PENDAHULUAN
1
6. Bagaimana Pengembangan Paragraf ?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Tata Tulis (Ejaan).
2. Untuk Mengetahui Bagaiamana Tata Pembentukan Kalimat.
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Tata Pilihan Kata.
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Tata Penulisan Kalimat Efektif.
5. Untuk Mengetahui Bagiamana Tata Penulisan Paragraf Yang Baik.
6. Untuk Mengetahui Bagaimana Pengembangan Paragraf.
2
BAB II
PEMBAHASAN
“Pengertian ejaan dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi khusus
dan segi umum. Secara khusus, ejaan dapat diartikan sebagai
pelambangn bunyi-bunyi bahasa dengan huruf, baik berupa huruf demi
huruf maupun huruf yang telah disusun menajadi kata, kelompok kata,
atau kalimat. Secara umum, ejaan berarti keseluruhan ketentuan yang
mengatur pelambangan bunyi bahasa, termasuk pemisahan dan
penggabungannya, yang dilengkapi pula dengan penggunaan tanda
baca.” (Mustakim, 1990 : 1).
3
8. Sebagai huruf pertama tahun, nama bulan, nama hari, nama hari raya, dan
nama peristiwa sejarah.
9. Sebagai huruf pertama kata yang menyatakan nama dalam geografi.
4
e. Unsur nama jabatan dan pangkat jika diikuti nama orang,
nama instansi, atau nama tempat yang dipakai sebagai pengganti nama
orang tertentu, maka harus diawali huruf kapital (Permendiknas,
2011:10).
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik,
Perdana Menteri Inggris,
f. Setiap huruf pertama unsur-unsur nama orang
menggunakan huruf kapital (Permendiknas, 2011:11).
Misalnya:
Kameliani
Nur Purnama Sari
Ina Aprianti
g. Huruf pertama pada nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa
ditulis dengan menggunakan huruf kapital (Permendiknas, 2011:12).
Misalnya:
Bangsa Indonesia
suku Bugis
bahasa Korea
h. Huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa sejarah menggunakan huruf besar (Permendiknas, 2011:13).
Misalnya:
tahun Hijriah
bulan Juli
hari Jumat
Tetapi jika peristiwa sejarah tidak digunakan sebagai nama,
maka tidak perlu menggunakan huruf kapital (Permendiknas,
2011:13).
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
5
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
6
b. Dalam menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian
kata, kata atau, kelompok kata dapat dicetak menggunakan huruf
miring (Permendiknas, 2011:20).
Misalnya:
Huruf pertama yang dia tulis adalah c
Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata
nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan
ejaannya (Permendiknas, 2011:20).
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia
mangostana.
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri
ini.
C. Penulisan Kata
1. Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang tidak terikat antara kesatuan yang satu
dengan yang lainnya, dan belum mengalami penambahan
imbuhan.(Chaier, Abdul: 2006).
Misalnya:
Kita semua anak Indonesia.
Kantor pajak penuh sesak.
Buku itu sangat tebal.
2. Kata Turunan
Kata berimbuhan adalah suatu kata yang dibentuk dari kata dasar
dengan menambahkan imbuhan ( awalan, sisipan, atau akhiran ) (Chaeir,
Abdul :2006)
Aturan penulisan kata berimbuhan menurut Permendiknas (2011 :
24) sebagai berikut.
7
a. Kata dasar ditulis serangkai dengan imbuhan ( awalan,
sisipan, akhiran ) (Permendiknas, 2011:24).
Misalnya:
berjalan
petani
lukisan
gemetar
Imbuhan kalau ditambahkan pada bentuk singkatan atau kata
dasar yang bukan bahasa Indonesia maka harus dirangkaikan dengan
tanda hubung (Permendiknas, 2011:25).
Misalnya :
mem-PHK-kan
di-upgrade
me-recall
b. Kalau bentuk dasar merupakan gabungan kata, awalan atau
akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya (Permendiknas, 2011:25).
Misalnya:
bertepuk tangan
garis bawahi
menganaksungai
sebar luaskan
lipat gandakan
3. Bentuk Ulang
Kata ulang merupakan sebuah bentuk dari hasil mengulang sabuah
kata dasar atau dari sebuah bentuk dasar.Bentuk ulang ditulis secara
lengkap dengan menggunakan tanda hubung (-). (Chaeir,Abdul :2006)
Misalnya:
anak-anak
mata-mata
8
4. Gabungan Kata
Bentuk kata yang terdiri atas dua kata atau lebih disebut gabungan
kata atau kata gabung. (Chaeir,Abdul : 2006)
Menurut Permendiknas(2011: 30) kata gabung di tuliskan dengan
aturan sebagai berikut :
a. Unsur-unsur yang membentuk gabungan kata ditulis secara
terpisah dengan lainnya (Permendiknas, 2011:30).
Misalnya:
kantor pos
orang tua
kambing hitam
b. Agar terhindar dari kesalahan pengertian, maka di antara
unsur-unsur gabungan kata dapat di beri tanda hubung agar dapat
menegaskan hubungan antara unsur yang bersangkutan
(Permendiknas, 2011:30).
Misalnya :
Buku sejarah-baru
Dengan arti, ‘yang baru adalah sejarahnya’
Buku-sejarah baru
Dengan arti, ‘yang baru adalah bukunya’
5. Kata Ganti
Kata ganti klitik merupakan kata ganti yang di singkat seperti ku- ,
kau- , -ku, -mu, dan –nya. Kata gantiku- dan kau- ditulis serangkai
dengan kata yang mengikutinya; kata ganti -ku, -mu, dan –nya ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya. (Pemerdiknas, 2010 : 50)
Misalnya:
Dimana kaubeli baju itu?
