Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

DIAGNOSA MEDIS:
Gangguan Proses Pikir
(Di Ruang 23 Psikiatri Rumah Sakit dr. Syaiful Anwar Malang)

Oleh :
NURFAUZIAH
201820461011098

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
A. Definisi
Gangguan proses pikir adalah kondisi ketika individu mengalami gangguan
aktivitas mental seperti alam sadar, orientasi realias, pemecahan masalah, penilaian,
dan pemahaman karena kondisi koping, kepribadian, dan/atau mental yang
terganggu (Carpenito, 2009).
Gangguan proses pikir merupakan adanya suatu gangguan dan
ketidakmampuan maupun hambatan dalam proses penimbangan (judgement)
pemahaman ingatan serta penalaran (reasoning) (Townsend, 2009). Suatu proses
berpikir individu normal mengandung arus, isi, bentuk, ide, symbol dan asosiasi
yang terarah pada tujuan dan yang dibangkitkan oleh suatu masalah atau tugas
yang menghantarkan kepada suatu penyelesaian yang berorientasi kepada
kenyataan, tetapi pada individu yang mengalami gangguan dalam isi pikir atau
proses pikir melakukan penyimpangan dalam hal bentuk pikiran, arus, dan bentuk
penimbangan (Yosep, 2007).
Kelompok gangguan psikotik yang bersifat organik meliputi demensia
(Alzheimer, vaskular, penyakit lain yang terdiri dari sindrom amnesik organik
(selain kausalitas alkohol, zat psikoaktif lain), delirium, gangguan mental organik
(dengan kausa kerusakan otak, disfungsi otak, dan penyakit fisik), gangguan
kepribadian dan perilaku (akibat penyakit, kerusakan dan disfungsi otak).
Sedangkan kelompok gangguan psikotik yang bersifat fungsional meliputi
gangguan skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham (APA, 1994;
PPDGJ III, 1993; Sadock, dalam Febriyanti, 2012)

B. Klasifikasi Gangguan Proses Pikir


Terdapat tiga aspek proses pikir yaitu arus pikir, bentuk pikir, dan isi pikir yang
dibedakan menurut aspeknya, yaitu:
1) Arus Pikir
a. Koheren: Kalimat / pembicaraan dapat difahami dengan baik.
b. Inkoheren: Kalimat tidak terbentuk, pembicaraan sulit difahami.
c. Sirkumstansial: Pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai pada tujuan
pembicaraan.
d. Tangensial: Pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan
pembicaraan.
e. Asosiasi longgar: Pembicaraan tidak ada hubungan antara kalimat yang
satu dengan kalimat yang lainnya, dan klien tidak menyadarinya.
f. Flight of ideas: Pembicaraan yang melompat dari satu topik ke topik
lainnya, masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak sampai pada
tujuan.
g. Blocking: Pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal
kemudian dilanjutkan kembali
h. Perseverasi: Berulang-ulang menceritakan suatu ide, tema secara
berlebihan.
i. Logorea: Pembicaraan cepat tidak terhenti.
j. Neologisme: Membentuk kata-kata baru yang tidak difahami oleh umum.
k. Irelefansi: Ucapan yang tidak ada hubungannya dengan pertanyaan atau
dengan hal yang sedang dibicarakan.
l. Assosiasi bunyi: Mengucapkan perkataan yang mempunyai persamaan
bunyi
m. Main kata-kata: Membuat sajak secara tidak wajar.
n. Afasi: Bisa sensorik (tidak mengerti pembicaraan orang lain), motorik
(tidak bisa atau sukar berbicara)

