Disusun
Oleh:
Mengetahui,
Pembimbing KP
Asisten Manajer MCC &
Elektronika
Ichsan Aprideni
NP. 30764
KATAPENGANTAR
ii
Kata Penghantar
iii
9. Bapak Mirdiansyah,selaku supervisor Sistem Kontrol
10. Bapak Dheni, selaku supervisor Instrumen
11. Bapak Arif Aulia,selaku mentor dalam pemrograman Programmable
LogicControlle r (PLC)
12. Bapak Dheni yang memberikan pengarahan atas penyelesaian
laporan ini
13. Para pagawai Mine Control Center yang telah banyak membantu mulai
dari Bapak Faisal, Bapak Arif Aulia,Bapak Reza , Bapak Yos, ,Bapak
Aya, Bapak Wahyu,Bapak Hafiz, Bapak Yogi, Bapak Hermanto Dll
14. Ibu Ningsih,selaku manajer pengembangan sumber daya manusia
yang telah memberi pengarahan umum tentang PT.Bukit Asam Tbk
15.Rekan-rekan kerja prektek yang telah mendukung saya dalam menjalani
kerja praktek.Karena keterbatasan waktu dan kemampuan,penulis
menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat
banyak kekurangan ataupun kesalahan. Untuk itu penulis membuka
diri atas segala kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
vi
3.5.2. Tujuan Kalibrasi ................................................................................... 37
3.5.3. Manfaat Kalibrasi ...................................................................................... 38
3.5.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam kalibrasi .................................. 38
3.6. Jembatan WheatStone .................................................................................... 39
BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Penggunaan Load cell RTN 33 ...................................................................... 42
4.1.1 Sensor Load Cell RTN 33 ..................................................................... 42
4.2 Interconnection Load Cell ............................................................................... 43
4.3 Prinsip Kerja Load cell pada TLS (Train Loading Station) ............................ 44
4.4 Perhitungan Keluaran (output) Load Cell ....................................................... 44
4.5. Loadcell Pada Weight Bin ............................................................................. 45
4.5.1 Penggunaan Load Cell 5103 pada Weight Bin ..................................... 47
4.6. Load cell pada Truck Scale ............................................................................ 49
4.6.1 Indicator Truck Scale ............................................................................ 49
4.6.2 Konstruksi Jembatan Timbang .............................................................. 50
4.6.3 Pondasi Jembatan Timbang................................................................... 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 51
5.2 Saran ................................................................................................................ 51
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................52
LAMPIRAN..........................................................................................................53
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
Oleh karena itu, saya selaku mahasiswa agar dapat memahami aplikasi
teori mengenai sensor yang diperoleh di perguruan tinggi dengan penerapannya di
bidang industri, saya memilih salah satu perusahaan yaitu perusahaan PT. Bukit
Asam (Persero) tbk yang merupakan salah satu perusahaan yang cocok untuk
mendapatkan pengalaman dalam bidang ilmu elektronika yang telah saya pelajari.
Adapun yang akan saya bahas pada penulisan KP ini adalah timbangan
hooper scale yang terdiri dari beberapa komponen-komponen penting yaitu sensor
load cell dan perhitungan. Maka dari itulah penulis memilih judul Aplikasi sensor
Load Cell untuk penimbangan material batubara tipe RTN 33 di PT. Bukit Asam
yang akan menjelaskan cara kerjatimbangan dengan sensor load cell
danperhitungan.
1.2 Klasifikasi Batubara di Indonesia
1. Gambut (peat)
2
3. Bitumen Menengah (Sub-Bituminous)
4. Bitumen (Bituminous)
5. Antrasite
Kulaitas batubara adalah sifat fisika dan kimia dari batubara yang
mempengaruhi potensi kegubaannya. Umumnya, untuk menentukan
kualitas batubara dilakukan analisis kimia pada batubara yang diantaranya
berupa analisis proksimat dilakukan untuk menentukan jumlah air
(moisture), zat terbang (volatile matter), karbon padat (fixed carbon), dan
kadar abu (ash), sedangkan analisis ultimat dilakukan untuk menentukan
kandungan unsur kimia pada batubara seperti : karbon, hidrogen, oksigen,
3
nitrogen, sulfur, unsur-unsur tambahan. Berikut parameter-parameter yang
sering menjadi acuan dalam menentukan kualitas batubara :
1.5 Tujuan
l. Untuk mempelajari prinsip kerja sensor load cell RTN 33 pada
penimbangan material batubara
2. Untuk mempelajari perhitungan cara kerja sensor secara manual dengan
menentukan massa atau berat dari material batubara.