Ini bukuku, itu bukunya, lalu dimana bukumu?
Kalau digabung dengan kata yang di awali huruf kapital atau bentuk
yang berupa singkatan maka kata ganti klitik harus dirangkaikan dengan
tanda hubung. (Permendiknas,2011 : 50)
9
Misalnya :
KTP-mu
SIM-nya
6. Kata Depan di, ke, dan dari
Kata yang biasanya menjadi penghubung antara predikat dengan
objek atau keterangan , dan lazimnya berada di depan sebuah kata benda
merupakan kata depan. Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah
lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
(Chaeir,Abdul :2006)
Misalnya:
Kain itu terletak di dalam lemari.
Bermalam semalam di sini.
Di mana Fira sekarang?
Saya akan ke Surabaya besok.
7. Kata Sandang (si dan sang)
Dalam menulis kata si dan sang ditulis secara terpisah dari kata
yang mengikutinya.(Permendiknas,2010 : 51)
Misalnya:
Sang saka berkibar dimana-mana
Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim
8. Singkatan dan Akronim
Singkatan ialah kependekan kata yang terdiri atas satu huruf atau
lebih.(Permendiknas : 2011, 39)
Aturan penulisan singkatan dan akronim menurut Pemerdiknas
(2011: 39) sebagai berikut.
a. Nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat
yang disingkat harus diikuti dengan tanda titik diakhir singakatan
tersebut (Permendiknas, 2011:40).
Misalnya:
Djoko Kentjono, M.A. Djoko Kentjono Master of Art
10
R.A. Kartini Raden Ajeng Kartini
W.R. Supratman Wage Rudolf Supratman
Bpk. bapak
Sdr. saudara
Kol. kolonel
b. Jika nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,
badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi disingkat dengan
cara menggabungkan huruf awal kata maka huruf-hurufnya ditulis
dengan huruf besar dan tidak perlu diikuti tanda titik dibelakang
tiap-tiap singkatan itu (Permendiknas, 2011:40).
Misalnya:
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
SMA Sekolah Menengah Peretama
MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat
UUD Undang-Undang Dasar
c. Apabila gabungan kata yang disingkat terdiri dari tiga huruf
maka singkatan tersebut diikuti tanda titik (Permendiknas, 2011:41).
dst. dan seterusnya
ybs. yang bersangkutan
dll. dan lain-lain
Akronim ialah singkatan yang dibentuk oleh huruf-huruf awal
yang digabung ,suku-suku kata yang digabung , ataupun gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai sebuah
kata. (Mustofa,dkk ,2010 :19)
Aturan penulisan akronim menurut Permendiknas (2011:
42)adalah sebagai berikut:
11
dan tidak diikuti tanda titik. Akronim ini merupakan akronim nama
diri (Permendiknas, 2011:43).
Misalnya:
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
PAM Perusahaan air minum
LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
LAN Lembaga Administrasi Negara
PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
IKIP Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
SIM Surat izin mengemudi
12
siskamling sistem keamanan lingkungan
munas musyawarah nasional
pemilu pemilihan umum
radar radio detecting and ranging
rapim rapat pimpinan
rudal peluru kendali
tilang bukti pelanggaran
13
b. Jika bilangan berada pada awal kalimat, maka bilangan
tersebut di tulis menggunakan huruf. Tetapi jika bilangan tersebut
lebih dari dua kata, maka susunan kalimat diubah agar bilangan
tersebut tidak ditempatkan di awal kalimat. (Permendiknas, 2011:45).
Misalnya :
Dua puluh mahasiswa mengikuti Olimpiade Sains Nasional
Panitia mengundang 250 orang peserta
Bukan 250 orang peserta diundang oleh panitia.
14
huruf konsonan ng, ny, kh, dan sy tidak dipenggal karena
gabungan itu hanya melambangkan satu konsonan atau satu
fonem. (Permendiknas, 2011:32).
Misalnya :
Bapak ba-pak
Teman te-man
Dengan de-ngan
Sopan so-pan
2. Pemenggalan kata berimbuhan.
Pemenggalan kata berimbuhan dapat dilakukan dengan
memisahkan imbuhan atau partikel dengan bentuk dasarnya.
(Permendiknas, 2011:34).
Misalnya :
Berjalan ber-jalan
Diambil di-ambil
Makanan makan-an
Kata dasar yang telah mengalami perubahan dikarenakan
diberi imbuhan, pemenggalannya dilakukan seperti pada kata
dasar. (Permendiknas, 2011:35).
Misalnya :
Menutup me-nu-tup
Menyapu me-nya-pu
Pengetik pe-nge-tik
3. Pemenggalan kata yang terdiri dari dua unsur atau
lebih dan salah satu unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur
lain, maka pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur
tersebut.Tiap unsur gabungan dipenggal seperti pada kata dasar.
(Permendiknas, 2011:36).
Misalnya :
Biografi bio-grafi bi-o-gra-fi
15
Pascasarjana pasca-sarjana pas-ca-sar-ja-na
Biodata bio-data bi-o-da-ta
4. Pemenggalan nama orang, badan hukum, atau nama
diri lain yang terdiri dari dua unsur atau lebih dilakukan diantara
unsur-unsur nama itu, dalam pemenggalan tersebut tidak perlu
disertai dengan tanda penghubung, ini dikarenakan masing-
masing unsur yang dipenggal tersebut merupakan unsur lepas.
