Anda di halaman 1dari 9

Journal of Marine Research.

Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 75-83


Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr

Uji Toksisitas Ekstrak Kloroform Cangkang dan Duri Landak Laut (Diadema setosum)
Terhadap Mortalitas Nauplius Artemia sp

Hilda Ayu Aprilia, Delianis Pringgenies, Ervia Yudiati*)

Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Kampus
Tembalang, Semarang 50275 Telp/Fax. 024-7474698

Email: Hilda.aprilia@gmail.com

Abstrak
Cangkang dan duri landak laut (Diadema setosum) memiliki racun yang dapat mengakibatkan
biota tertentu disekelilingnya mengalami kematian. Diduga landak laut memiliki senyawa toksik yang
dapat mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Olaeh karena itu diperlukan cara untuk mengetahui sifat
toksik dari landak laut. Informasi senyawa bioaktif yang terkandung dalam penelitian sebelumnya
menunjukkan cangkang dan duri dari jenis landak laut tertentu dilapisi oleh pigmen cairan hitam yang
stabil. Cairan ini dapat digunakan sebagai pewarnaan jala dan kulit. Selain itu juga dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai toksisitas lethal (LC 50-24 jam) ekstrak
kloroform cangkang dan duri landak laut terhadap mortalitas Nauplius artemia sp. Metode yang
digunakan dalam penelitian adalah eksperimental laboratorium. Ekstrak kloroform dari cangkang dan duri
landak laut diuji toksisitasnya dengan menggunakan hewan uji Nauplius Artemia sp. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa nilai toksisitas lethal (LC50-24 jam) terhadap Nauplius Artemia sp dari ekstrak
kloroform cangkang landak laut sebesar 133,58 ppm. Sedangkan untuk ekstrak kloroform duri landak
laut diperoleh hasil sebesar 168,178 ppm.Ekstrak kloroform cangkang maupun duri landak laut memiliki
potensi bio aktifitas sebagai anti mikroba.

Kata kunci : Toksisitas , BSLT , LC50-24 jam, Diadema setosum.

Abstract

Eggshells and spines of sea urchins (Diadema setosum) have toxins that can lead to certain biota
surrounding death. Presumably the sea urchin has toxic compounds that can affect the surrounding
environment. Because it needed a way to determine the toxic properties of sea urchin. Bioactive
compounds contained in a previous study showing shells and spines of certain species of sea urchin
pigment is coated by a black liquid that is stable. This fluid can be used as a mesh and skin coloring. It
can also be used as fertilizer. This study aims to determine the lethal toxicity (LC50-24 h) of the
chloroform extract of sea urchin of mortality Nauplius Artemia sp. The method used in this study is the
experimental laboratory. Chloroform extract of the eggshells and sea urchin spines were tested using
animal toxicity tests Nauplius Artemia sp.The results showed that the lethal toxicity (LC50-24 h) of the
Nauplius Artemia sp in the chloroform extract of sea urchin eggshells at 133.58 ppm. As for the
chloroform extract of sea urchin spines obtained results for 168.178 ppm. Chloroform extracts of both
eggshells and sea urchin spines have potential activity as anti-microbial bio.

Keywords: Toxicity, BSLT, LC50-24 hours, Diadema setosum.

*) Penulis penanggung jawab


Journal of Marine Research. Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 76