1.6 Manfaat
Manfaat dibuatnya laporan KPini yaitu agar mengetahui prinsip kerja
sensorload cell tipe RTN 33 pada penimbangan material batubara serta dapat
mengetahui perhitungan yang tepat secara manualhasil penimbangan dari material
batubara apakah sesuai dengan yang diinginkan.
1.7 Perumusan Masalah
Penulis membatasi ruang lingkup pembahasan laporan hanya pada :
l. Sensor yang digunakan adalah sensor load cell tipe RTN 33.
2. Output atau keluaran yang dihasilkan dari load cell adalah tegangan
yang langsung dikirimkan sebagai input dan diolah oleh integrator dan
ditampilkan pada timbangan dalam ton, kg, gram.
5
1.8 Sistematika Penulisan
1. BAB I PENDAHULUAN
Berisikan tentang latar belakang kerja praktek, tujuan kerja
praktek, manfaat kerja praktek, dan sistematika penulisan.
2. BAB II TINJAUAN UMUM PT. BUKIT ASAM Tbk.
Berisikan tentang sejarah PTBA, ruang lingkip unit penambangan
PTBA, alat tambang utama, sumber tenaga listrik di Tambang Air
Laya (TAL) dan bagian
3. BAB III TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan prinsip dasar PLC dan Instruksi Standard.
4. BAB IV PEMBAHASAN
Berisikan tentang semua yang berhubungan sistem kontrol belt
conveyor dengan PLC schneinder Compact di Banko Barat
5. BAB V PENUTUP
Berisikan kesimpulan yang diperoleh dan saran – saran
berdasarkan analisa penulisan yang dianggap perlu untuk
perubahan yang akan datang bagi PT. Bukit Asam Tbk.
6
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
7
2.2. Visi, Misi dan Strategi
2.2.1 Visi
Menjadi perusahaan energi berbasis batubara yang berdaya saing dan
memberikan nilai optimal bagi stakeholders.
2.2.2 Misi
Untuk mencapai visi tersebut PTBA menetapkan misi diantaranya
memproduksi atau menghasilkan dan memasarkan batubara dengan kualitas
terbaik, biaya yang memperluas kompetitif, serta berkembang harmonis bersama
lingkungan.
2.2.3 Strategi
Strategi yang PTBA kembangkan untuk mencapai visi dan misinya adalah
sebagai berikut:
1. Memaksimalkan profitabilitas melalui peningkatan produksi, peningkatan
volumepenjualan, peningkatan produk bernilai tambah dan penekanan biaya
serta pengembangan batubara.
2. Memperluas usaha secara vertikal , antara lain melalui PLTU mulut tambang.
3. Sinergi akusisi dan pengembangan perdagangan batubara
Logo merupakan sebuah simbol yang menunjukkan citra, visi, dan misi.
Apabila logo tersebut adalah milik sebuah perusahaan , logo tersebut akan
8
merefleksikan jati diri PT.BA tersebut. Logo juga merupakan identitas perusahaan
yang menggambarkan tujuan-tujuan, prinsip-prinsip, serta ideologi yang dimiliki
oleh perusahaan tersebut. Logo perusahaan bisa saja berubah seiring dengan
perubahan diri dari perusahaan itu sendiri.
Logo PT.BA seperti gambar 2.1 itu sendiri memiliki dua unsur warna
yang melambangkan PT.BA tersebut , warna orange dan warna merah.
Sedangkan yang kedua, warna merah yang digunakan untuk logo PT.BA
menunjukkan bahwa PT.BA adalah perusahaan yang memiliki berani, tegas, dan
menarik sehingga perusahaan PT.BA diakui oleh perusahaan – perusahaan di
Indonesia maupun di dunia.
10
Senior Manajer yang ada di PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Adalah sebagai
berikut:
l. Direktur Utama membawahi 4 Direksi, sementara secretariat perusahaan
PerformaManajemen, dan SPI ( Satuan Pengawas Internal ) meskipun
dijabat oleh Senior Manajer tetapi mereka langsung bertanggung jawab
kepada Direktur Utama.
2. Direktur Keuangan membawahi Senior Manager Keuangan
3. Direktur Operasi Produksi membawahi General Manager Unit
pertambangan Tanjung Enim, General Manager Unit Dermaga Kertapati,
General Manager Unit PertambanganOmbilin,Senior Manager AEOP dan
Senior Manager Pemasaran.
4. Direktur Teknik membawahi Senior Manager Pengembangan Usaha
General Manager Unit Pengembangan Briket.
5. Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum membawahi Senior Manager
Sumber Daya Manusia, Senior Manager Logistik dan Senior Manager
Kemitraan dan Bina Lingkungan.
11
Perhatian PTBA tak hanya pada pelanggan tapi juga keselamatan dan
kesehatan kerja pegawai dengan telah dimulainya tahapan untuk memenuhi ISO
18001:2005. Aktivitas penambangan yang sering beresiko terhadap kerusakan
lingkungan, telah dikelola dengan baik sesuai dengan Analisa Dampak
Lingkungan, bahkan kini PTBA sedang dalam tahap mempersiapkan standar yang
sesuai dengan ISO 14001. Tujuannya untuk memberikan manfaat jangka panjang,
baik bagi pegawai maupun masyarakat dan generasi mendatang. Prosedur
kerjaPTBA yang sudah baku telah beberapa kali mendapat pengakuan dari
berbagaipihak atau organisasi di luar perusahaan. Pengakuan ini berbentuk
penghargaan, antara lain di bidang keselamatan dan kesejahteraan kerja (K3)
tambang, lingkungan hidup serta Kemitraan dan Bina Lingkungan.
12
mengoprasikan pembangkit listrik tenaga uap, serta memberikan jasa konsultasi
dalam bidang industri pertambangan batubara. PTBA disini juga memproduksi
briket (batubara yang sudah diolah).
TanjungEnim 5,931 juta ton 870 juta ton Open pit mining
Sumatra Selatan
13
Lokasi Luas Stockpile Kemampuan Kapal
Pelabuhan
Tarahan, 42,5 hektar 560.000 ton 12 juta ton/ Max, 80.000
Lampung tahun DWT
Dermaga
Kertapati 10,2 hektar 50.000 ton 2,5 juta ton/ Max, 80.000
Palembang, tahun DWT
Sumatera
Selatan
Pelabuhan Teluk
Bayur, Sumatera 30,9 hektar 90.000 ton 2,5 juta ton Max, 80.000
Barat DWT
15
(CRC) atau hopper car. BWE berfungsi utnuk mengambil batubara atau
tanah kemudian dikirim ke belt wagon melalui belt conveyor.
16
Belt conveyor ini panjangnya kurang lebih 35 km yang digunakan
untuk membawa material hasil galian. belt conveyor ini terdiri dari :
1 Conveyor excovator (CE)
Belt ini merupakan alat transportasi yang digunakan untuk
membawa hasil galian tanah atau batubara yang digali BWE ke conveyor
shunting. konveyor ini letaknya biasanya bergeser mengikuti penggalian
BWE.
2 Conveyor shunting (CS)
Menerima rnaterial dari conveyor excavator (CE) wtuk dikirim ke
conveyor distribution point, belt ini sifatnya tetap.
3 Conveyor distribution point (CDP)
Berfungsi untuk memisahkan material yang dibawa oleh conveyor
shunting (CS). Bila material yang dibawa adalah tanah, maka conveyor
distribution point (CDP) akan mengirimkan material tersebut ke
lokasipenimbunan melalui conveyor dumping (CD), dan bila material
adalahbatubara conveyor distribution point (CDP) akan mengirimkan
materialtersebut ke coal conveyor (CC).
4 Coal conveyor (CV)
Alat transportasi yang berfungsi membawa batubara dari conveyor
distribution point (CDP) ke stacker / raclaimer (S/R).
5 Conveyor dumping (CD)
Merupakan alat transportasi yang membawa tanah ke lokasi
penimbunan dari conveyor distribution point (CDP).
19
2.9.1 Non Air Laya (NAL)
20
masuk kerangkaian Conveyor Shunting (CS) sampai ke area Conveyor
Distribution Point (CDP), dari CDP material dipisahkan antara batubara dan
tanah, tanah dibunag melalui Conveyor Dumping (CD) ketempat pembuangan
(Dumping Area) dengan menggunakan Spreader, sedangkan batubara dibawa oleh
Conveyor Coal (CC) dan ditimbun di Stockpile oleh Stacker/Recalaimer (S/R).
Kemudian oleh S/R batubara diambil dan didistribusikan ke Train Loading
Station (TLS) untuk dimuat ke gerbong kereta api dan kemudian diangkut ke
pelabuhan batubara Tarahan Bandar Lampung dan pelabuhan Kertapati
Palembang, selain itu pada jalur yang lain batubara dapat langsung dipindahkan
dari tempat penggalian langsung dikirim ke TLS tanpa melalui Stockpile.