(Permendiknas, 2011:37).
Misalnya :
Nur Purnama Sari Nur Purnama sari
Alfira Puspita Dewi Alfira Puspita Dewi
Nur Indah Mawarni Nur Indah Mawarni
16
sehingga kepalanya sering pusing (klausa)
Setiawan sering kehujanan sehingga kepalanya sering pusing. (kalimat
{terdiri atas dua klausa})
Kalimat Dasar
Kalimat dasar adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa dan lengkap
unsur-unsurnya. Struktur kalimat dasar bahasa Indonesia dapat dikelompokkan ke
dalam beberapa tipe berikut.
1. Subjek-predikat (S-P)
a. Obat ini/sangat mujarab.
b. Komputer itu/sudah kuno.
c. Kakinya/terkilir.
2. Subjek-predikat-objek (S-P-O)
a. Ia/sedang memprogram/computer.
b. Orang itu/sedang memikirkan/nasib anaknya.
c. Peristiwa itu/mengilhami imajinasinya.
3. Subjek-predikat-pelengkap (S-P-Pel)
a. Sukarno/dikenal/sebagai Sang Fajar.
b. Ia termasuk tokoh yang luas pemikirannya.
c. Janji-janji Jepang/hanya merupakan/isapan jempol.
4. Subjek-predikat-objek-pelengkap (S-P-O-Pel)
a. Hermawan/memebelikan/ibunya/batik tulis.
b. Pak Joni/menghadiahi/anaknya/computer.
c. Dia/menganggap/suaminya/patung yang bisu.
5. Subjek-predikat-objek-keterangan (S-P-O-K)
a. Pak Syahrul/menyerahkan/permasalahan itu/kepada pihak
berwajib.
b. Lelaki itu/melaporkan/atasannya/kepada pejabat di
Senayan.
c. Sugono/pernah memarahi/Wardani/pada saat rapat.
6. Subjek-predikat-keterangan (S-P-K)
17
a. Tugu Monas/berada/di Jakarta.
b. Rumah ibunya/menghadap/ke selatan.
c. Perjanjian itu/dibuat/secara sepihak.
Ciri-ciri subjek
Subjek (S) merupakan bagian klausa yang menjadi pokok kalimat. Subjek
dapat berupa kata benda (nomina), kelompok kata benda (frasa nominal), verba,
kelompok kata verba (frasa verbal), adjektiva, atau kelompok kata adjektiva (frasa
adjektival). Namun, subjek yang berupa verba itu terbatas pemakaiannya, yaitu
hanya terdapat dalam ragam lisan, bukan dalam ragam tulis. Subjek dapat pula
disertai kata itu. Subjek dapat dicari dengan menggunakan kata tanya siapa atau
apa. Kata tanya siapa digunakan untuk mencari subjek yang berupa orang atau
sesuatu yang bernyawa, sedangkan kata tanya apa digunakan untuk mencari
subjek yang bukan berupa orang atau sesuatu yang tidak bernyawa.
Contoh :
Subjek tidak dapat didahului kata depan atau preposisi. Jika didahului
preposisi, subjek akan berubah menjadi keterangan.
Contoh :
Di dalam pertemuan itu membahas berbagai masalah yang dihadapi siswa.
Agar kalimat tersebut memiliki subjek, kalimat tersebut harus
menanggalkan preposisi atau frasa preposisional yang mendahului subjek.
Pertemuan itu membahas berbagai masalah yang dihadapi siswa.
Ciri-ciri predikat
18
Predikat (P) merupakan bagian klausa yang menjadi unsur utama di dalam
kalimat. Predikat dapat berupa verba, frasa verbal, adjektiva, frasa adjektival,
nomina, atau frasa nomina. Letak predikat lazimnya berada di sebelah kanan
subjek.
Contoh :
Predikat dapat diingkarkan atau dinegasikan. Jika berupa kata kerja atau
kata sifat, predikat dapat diingkarkan dengan menggunakan kata tidak. Jika
berupa kata benda, predikat dapat diingkarkan dengan menggunakan kata bukan.
Contoh :
Predikat yang berupa kata kerja dapat didahului kata sedang, belum, atau
akan.
Contoh :
19
Predikat berupa frasa preposisional, tetapi bentuknya tertentu. Biasanya
frasa itu didahului preposisi di, ke, atau dari.
Contoh :
Ciri-ciri objek
Objek (O) bergantung pada jenis predikatnya. Objek biasanya berupa
nomina atau frasa nominal yang selalu muncul di sebelah kanan predikat yang
berupa verba transitif. Jika predikat bukan berupa verba transitif, objek tidak
muncul di dalam kalimat tersebut. Ciri verba transitif biasanya menggunakan
imbuhan meng-, meng-…-i, atau meng…-kan.
Contoh :
Objek dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Kalimat pasif biasanya
menggunakan imbuhan di-, di-…-i, atau di-…-kan yang merupakan pemasifan
dari bentuk aktif meng-, meng-…-i, atau meng-…-kan.
Contoh :
Ciri-ciri pelengkap
Pelengkap (Pel) kehadirannya bergantung pada predikat. Pelengkap dapat
berupa nomina, frasa nominal, verba, frasa verbal, adjektiva, atau frasa adjektival.