Pendahuluan telurnya. Organisme yang tergolong


Metabolit skunder dari biota laut dalam kelas Echinodea ini dapat
memiliki potensi sebagai antikanker, dimanfaatkan sebagai sumber pangan
antivirus dan antiinflamasi. Toksin yang bergizi (Darsono dan Sukarno,1993;
dihasilkan oleh organisme laut juga Nontji, 2002), berguna dalam ekologi
memiliki senyawa bioaktif yang dapat (Lawrence, 1975; Lang & Schroeter,
dimanfaatkan dalam bidang pengobatan 1976) dan bernilai ekonomis penting. Di
atau farmasi. Salah satu hewan yang sisi lain, landak laut juga berfungsi
memiliki potensi metabolit skunder adalah sebagai organisme hiasan dan sekaligus
hewan Echinodermata. bisa digunakan dalam bidang kesehatan
Echinodermata banyak memproduksi untuk pengobatan penyakit (Angka dan
beberapa senyawa metabolit sekunder Suhartono, 2000). Beberapa ahli
meskipun tidak secara langsung menggunakan landak laut sebagai salah
bersangkutan dalam fungsi fisiologis satu organisme paling popular untuk
namun mempunyai peranan yang penting mempelajari biologi reproduksi (Vacquier
dalam kelangsungan hidup. Organisme ini et al, 1995), embriologi (Davidson et al,
memproduksi senyawa beracun untuk 1998; Lee at al, 1999), toksikologi (Daniel
mempertahankan dirinya dari serangan et al, 1989), regulasi gen (Davidson et el,
predator, dan racun yang berasal dari 2002) dan biologi evolution (Peterson et
biota laut lebih mematikan daripada racun al, 2000).
biota yang ada di daratan (Venugopal, Racun dari Diadema setosum
2009). hanya ringan dan sama sekali tidak fatal
Sea Urchin atau lebih dikenal bagi manusia. Toksin yang sebagian besar
dengan landak laut adalah suatu binatang menyebabkan pembengkakan dan rasa
laut yang 95% tubuhnya terdiri dari duri- sakit, dan secara bertahap berdifusi
duri. Duri-duri yang sedikit beracun ini selama beberapa jam. Duri landak laut ini
sangat rapuh. Binatang ini memiliki duri- sangat rapuh dan seperti jarum. Duri
duri yang bisa digerakkan yang muncul landak laut dengan mudah masuk didalam
dari badannya. Duri-duri inilah yang daging dan cukup tantangan untuk
digunakan untuk bergerak, mencapit mengekstraknya.
makanan dan melindungi diri. Pada Cangkang dan duri landak laut
beberapa jenis landak laut, duri-duri ini memiliki kandungan senyawa aktif yang
mengandung racun. bersifat toksik. Kandungan dalam
Landak laut memiliki cangkang yang cangkang dan duri landak laut telah
keras dan bagian dalamnya bersisi lima diketahui sampai saai ini adalah
simetris. Cangkang dari jenis bulu babi polihidroksi dan apelasterosida A dan B
tertentu dilapisi oleh pigmen cairan hitam (Angka dan Suhartono, 2000) .
yang stabil. Cairan ini dapat digunakan Diperkirakan racun yang ada dalam
sebagai pewarnaan jala dan kulit. cangkang dan duri tersebut dapat juga
Cangkang dari bulu babi juga diminati digunakan sebagai bahan obat.
sebagai barang perhiasan sedangkan Metode untuk menentukan
organ dari sisa pengolahan bulu babi aktivitas biologi sudah banyak diterapkan
biasanya berupa cangkang dan organ dan diperkenalkan dalam kehidupan
dalam (jeroan) dapat diproses lebih lanjut sehari-hari. Uji sitotoksik merupakan
menjadi pupuk (Zaitsev et al 1969 dalam salah satu metode yang sering digunakan
Ratna 2002). untuk mengetahui toksisitas suatu
Diadema setosum adalah salah senyawa. Perkembangan metode invitro
satu jenis landak laut mempunyai nilai sebagai pilihan pengganti pengujian
ekonomis untuk dikonsumsi (Azis 1993 menggunakan hewan uji mempunyai
dalam Ratna 2002), dan bagian tubuh relevansi yang cukup baik dan yang
yang dikonsumsi adalah gonad atau bertujuan untuk mendeteksi potensi
Journal of Marine Research. Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 77

