehatan untuk
pemeriksaan ulang.
6. Pencegahan ISPA
b. Melakukan immunisasi
1. Pengertian rumah
sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Menurut
Dinkes (2005), secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi
kriteria yaitu:
11
c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni
tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak
karena keadaan luar maupun dalam rumah, antara lain fisik rumah yang
tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar dan tidak cenderung membuat
memenuhi kriteria sehat minimum komponen rumah dan sarana sanitasi dari
tiga komponen (rumah, sarana sanitasi dan perilaku) di satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu. Minimum yang memenuhi kriteria sehat pada masing-
2) Minimum dari kelompok sarana sanitasi adalah sarana air bersih, jamban
3) Perilaku
sebagai tempat berlindung yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia
dan penyediaan air. Sanitasi rumah sangat erat kaitannya dengan angka
dan mengurangi daya kerja atau daya produktif seseorang. Rumah tidak
sehat ini dapat menjadi reservoir penyakit bagi seluruh lingkungan, jika
kondisi tidak sehat bukan hanya pada satu rumah tetapi pada kumpulan
2. Ventilasi
dalam dan mengeluarkan udara kotor dari suatu ruangan tertutup secara
yaitu:
13
a. Ventilasi alamiah
ruangan yang terjadi secara alamiah melalui jendela, pintu dan lubang
angin. Selain itu ventilasi alamiah dapat juga menggerakan udara sebagai
b. Ventilasi buatan
berikut:
1) Luas lubang ventilasi tetap minimal lima persen dari luas lantai
ditutup) minimal lima persen dari luas lantai. Jumlah keduanya menjadi
2) Udara yang masuk harus bersih, tidak dicemari asap dari sampah atau
ventilasi berhadapan antar dua dinding. Aliran udara ini jangan sampai
dan lain-lain.
14
Menurut Dinata (2007), secara umum penilaian ventilasi rumah
kesehatan adalah lebih dari sama dengan 10% dari luas lantai rumah
dan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah kurang
3. Pencahayaan Alami
bakteri patogen di dalam rumah, misalnya bakteri penyebab penyakit ISPA dan
TBC. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya
sampai 20% dari luas lantai yang terdapat di dalam ruangan rumah (Azwar,
besarnya antara 60–120 lux dan buruk jika kurang dari 60 lux atau lebih dari
120 lux. Hal yang perlu diperhatikan dalam membuat jendela, perlu
diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan, dan
tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela di sini, di samping sebagai
ventilasi juga sebagai jalan masuk cahaya. Lokasi penempatan jendela pun
harus diperhatikan dan diusahakan agar sinar matahari lebih lama menyinari
15
lantai (bukan menyinari dinding), maka sebaiknya jendela itu harus di tengah-
4. Kelembaban
memenuhi 40-70% dan buruk jika kurang dari 40% atau lebih dari 70%.
Kelembaban berkaitan erat dengan ventilasi karena sirkulasi udara yang tidak
lancar akan mempengaruhi suhu udara dalam rumah menjadi rendah sehingga
tinggi memungkinkan adanya tikus, kecoa dan jamur yang semuanya memiliki
2002).