Contoh :
20
4. Pak Camat menghadiahi lurah Banjarsari mobil
perpustakaan keliling. (Pel=FN)
5. Bu Tristiyawati mengajari siswanya menulis aksara Arab.
(Pel FV)
6. Saya menganggap pimpinan itu sangat tidak bijaksana.
(Pel=FAdj)
Ciri-ciri keterangan
Keterangan (K) adalah unsur kalimat yang kehadirannya bersifat tidak
wajib. Keterangan dapat berupa nomina, frasa nominal, frasa numeral, frasa
preposisional, adverbial, nomina, atau frasa nominal. Keterangan dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu keterangan wajib dan keterangan manasuka. Keterangan wajib
merupakan bagian dari predikat, sedangkan keterangan manasuka bukan bagian
dari predikat. Keterangan manasuka merupakan keterangan yang sejajar dengan
subjek dan predikat.
Contoh :
21
1. Dia telah datang kemarin. (K=N)
2. Artis sinetron itu meninggal dunia Minggu pagi. (K=FN)
3. Anak Pak Lurah telah diwisuda tiga hari yang lalu.
(K=FNum)
4. Agaknya saran itu mulai diperhatikan. (K=Adv)
5. Orang tua saya pernah bekerja di perusahaan kayu lapis.
(K=FPrep)
22
ungkapan. Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi bertalian dengan ungkapan-
ungkapan yang individual atau karakteristik, atau yang memiliki nilai artistik yang
tinggi. Ungkapan adalah konstruksi dari unsur-unsur yang saling memilih,
masing-masing anggota mempunyai makna yang ada karena bersama yang lain.
Ungkapan juga berhubungan dengan konstruksi yang maknanya tidak sama
dengan gabungan makna anggota-anggotanya; serta bahasa dan dialek yang khas
menandai suatu bangsa, suku atau kelompok.
Kehadiran kata pada sebuah kalimat tidak bisa lepas dari makna kata
tersebut. Penulis memiliki maksud tertentu dalam merangkai kata-kata
membentuk sebuah kalimat, dari kalimat tersebut membentuk wacana yang
digunakan untuk menyampaikan ataupun untuk mendapatkan informasi.
Rangkaian kata-kata yang bermakna berdaya guna untuk mencapai tujuan
Komunikasi.
Sebuah kata memiliki tiga hal yang terkandung di dalamnya setelah
terangkai, yaitu makna, maksud dan informasi. Semantik - bidang kajian atau
cabang linguistik yang mengkaji arti bahasa atau arti lingustik secara ilmiah
membahas istilah makna mengacu pada “makna” yang dihasilkan oleh kata-kata
yang disampaikan dalam kalimat. Sedangkan maksud mangacu pada “makna”
yang dimaksudkan oleh penulis, yakni segi subjektif penulis. Sementara,
informasi mengacu pada apa yang ada di luar bahasa, yaitu perihal atau objek
yang dibicarakan. Kata dipilih bukan tanpa alasan. Setiap kata memiliki makna
tersendiri. Pilihan kata yang digunakan akan sangat berpengaruh dalam
pemaknaan kata yang tersusun dalam sebuah kalimat dan paragraf.
Hakikatnya masyarakat pemakai bahasa mengguakan diksi untuk
menciptakan keefektifan kegiatan berbahasa, termasuk menulis. Diksi menjadi
teknik yang tepat agar kalimat bisa menuangkan gagasan, pikiran dan
keinginannya pada pembaca. Tujuannya agar tidak terjadi salah tafsir dalam
penginterpretasian kata. Pemakaian kata yang tepat akan membantu seseorang
dalam mengungkapkan dengan tepat pula tentang apa yang ingin disampaikan,
baik lisan maupun tulisan.
23
Gorys Keraf menyimpulkan terdapat tiga hal yang berkaitan dengan diksi
yaitu Pertama, diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk
menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata
yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana
yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
Kedua, diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa
makna dari gagasan yag ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan
bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki pembaca.
Ketiga, diksi yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan
sejumlah kosa kata atau perbendaharaan kata yang dimiliki bahasa secara
keseluruhan.
A. Jenis-Jenis Diksi
Diksi biasa bersinggungan dengan masalah pemakain kata sebagai
berikut:
1. Kata Bersinonim
Kata sejenis, sepadan, sejajar, serumpun, dan memiliki arti
yang sama. Kata bersinonim meskipun sama maknanya tetapi tidak
semuanya bisa saling menggantikan. Ada pula kata-kata
bersinonim yang pemakaiannya dibatasi oleh persandingan yang
lazim. Setiap kata disesuaikan dengan konteks, bukan hanya dilihat
bentuk dan isinya. Kata yang bersinonim tidak dapat saling
menggantikan atau dipertukarkan begitu saja sesuka hati.
2. Kata Bernilai Rasa
Kata-kata bernilai rasa tinggi akan memiliki dampak yang
lebih kuat di benak pembaca, karena bahasa juga memiliki cita
rasa. Cita rasa kata atau kalimat ditentukan oleh kepiawaian dan
pengalaman penulis dalam menguasai kosa kata, perbendaharaan
kata, dan tata bahasa. Kata bernilai rasa tinggi salah satunya akan
menimbulkan dampak penghormatan kepada subjek yang
dibicarakan.
24
3. Kata Konkret
Kata yang menunjuk kepada objek yang dapat dipilih,
didengar, dirasakan oleh pancaindra. Kata-kata konkret dapat lebih
efektif jika dipakai dalam narasi atau deskripsi sebab dapat
merangsang pancaindra.
4. Kata Abstrak
Kata yang menunjuk kepada suatu sifat, konsep, atau
gagasan. Kata-kata abstrak sering digunakan untuk
mengungkapkan gagasan atau ide-ide rumit. Kata ini sukar
dipahami maksud dan maknanya.