toksisitas suatu obat pada manusia Uji toksisitas pelarut dilakukan


(Fathiyawati, 2008). dengan menggunakan pelarut etanol
Materi dan Metoda dengan konsentrasi masing masing 0ppm,
Hewan uji pada penelitian ini 1ppm, 2ppm, 3ppm. Menggunakan 15 vial
menggunakan Nauplius Artemia sp yang yang berukuran 12 ml dengan perlakuan
diteteskan dari kista artemia. Kista setiap vial 10 ml yang berisi air laut dan
Artemia sp yang digunakan diperoleh dari ekstrak. Masing masing pelarut dan
Kampus Teluk Awur, Jepara. Kista Artemia diulang sebanyak 3 kali. Sebanyak 10
sp yang dipakai sebanyak 5 gram. ekor Nauplius Artemia sp yang berumur
Bahan uji yang digunakan dalam 24 jam selanjutnya dimasukan kedalam
penelitian ini adalah landak laut yang campuran larutan air laut dan masing
diambil dari perairan Bandengan, Jepara. masing pelarut sesuai dengan konsentrasi
Jenis landak laut yang digunakan adalah yang telah dilakukan. Percobaan ini
jenis Diadema setosum. dilakukan selama 24 jam dan dilakukan
Media uji yang digunakan dalam dengan pengamatan terhadap mortalitas
penelitian ini adalah air laut steril yang dengan cara menghitung jumlah nauplius
memiliki salinitas 30 ppt, ph 7, air laut ini yang mati (Neutia, 1998).
di gunakan sebagai pengenceran, Dan
sebagai pelarut untuk melarutkan ekstrak 2. Uji Toksisitas Pendahuluan
dari sampel yang digunakan. Uji toksisitas pendahuluan ini
Wadah uji yang digunakan dalam digunakan untuk mengetahui nilai ambang
penelitian ini adalah vial 12 ml yang atas (LC50–24jam) dan ambang bawah
terbuat dari kaca bening sehingga (LC0–24jam). Menurut ketentuan Meyer et
memudahkan dalam pemgamatan. Vial al 1982, hasil uji dikatakan efektif
yang digunakan sebanyak 15 buah sesuai terhadap Nauplius Artemia sp apabila
dengan perlakuan yaitu dengan 5 ekstrak yang diujikan menyebabkan 50%
perlakuan dan 1 kontrol dan kematian pada konsentrasi < 1000ppm.
menggunakan 3 kali pengulangan. Dengan Uji pendahuluan ini menggunakan
volume didalam vial 10 ml. Kepadatan ekstrak landak laut dengan pelarut etanol.
hewan uji dalam wadah uji adalah 10 ekor Pembuatan larutan dengan stok dengan
Nauplius Artemia sp. konsentrasi 1000 ppm dilakukan dengan
Metode penelitian yang digunakan cara mengencerkan 50 mg ekstrak ke
adalah eksperimental laboratories yaitu dalam 0,5 ml pelarut etanol 1%
metode penelitian untuk menyelidiki dimasukkan kedalam 49,5 ml air laut.
kemungkinan saling hubungan sebab Konsentrasi yang digunakan dalam uji
akibat dengan menggunakan pada satu toksisitas pendahuluan adalah 1000 ppm,
atau lebih kelompok eksperimental, satu 100 ppm, 10 ppm, 1 ppm,dan 0 ppm
atau lebih kondisi perlakuan dan (kontrol) dan di ulang sebanyak 3 x.
perbandingan hasilnya dengan satu atau pengenceran dilakukan dengan
lebih kondisi perlakuan dan perbandingan menggunakan mikropipet. 10 ekor
hasilnya dengan satu kontrol atau lebih Nauplius Artemia sp dimasukkan ke dalam
kelompok kontrol yang tidak dikenai air laut dan larutan stock yang tersedia
kondisi perlakuan. Menggunakan control hingga volume dalam vial 10 ml.
untuk dibandingkan dengan kelompok pengujian dilakukan selama 24 jam dan
yang dikenai perlakuan eksperimental. diamati mortalitasnya dengan menghitung
Penelitian ini dilakukan melalui Nauplius Artemia sp yang mati.
beberapa tahap yaitu : uji pendahuluan
toksisitas pelarut, uji toksisitas 3. Uji Toksisitas Utama
pendahuluan dan uji toksisitas utama Uji toksisitas utama dilakukan
untuk mengetahui potensi toksik LC50 – 24
1. Uji Pendahuluan Toksisitas Pelarut jam dengan pelarut etanol terhadap
Journal of Marine Research. Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 78

Nauplius Artemia sp. Pengujian saring menggunakan vacum pump dan


menggunakan ekstrak landak laut dengan diekstraksi menggunakan rotary
konsentrasi maksimal yang digunakan evaporator.
adalah konsentrasi ambang atas.
Pembuatan larutan stock dengan Hasil yang diperoleh dari proses ekstraksi
menggunakan konsentrasi 1000 ppm yaitu ditampilkan pada tabel berikut :
dengan proses pengenceran yaitu 50 mg
ekstrak landak laut ke dalam 0,5 mg
pelarut dan dimasukkan ke dalam 49,5
ml air laut. Setiap vial di isi 10 ekor
Nauplius Artemia sp.