5. Lantai
lantai yang tidak memenuhi standar merupakan media yang baik untuk
perkembangbiakan bakteri atau virus penyebab ISPA. Lantai yang baik adalah
lantai yang dalam keadaan kering dan tidak lembab. Bahan lantai harus kedap
air dan mudah dibersihkan, jadi paling tidak lantai perlu diplester dan akan
16
lebih baik kalau dilapisi ubin atau keramik yang mudah dibersihkan (Ditjen
6. Dinding
kurang. Rumah yang berdinding tidak rapat seperti papan, kayu dan bambu
karena angin malam yang langsung masuk ke dalam rumah. Jenis dinding
menyebabkan penumpukan debu, sehingga akan dijadikan sebagai media yang baik
7. Atap
Salah satu fungsi atap rumah yaitu melindungi masuknya debu dalam
rumah. Atap sebaiknya diberi plafon atau langit-langit, agar debu tidak
(2003), atap juga berfungsi sebagai jalan masuknya cahaya alamiah dengan
menggunakan genteng kaca. Genteng kaca pun dapat dibuat secara sederhana,
17
C. Kerangka Teori
: Variabel diteliti
D. Kerangka Konsep
Variabel Bebas
Sanitasi fisik Rumah : Variabel Terikat
1. Ventilasi
2. Pencahayaan alami
3. Kelembaban Kejadian ISPA pada balita
4. Lantai
5. Dinding
6. Atap
E. Hipotesis
1. Ada hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian ISPA pada balita di
18
2. Ada hubungan antara pencahayaan alami rumah dengan kejadian ISPA pada
3. Ada hubungan antara kelembaban rumah dengan kejadian ISPA pada balita di
4. Ada hubungan antara lantai rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa
5. Ada hubungan antara dinding rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa
6. Ada hubungan antara atap rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa
19
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Subjek Penelitian
terdapat balita berusia nol sampai lima tahun di Desa Cepogo, Kecamatan
Keterangan :
n : Besar sampel
N : Besar populasi
populasi (95%)
q : 1-p
dan klaster yang dipilih secara random dari populasi (Murti, 2006).
klaster. Jumlah klaster diambil dari jumlah rukun warga (RW) yang
Cepogo.
Kabupaten Cepogo.
setiap KK
22
E. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sanitasi fisik rumah yang
atap rumah.
2. Variabel terikat
balita.
1. Variabel bebas
Skala : nominal
Skala : nominal
23
oleh sirkulasi udara dalam rumah dan pencahayaan yang masuk dalam
1) Baik (40-70%)
Skala : nominal
Skala : nominal
Skala : nominal
Dengan kategori :
Skala : nominal
24
2. Variabel terikat
balita usia nol sampai lima tahun yang di tandai dengan batuk pilek,
yang terjadi pada saat ini atau enam bulan yang lalu dari bulan februari
1) Pernah
2) Tidak pernah
Skala : nominal
G. Pengumpulan Data
1. Jenis data
Jenis data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yang meliputi
2. Sumber data
a. Data primer
rumah.
b. Data sekunder
25
4. Instrumen Penelitian
rumah yaitu dengan mengukur pada setiap bagian ruangan yang akan
diukur melalui lima titik pada ruangan yang diukur dan hasilnya dirata-
yang akan diukur, dan dilakukan sebanyak tiga kali dan hasilnya dirata-
rata.
H. Jalannya Penelitian
ijin mencari data Desa dengan jumlah kasus ISPA selama 3 tahun terakhir.
26
dan datang ke Posyandu pada setiap dusun untuk mencari data jumlah KK
I. Pengolahan Data
pengolahan data.
J. Analisis Data
1. Analisis univariat
27
responden.
2. Analisis bivariat
dengan rumus :
Keterangan :
x² : chi square
O : frekuensi observasi
E : frekuensi harapan
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN
1. Keadaan geografis
penduduk 6.802 orang dan kepadatan penduduk 500 Km/jiwa. Dilihat dari
udara rata-rata 20°C. Adapun batas wilayah Desa Cepogo sebagai berikut :
2. Keadaan demografi
Tabel 1. Tingkat Pendidikan Penduduk di Desa Cepogo Tahun 2008
Jumlah
No Tingkat Pendidikan
Orang %
1. Tidak sekolah/Tidak tamat SD 3924 57,7
2. Tamat SD 1820 26,8
3. Tamat SMP 639 9,4
4. Tamat SMA 339 5
5. Tamat Perguruan tinggi 80 1,1
Total 6802 100
Sumber : Data Monografi Desa Cepogo.