5. Kata Umum
Kata yang luas ruang lingkupya. Makin umum, makin kabur
gambarannya dalam angan-angan. Kata umum ini bisa
mengaburkan pesan dan menyesatkan pemahaman pembaca.
6. Kata Khusus
Kata yang sempit ruang lingkupnya. Makin khusus, makin
jelas maksud dan maknanya. Kata khusus ini lebih jelas
menegaskan pesan, memusatkan perhatian dan pengertian.
7. Kata Lugas
Kata yang bersifat langsung (to the point), tegas, lurus, apa
adanya, katakata yang bersahaja. Kata yang sekaligus juga ringkas,
tidak merupakan frasa yang panjang dan tidak mendayu-dayu.
25
2) Kata Berantonim
Kata yang memiliki makna yang tidak sama dengan makna
lainnya. Ilmu Bahasa atau Linguistik menjelaskan antonim
menunjukkan bentuk-bentuk 32 kebahasaan itu memiliki relasi
antarmakna yang wujud logisnya berbeda atau bertentangan antara
satu dengan lainnya.
3) Penyempitan dan Perluasan Makna
Kata Sebuah kata mengalami penyempitan makna apabila di
dalam kurun waktu tertentu maknanya bergeser dari semula yang
luas ke makna yang sempit atau sangat terbatas, dan sebaliknya
yang terjadi dengan perluasan makna.
4) Keaktifan dan Kepasifan
Kata Diksi yang dimaksud dengan kata-kata aktif bukanlah
kata-kata yang berawalan „me-„ atau tidak berawala „di-„. Adapun
yang dimaksud adalah kata-kata yang banyak digunakan oleh
tokoh masyarakat atau kata-kata yang muncul karena hasil
kreativitas, misalnya oleh media massa. Sebaliknya dengan
kepasifan kata, karena kata-kata itu sudah jarang digunakan.
5) Ameliorasi dan Peyorasi
Ameliorasi adalah proses perubahan makna dari yang lama
ke yang baru, ketika bentuk baru dianggap dan dirasakan lebih
tinggi dan lebih tepat nilai rasa serta konotasinya dibandingkan
dengan yang lama. Adapun peyorasi adalah perubahan makna dari
yang baru ke yang lama ketika yang lama dianggap masih tetap
lebih tinggi dan lebih tepat nilai rasa serta konotasinya
dibandingkan dengan makna baru.
6) Kesenyawaan Kata
Artinya adalah kata yang berbentuk idiomatik atau bentuk
bersenyawa. Pengunaan katanya sudah serangkaian, sehingga tidak
dapat dipisahkan. Misalnya, disebabkan oleh, sesuai dengan.
7) Kebakuan dan Ketidakbakuan
26
Kata Kata baku adalah kata yang menjadi standar Bahasa
Indonesia, sedangkan kata tidak baku bisa terdiri dari bahasa asing,
daerah, slang, dan lain sebagainya di luar kata baku.
Diksi yang digunakan penulis dalam suatu tulisan ilmiah, karangan, rubrik
jurnalistik dan lainnya, untuk menyampaikan suatu gagasan, ide dan pesan kepada
pembaca memiliki ciri khas masing-masing. Menurut Negara (2011: 907) ciri
diksi digolongkan secara khusus menjadi tiga, yaitu pemakaian diksi keilmiahan
dan kepopuleran, pemakaian diksi keumuman dan kekhususan, dan pemakaian
diksi kedenotasian dan diksi kekonotasian.
Diksi ilmiah berarti pemilihan kata yang biasa dipakai oleh pelajar, terutama
dalam tulisan-tulisan ilmiah. Sedangkan diksi populer berarti pemilihan kata yang
dikenal dan diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat. Diksi umum yaitu
pemilihan kata yang mengacu kepada suatu hal atau kelompok yang luas bidang
lingkupnya. Sedangkan diksi khusus yaitu pemilihan kata yang mengacu pada
pengarahan-pengarahan yang khusus dan kongkret. Diksi denotasi yaitu pemilihan
kata yang mengacu pada maknamakna dasar, sedangkan diksi konotasi berarti
pemilihan kata yang mengacu pada nilai dan rasa.
27
e) Dalam menulis jangan menggunakan kata-kata
percakapan,
f) Hindari ungkapan-ungkapan usam (idiom yang
mati),
g) Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artifisial.
28
IX. Memperlihatkan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata
yang sudah dikenal.
X. Memperlihatkan kelangsungan pilihan kata.
Faktor pemilihan kata turut menentukan tenaga sebuah kalimat. Pilihan kata
yag tepat dapat membuka selera pembaca. Kata, dalam sebuah kalimat merupakan
wakil dari satu pengertian. Pilih memilih kata, yang penting supaya kata itu benar-
benar mewakili apa yang kita maksud. Suatu kata yang memiliki arti tidak jauh
beda pun akan memberi efek penting untuk memberikan tenaga pada sebuah
kalimat. Setiap kata memiliki kekuatan, dengan cara yang serasi digunakan dalam
kalimat, kekuatannya itu bisa menghasilkan kalimat yang sugestif, mampu
menggerakkan tenaga, pikiran, dan emosi. (Ahmad, 2018)
29
struktur, kepararelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan
penalaran, kepaduan gagasan, kelogisan bahasa. Menurut Widjono
(20007:160) ada sembilan ciri kalimat dikatan efektif bila memenuhi syarat:
memiliki kesatuan, keutuhan, kelogisan, keepadanan makna dan struktur,
kesejajaran bentuk kata, kefokusan pikiran, kehematan penggunaan unsur
kalimat, kecermatan dan kesatuan, keberfariasian kata.