Data mortalitas pada penelitian


utama di analisis dengan menggunakan
perangkat lunak EPA Probit Analisis Hasil ekstrak cangkang landak laut
Program Version 1,5 dimana nilai dengan pelarut kloroform memperlihatkan
mortalitas yang telah diproleh dari uji hasil bahwa dengan berat awal 90 gr
utama dapat diketahui nilai LC50 -24 jam menghasilkan berat ekstrak 4,83 gr dan
dengan menggunakan rumus ; persen ekstrak 5,36 gr dengan bentuk
pasta, berwarna hitam dan berbau amis.
Log N = K Log a Hasil ekstrak duri landak laut
n n dengan pelarut kloroform memperlihatkan
(Rand dan Petrocelli, 1985 dalam Komisi hasil bahwa dengan berat awal 55 gr
Pestisida, 1983) menghasilkan berat ekstrak 5,7 gr dan
Dimana : persen kandungan ekstrak 10,36 gr
N : Konsentrasi ambang atas dengan bentuk pasta, berwarna hitam dan
n : Konsentrasi ambang bawah berbau amis.
K : Jumlah konsentrasi uji
a : Konsentrasi uji terkecil 1. Uji Toksisitas Pelarut
Hewan uji yang digunakan dalam
penelitian adalah Nauplius Artemia sp
Analisa Probit sejumlah 30 ekor pada setiap
Data mortalitas pada penelitian uji konsentrasinya dan dibagi untuk 3 kali
toksisitas utama digunakan untuk ulangan. Volume tiap vial sebanyak 10 ml.
menghitung nilai LC50 -24 jam dengan Persentase mortalitas Nauplius Artemia sp
menggunakan perangkat lunak EPA Probit pada uji pelarut dengan pelarut etanol
Analysis Program Version 1,5 Finney tersaji dalam tabel berikut;
(1971). Data mortalitas yang diperoleh
lalu di analisa secara deskriptif antara
dampak yang diakibatkan dengan jumlah
LC50-24 jam dengan hasil yang tertera lalu
dilakukan identifikasi nilai LC50 dalam
kisaran nilai LC50-24 jam sesuai dengan
aktifitas biologinya.

Hasil dan Pembahasan


Berat sampel kering cangkang dan
duri landak laut masing-masing sebesar Hasil uji pelarut yang telah
90 gr dan 55gr, sampel kering kemudian dilakukan dengan menggunakan pelarut
di rendam dengan menggunakan etanol menunjukkan bahwa pada
kloroform selama 24 jam. Kemudian di konsentrasi 3% (3.0) presentase
Journal of Marine Research. Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 79

kematiannya adalah 30%, sedangkan ini didapatkan dari perhitungan deret


pada konsentrasi 2% (0.266) dan 1% (0) konsentrasi yang dilakukan pada 30 ekor
masing masing persentase kematiannya Nauplius Artemia sp pada uji pendahuluan
adalah 26.66 % dan 0%. Dan nilai rata sebelumnya.
rata mortalitas Nauplius Artemia sp
terendah terlihat pada konsentrasi 0 (0)
dengan persentase mortalitas 0%.

2. Uji Toksisitas Pendahuluan


Uji Toksisitas Pendahuluan
dilakukan dengan menggunakan ekstrak
kloroform cangkang dan duri landak laut
(Diadema setosum) yang telah disiapkan
dengan pelarut etanol yang akan diujikan
terhadap Nauplius Artemia sp.
Hasil persentase nilai rata-rata
Hasil penelitian pendahuluan
mortalitas Nauplius Artemia sp yang di
dengan menggunakan ekstrak kloroform
ujikan dengan ekstrak kloroform cangkang
cangkang landak laut (Diadema setosum)
landak laut memperlihatkan bahwa terjadi
menunjukkan bahwa mortalitas Nauplius
mortalitas 100% pada konsentrasi 998.42
Artemia sp tertinggi (100%) terjadi pada
ppm (10), mortalitas 63.3 % pada
konsentrasi 1000 ppm dan merupakan
konsentrasi 250.88 ppm (6.3) , mortalitas
ambang atas. Sedangkan mortalitas
40 % pada konsentrasi 64.03 ppm (4) ,
Nauplius Artemia sp terendah (0%) terjadi
mortalitas 0 % pada konsentrasi 15.84 (0)
pada konsentrasi 1 ppm dan merupakan
dan mortalitas 0% juga terjadi pada
ambang bawah.
konsentrasi 3.98 ppm (0).
Hasil penelitian pendahuluan
dengan menggunakan ekstrak kasar duri
landak laut (Diadema setosum)
menunjukkan bahwa mortalitas Nauplius
Artemia sp tertinggi (100%) terjadi pada
konsentrasi 1000 ppm dan merupakan
ambang atas. Sedangkan mortalitas
Nauplius Artemia sp terendah (0%) terjadi
pada konsentrasi 1 ppm dan merupakan
ambang bawah.