penduduk Desa Cepogo adalah tidak sekolah atau tidak tamat SD (Sekolah
Dasar) yaitu sebanyak 3.924 orang (57,7%) dan paling sedikit tamat perguruan
Jumlah
No Mata Pencaharian
Orang %
1. Peternak 2163 45,8
2. Petani 1626 34,4
3. Swasta 713 15,1
4. Buruh 162 3,4
5. PNS 62 1,3
Total 4726 100
Sumber : Data Monografi Desa Cepogo.
bekerja sebagai peternak sebanyak 2.163 orang (45,8%) dan paling sedikit PNS
29
B. Hasil Analisis Univariat
Berdasarkan tabulasi data skor hasil kuisioner diperoleh gambaran data tiap
perilaku responden terhadap sanitasi fisik rumah di Desa Cepogo disajikan pada
Tabel 4.
Karakteristik Jumlah
Orang %
Pendidikan
Tidak sekolah/tidak tamat SD 15 24,2
Tamat SD 30 48,4
Tamat SMP 8 12,9
Tamat SMA 4 6,5
Tamat perguruan tinggi 5 8,1
Pekerjaan
Tidak bekerja/Ibu rumah tangga 27 43,5
Petani 13 21
Buruh 10 16,1
Swasta 12 19,4
PNS 0 0
Pendapatan
< Rp. 250.000,- 9 14,5
Rp. 250.000,- sampai Rp. 500.000,- 38 61,3
> Rp. 500.000,- 15 24,2
adalah tamat SD sebanyak 30 orang (48,4%) dan paling sedikit tamat SMA
sebanyak empat orang (6,5%). Pekerjaan responden sebagian besar ibu rumah
tangga atau tidak bekerja sebanyak 27 orang (43,5%) dan paling sedikit buruh
30
besar antara 250.000 rupiah sampai 500.000 rupiah sebanyak 38 orang (61,3%)
dan paling sedikit kurang dari 250.000 rupiah sebanyak 9 orang (14,5%).
Perilaku Orang %
Baik 54 87,1
Tidak baik 8 12,9
Total 62 100
rumah sebagian besar termasuk kategori baik, yaitu sebanyak 54 orang (87,1%).
Variabel Rumah %
Ventilasi
Baik 23 37,1
Tidak baik 39 62,9
Pencahayaan alami
Baik 27 43,5
Tidak baik 35 56,5
Kelembaban
Baik 44 71
Tidak baik 18 29
tidak baik sebanyak 35 rumah (56,5%). Sedangkan kelembaban rumah
(71%).
Variabel Rumah %
Lantai
Memenuhi syarat 29 46,8
Tidak Memenuhi syarat 33 53,2
Dinding
Memenuhi syarat 28 45,2
Tidak Memenuhi syarat 34 54,8
Atap
Memenuhi syarat 34 54,8
Tidak Memenuhi syarat 28 45,2
variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan uji Chi square.
32
1. Pola hubungan antara sanitasi fisik rumah dengan kejadian ISPA
G
ambar 3. Grafik Hubungan antara Ventilasi Rumah dengan
Kejadian ISPA
banyak. Hasil uji Chi square menunjukkan ada hubungan antara ventilasi
33
Pola hubungan antara pencahayaan alami rumah dengan kejadian
rumah yang tidak baik menyebabkan balita responden yang terkena ISPA
lebih banyak. Hasil uji Chi square menunjukkan ada hubungan antara
34
Gambar 5. Grafik Hubungan antara Kelembaban Rumah dengan
Kejadian ISPA
yang baik menyebabkan balita responden yang terkena ISPA lebih banyak.