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Arifin (2005:65), bahwa
kalimat efektif memiliki ciri-ciri: Adanya kesepadanan struktur, kepararelan,
ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan, dan kelogisan. Dari beberapa
pendapat tersebut pada dasarnya memiliki kesamaan bahawa dalam kalimat
efektif terkait dalam unsur pemakaian kata dan makna dalam penyampian
ide/gagasan seseorang.
Indikator kalimat efektif dalam penelitian ini ada 11 indikator kalimat
dikatakan efektif. Menurut Wijayanti (2015: 66) kalimat dinyatakan efektif
bila memiliki ciri-ciri:
A. Kesatuan gagasan
Kalimat efektif hanya mengandung satu gagasan. Baik
didalam kalimat maupun di dalam paragraf syarat yang harus
dipeneuhi adalah adanya kesatuan gagasan. Kesatuan gagasan ini
akan memiliki arti bahwa di dalam sebuah kalimat hanya ada satu
ide/gagasan.
B. Kesepadanan
Kesepadanan adalah keseimbangan pikiran (gagasan) dengan
struktur kalimat. Untuk menghasilkan kalimat yang mengandung
kesepadanan, perlu diperhatikan hal - hal berikut:
1) Kalimat memiliki subjek dan predikat yang jelas.
Dengan adanya Subjek dan Predikat yang jelas akan
memberikan kejelasan pula dalam penyampaian ide/pesan dari
kalimat tersebut. Apa atau siapa dalam sebuah kalimat
memberikan kejelasan dalam kalimat tersebut.
2) Kata depan tidak berada di depan subjek.
30
Ketepatan penggunaan konjungsi (termasuk intra-
kalimat) dalam sebuah kalimat memiliki peran penting dalam
mendukung kejelasan gagasan dalam sebuah kalimat.
3) Subjek tidak ganda.
Subjek yang ganda dalam sebuah kalimat dapat
menimbulkan pemahaman yang ganda/lebih dari satu (ambigu).
Oleh karena itu, dalam kalimat efektif subjek harus memiliki
satu makna yang jelas agar tidak menimbulkan kesalahan
pemahaman yang berbeda.
C. Keparalelan (kesejajaran)
Keparalelan adalah kesamaan bentuk atau makna yang
digunakan dalam kalimat. Contoh: Atika memetiki setangkai
bunga. (tidak paralel makna). Kalimat tersebut tidak memiliki
kepararelan bentuk karena bila digunakan kata memetiki berarti
bukang hanya setangkai namun memiliki makna jamak, seharusnya
memetik.
D. Kehematan
Kalimat efektif bercirikan tidak menggunakan kata-kata yang
tidak diperlukan. Cara untuk menghemat kata adalah dengan tidak
mengulang subjek, tidak memakai bentuk superordinate , tidak
menggunakan kata bersinonim, dan tidak menjamakkan kata-kata
yang sudah menggunakan bentuk jamak. Contoh : Belajar adalah
merupakan tanggung jawab mahasiswa. Pemakaian kata adalah
merupakan memiliki makna yang sama.
E. Kelogisan
Kalimat dikatakan efektif jika dapat diterima oleh akal sehat.
Contoh: Waktu dan tempat kami persilakan. (tidak logis).
Pemakaian kata dipersilakan tidak tepat/tidak logis karena yang
dapat dipersilakan adalah orang. Maka kalimat tersebut akan
menjadi efektif apabila kata tersebut diganti menjadi waktu dan
tempat kami serahkan atau kami berikan.
31
F. Kecermatan
Kalimat efektif ditulis secara cermat, tepat dalam diksi
sehingga tidak menimbulkan tafsir ganda. Penempatan unsur-unsur
kalimat yang tepat akan membantu pembaca untuk memahami
makna kalimat secara jelas tanpa menimbulkan tafsir ganda.
Contoh :
1. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu
menjadi Putri Indonesia tahun ini. (tidak cermat).
2. Mahasiswa yang berasal dari perguruan tinggi yang
terkenal itu menjadi Putri Indonesia tahun ini. (cermat)
G. Kebervariasian
Ciri kalimat efektif yang lain adalah tidak monoton. Kalimat
sebaiknya bervariasi dengan memanfaatkan jenis-jenis kalimat
yang ada dalam bahasa Indonesia.
H. Ketegasan
Ketegasan dapat dinyatakan dengan memberi penonjolan
atau penekanan pada ide pokok kalimat. Ketegasan dalam kalimat
efektif ini menjadi penting karena hal yang ditonjolkan tersebut
merupakan ide dari gagasan dalam kalimat tersebut.
I. Ketepatan
Diksi yang digunakan perlu dipilih secara tepat dan cermat
sehingga dapat mewakili tujuan, maksud, atau pesan. Pemakain
kata yang memiliki makana ganda, kata yang berhomonim,
homofon, homograf juga akan memiliki pengaruh dalam kalimat
tersebut.
J. Kebenaran struktur
Kalimat efektif mengandung kebenaran struktur bahasa
Indonesia artinya unsur-unsur yang digunakan dalam kalimat tidak
memakai unsurunsur asing atau daerah. Sebagai contoh, pemakaian
unsur bahasa Inggris which, where tidak benar jika disepadankan
dengan konjungsi dimana, di mana, atau yang mana dalam bahasa
32
Indonesia. Penggunaan kata-kata tersebut perlu dihindari. Begitu
pula unsur bahasa daerah sebaiknya tidak dipakai dalam tulisan.
