Anda di halaman 1dari 12

LABORATORIUM FISIKA LANJUT

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
JALAN GANESHA 10, BANDUNG, 40132, TELEPON (022) 2534161

Modul 07
Spektrum Atom

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Praktikan memahami prinsip kerja lampu He, Hg dan lampu X,
2. Praktikan memahami spektrum emisi lampu He, Hg, dan lampu X,
3. Praktikan memahami proses difraksi pada celah banyak menggunakan metode grating.

II. ALAT DAN BAHAN


1. Lampu He dan Hg
2. Lampu yang tidak diketahui jenisnya (X)
3. Holder lampu
4. Cover Lampu
5. Sumber tegangan AC, 0-10 kV
6. Diffraction Grating
7. Elektroda, 1000mm, 50 kV
8. Statif
9. Meteran/Penggaris
10. Rel optik
11. Kabel

III. TEORI DASAR


Spektrum Atom
Spektrum atom merupakan spektrum frekuensi radiasi gelombang elektromagnetik yang
dipancarkan/diserap oleh atom/molekul yang dihasilkan oleh transisi elektron dari suatu
keadaan ke keadaan yang lain. Macam-macam jenis spektrum antara lain spektrum kontinu,
spektrum berbentuk pita, dan spektrum diskrit (garis) [1]. Transisi elektron dapat terjadi dengan
cara mengganggu elektron sehingga terjadi eksitasi dari suatu tingkat energi ke tingkat energi
yang lain sehingga dapat menyerap/memancarkan foton. Sebagai contoh, apabila suatu atom
dipanaskan, elektron dalam atom tersebut mendapatkan energi tambahan sehingga tereksitasi
ke tingkat energi yang lain. Namun karena tingkat energi eksitasi elektron tidak stabil, maka ia
kembali turun ke tingkat energi yang lebih stabil dan memancarkan foton. Masing-masing
elemen (atom individual) memiliki spektrum atom yang unik yang berbeda satu atom dengan
atom yang lainnya (seperti yang dijelaskan oleh Kirchoff) [1].
Sumber cahaya yang digunakan pada eksperimen ini menggunakan lampu Helium (He),
Merkuri (Hg), dan lampu X yang tidak diketahui jenisnya. Sumber cahaya ini berasal dari
proses eksitasi elektron dari suatu keadaan eksitasi 𝐸1 menuju keadaan dasar (keadaan stabil)
𝐸0. Proses eksitasi ini disertai dengan emisi energi yang berupa foton dengan frekuensi f.
Frekuensi foton tersebut dapat dihitung dengan menggunakan persamaan [2]

ℎ 𝐸 = |𝐸1 − 𝐸0|. (1)


Keterangan:
ℎ = konstanta planck (4,136×10-15 eV∙s)
𝐸 = frekuensi cahaya (Hz)
𝐸1 = tingkat energi setelah transisi (eV)
𝐸0 = tingkat energi dasar (eV)
Sebagai contoh spektrum diskrit yang dimiliki oleh atom Helium dan atom Merkuri dapat
dilihat seperti pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 1. Spektrum Atom Helium [3].

Gambar 2. Spektrum Atom Merkuri [3].