Hasil uji Chi square menunjukkan tidak ada hubungan antara kelembaban
35
d. Pola hubungan antara lantai rumah dengan kejadian ISPA
ISPA lebih banyak. Hasil uji Chi square menunjukkan ada hubungan
36
Gambar 7. Grafik Hubungan antara Dinding Rumah dengan
Kejadian ISPA
ISPA lebih banyak. Hasil uji Chi square menunjukkan ada hubungan
37
Gambar 8. Grafik Hubungan antara Atap Rumah dengan Kejadian
ISPA
ISPA lebih banyak. Hasil uji Chi square menunjukkan ada hubungan
38
BAB V
PEMBAHASAN
Hasil analisis statistik dengan uji Chi square untuk hubungan antara
ventilasi rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, didapatkan
nilai p (0,046) lebih kecil dari nilai α (0,05), dengan demikian terdapat
hubungan yang signifikan antara ventilasi rumah dengan kejadian ISPA. Hasil
ini sejalan dengan hasil penelitian Yusup dan Sulistyorini (2005), di Desa
Penjaringan Sari rata-rata tidak di buka pada siang hari. Responden yang
(16,1%) dan ventilasi rumah yang tidak baik sebanyak 27 rumah (43,5%),
yang baik sebanyak 13 rumah (21%) dan ventilasi rumah yang tidak baik
sebanyak 12 rumah (19,4%). Hal ini disebabkan karena ventilasi atau jendela
pada rumah responden rata-rata tidak dibuka dan masih banyak jendela pada
rumah responden berbahan kaca yang tidak bisa dibuka, sehingga proses
Dengan adanya ventilasi yang baik maka udara segar dapat dengan
Hasil analisis statistik dengan uji Chi square untuk hubungan antara
pencahayaan alami rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo,
didapatkan nilai p (0,001) lebih kecil dari nilai α (0,05), dengan demikian
kejadian ISPA. Hasil ini mendukung hasil penelitian Nindya dan Sulistyorini
alami pada rumah di pengaruhi oleh ventilasi atau jendela rumah yang tidak di
buka pada siang hari. Responden yang terkena ISPA mempunyai pencahayaan
alami rumah yang baik sebanyak 10 rumah (16,1%) dan pencahayaan alami
yang tidak terkena ISPA mempunyai pencahayaan alami rumah yang baik
sebanyak 17 rumah (27,4%) dan pencahayaan alami rumah yang tidak baik
sebanyak 8 rumah (12,9%). Hal ini disebabkan karena jendela kurang luas dan
jarang dibuka pada siang hari, tidak memiliki ventilasi rumah, dan kebanyakan
rumah menghadap ke arah barat dan utara. Cahaya matahari penting, karena
Hasil analisis statistik dengan uji Chi square untuk hubungan antara
didapatkan nilai p (0,883) lebih kecil dari nilai α (0,05), dengan demikian
yang baik sebanyak 26 rumah (41,9%) dan kelembaban rumah yang tidak baik
kelembaban rumah yang tidak baik sebanyak 7 rumah (11,3%). Hal ini
kelembaban rumah dipengaruhi oleh ventilasi rumah yang tidak baik sebanyak
(43,5%), lantai yang tidak kedap air dan menghasilkan debu, sebanyak
bakteri dan virus yang semuanya dapat berperan dalam memicu terjadinya
penyakit pernafasan dan dapat berkembang biak dalam rumah (Krieger dan
ISPA.
Hasil analisis statistik dengan uji Chi square untuk hubungan antara
lantai rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, didapatkan
nilai p (0,025) lebih kecil dari nilai α (0,05), dengan demikian terdapat
hubungan yang signifikan antara lantai rumah dengan kejadian ISPA. Hasil ini
jenis lantai semen dan tanah. Responden yang terkena ISPA mempunyai lantai
rumah yang memenuhi syarat sebanyak 13 rumah (21%) dan lantai rumah
42
responden yang tidak terkena ISPA mempunyai lantai rumah yang memenuhi
syarat sebanyak 16 rumah (25,8%) dan lantai rumah yang tidak memenuhi
syarat sebanyak 9 rumah (14,5%). Hal ini disebabkan karena lantai rumah
responden rata-rata berupa lantai semen dan tanah, sehingga pada saat musim
kemarau akan menghasilkan debu. Lantai yang terbuat dari semen rata-rata
sudah rusak dan tidak kedap air, sehingga lantai menjadi berdebu dan lembab.