3. Uji Toksisitas Utama (BSLT)

Uji toksisitas utama ekstrak


kloroform cangkang dan duri landak laut
terhadap Nauplius Artemia sp yaitu
dengan melakukan pengujian kembali
pada ekstrak kloroform cangkang dan duri
landak laut dengan menggunakan pelarut
etanol. Ekstrak yang di gunakan adalah
cangkang dan duri landak laut dengan
pelarut etanol dengan menggunakan lima
konsentrasi yang berbeda yaitu 3.98 ppm;
Dari grafik hubungan log
15.84 ppm; 64.03 ppm; 250.88 ppm;
konsentrasi terhadap probit persen
998.42 ppm. Penentuan nilai konsentrasi
mortalitas pada ekstrak kloroform
Journal of Marine Research. Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 80

cangkang landak laut diatas dapat dilihat


mortalitas yang semakin meningkat. Ini
berarti bahwa semakin besar konsentrasi
yang diberikan mengakibatkan mortalitas
yang semakin meningkat. Dari grafik ini
juga dapat dilihat nilai LC50-24 jam dari
setiap konsentrasi yaitu dengan cara anti
log dari hasil persen probit mortalitas.
Dapat diliahat juga hubungan korelasi
yang positif karena nilai R2: 0.918
Dari grafik hubungan log
konsentrasi terhadap probit persen
mortalitas pada ekstrak kloroform duri
landak laut diatas dapat dilihat mortalitas
yang semakin meningkat. Ini berarti
bahwa semakin besar konsentrasi yang
diberikan mengakibatkan mortalitas yang
semakin meningkat. Dari grafik ini juga
dapat dilihat nilai LC50-24 jam dari setiap
konsentrasi yaitu dengan cara anti log dari
hasil persen probit mortalitas. Dapat
Hasil persentase nilai rata-rata diliahat juga hubungan korelasi yang
mortalitas Nauplius Artemia sp yang di positif karena nilai R2: 0.915
ujikan dengan ekstrak duri landak laut
memperlihatkan bahwa terjadi mortalitas
100% pada konsentrasi 998,42 ppm (10), Pembahasan
mortalitas 53,3 % pada konsentrasi Ekstraksi dilakukan dengan
250,88 ppm (5,33), mortalitas 36,6 % menggunakan pelarut kloroform yang
pada konsentrasi 64,03 ppm (3,66), dilakukan terhadap cangkang dan duri
mortalitas 0 % pada konsentrasi 15,84 landak laut. Proses ekstraksi pada
ppm (0) dan mortalitas 0% pada cangkang landak laut dengan
konsentrasi 3,98 ppm (0). menggunakan pelarut kloroform diperoleh
ekstrak kering sebesar 4,83 gr dengan
persentase ekstrak sebesar 5,36%.
Berbentuk pasta, berwarna hitam dan
memiliki bau amis.
Sedangkan untuk ekstrak duri
landak laut dengan pelarut kloroform
diperoleh berat ekstrak 7,66 gr dengan
persentase ekstrak masing-masing
sebesar 13,90%. Berbentuk pasta,
berwarna hitam dan berbau amis.
Uji toksisitas pelarut adalah
pengujian yang pertama kali dilakukan.
Ini bertujuan untuk mengetahui pelarut
mana yang mengandung nilai toksisitas
paling rendah dan kemudian bisa
digunakan untuk uji selanjutnya. Pelarut
yang di gunakan adalah etanol. Masing
masing menggunakan 3 perlakuan dengan
konsentrsi 0%, 1%, 2%, 3%. Pengujian
Journal of Marine Research. Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 81