Telah diketahui bahwa model atom Hidrogen yang digagas oleh Bohr digambarkan sebagai
suatu inti yang dikelilingi oleh elektron yang bergerak dalam orbit lingkaran. Berbeda dengan
model atom Hidrogen, untuk kasus transisi optik pada atom He dan Hg melibatkan jumlah
elektron lebih dari satu. Probabilitas paling tinggi eksitasi dan absorpsi terjadi pada elektron
terluar dari atom. Energi ikat elektron terluar memiliki nilai yang lebih kecil daripada energi
elektron di dalamnya sehingga lebih mudah melakukan transisi optik pada elektron terluar.
Pada kasus percobaan kali ini, gas Helium pada lampu memiliki kontribusi dua elektron di
setiap atomnya. Hamiltonian (non-relativistik) untuk kedua elektron pada He dapat dituliskan
sebagai berikut [4]:
𝐸2 (2)
𝐸= + 𝐸(𝐸),
2𝐸
ℎ2 ℎ2 2𝐸2 2𝐸2 𝐸 (3)
𝐸=− 𝐸1 − 𝐸2 − − + ,
2𝐸 2𝐸 |𝐸 | |𝐸 | |𝐸 − 𝐸 |
𝐸 𝐸 𝐸 𝐸
𝐸4 (4)
𝐸𝐸𝐸 𝐸 ⋅ (137)2.
4
Sehingga energi interaksi spin orbit yang terjadi dapat dirumuskan dengan persamaan
(4). Oleh karena nilai nomor atom helium kecil (Z = 2), nilai energi interaksi spin orbitnya
dapat diabaikan. Pada He, probabilitas transisi dari kedua elektron lebih kecil daripada ketika
transisi satu elektron. Jika kita tinjau aturan interaksi elektron sebagai:
𝐸 . (5)
|𝐸 − 𝐸
𝐸 𝐸|

Maka energi degenerasi pada spektrum dapat dituliskan:


𝐸
𝐸1 = ⟨ 𝐸± | |𝐸± ⟩ = 𝐸 ± 𝐸 . (6)
𝐸𝐸± 𝐸/𝐸 |𝐸 − 𝐸 | 𝐸/𝐸 𝐸𝐸 𝐸𝐸
𝐸 𝐸
Pada persamaan (6), ungkapan 𝐸± memiliki dua makna ketika keadaan 𝐸+ memiliki
𝐸/𝐸 𝐸/𝐸

keadaan momentum anguler spin dari kedua elektron dalam keadaan simetri, sedangkan pada
− momentum anguler spin pada kedua elektron memiliki arah anti-simetri. Komponen l
ke 𝐸𝐸/
𝐸
menyatakan momentum angular. Untuk He dan Hg, momentum angular orbital pada keadaan
singlet merupakan jumlah total dari momentum angular dua elektron 𝐸 karena hanya satu
partikel saja yang tereksitasi dan elektron sisanya masih dalam keadaan dasar (𝐸 = 0). Pada
keadaan dasar, total momentum angular orbital memiliki nilai 𝐸 = 0 sehingga menghasilkan
total momentum angular spin 𝐸 = 0 (total 2 spin elektron yang berlawanan).
Pada keadaan eksistasi dapat dicapai dua keadaan, misal pada keadaan 𝐸𝐸/
+ menghasilkan
𝐸
keadaan singlet (𝐸 = 0), sedangkan pada keadaan 𝐸−𝐸/ menghasilkan keadaan triplet (𝐸 = 1)
𝐸
artinya ada 3 kombinasi total momen magnetik spin (𝐸𝐸 = +1,0, −1) [2]. Pada keadaan
transisi optik pada elektron yang berjumlah sedikit terdapat selection rule yaitu,
𝐸𝐸 = 0, ±1, (7)
𝐸𝐸 = 0, (8)
𝐸𝐸 = 0, ±1. (9)
Pada eksperimen kali ini dilakukan juga mengenai analisis tentang fenomena fine structure.
Fine structure adalah splitting energi yang disebabkan oleh koreksi relativitas, kopling spin
dan orbital, dan Darwin term [4]. Adanya fine structure terjadi karena adanya koreksi energi
akibat adanya momen spin yang terjadi pada elektron. Untuk kasus yang sederhana, momen
spin muncul akibat interaksi antara inti dengan elektron. Implikasi dari fenomena ini adalah
terdapatnya garis spektrum yang berdekatan.
Salah satu penyebab dari fenomena fine structure adalah kopling spin dan orbit. Efek kopling
orbit-spin terjadi akibat adanya gerak relatif antara elektron dengan inti, sehingga
menimbulkan medan magnet internal dan dampaknya adalah pelemahan garis spektrum,
sehingga tampak melebar dan halus [2]. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, setiap elektron
pada atom memiliki momentum sudut orbital L dan momentum sudut spin S. Karena keduanya
merupakan momentum sudut, maka momentum sudut total dari elektron pada atom J dapat
dihitung dengan perumusan sebagai berikut:
𝐸 = 𝐸 +𝐸 (10)
Berikut ini merupakan diagram level energi dan transisi optik elektron yang diperbolehkan
untuk helium (Gambar 3) dan merkuri (Gambar 4). Diagram ini menunjukkan bagaimana
transisi elektron yang diperbolehkan pada kedua material tersebut beserta panjang gelombang
foton yang dipancarkan.
Gambar 3. Tabel level energi untuk Helium beserta panjang gelombang yang diemisikan[5].