Contoh:
1. Masyarakat hukum adalah sekelompok
orang-orang yang berdiam dalam suatu wilayah tertentu
dimana di dalam kelompok tersebut berlaku serangkaian
peraturan sebagai pedoman tingkah laku. (salah).
2. Masyarakat hukum adalah sekelompok
orang yang berdiam dalam suatu wilayah yang menganut
serangkaian peraturan sebagai pedoman tingkah laku.
(benar)
K. Keringkasan
Dalam menulis ditemukan pemakaian kata dan kelompok
kata yang sebenarnya memiliki makna yang sama. Dalam hal ini
kelompok kata merupakan bentuk panjang, sedangkan kata
merupakan bentuk ringkas/pendek.
Contoh:
1. Kami mengadakan penelitian anak jalanan di Jakarta.
(bentuk panjang)
2. Kami meneliti anak jalanan di Jakarta. (bentuk ringkas).
(Agustinus, 2015)
33
Gagasan utama / ide pokok / gagasan pokok adalah suatu hal yang menjadi
pokok atau inti dari permasalahan yang tertuang pada kalimat utama pada sebuah
paragraf. Gagasan utama juga merupakan inti masalah yang ingin disampaikan
oleh penulis terhadap pembaca.
b. Kalimat Utama
Kalimat utama adalah sebuah kalimat yang memuat gagasan utama di
dalamnya dan merupakan inti permasalahan yang dibahas pada paragraf.
c. Kalimat Penjelas
Kalimat penjelas ialah kalimat yang berperan sebagai pendukung gagasan
utama pada kalimat utama. Kalimat penjelas biasanya berisikan rincian, uraian,
dan juga fakta yang menguatkan ide atau gagasan utama pada paragraf.
2. Kesatuan
Paragraf yang baik haruslah memenuhi syarat kesatuan utuh antar kalimat di
dalam suatu paragraf. Maksudnya adalah antara gagasan utama di dalam kalimat
utama dengan gagasan penjelas dalam kalimat penjelas harus saling berkaitan atau
berhubungan satu sama lainnya. Tidak saling bertentangan kerena adanya kalimat
sumbang di dalamnya.
3. Kepaduan
34
Kalimat-kalimat topik yang merupakan inti gagasan penulisnya itu harus
dikembangkan dengan kalimat- kalimat penjelas. Untuk menyelaraskan kalimat-
kalimat dalam paragraf itu, cara yang dapat ditempuh adalah dengan kata-kata
transisi yang berupa konjungsi dan ungkapan penghubung antarkalimat,
mengulang kata-kata kunci, menggunakan kata ganti, dan mendayagunakan
keterpautan isi. Itu semua dapat disajikan dengan baik jika penulis menguasai
teknik-teknik pengembangan paragraf.
Tiap-tiap kalimat itu merupakan kesatuan kecil dalam karangan untuk
menyampaikan suatu maksud, sedangkan paragraf merupakan kesatuan yang lebih
besar, yang tersusun dari satu atau lebih kalimat dan merupakan kesatuan yang
utuh untuk menyampaikan suatu gagasan. Kalimat-kalimat dalam paragraf itu
bahu-membahu, bekerja sama untuk menerangkan, melukiskan, mengurai- kan,
atau mengulas suatu gagasan yang menjadi subjek dalam paragraf itu, atau tema
(jiwa) pembicaraannya.
Sebuah paragraf dikembangkan menurut sifatnya. Pengembangan paragraf
dapat dilakukan dengan satu pola tertentu dan dapat pula dengan kombinasi dua
pola atau lebih. Ada beberapa metode pengembangkan paragraf, di antaranya
adalah sebagai berikut.
A. Kronologi
35
Sejalan dengan itu, perincian tulisan diatur, semakin ke bawah semakin
memberikan kesan penting, yaitu mulai kurang penting/menarik sampai ke
bagian-bagian yang paling menarik pada akhir tulisan. Seperangkat kata dapat
digunakan sebagai penanda perturutan waktu itu, seperti pertama-tama, mula-
mula, kemudian, sesudah itu, selanjutnya, dan akhirnya.
Contoh:
(62) Pada Maret 1942, Imamura memasuki Bandung, tanpa
menarik perhatian. Sehari sesudah itu ia memerintahkan stafnya untuk
mulai menegakkan pemerintahan militer guna memerintah Pulau
Jawa. Kemudian, ia menga- dakan inspeksi ke markas besar dari
kedua divisi lain yang masih termasuk dalam tentara ke-16 yang ia
pimpin, yaitu divisi ke-48 di Fort de Kock (Bukittinggi), Sumatera
Tengah, dan divisi ke-8 di Surabaya, yang telah menduduki Jawa
Timur. Pada 12 Maret 1942, Imamura mendirikan markas besar
tentara ke- 16 di Batavia, yang kemudian diberi nama Djakarta
(Jakarta). (Diolah dari Soekarno: Biografi 1901—1950)
B. Ilustrasi
36
secara berurutan dari benda yang terdekat ke benda yang lebih jauh/dalam
letaknya, dari satu ruang ke ruang lainnya. Kesinambungan antarbagian yang
dipaparkan harus terjaga agar isi paragraf dapat dipahami dan diikuti oleh
pembaca.