2) Isi Pikir
a. Obsesif: Pikiran yang selalu muncul meski klien berusaha
menghilangkannya
b. Phobia: Ketakutan yang pathologis / tidak logis terhadap obyek / situasi
tertent
c. Ekstasi: Kegembiraan yang luar biasa
d. Fantasi: Isi pikiran tentang suatu keadaan atau kejadian yang diinginkan
e. Bunuh diri: Ide bunuh diri
f. Ideas of reference: Pembicaraan orang lain, benda-benda atau suatu
kejadian yang dihubungkan dengan dirinya.
g. Pikiran magis: Keyakinan klien tentang kemampuannya melakukan hal-
hal yang mustahil / diluar kemampuannya
h. Preokupasi: pikiran yang terpaku pada satu ide
i. Alienasi: Perasaan bahwa dirinya sudah menjadi lain, berbeda atau asing
j. Rendah diri: Merendahkan atau menghina diri sendiri, menyalahkan diri
sendiri tentang suatu hal yang pernah atau tidak pernah dilakukan
k. Pesimisme: Mempunyai pandangan yang suram mengenai banyak hal
dalam hidupnya
l. Waham
- Agama : Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan dan
diucapkan secara berulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan
- Somatik : Klien mempunyai keyakinan tentang tubuhnya dan dikatakan
secara berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan
- Kebesaran : Klien mempunyai keyakinan yang berlebihan terhadap
kemampuannya yang disampaikan secara berulang yang tidak
sesuai dengan kenyataan
- Curiga : Klien mempunyai keyakinan bahwa ada seseorang atau
kelompok yang berusaha merugikan atau mencederai dirinya
yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan
kenyataan
- Nihilistik : Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada didunia atau
meninggal yang dinyatakan secara berulang yang tidak sesuai
dengan kenyataan
- Kejaran : Yakin bahwa ada orang/ kelompok yang mengganggu,
dimata-matai atau kejelekan sedang dibicarakan orang
banyak
- Dosa : Keyakinan bahwa ia telah berbuat dosa atau kesalahan yang
besar yang tidak bisa diampuni
- Waham bizar
 Sisip pikir : klien yakin ada pikiran orang lain yang disisipkan di
dalam pikiran yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai
dengan kenyataan
 Siar pikir : klien yakin bahwa orang lain mengetahui apa yang dia
pikirkan walaupun dia tidak menyatakan kepada orang tersebut
yang dinyatakan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
 Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrololeh kekuatan dari
luar.

3) Bentuk pikir
a. Realistik : Cara berfikir sesuai kenyataan atau realita yang ada
b. Non realistik : Cara berfikir yang tidak sesuai dengan kenyataan
c. Autistik : Cara berfikir berdasarkan lamunan / fantasi / halusinasi /
wahamnya sendiri
d. Dereistik : Cara berfikir dimana proses mentalnya tidak ada sangkut
pautnya dengan kenyataan, logika atau pengalaman.

C. Tanda dan Gejala Gangguan Proses Pikir


Menurut Maramis (2010) dan Townsend (2009), terdapat beberapa tanda dan
gejala individu yang mengalami gangguan proses pikir yang meliputi
1) Status Mental
a. Disorientasi realita
b. Mengungkapkan sesuatu yang diyakini
c. Tidak mempercayai orang lain
d. Tidak mampu mengambil keputusan
2) Status Fisik
a. Seringkali menampilkan apa yang diyakini
b. Kebersihan diri kurang
c. Pandangan mata tidak fokus/ kontak mata kurang
d. Penurunan berat badan

D. Faktor Penyebab Terjadinya Gangguan Proses Pikir


(1) Faktor Predisposisi
a. Faktor Biologis
- Gangguan perkembangan otak, frontal dan temporal
- Lesi pada korteks frontal, temporal dan limbic
- Gangguan tumbuh kembang
b. Faktor Genetik
Gangguan orientasi realita yang ditemukan pada klien dengan skizoprenia
c. Faktor Psikologis
Adanya respon maladaptif dari seseorang terhadap konflik yang terjadi
disertai dengan ketidakefektifan dan ketidakmampuan mekanisme
koping/ dalam menangani konflik tersebut sebagai contoh adalah adanya
konflik perkawinan (perceraian atau adanya perubahan status).

(2) Faktor Presipitasi


a. Stressor sosial budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas
keluarga, perpisahan dengan orang yang paling penting, atau diasingkan
dari kelompok.
b. Faktor biokimia
Penelitian tentang pengaruh dopamine, inorefinefrin, lindolomin, zat
halusinogen diduga berkaitan dengan orientasi realita
c. Faktor psikologi
Intensitas kecemasan yang ekstrim dan menunjang disertai terbatasnya
kemampuan mengatasi masalah memungkinkan berkurangnya orientasi
realiata.