21
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Timbangan
3.1.1 Pengertian Timbangan
Timbangan adalah alat yang digunakan untuk mengukur massa suatu
benda. Satuan yang digunakan biasanya kilogram, gram, dan juga ton.
Timbangan/neraca dikategorikan kedalam sistem mekanik dan juga elektronik
/Digital.Beberapa jenis yang paling populer adalah timbangan digital
bayi,Timbangan makanan, Timbangan dapur, Timbangan kamar mandi,
Timbangan laboratorium, Timbangan crane/ timbangan gantung, jembatan
timbang dan Timbangan Hitung.
Dimasa kini, sistem yang dianut pada timbangan mulai menuju pada
teknologi digital, ditandai dengan beberapa pabrikan yang sudah memproduksi
sensor digital, disamping sensor analog yang sudah ada. Bila di runut secara
detail, Timbangan bukanlah hanya timbangan. Timbangan memiliki fleksibilitas
dalam arti mampu menyesuaikan kebutuhan, dan teknologi yang sedang
berkembang. Pada dasarnya, Timbangan tersusun dalam beberapa bagian,
diantaranya:
24
Timbangan bersistem digital seperti pada gambar 3.4 dengan model pallet
adalah alat yang paling tepat untuk dijadikan alat pengukur berat khususnya di
pabrik-pabrik yang membutuhkannya. Timbangan digital pallet pada dasarnya
memiliki ciri khas universal hand pallet truck nya yang memudahkan pengukuran
dan juga memberikan fungsi pengangkutan dengan hand pallet nya. Namun,
Timbangan digital jenis pallet truck ini hanya dapat melakukan pengukuran
universal berupa total berat dari barang yang ditimbang di atasnya.
25
Gambar 3.6 Timbangan gantung digital
Timbangan gantung digital seperti pada gambar 3.6 sering disebut dengan
timbangan model Crane yang banyak tersebar di pasaran. Namun, untuk memilih
timbangan gantung, dua hal yang merupakan faktor penting menjadi
pertimbangan, yaitu timbangan gantung digital tersebut harus aman dan akurat.
Faktor keamanan yang dimaksud yaitu saat ditimbang dengan cara digantung,
barang tidak mudah jatuh. Beberapa model timbangan digital model gantung
tersedia dalam situs ini untuk dapat diaplikasikan di berbagai lokasi dan model
penggunaan
Sebelum lebih jauh kita mempelajari sensor dan transduser ada sebuah alat
lagi yang selalu melengkapi dan mengiringi keberadaan sensor dan transduser
dalam sebuah sistem pengukuran, atau sistem manipulasi, maupun sistem
pengontrolan yaitu yang disebut alat ukur.
26
perubahan suatu energi seperti energi listrik, energi fisika, energi kimia, energi
biologi, energi mekanik dan sebagainya.
William D.C, (1993), mengatakan transduser adalah sebuah alat yang bila
digerakan oleh suatu energi di dalam sebuah sistem transmisi, akan menyalurkan
energi tersebut dalam bentuk yang sama atau dalam bentuk yang berlainan ke
sistem transmisi berikutnya”. Transmisi energi ini bisa berupa listrik, mekanik,
kimia, optic (radiasi) atau thermal (panas).
William D.C, (1993), mengatakan alat ukur adalah sesuatu alat yang
berfungsi memberikan batasan nilai atau harga tertentu dari gejala-gejala atau
sinyal yang berasal dari perubahan suatu energi.
Suatu peralatan yang memberitahukan kepada sistem kontrol tentang apa yang
sebenarnya terjadi dinamakan sensor atau juga dikenal transduser. Sebagai contoh
27
contoh tubuh manusia mempunyai sistem sensor luar biasa yang memberitahukan
kepada otak manusia secara terus menerus dengan gambar-gambar yang layak dan
lengkap di sekitar lingkungan.
Linieritas
Konversi harus benar-benar proposional, jadi karakteristik konversi harus
linier.
Tidak Tergantung Temperatur
Keluaran konverter tidak boleh tergantung pada temperature di
sekelilingnya, kecuali sensor suhu.
Kepekaan
Kepekaan sensor harus dipilih sedemikian, sehingga pada nilai-nilai
masukan yang ada dapat diperoleh tegangan listrik keluaran yang cukup
besar.
Waktu Tanggapan
Waktu tanggapan yang diperlukan keluaran sensor untu mencapai nilai
akhirnya pada nilai masukan yang merubah secara mendadak. Sensor
harus dapat berubah cepat bila nilai masukan pada sistem tempat sensor
tersebut berubah.