Lantai yang baik harus kedap air, tidak lembab, bahan lantai mudah
dibersihkan dan dalam keadaan kering dan tidak menghasilkan debu (Ditjen
Hasil analisis statistik dengan uji Chi square untuk hubungan antara
dinding rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, didapatkan
nilai p (0,00) lebih kecil dari nilai α (0,05), dengan demikian terdapat
Dinding rumah yang baik menggunakan tembok, tetapi dinding rumah di Desa
Cepogo masih banyak yang berdinding bambu, papan atau kayu yaitu
syarat sebanyak 5 rumah (8,1%) dan dinding rumah yang tidak memenuhi
43
(37,1%) dan dinding rumah yang tidak memenuhi syarat sebanyak 2 rumah
Rumah yang berdinding tidak rapat seperti bambu, papan atau kayu
dinding, sehingga dinding akan dijadikan sebagai media yang baik bagi
Hasil analisis statistik dengan uji Chi square untuk hubungan antara
atap rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, didapatkan
nilai p (0,026) lebih kecil dari nilai α (0,05), dengan demikian terdapat
hubungan yang signifikan antara atap rumah dengan kejadian ISPA. Hasil ini
atap genting dan tidak diberi langit-langit, sehingga debu yang langsung
masuk ke dalam rumah mengganggu saluran pernafasan pada balita yang ada
di desa tersebut. Responden yang terkena ISPA mempunyai atap rumah yang
memenuhi syarat sebanyak 16 rumah (25,8%) dan atap rumah yang tidak
tidak terkena ISPA mempunyai atap rumah yang memenuhi syarat sebanyak
18 rumah (29%) dan atap rumah yang tidak memenuhi syarat sebanyak 7
44
biaya pada keluarga responden. Atap rumah yang baik menggunakan genting
dan diberi langit-langit atau plafon agar debu tidak langsung masuk ke dalam
G. Keterbatasan Penelitian
seseorang dapat terkena penyakit ISPA tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi
sanitasi fisik rumah namun juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain misalnya
status gizi, pemberian ASI, pemberian vitamin A, berat badan lahir rendah,
polusi asap rokok, polusi asap dapur, dan kepadatan hunian namun pada
45
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Ada hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian ISPA pada balita di
Boyolali.
4. Ada hubungan antara lantai rumah dengan kejadian ISPA pada balita di
5. Ada hubungan antara dinding rumah dengan kejadian ISPA pada balita di
6. Ada hubungan antara atap rumah dengan kejadian ISPA pada balita di
B. Saran
1. Bagi masyarakat
setiap hari agar sirkulasi udara lancar dan cahaya matahari dapat
perkembangbiakkan kuman.
udara dalam rumah (asap rokok atau asap dapur) pengaruhnya terhadap
kejadian ISPA.
47
DAFTAR PUSATAKA
Ambarwati dan Dina, 2007. Hubungan antara Sanitasi Fisik Rumah Susun
(Kepadatan Penghuni, Ventilasi, Suhu, Kelembaban, dan Penerangan
Alami) dengan Kejadian Penyakit ISPA. Abstrak Penelitian. Diakses : 09
Desember 2008.
http://www.adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s1-2008
ambarwatid-6250&PHPSESSID=4e8c75dbb69c76fe85d1f25545d23762
Depkes RI, 2000. Informasi tentang ISPA pada Balita. Jakarta: Pusat Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat.
Dinata, A., 2007. Aspek Teknis dalam Penyehatan Rumah. Diakses : 09 Desember
2008. http://miqrasehat.blogspot.com/2007/07/aspek-teknis-dalam-penyeh
atan-rumah.html
Dinkes dan Sosial Boyolali, 2007. Profil Kesehatan Boyolali Tahun 2006.