Contoh:
(63) Berdasarkan data yang diperoleh dari Stasiun Gambir,
kepadatan penumpang kereta pada arus mudik semakin hari semakin
meningkat. Puncak arus mudik diperkirakan terjadi pada H-3
Lebaran. Menurut Kepala Stasiun Gambir, tujuan pemudik yang
memanfaatkan moda transportasi kereta adalah ke kota-kota besar di
Jawa Tengah dan Jawa Timur, seperti Solo, Semarang, Yogyakarta,
dan Surabaya. Untuk mengantisipasi lonjakan penumpang, PT KA
telah menambah rangkaian gerbong kereta. Selain itu, PT KA juga
akan mengoperasikan
kereta sapu jagat.
C. Definisi
37
dapat mencapai beberapa paragraf. Dalam hal itu, prinsip kesatuan dan kepaduan
dalam paragraf harus tetap terjaga.
Definisi merupakan persyaratan yang tepat menge- nai arti suatu kata atau
konsep. Definisi yang baik akan menunjukkan batasan-batasan pengertian suatu
kata secara tepat dan jelas.
Dalam pola ini pikiran utama yang mengawali paragraf dikembangkan
dengan memberikan definisi dari istilah inti dalam pikiran utama. Pengembangan
selanjut- nya adalah dengan menguraikan hal-hal yang dapat menjelaskan definisi
itu.
Contoh:
(64) Istilah globalisasi adalah keterkaitan dan keter- gantungan antarbangsa
dan antarmanusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan,
budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu
negara menjadi semakin sempit. Globali- sasi merupakan suatu proses ketika
antarindi- vidu, antarkelompok, dan antarnegara saling berinteraksi, bergantung,
terkait, dan saling memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara.
Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan
internasionalisasi sehingga kedua isti- lah ini sering dipertukarkan. Sebagian
pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya
peran negara atau batas-batas negara.
D. Analogi
38
Pengembangan paragraf dengan menganalogikan sesuatu dengan benda
yang sudah diketahui oleh umum dapat mempermudah pembaca membayangkan
objek yang dilukiskan itu. Penganalogian itu dapat membantu menanamkan kesan
terhadap tokoh yang dilukiskan itu.
Contoh:
(65) Alam semesta berjalan dengan sangat teratur, seperti
halnya mesin. Matahari, bumi, bulan, dan binatang yang berjuta-juta
jumlahnya, beredar dengan teratur, seperti teraturnya roda mesin yang
rumit berputar. Semua bergerak mengikuti irama tertentu. Mesin
rumit itu ada penciptanya, yaitu manusia. Tidakkah alam yang
mahabesar dan beredar rapi sepanjang masa ini tidak ada
penciptanya? Pencipta alam tentu adalah zat yang sangat maha.
Manusia yang menciptakan mesin, sangat sayang akan ciptaannya.
Pasti demikian pula dengan Tuhan, yang pasti akan sayang kepada
semua ciptaan-Nya itu.
39
menanganinya masalah SARA itu secara tepat dan harus penuh
kehati-hatian. Masalah tersebut jangan sampai membuat kita sebagai
bangsa terpecah-belah.
40
sedangkan adik- nya hampir tidak pernah menolak makanan apa pun.
Namun, dalam minum obat mereka justru bertolak belakang. Si
Sulung sangat mudah minum segala obat yang diberikan dokter,
sedangkan adiknya harus dibujuk terlebih dulu agar mau
meminumnya.
Dalam paragraf ini penulis ingin memaparkan sebuah informasi dengan cara
membandingkan dua hal yang mempunyai kemiripan dan mengontraskan dua hal
yang menunjukkan perbedaan. Paragraf (67) dikem- bangkan dengan cara
mengontraskan sifat yang dimiliki dua orang. Penulis mengontraskan anak sulung
dan adiknya dalam hal wajah, kebiasaan makan, dan dalam hal minum obat.
Dalam paragraf itu penulis hanya menam- pilkan kekontrasannya, tanpa
membandingkan kesamaan- nya. Meskipun begitu, cara pengembangan paragraf
seperti itu dapat memudahkan pembaca memahami konsep yang dimaksudkan
penulis.
F. Sebab-Akibat
41
faktanya penebangan liar terus terjadi sehingga merugikan banyak
pihak. Akibat dari penebangan liar itu tanah tidak mampu menyerap
air dengan baik dan juga tanah tidak ada lagi yang mengikat. Oleh
karena itu, tiap datang musim hutan selalu terjadi bencana banjir dan
juga tanah longsor.
42
sihkan waktu untuk bermain dan beristirahat. Kamu dapat
melakukan apa saja seperti menonton televisi, membaca buku dan
maja- lah, bermain layang-layang, bermain bulu tangkis, atau apa pun
sesuai dengan kesu- kaanmu. Pilihlah hiburan yang sehat, yaitu
sesuatu yang membawa manfaat dan tidak membahayakanmu.
Lakukan pada waktu dan tempatnya. Saat belajar, belajarlah dengan
sungguh-sungguh. Saat bermain, bermainlah dengan sepenuh hati.
H. Repetisi
43
I. Kombinasi
44
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Bahasa sebagai salah satu sarana komunikasi antar sesama manusia
tentunyabertujuan agar dapat dimengerti oleh manusia lainnya. Meskipun
berbicara dalamsatu bahasa yang sama, dalam hal ini Bahasa Indonesia, namun
ragam bahasa yang dipakai tidaklah sama. Masing-masing kelompok
menggunakan ragam yang berbeda.
Untuk itu ada baiknya kita tetap harus selalu berbahasa Indonesia
dengan baik dan benar, yang berarti “pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan
sasarannya dan yang di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul.
3.2 Saran
2. Kita diharuskan berbicara bahasa indonesia dengan baik dan benar agar
lebih mudah dipahami orang lain
45
DAFTAR PUSTAKA
46