Batas Frekuensi Terendah dan Tertinggi
Batas-batas tersebut adalah nilai frekuensi masukan periodik terendah dan
tertinggi yang masih dapat dikonversi oleh sensor secara benar. Pada
kebanyakan aplikasi disyaratkan bahwa frekuensi terendah adalah 0Hz.
Stabilitas Waktu
28
Untuk nilai masukan (input) tertentu sensor harus dapat memberikan
keluaran (output) yang tetap nilainya dalam waktu yang lama.
Histeris
Gejala histeris yang ada magnetis besi dapat pula dijumpai pada sensor.
Misalnya, pada suatu temperature sebuah sensor dapat memberikan
keluaran yang beda.
3.2.1 Jenis Sensor/Transduser
2) Untuk penuntun.
29
3.2.2 Klasifikasi Sensor
b. sensor mekanis
Sensor optic atau cahaya adalah sensor yang mendeteksi perubahan cahaya
dari sumber cahaya, pantulan cahaya ataupun bias cahaya yang mengernai benda
atau ruangan.
Contoh; photo cell, photo transistor, photo diode, photo voltaic, photo multiplier,
pyrometer optic, dsb.
30
Self generating transduser(transduser pembangkit sendiri) adalah
transduser yang hanya memerlukan satu sumber energi.Contoh: piezo electric,
termocouple, photovoltatic, termistor, dsb.
Ciri transduser ini adalah dihasilkannya suatu energi listrik dari transduser secara
langsung. Dalam hal ini transduser berperan sebagai sumber tegangan.
Parameter listrik
Prinsip kerja dan sifat alat Pemakaian alat
dan kelas transduser
Transduser Pasif
31
akibat perubahan jarak plat
Transduser Aktif
32
Termistor (NTC) Penurunan nilai tahanan logam Temperatur
akibat kenaikan temperature
33
Combined Error adalah Penyimpangan maksimum jika ditarik garis
lurus diukur pada saat tanpa beban sampai ketika diberikan beban
maksimal dan sebaliknya saat beban maksimal sampai pada keadaan
tanpa beban. pengukuran dinyatakan dalam persen terhadap kapasitas
maksimal. Biasa disebut juga Nonlinearity dan hysteresis.
Electronic Load Cell ialah Pembebanan pada area timbangan tapi tidak
tepat di titik antar load cell
Output ialah Signal hasil pengukuran Load cell yang secara langsung
proporsional terhadap tegangan exsitasi dan beban yang diterima. Signal
ini harus sesuai terminology/ketentuan umum misalnya dalam milivolt
per volt(mV/V) atau volt ampere (V/A).
34
Zero Balance ialah Signal output Load cell pada exitasi maksimal
dengan 3 kondisi tanpa beban, dinyatakan dalam persentase terhadap
output maksimum.
Sensor load cell tipe RTN 33 ini merupakan sensor load cell yang
dirancang untuk mengurangi waktu saat beroperasi dan biaya yang
dipakai pada saat beroperasi. Sensor load cell RTN 33 ini digunakan
untuk hooper scale atau timbangan hooper. Sensor load cell yang
digunakan pada Train Loading Station (TLS I) adalah tipe RTN 33
seperti pada gambar 3.7 yaitu sensor load cell tipe mounting strain sensor
yang di tanamkan pada 4 kaki pada train loading station I (TLS I) yang
diletakan di bawah weight bin, untuk membaca tekanan yang diberikan
beban diatasnya.
4. Load cell S
Dinamakan Loadcell S karena bentuknya menyerupai huruf "S". Kerja
dari Loadcell ini tidak di tekan melainkan ditarik sisi atas dan
bawahnya. Sisi atas di tempatkan di tempat permanen selanjutnya sisi
bawah ditempatkan untuk media barang yang akan ditimbang.
36
Gambar 3.11 Load cell S
37
Kalibrasi menurut ISO adalah seperangkat operasi dalam kondisi tertentu
yang bertujuan untuk menentukan hubungan antara nilai-nilai yang di tunjukan
oleh material ukur dengan nilai measurand yang telah diketahui dengan catatan:
1. Dari hasil kalibrasi dapat diketahui kesalahan penunjukan instrumen ukur,
sistem pengukuran atau pemberian nilai pada tanda skala tertentu.
2. Suatu kalibrasi dapat juga menentukan sifat-sifat metrology lain.
3. Hasil kalibrasi dapat dicatat dalam suatu dokumen disebut sebagai sertifikat
kalibrasi atau laporan kalibrasi.