Gambar 4. Tabel level energi untuk Hg beserta panjang gelombang yang diemisikan dalam
satuan Angstrom [6].
Difraksi
Beberapa cara dapat dilakukan agar foton dengan panjang gelombang yang berbeda tersebut
dapat diamati, salah satunya dengan kisi difraksi [7]. Difraksi merupakan salah satu sifat dari
gelombang elektromagnetik. Fenomena difraksi merupakan penyebaran arah yang dialami
gelombang ketika melewati celah sempit atau terhalang oleh objek kecil atau tepi tajam suatu
benda [8].
Menurut Huygens-Fresnel:
1. Setiap muka gelombang berfungsi sebagai sumber gelombang titik baru (anak
gelombang) spherical dengan frekuensi yang sama dengan gelombang primernya.
2. Muka gelombang berikutnya berasal dari permukaan yang menyinggung muka
gelombang semua anak gelombang yang sefasa dari muka gelombang terdahulu.
3. Medan suatu titik adalah superposisi dari medan oleh semua anak gelombang [8].
Dari pernyataan Huygens-Fresnel di atas maka kita dapat membuktikan bahwa akan terjadi
pelenturan medan pada cahaya ketika melewati celah tipis. Hal ini diakibatkan terjadinya
interferensi dari sumber (anak gelombang) yang sangat banyak pada celah sempit tersebut.
Pelenturan akan menghasilkan pola difraksi.
Salah satu cara yang umum digunakan untuk mengamati pola difraksi cahaya adalah dengan
menggunakan metode difraksi pada grating. Grating merupakan lapisan tipis transparan yang
telah digores permukaannya. Bagian goresan pada grating memiliki sifat tidak tembus cahaya
sedangkan pada bagian transparannya dapat meneruskan cahaya. Material grating
memungkinkan untuk dibuat banyak goresan/cm untuk membentuk jumlah celah sempit
dengan jumlah yang banyak, misalnya terdapat grating dengan jumlah 6000 goresan/cm. Oleh
karena itu, grating dapat juga dipandang sebagai kisi difraksi yang celah-celahnya tersusun
secara paralel.
Gambar 5 . Skema difraksi menggunakan grating [8].
Jika sumber cahaya dengan panjang gelombang λ diarahkan tegak lurus pada grating dengan
konstanta grating k, dengan menggunakan persamaan pola terang difraksi sebagai berikut [8],
𝐸𝐸𝐸 𝐸 (11)
= 𝐸𝐸
𝐸
maka dapat ditentukan panjang gelombangnya (λ) dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan berikut dari pengamatan pita terang orde pertama,
𝐸𝐸 (12)
𝐸= .
√𝐸2 + 𝐸2
Penggunaan metode ini membuat setiap panjang gelombang akan teramati pada sudut yang
berbeda sehingga pada akhirnya kita dapat mengamati spektrum atom dengan masing-masing
warna yang terpisah. Lalu dengan menggunakan analisis difraksi, kita akan mendapatkan
panjang gelombang masing-masing foton yang teramati lalu dapat dianalisis pula transisi
elektron yang diwakilkan foton tersebut.