Boyolali: DKS Boyolali.
Ditjen PPM dan PL, 2002. Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat . Jakarta:
Departemen Kesehatan R. I.
Iswarini dan Wahyu, D., 2006. Hubungan antara Kondisi Fisik Rumah,
Kebersihan Rumah, Kepadatan Penghuni, dan Pencemaran Udara dalam
Rumah dengan Keluhan Penyakit ISPA pada Balita. Diakses : 09
Desember 2008.
http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s1-2006-iswarinidi-
2501&PHPSESSID=0629b7ba39f6f4430c9571ce837f55fa
Krieger, J. dan Higgins, D. L., 2002. Housing and Health: Time Again for Public
Health Action.
Murti, B., 1997. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
________, 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2004. Modul Kesehatan dan Rumah Tangga.
Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Suryanto, 2003. Hubungan Sanitasi Rumah dan Faktor Intern Anak Balita dengan
Kejadian ISPA pada Anak Balita. Skripsi. Surabaya: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Airlangga.
Taylor, V., 2002. Health Hardware for Housing for Rural and Remote Indigenous
Communities. Australia: Central Australian Division of General Practice.
Toanabun, A. H., 2003. Pengaruh Kondisi Lingkungan Fisik Rumah dan Perilaku
Penduduk terhadap Kejadian Penyakit ISPA pada Anak Balita di Desa
Tual Kecamatan Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara Propinsi Maluku.
Skripsi. Surabaya : Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
Yusup, N. A. dan Sulistyorini L., 2005. Hubungan Sanitasi Rumah secara Fisik
dengan Kejadian ISPA pada Balita. Diakses : 09 Desember 2008.
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-1-2-02.pdf
LAMPIRAN
Lampiran 1
KUISIONER
A. IDENTITAS RESPONDEN
Nomor responden :
Nama :
Alamat :
Umur :
.....................................................................................................................
2. Apakah ibu membersihkan rumah setiap hari seperti mengepel lantai,
menyapu lantai yang kotor dsb?
a. Ya b. Tidak
.....................................................................................................................
......................................................................................................................
5. Apakah ibu menggunakan anglo untuk menghangatkan badan saat tidur ?
a. Ya b. Tidak
6. Apakah anak ibu sering tertidur di lantai saat bermain atau nonton TV ?
a. Ya b. Tidak
Jika ya, apa tindakan ibu !.............................................................................
........................................................................................................................
Lampiran 1
Lampiran 2
1. Ventilasi rumah :
a. Ada b. Tidak ada
Jika ada memenuhi syarat atau tidak ?
………………………………………
2. Pencahayaan rumah :
a. Baik b. Tidak baik
3. Kelembaban rumah :
a. Baik b. Tidak baik
4. Bahan lantai rumah :
a. keramik/ubin
b. Semen
c. Tanah
5. Bahan dinding rumah :
a. Permanen/batu
b. Semi permanen/setengah batu
c. Kayu/bambu/papan
6. Bahan atap rumah :
a. Genting b. Asbes/seng
7. Plafon/langit-langit :
a. Ada b. Tidak ada
8. Jika ada langit-langit :
a. Seluruh ruangan b. sebagian ruangan
9. Kondisi di dalam rumah :
a. Berdebu b. Tidak berdebu
Lampiran 3
A. VENTILASI
Keterangan :
LV = Luas Ventilasi 1 = Baik (≥ 10%) Kat = Kategori
LL = Luas Lantai 2 = Tidak baik (< 10%)
B. PENCAHAYAAN ALAMI
Keterangan :
T1 = Titik 1 (Lux ) T3 = Titik 3 (Lux ) T5 = Titik 5 (Lux ) 2 = Tidak baik (<60 Lux atau >120 Lux )