4. Hasil dan kalibrasi dapat dinyatakan sebagai suatu factor kalibrasi atau
sebagai suatu deret factor kalibrasi dalam bentuk kurva kalibrasi.
39
Gambar 3.13 Jembatan Wheatstone
Sumber : Stig Ekelof. Engineering Science and Education Jurnal.USA :
IEEE (2001,p.37)
𝑅1𝑅3 = 𝑅2𝑅𝑋
𝑅𝑋 𝑅2
( − )
𝑅3 + 𝑅𝑋 𝑅1 + 𝑅2
Bag.3: Dari terminal negatif baterai mengalir melalui R2, Ampere Meter,
R3 dan kembali ke terminal positif baterai.
Perhatikan, ada arus yang mengalir melalui Ampere meter. Arus yang
mengalir terjadi karena ada beda potensial antara titik 1 dan 2. Semakin besar
beda potensial di titik tersebut, makin besar pula arus yang terukur di Ampere
Meter.
Dari teori diatas, kita bisa menyusun load cell dengan metode Strain
Gauge dan Jembatan Wheatstone. Dengan menggunakan sebuah kolom baja
persegi, kita lekatkan Strain Gauge pada keempat sisinya. Panjang kolom akan
berkurang ketika di sisi atas kolom diberikan beban. Kolom baja juga menjadi
“gendut” atau gembung. Dua Strain Gauge yang terpasang berbalikan akan
memberikan respon pada perubahan panjang kolom secara proporsional.
Dua Strain Gauge yang terletak di sisi yang lain merespon perubahan kolom saat
mengalami keadaan “gendut/gembung”. Panjang pada sepasang Strain Gauge
memendek, diameter kawatnya membesar dan hambatannya berkurang.
Sementara sepasang yang lain jadi memanjang, diameter kawatnya mengecil dan
hambatannya bertambah.
Jika posisi beban digantung pada bagian bawah kolom, kolom akan mengalami
gaya tarik. Kolom dan Strain gauge akan merespon kebalikan dari respon diatas
tetapi Strain Gauge tetap memanjang dan memendek dengan respon yang sama
seperti respon diatas.
Lihat gambar dibawah.
41
Gambar 3.15 Strain Gauge
Strain Gauge kita sambung dengan konfigurasi Jembatan Wheatstone. Dan kita
kalibrasi Amp Meter untuk membaca dalam “Kg” bukan dalam Ampere.
Katakanlah kita buat seperti layaknya timbangan. Sebuah timbangan yang kasar
dan tidak akurat. Percobaan ini dimaksudkan untuk mengetahui prinsip dasar
Load Cell. Load Cell dibuat dalam berbagai bentuk dan konfigurasi. Strain Gauge
dipakai untuk mendapatkan gambaran penuh.
42
BAB IV
PEMBAHASAN
(a) (b)
43
Gambar 4.3 Sensor RTN 33 yang dipasangkan pada 4 (Empat) tiang TLS I
Sensor strain ini bekerja dengan membaca tekanan yang diberikan surge
bin ke 4 tiang utamanya. Oleh karena itu. sensor dipasangkan ke tiang-tiang
tersebut. Dengan tekanan yang diberikan maka sensor strain ini akan berubah
resistansinya Kemudian dengan memberikan tegangan eksitasi ke sensor, akan
diperoleh nilai tegangan keluaran (mV) yang linear terhadap tekanan.
44
sensor tersebut mendapat tekanan yang dihasilkan dari beban material batubara di
Train Loading Station. Dari tekanan yang dihasilkan dari beban, maka akan
menghasilkan nilai resistansi dari sensor tersebut akan berubah dan memperoleh
nilai tegangan keluaran (mV) yang linear terhadap tekanan.
Range atau batasan load cell nya adalah 102%,jadi untuk batas capacity sensor
yang terukur adalah:
(102/ 100)x30=33 ton
Jadi kapasitas sensor yang digunakan pada. TLS I adalah 30 ton. Jadi,
untuk batas maksimal keluaran adalah:
Suplay Input x Full Scale Output = Vo
10x 2,85 = 28, 5 mV/V
Dengan menggunakan perbandingan antara beban (W) maksimum dengan
tegangan output (Vo), maka tegangan output yang dihasilkan load cell setiap
menerima beban dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut ini :
𝑤𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑉𝑜𝑚𝑎𝑘𝑠
=
𝑤𝑥 𝑉𝑜𝑥
Sebagai contoh apabila load cell diberi beban 5 ton, maka tegangan output
load cell dapat dihitung sebagai berikut:
33 ton= 30 mV
5 ton Vx
33 𝑉𝑥 = 150
150
𝑉𝑥 =
33
𝑉𝑋 = 4, 75 𝑚𝑉/𝑉
45
Jadi tegangan output (Vo) Iaod cell pada beban 5 ton adalah 4,75 mV.