IV. TUGAS PENDAHULUAN


1. Apa yang dimaksud dengan spektrum atom, spektrum absorpsi, dan spektrum emisi?
Jelaskan pula proses terjadinya proses tersebut.
2. Jelaskan penulisan term symbol 𝐸𝐸𝐸.
3. Sebutkan dan jelaskan fine structure dan koreksinya. Sertakan perumusan
Hamiltoniannya.
4. Apa yang dimaksud ground state? Apa yang dimaksud keadaan eksitasi? Pada keadaan
apa foton dapat diemisikan?
5. Jelaskan konsep dasar bilangan kuantum dan pengaruhnya terhadap model atom
Hidrogen.
6. Sebut dan jelaskan 4 teknik yang yang digunakan untuk menghasilkan sumber cahaya.
Teknik apa yang kita gunakan pada eksperimen ini?
7. Sebutkan definisi difraksi dalam pengertian mikroskopis dan makroskopis. Apa yang
dimaksud dengan difraksi Fresnel dan difraksi Fraunhoffer?
8. Buatlah flowchart untuk langkah percobaan pada modul ini. Rumuskan hipotesis untuk
percobaan yang akan dilakukan.

V. METODE PERCOBAAN
Prosedur Keamanan
1. Wajib membaca skema penyusunan alat dan memahami bagian-bagian alat yang akan
digunakan.
2. Pastikan switch dalam keadaan mati dan knop sumber tegangan dalam keadaan nol
sebelum menyambungkan catu daya ke sumber listrik PLN.
3. Perhatikan cara memasang lampu pada holder. Pastikan holder belum tersambung catu
daya. Dilarang memegang bagian kaca/transparan pada lampu He dan Hg, diharuskan
memegang bagian elektrode pada lampu.
4. Pastikan cover lampu terpasang dengan benar.
5. Dilarang memegang bagian transparan pada grating.
6. Pastikan sumber tegangan dalam posisi off ketika memasang dan melepas lampu pada
holder.
Prosedur Percobaan

Keterangan :
(2) Diffraction
(1) (4) (3) grating
Holder

(5) (6) Lampu dan cover


Penggaris
Rel Optik
Catu daya

Gambar 6. Gambar set percobaan.


1. Pasang set lampu dan meteran seperti pada skema Gambar 7 (dengan kondisi lampu
belum terpasang pada holder).
2. Pasang lampu beserta cover pada holder.
3. Hubungkan holder dengan catu daya menggunakan kabel.
4. Nyalakan tegangan catu daya perlahan hingga lampu menyala dengan stabil (tidak
berkedip-kedip).
5. Pasang grating di depan lampu pada rel optik.
6. Variasikan jarak lampu dengan grating sebesar 50 cm, 60 cm, 70 cm, 80 cm, dan 90
cm.
Catatan: Jarak tidak harus tepat kelipatan sepuluh. Jika ternyata spektrum lampu
berhimpit dengan batang statif, jarak dapat diatur sebagai contoh 62 cm, atau
nilai yang lainnya disesuaikan dengan kondisi pengukuran agar pengukuran
dapat lebih akurat karena skala penggaris dapat terlihat jelas.
7. Amati spektrum yang dihasilkan dan ukur jarak antar spektrum yang berwarna sama
dengan menggunakan penggaris untuk setiap atom dengan melengkapi
8. Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Pengukuran jarak antar warna pada spektrum atom

d(mm)
Warna
L=50 cm L=60 cm L=70 cm L=80 cm L=90 cm
Catatan: Saat mengamati spektrum atom pada kisi difraksi, spektrum yang akan diukur
haruslah dapat dilihat secara keseluruhan dalam satu posisi pandang. Jadi
spektrum yang ada pada bagian kiri dan kanan lampu harus terlihat secara
menyeluruh tanpa harus mengubah posisi kepala dan pastikan spektrum
sejajar dengan penggaris (jika tidak atur orientasi kisi dengan memutarnya
hingga spektrum menjadi sejajar) seperti pada Gambar 7.

Gambar 7. Contoh spektrum yang teramati dari suatu sumber lampu.