E. Rentang Respon
Adapun rentang respon manusia terhadap stress yang menguraikan tentang respon
gangguan adaptif dan malladaptif dapat dijelaskan sebagai berikut Maramis, 2010)

Rentang respon

Respon adaptif Respon maladaptif

Gangguan proses
Pikiran logis Distorsi pikiran
pikir/delusi/waham
Persepsi akurat Ilusi Halusinasi
Emosi konsisten dengan Reaksi emosi berlebihan Sulit berespon emosi
pengalaman atau kurang
Perilaku sesuai Perilaku disorganisasi
Perilaku aneh
Berhubungan sosial Isolasi sosial
Menarik diri
F. Fase Terjadinya Gangguan Proses Pikir
Menurut Yosep (2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :
1. Fase of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara
fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-
orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat
miskin dan menderita. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang
secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti dengan
self ideal sangat tinggi.
2. Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self
ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan
yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui
kemampuannya.
3. Fase control internal external
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang diyakini atau apa-apa yang
dikatakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan, tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah suatu yang sangat
berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting
dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan
tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien
mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak
benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi
dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif
tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien
tidak merugikan orang lain.
4. Fase envinment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak
berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan
dosa saat berbohong.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama (akan mempercayai dan
mendukungnya). Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri dan
menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang
tidak terpenuhi. Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham
dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.
G. Pohon Masalah

Resiko mendecerai orang lain dan diri sendiri,


EFEK
Gangguan komunikasi verbal

Muncul ide-ide aneh

Gangguan proses pikir CORE PROBLEM

Stimulus internal meningkat,
Stimulus eksternal menurun

Isolasi sosial

Harga diri rendah

Gangguan neurotransmitter ETIOLOGI


Koping individu tidak efektif

Faktor predisposisi Faktor presipitasi


Genetik Biologis
Psikologis Stres lingkungan
Perkembangan Sumber koping
PEDOMAN ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN GANGGUAN PROSES PIKIR

Nama klien :…………………….. Dx Medis :


No RM :............................ Ruangan : 23 Empati RSSA

Tindakan Keperawatan untuk Tindakan Keperawatan untuk


No
Pasien Keluarga
1 SP 1 SP 1
1. Mengidentifikasi tanda dan gejala 1. Menjelaskan masalah yang
dari gangguan proses pikir yang dirasakan keluarga dalam
dialami pasien merawat pasien
2. Membantu orientasi realita 2. Menjelaskan pengertian, tanda
3. Mendiskusikan kebutuhan yang dan gejala dan jenis gangguan
tidak terpenuhi proses pikir yang dialami pasien,
4. Membantu pasien memenuhi serta proses terjadinya
kebutuhannya 3. Menjelaskan cara merawat pasien:
5. Membantu pasien memenuhi tidak disangkal, tidak diikuti/
kebutuhannya yang realistis diterima
6. Menganjurkan pasien 4. Melatih cara mengetahui
memasukkan dalam jadwal kemampuan pasien
kegiatan 5. Menganjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan memberikan
pujian
2 SP 2 SP 2
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Melatih keluarga mempraktekkan
harian pasien cara merawat pasien dengan
2. Mendiskusikan tentang waham
kemampuan yang dimiliki 2. Melatih keluarga melakukan cara
3. Melatih kemampuan yang merawat langsung pasien
dimiliki dan memberikan pujian gangguan proses pikir
4. Memasukkan pada jadwal 3. Melatih cara melatih kemampuan
pemenuhan kebutuhan dan yang dimiliki pasien
kegiatan yang telah dilatih 4. Menganjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan memberi pujian
3 SP 3 SP 3
1. Evaluasi kegiatan pemenuhan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
kebutuhan pasien, kegiatan yang membimbing memenuhi
dilakukan pasien dan berikan kebutuhan pasien dan
pujian. membimbing pasien
2. Jelaskan tentang obat yang melaksanakan kegiatan yang telah
diminum (6 benar: jenis, guna, dilatih. Beri pujian.
dosis, frekuensi, cara, kontinuitas 2. Jelaskan obat yang diminum oleh
minum obat) pasien dan cara membimbingnya.
3. Masukkan pada jadwal 3. Anjurkan membantu pasien
pemenuhan kebutuhan, kegiatan sesuai jadwal dan memberi
yang telah dilatih dan obat. pujian.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo. 2003

Tim Direktorat Keswa. Standart asuhan keperawatan kesehatan jiwa.Edisi 1. Bandung:


RSJP.2000

Direja. S. H, Ade. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta. Nuha Medika

Damaiyanti, Mukhripah & Iskandar. 2012. Asuhan Keperatan Jiwa. Gunarsa, Aep (ed).
Bandung : PT Refika Aditama.

Kusumawati dan Hartono. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika

Maramis, W. F. 2010. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi Ke-2. Surabaya: Airlangga
University Press.

Stuart, G. W. 2006. Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Townsend, M. C. 2009. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan


Psikiatri Edisi ke- 10. Jakarta: EGC

Yosep, I. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aolitama

Anda mungkin juga menyukai