dilakukan dengan menggunakan Nauplius ekstrak cangkang landak laut diperoleh


Artemia sp sebanyak 30 ekor. Masing LC50-24 jam 133,583 ppm, sedangkan
masing menggunakan 10 ekor untuk untuk ekstrak duri landak laut nilai LC50-
setiap pengulangannya. 24 jam sebesar 168,178 ppm.
Pengujian diperoleh hasil yang Dari hasil analisa data uji toksisitas
menyebabkan toksisitas terendah atau diatas, memperlihatkan bahwa semakin
sebesar 0% mortalitas terhadap Nauplius besar nilai konsentrasi dosis ekstrak,
Artemia sp. Hasil yang didapatkan maka mortalitas larva Artemia sp juga
menunjukkan bahwa pelarut yang semakin besar. Hal ini sejalan dengan
memiliki konsentrasi 1% dapat digunakan Harbone (1994) dalam Fahmi (2010),
untuk uji selanjutnya. bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak
Pengujian selanjutnya adalah uji maka sifat toksiknya juga semakin tinggi.
pendahuluan yang bertujuan untuk Mortalitas pada perlakuan pemberian
menentukan nilai ambang atas dan nilai ekstrak disebabkan oleh pengaruh sifat
ambang bawah sehingga dapat ditentukan toksik dari ekstrak yang terlarut dalam
konsentrasi yang akan digunakan dalam media hidup larva tersebut.
penelitian selanjutnya. Meyer et al, 1982 juga
Pengujian diperoleh hasil ekstrak berpendapat bahwa suatu zat dikatakan
kloroform cangkang landak laut pada aktif atau toksik bila memiliki nilai LC50 <
konsentrasi 1000 ppm mengakibatkan 1000 ppm untuk ekstrak dan ≤ 30 ppm
kematian 100% disebut sebagai ambang suatu senyawa. Tingkat kematian hewan
atas (LC50–24 jam) dan pada konsentrasi uji nauplius Artemia sp tersebut akan
1 ppm kematian Nauplius artemia sp memberikan makna terhadap potensi
sebesar 0 % disebut sebagai ambang aktifitasnya sebagai antikanker
bawah (LC0–24 jam). Kondisi ini juga (Ghisalberti, 1993 ; Anderson, 1975).
berlaku pada sampel duri landak laut yaitu Meskipun penelitian ini tidak spesifik
didapatkan hasil kematian 100% sebagai untuk mengetahui potensi antikankernya,
ambang atas (LC 50 – 24 jam) pada namun hasil yang diperoleh dari hasil
konsentrasi 1000 ppm dan kematian 0% pengujian Brine Shrimp Lethaly Test
sebagai ambang bawah (LC0 – 24 jam) (BSLT) dengan menggunakan uji lanjutan
pada konsentrasi 1 ppm. sorfware EPA Probit Analysis Program
Uji toksisitas utama dilakukan telah menunjukkan hasil yang cukup
dengan menggunakan ekstrak kloroform memuaskan.
cangkang landak laut dan duri landak laut Suatu ekstrak dianggap sangat
dengan hewan uji Nauplius Artemia sp, toksik bila memiliki nilai LC50 di bawah 30
dengan proses pengujian menggunakan ppm, dianggap toksik bila memiliki nilai
analisa metode Brine Shrimp Lethaly Test LC50 30-1000 ppm dan dianggap tidak
(BSLT), saat melakukan pengujian toksik bila nilai LC50 di atas 1000 ppm.
menggunakan ekstrak cangkang landak Tingkat toksisitas tersebut akan memberi
laut dan duri landak laut. makna terhadap potensi aktivitasnya
Dari hasil yang diperoleh sebagai antitumor. Semakin kecil harga
menunjukkan adanya aktivitas toksisitas, LC50 semakin toksik suatu senyawa. Lebih
seperti yang telah dikemukanan oleh jauh, Meyer (1982) dan Anderson (1991)
Meyer (1982) dan Anderson (1991), yang dalam Fahmi (2010) menjelaskan bahwa
melaporkan bahwa suatu ekstrak aktifitas ketoksikan suatu ekstrak dalam
menunjukkan aktifitas toksik dalam BSLT BSLT jika ekstrak dapat menyebabkan
jika ekstrak dapat menyebabkan kematian kematian 50% larva uji pada konsentrasi
50% hewan uji pada konsentrasi kurang kurang dari 1000 ppm. Dengan demikian,
dari 1000 ppm. . Hal ini ditunjukkan dari berdasarkan nilai LC50-24 jam yang
hasil perolehan data yang berasal dari diperoleh dari ketiga ekstrak yang diujikan
pengujian yang telah dilakukan. Pada maka dinyatakan bersifat toksik.
Journal of Marine Research. Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 82