9. Lakukan percobaan untuk lampu He, Hg, dan lampu yang tidak diketahui jenisnya.

Pengolahan Data
1. Dengan menggunakan persamaan (2) cari nilai panjang gelombang untuk masing-
masing spektrum warna yang dihasilkan oleh lampu He, Hg, dan lampu yang
tidak diketahui jenisnya, dengan sin θ menggunakan kedua persamaan berikut, yaitu:
1
( 𝐸)
2
𝐸𝐸𝐸 𝐸 = 1 (13)
2
√ 1
(2 𝐸) + 𝐸2
dan
1
( 𝐸)
𝐸𝐸𝐸 𝐸2 = 2 (14)
𝐸
dengan d = | jarak pada bagian kanan – jarak pada bagian kiri | dan L = jarak antara kisi
dengan lampu.
2. Tentukan transisi energi yang terjadi pada tiap spektrum warna yang dihasilkan lampu
He, Hg, dan lampu yang tidak diketahui jenisnya dengan mencocokkan nilai panjang
gelombang pada transisi yang masuk ke dalam rentang panjang gelombang warna
tertentu.
3. Tabulasikan data dalam bentuk Tabel 2.
Tabel 2. Panjang gelombang spektrum atom

λhitung (nm) Galat (%)


Warna L (cm) λref (nm) Transisi
λ1 λ2 λ1 λ2

VI. PERTANYAAN DAN ANALISIS


Pertanyaan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan keadaan singlet, doublet, dan triplet.
2. Sebutkan dan jelaskan mengenai prinsip selection rule.
Analisis
1. Jelaskan fungsi dan prinsip kerja diffraction grating pada eksperimen ini. Apakah
diffraction grating dapat diganti alat lain? Jelaskan.
2. Jelaskan mengapa setiap atom memiliki spektrum yang berbeda.
3. Apakah nilai panjang gelombang yang diperoleh sesuai dengan teori? Mengapa hal ini
dapat terjadi?
4. Bagaimanakah hubungan antara galat dari tiap metode perhitungan panjang gelombang
dengan jarak lampu ke slit? Manakah yang lebih baik? Jelaskan. Apakah terdapat juga
hubungan jarak lampu ke slit dengan jenis difraksi?
5. Apa yang dimaksud fine structure dan syarat fine structure dapat terjadi? Apakah terjadi
fenomena ini pada eksperimen yang dilakukan? Apabila iya, sebutkan lampu mana
yang mengalami peristiwa ini.
6. Apakah transisi pada spektrum semua lampu yang digunakan memenuhi kaidah
seleksi? Jelaskan mengapa hal ini terjadi?
7. Mengapa pada lampu yang kita gunakan terdapat semacam “spektrum kontinu”? Apa
saja yang dapat menyebabkan hal tersebut?
8. Analisis Lampu X berdasarkan transisi optik dan spektrumnya, lalu tentukan jenis
lampu tersebut.
Open Problem
1. Susun eksperimen untuk menentukan konstanta Planck menggunakan prinsip
Spektrum Atom!

VII. REFERENSI
[1] Condon E. U. 1959. The Theory of Atomic Spectra. London: The Syndics of The
Cambridge University Press.
[2] Krane, Kenneth S. 2012. Modern Physics 3rd ed. USA: John Wiley and Sons.
[3] GSU Astro. Lab., Spectra, tersedia:
(http://www.astro.gsu.edu/~riedel/labstuff/spectra/) diakses pada 5 Juli 2018.
[4] Gasiorowicz S. 2003. Quantum Physics 3rd ed. USA: John Wiley and Sons.
[5] Ivkovic Sasa S., 2014, J. Phys. D: Appl. Phys., p. 055204.
[6] Krupcale M., tersedia: (http://matthewkrupcale.com/work/) diakses pada 5 Juli 2018.
[7] Melissinos, A. C. and Jim Napolitano. 2011. Experiments in Modern Physics 2nd ed.
USA: Academic Press.
[8] Halliday et al. 2011. Fundamental of Physics 9th ed. USA: John Wiley and Sons.

VIII. MATAKULIAH TERKAIT


FI-2203 Fisika Modern
FI-3101 Gelombang
FI-3102 Fisika Kuantum

Anda mungkin juga menyukai