Bila dilakukan perhitungan dan 1-30 ton, maka diperoleh hasil pada table 4.2
sebagai berikut ini:
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Timbangan pada Load Cell
No. Massa Output Load cell
1 5 ton 4.75 mV/V
2 10 ton 9.5 mV/V
3 15 ton 14.25 mV/V
4 20 ton 19 mV/V
5 25 ton 23.75 mV/V
6 30 ton 28.5 mV/V
Dapat dilihat dari tabel 4.2,bahwajika pada load cell diberikan tekanan
dari1 ton s/d 30 ton maka diperoleh 1ton = 0,95mV/V dan selisih kenaikan
padasetiap ton 0,95.Jadi dengan menggunakan persamaan di atas kita dapat
menentukan output dariload cell yang digunakan.
4.5. Loadcell Pada Weight Bin
Pada Weight Bin tersebut telah dipasang 4 buah load cell tipe 5103 serta
Sensor Proximity untuk pengaruhnya. Dimana 4 load cell tersebut dipasang pada
sisi pojok weight bin, dimana weight bin memiliki 5 kabel penghubung untuk
disambung ke Junction Box (JB). Masing-masing load cell diparalel dengan setiap
resistansi pada kabel eksitasi masukan maupun keluara. Resistansi yang memiliki
adalah 698.16 ohm untuk eksitasi masukan dan 702.61 ohm untuk eksitasi
keluaran. Pada pemasangan load cell ini dengan cara parallel.Tegangan yang
keluar dari ke 4 load cell akan sama dengan 1 load cell. JB disini sebagai alat
penghubung dari kabel load cell, lalu dihubungkan ke integrator untuk melihat
hasil data.
46
arus ke coil akan mengakibatkan terjadinya medan yang akan menyebabkan
kontak bergerak.
Catatan : Sistem kerja Weight Bin pada saat terbuka, sistem pembukaannya
bersamaan sedangkan pada saat tertutup itu berbeda, yaitu dengan 3 tahap diantara
25, 30 hingga 50 ton, akan tetapi sebelum 50 ton, gerbang weight bin tersebut
akan tutup.
Load cell ini bekerja dengan merubah energi mekanik menjadi energi
listrik. Energi mekanik yang diberikan adalah penekanan terhadap tombol beban
oleh benda yang akan diukur beratnya. Sedangkan energi listrik yang dihasilkan
adalah akibat dari adanya tekanan benda tersebut maka pada strain gauge akan
mengalami perubahan panjang. Perubahan pada strain gauge ini menyebabkan
perubahan resistansi pada jembatan setimbang sehingga dihasilkan besaran listrik
yang menyatakan berat benda tertimbang tersebut.
Penggunaan Load Cell 5103 pada Weight Bin yaitu menentukan berat
pada weigh bin tersebut dengan kapasitas 50 ton, yang akan dicurahkan ke setiap
gerbong kereta. Load Cell ini memiliki resistansi serta tegangan pada saat
melakukan pengisian. Setiap load cell memiliki resistansi masing-masing yang
ditentukan, load cell 5103 resistansinya yaitu masukan 698.16 ohm dan keluaran
702.61 ohm. Load cell ini juga ditentukan masing-masing resistansi dengan
Jembatan Wheatstone. Load cell memiliki 5 buah kabel penghubung (keterangan
terlampir). Input masukan pada load cell yaitu 10 V (eksitasi).
47
Gambar 4.5 (a) Datasheet Loadcell 5103
Adapun perhitungan pada load cell ini. Input masukan eksitasi pada load
cell adalah 10 V dengan nilai outputnya 50 mV/V, jika pada weight bin terisi
penuh dengan batubara. Apabila load cell tersebut memiliki nilai keluaran dengan
melebihi 50 mV/V itu terjadi permasalahan, lihat terlebih dahulu pada integrator.
Apabila tidak sesuai dengan tampilan pada integrator maka lakukan dengan
pengkalibrasian dengan kalibrasi 3 mV/V. Jika telah dilakukan kalibrasi dan
masih juga bermasalah, itu halnya load cell tersebut rusak.