Dari hasil ke 2 sampel yang Bougis. P. 1989. Marine Plankton Ecology.


menunjukkan nilai LC50-24 jam yang American Elsevier Publishing
berbeda dapat disimpulkan bahwa ekstrak Company, New York.
yang digunakan menunjukkan bahwa Darsono dan Sukarno. 1993. Beberapa
semuanya berpotensi sebagai aspek Biologi di Nusa Dua Bali.
antimikroba. Oceanologi Indonesia 26: 13-25.
Davidson, E. H and Cammeron, R.A. 2003.
Kesimpulan Argumen For Squencing the
Berdasarkan penelitian yang Gonome Of Sea Urchin.
telah dilakukan dapat diambil Donatus I.A. 2001. Toksikologi Dasar.
kesimpulan, bahwa : Laboratorium Farmakologi dan
Toksikologi Fakultas Farmasi
1. Ekstrak kloroform cangkang dan Universitas Gajah Mada,
duri landak laut memiliki aktifitas Yogyakarta.
toksik terhadap hewan uji Nauplius Fathiyawati., 2008. Uji Toksisitas Ekstrak
Artemia sp Daun Ficus Racemosa Lterhadap
Artemia Salina Leach Dan Profil
2. Nilai toksisitas lethal (LC50-24 jam)
Kromatografi Lapis Tipis.Fakultas
terhadap Nauplius Artemia sp pada
Farmasi. UMS, Surakarta, hlm 11.
ekstrak kloroform cangkang landak
Komisi Pestisida. 1983. Pedoman Umum
laut adalah 133,58 ppm sedangkan
Pengujian Laboratorium Toksisitas
untuk ekstrak kloroform duri
Letal Pestisida pada Ikan untuk
landak laut di peroleh nilai
Keperluan Pendaftaran.
toksisitas lethal (LC50-24 jam)
Departemen Pertanian, Jakarta.
sebesar 168,167 ppm.
Lang C and Schrerther, S.C. 1976. Change
3. Ekstrak landak laut baik cangkang In Sea Urchin Population After the
maupun duri memiliki potensi Destruction of Kelp Beds marine
aktifitas biotoksik untuk Biology 36; 321-326.
antimikroba.
Meyer, B. N., Ferrigni, N. R., Putman, J.
Ucapan Terimakasih E., Jacbsen, L. B., Nicols, D. E.,
Penulis mengucapkan terimakasih and McLaughlin, J. L.,1982. Brine
kepada pihak-pihak yang membantu Shrimp : A Comvenient general
selama penelitian baik secara langsung Bioassay For Active Plant
maupun tidak langsung. Kepada reviewer Constituents. Plant Medica.
Jurnal Penelitian Kelautan Penulis Mudjiman, A., 1989. Udang Renik Air Asin
menyampaikan penghargaan atas review (Artemia Salina). Penerbit
yang sangat berharga pada jurnal ini. Bhratara, Jakarta.
Nontji. 2002. Laut Nusantara. Djambatan,
Jakarta
Daftar Pustaka Peterson, K.J, Cammeron, R.A and
Alim dan Kurniastuti. 1995. Teknik Kultur Davidson, E.H. 2000. Bilaterian
Fitoplankton dan Zooplankton. origins Significence of New
Kanisius, Yogyakarta. Experimental Observation, Dev.
Arikunto, S., 1998, Prosedur Penelitian Biology 36: 321-326.
Suatu Pendekatan Praktek, Romimohtarto. K., Sri J., 2007. Biologi
PT.Rineka Cipta, Jakarta. Laut: Ilmu Pengetahuan tentang
Azis, A. 1987. Makan dan Cara Makan Biota Laut.Ed.rev.,Cet.Ke-3.
berbagai jenis bulu babi. Djambatan, Jakarta. 237-240 hlm.
Oceanologi. XII (4) : 91-100. Robinson, T.1995. Kandungan Senyawa
Organik tumbuhan Tinggi.
Journal of Marine Research. Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 83

Diterjemahkan oleh Prof. Dr.


Kosasih padmawinata, Bandung:
ITB
Sorgeloos.P., 1980. Use or Brine Shrimp
Artemia. In Persoone. G, P.
Sorgeloos, O. Roel dan E.Jasper
(eds) Proceeding of the
International Symposium on the
Brine Shrimp, Artemia Salina.
Unversa Press, Wettern Belgium.
Pp. 25-46.

Anda mungkin juga menyukai