T2 = Titik 2 (Lux ) T4 = Titik 4 (Lux ) 1 = Baik (60‐120 Lux )
C. KELEMBABAN
Keterangan :
BB = Bola Basah 1 = Baik (40‐70%)
BK = Bola Kering 2 = Tidak baik (< 40% atau > 70%)
Lampiran 4
HASIL ANALISIS
no nama pddkn pkrjan pnghsln ptr vntlsi pnchyaan klmbbn lantai dinding atap ispa
1 Dwi Lestari 2 3 2 1 2 2 1 1 1 1 2
2 Narsih 5 4 3 1 2 1 2 1 1 1 2
3 Yanti 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1
4 Desi 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1 1
5 Tinah 3 4 3 1 2 2 1 1 2 2 1
6 Dewi 1 3 2 1 1 1 1 1 1 1 2
7 Samiasih 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2
8 Mi'ah 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1 2
9 Karniyah 1 4 3 1 2 2 1 1 2 2 1
10 Tarisah 2 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1
11 Anisa 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 2
12 Tini 1 4 1 1 2 1 2 2 1 2 2
13 Ruminah 3 2 2 1 1 1 2 1 1 1 2
14 Sriani 3 2 1 1 2 2 1 1 2 1 1
15 Supriatin 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 1
16 Roliah 3 3 2 2 1 1 2 2 1 1 2
17 Darmi 2 4 3 1 2 2 1 1 2 2 1
18 Surati 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1 1
19 Warsini 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2
20 Lestari 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1
21 Marni 2 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2
22 Tumi 4 4 3 1 2 2 1 1 2 2 1
23 Sutini 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2
24 Warsini 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 1
25 Haryatun 5 3 2 1 1 2 1 1 1 1 2
26 Purwanti 4 1 2 1 2 1 1 2 2 2 1
27 Narsih 2 4 3 1 2 1 1 1 1 2 2
28 Yatmi 2 2 2 1 1 2 1 2 2 1 1
29 Nuryanti 1 4 2 2 2 1 2 1 1 1 2
30 Sri Rahayu 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 1
31 Rina 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2
32 Erna 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2
33 Dina 2 4 3 1 2 2 2 2 2 1 1
34 Jamati 2 3 2 1 2 2 1 2 2 2 1
35 Evi 2 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2
36 Riyanti 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 1
37 Farida 3 4 3 1 2 2 1 1 1 1 2
38 Tutik 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1
39 Suprihatin 1 1 3 1 1 2 1 1 2 2 2
40 Parti 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1
41 Puji 5 1 3 1 1 1 1 2 2 1 1
42 Yasmiati 2 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1
43 Wiwik 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1
no nama pddkn pkrjan pnghsln ptr vntlsi pnchyaan klmbbn lantai dinding atap ispa
44 Lina 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 1
45 Sri L. 3 1 2 1 1 2 2 1 1 1 2
46 Indah 2 3 2 1 2 1 1 2 2 2 1
47 Nur 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 2
48 St. Rohani 2 4 3 1 1 2 2 1 2 1 1
49 Ninik 2 3 2 1 2 2 1 2 2 2 1
50 Heni 4 4 3 1 1 2 1 1 1 1 1
51 Erni 2 3 2 1 2 2 1 1 2 1 1
52 Yuyun 5 1 3 1 2 2 1 2 1 1 1
53 Rini 1 1 2 1 1 1 2 2 1 2 2
54 Juarni 3 1 3 1 1 1 1 1 1 2 2
55 Siska 1 1 2 1 2 2 2 1 2 2 1
56 Ita 2 3 2 1 2 2 2 2 2 1 1
57 Tutik 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1
58 Mulyani 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1
59 Sri Rejeki 5 3 2 1 2 2 2 2 2 2 1
60 Ika 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2
61 Fatimah 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1
62 Eni 4 1 3 1 2 1 1 2 1 1 1
Gambar : Pengukuran luas lantai
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar : Dinding rumah
Gambar : Pengukuran pencahayaan alami
Gambar : Luxmeter