Belt Scale adalah sebuah jenis timbangan yang digunakan untuk mengukur
laju aliran massa atau bahan yang dilewatkan melalui roda putar stasioner (dipakai
pada conveyor). Timbangan ini juga biasa dikenal dengan nama timbangan sabuk,
timbangan dinamis, timbangan conveyor, atau timbangan gerak. Kebanyakan jenis
timbangan ini merupakan bagian aktif dari proses kontrol aliran dari sebuah jalur
conveyor. Dalam hal ini, satu buah sabuk timbangan menggantikan satu segmen
pendek dari mekanisme penyangga conveyor, yang biasanya terdiri atas satu set
roller idler atau plat. Penyokong beban dipasang diatas load cell, load cell tersebut
berfungsi untuk mengukur massa materi yang dilewatkan diatas conveyor. Dan
48
untuk mengkalkulasi massa keseluruhan materi yang sudah dilewatkan melalui
conveyor, biasanya belt scale telah dilengkapi komponen elektronik berupa sistem
mikroprosesor kecil yang sudah sesuai dengan standar industri. Adapun hasil
akhir dari perhitungan massa materi merupkan besaran nilai yang dihitung dengan
memperhitungkan kecepatan gerak sabuk conveyor yang digunakan untuk
mengangkut materi tersebut. Namun, kini Anda tidak perlu melakukan semua itu
sebab kami telah menghadirkan Belt Scale BCi terintegrasi, yang dapat
melakukan semua pekerjaan diatas dengan keunggulan dan tambahan fitur sebagai
berikut
Truck Scale ialah Jembatan yang telah dilengkapi dengan sensor Loadcell
untuk membaca berat dari media yang akan di timbang
Load cell atau yang biasa disebut sensor timbangan ialah satu dari bagian
part Jembatan Timbang yang letaknya antara pondasi dan konstruksi Jembatan
Timbang, loadcell umumnya terbuat dari Alloy Stell & Stainless Stell, kapasitas
Loadcell tergantung dari kapasitas Jembatan Timbang ada yang 20 / 25 / 30 Ton
Indicator Timbangan
Loadcell ( Sensor )
Konstruksi Timbangan ( Besi WF : 500 / 600 / 200 Untuk Main Beam &
Cross Beam )
Pondasi ( Bisa berupa cakar ayam atau tiang pancang )
Kamera
Software dan printer
49
Konstruksi Jembatan Timbang sedikit berbeda dengan Jembatan biasa
pada umumnya, karena terbuat dari plat dan besi yang khusus didesain untuk alat
timbang dan telah disertifikasi contoh dari besi tersebut adalah
( Besi WF : 500 / 600 / 200 Untuk Main Beam & Cross Beam )
50
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Sensor load cell merupakan sensor yang digunakan di timbangan hooper,
sensor tersebut dapat mengubah energi tekanan berat dari suatu material
batubara menjadi energi listrik.
2. Nilai Vo dari load cell untuk 5 ton = 4,75 mV/V dengan selisih kenaikan
pada setiap tonnya sebesar 0,95 mV/V dan Vo maksimal dari RTN 33
adalah sebesar 28,5 mV/V.
5.2. Saran
Untuk Perusahaan
Sebaiknya dilakukan perawatan dan pengkalibrasian pada peralatan
secara berkala, untuk mencegah kesalahan atau gangguan pada proses
pendistribusian material batu bara.
Untuk Politeknik Negeri Sriwijaya
Sebaiknya perlu memasukkan atau menambahkan mata kuliah tentang
pengkalibrasian peralatan, karena didalam suatu perusahaan sangat
dibutuhkan dan sangat diharapkan agar mahasiswa dapat dan mengerti cara
mengkalibrasi.
Untuk Mahasiswa yang akan melakukan kerja praktek
Sebaiknya mempersiapkan berkas dan data – data pada saat pengambilan
data yang akan dijadikan referensi pada saat menyusun laporan kerja
praktek. Hal ini dimasukkan agar mahasiswa tersebut tidak sulit lagi dalam
penyusunan laporan kerja praktek karena data yang dibutuhkan sudah
cukup.
51
DAFTAR PUSTAKA
http://timbanganelektronika.blogspot.co.id/2013/08/macam-macam-loadcell.html
http://www.jembatantimbang.co.id/jembatan-timbang-truck-scale/
http://mashurielectric.blogspot.co.id/2013/02/teori-dasar-load-cell.html
http://www.circuitstoday.com
https://sandirahmadika.wordpress.com/2011/05/01/jembatan-wheatstone/
http://timbanganstatik.blogspot.co.id/p/untuk-anda-yang-belum-bembaca-teori.html
52
LAMPIRAN
53