QnA Belajar Islam Belajar Toleransi (Revisi) - 2 PDF
QnA Belajar Islam Belajar Toleransi (Revisi) - 2 PDF
Penanggung Jawab
Siti Kholisoh
Davida Ruston Khusen
Penulis
Fariz Alniezar
Moh. Faiz Maulana
Dwi Putri
Ibnu Atoirahman
Fuadul Umam
Ibnu Athoillah
Qowimul Adib
Editor
Kalis Mardiasih
Q&A
Belajar Islam, Belajar Toleransi
Penanggung Jawab:
Siti Kholisoh
Davida Ruston Khusen
Penulis:
Fariz Alniezar
Moh. Faiz Maulana
Dwi Putri
Ibnu Atoirahman
Fuadul Umam
Ibnu Athoillah
Qowimul Adib
Editor:
Kalis Mardiasih
Sampul:
Pinandito Anjas Wicaksono
Penyelia Aksara:
Ahmad Saeroji
Halaman:
194 halaman
Ukuran:
12,8 cm x 19,7 cm
WAHID FOUNDATION
Griya Gus Dur, Jl. Taman Amir Hamzah No. 8 Pegangsaan Menteng
Jakarta Pusat 10320
Telp : +62 21 – 3145671
Faks : +62 21 – 3928250
info@wahidinstitute.org
www.wahidfoundation.org
DAFTAR ISI
Belajar Bertoleransi 1
Menghadapi Kelompok yang Berbeda 11
Daripada Nge-judge, Mending Positif Thinking 19
Katanya Dakwah itu Wajib 27
Indonesia itu Sudah Bersyariah Banget 35
Cara Anak Muda Bela Agama 43
Yang Mesti Kita Tahu tentang Khilafah 51
Menyebar Hoax Sama Dengan Menyebar Fitnah 59
Jangan Takut Bertabayun 67
Benarkah Islam Punya Musuh? 73
Umat Islam yang Merdeka 81
Yang Syar’i, yang Mana? 89
Yang Terpenting dari Hijrah 97
v
Alergi dengan Liberalisme 103
Mengucapkan Selamat Natal, Merusak Akidah? 111
So, Aurat Perempuan itu.... 119
Jilbab 127
Belajar Islam dari Mana? 135
Pasang Foto Selfie itu Boleh Nggak Sih? 141
Berteman dengan yang Berbeda Agama 147
Lalu, Kriteria Apa Saja Seseorang Layak
Dipilih Menjadi Pemimpin? 157
“Ishlah” dalam Islam 161
Jihad yang Membawa Berkah 167
Berpikir Kritis itu Harus 173
vi
PENGANTAR EDITOR
vii
Jika boleh menengok kembali pada masa-masa terbaik di
usia sekolah itu, saya tetap ingin jadi anak Rohis. Namun
dengan beberapa catatan: saya tidak ingin membatasi diri
sendiri untuk banyak hal hanya karena kesadaran berpikir
kritis saya dibatasi oleh kepentingan beberapa pihak.
Beberapa pengalaman seperti sering membantah orang
tua, lalu ingin berangkat berjihad karena terlalu sering
mendengar yel-yel jihad, coba saya jadikan kenangan yang
kocak saja meskipun sedikit miris. Tapi, saya tetap sedih
setiap kali mengingat mentor-mentor yang mengontrol saya
untuk menjauhi sebagian buku-buku pemikiran maupun
buku-buku fiksi, menolak berkesenian, membatasi akses
pergaulan dengan memberikan informasi bahwa organisasi
tertentu katanya sesat dan menanamkan keyakinan kepada
kami bahwa kamilah yang pemahamannya paling benar.
viii
bahwa sebetulnya pikiran dan kedirianmu dapat belajar
banyak hal pada masa dan kesempatan terbaik dalam
hidupmu, tapi kamu tidak melakukan hal itu hanya karena
ketakutan tak berdasar.
ix
jadi beban serupa buih. Remaja Islam yang religius boleh
tetap berprestasi di bidang sains dan teknologi, kesenian,
politik, wawasan lokal maupun global, itulah yang misi yang
diangkat Wahid Foundation lewat buku ini.
Salam
Kalis Mardiasih
x
PENGANTAR
WAHID FOUNDATION
xi
ini? Sejauh mana kita sudah menyajikan informasi-informasi
keagamaan yang mampu menjawab keresahan mereka?
xii
Oleh karena itu, yang penting digarisbawahi adalah
bagaimana menyampaikan pesan dan informasi melalui cara
yang mampu menarik minat kalangan muda hari ini. Bukan
literasi rendah yang menjadi pokok masalah. Kalangan muda
hari ini, khususnya di arena perkotaan yang akrab dengan
dunia digital, memiliki kemampuan tinggi dalam menyerap
informasi. Seluruh informasi yang beredar cepat dan deras
itu berebut perhatian dengan banyak cara. Digital native,
yang identik dengan generasi muda, akan menangkap dan
menyebarkan kembali informasi yang paling menarik selera
mereka. Pesan toleransi dan Islam damai, karena itu, perlu
disuguhkan dengan cara yang menarik dan mudah diserap
generasi muda saat ini.
xiii
dan Davida Ruston Khusen yang telah membantu proses
penerbitan buku ini sampai ke tangan pembaca. Semoga
buku ini memberi sumbangsih berarti bagi persemaian
toleransi dan Islam damai. Selamat membaca.
Mujtaba Hamdi
xiv
Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 1
Sebagian orang berpendapat
bahwa toleransi itu sama dengan
perilaku menggadaikan akidah
dan mengakui akidah orang yang
berbeda agama, sehingga secara
otomatis kita telah keluar dari
ajaran agama Islam, bener gak sih?
W
ah, masa sih seperti itu? Mari berpikir sejenak
untuk meluaskan pandangan kita. Kita mulai
dengan memeriksa definisi toleransi, yuk.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), toleransi
berasal dari kata toleran yang berarti bersifat atau bersikap
menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan)
pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan,
kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan
dengan pendirian sendiri.
َّاس إِنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن ذَ َك ٍر َوأُنـْثَ ٰى َو َج َع ْلنَا ُك ْمُ يَا أَيـَُّها الن
ج
ُشعُوبًا َوقـَبَائِ َل لِتـََع َارفُوا ج إِ َّن أَ ْكَرَم ُك ْم ِعْن َد اللَّ ِه أَتـَْقا ُك ْم
ِ ِإِ َّن اللَّهَ َعل
ٌيم َخبري ٌ
Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian
Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh,
Allah Maha Mengetahui, Maha teliti.” (QS Al-Hujurat: 13)
َوَل أَنـْتُ ْم2 َل أ َْعبُ ُد َما تـَْعبُ ُدو َن1 قُ ْل يَا أَيـَُّها الْ َكافُِرو َن
َوَل أَنـْتُ ْم4 َوَل أَنَا َعابِ ٌد َما َعبَ ْد ُْت3 َعابِ ُدو َن َما أ َْعبُ ُد
6 ل ِدي ِن ِ ِ
َ لَ ُك ْم دينُ ُك ْم َو5 َعاب ُدو َن َما أ َْعبُ ُد
ِ
ىل أ َْم َوالِ ُك ْم َولَ ِك ْن يـَْنظُُرِ ِ ُ إِ َّن اهللَ الَ يـَْنظُر ِإل
َ ص َورُك ْم َوالَ إ َ ُ
إِ َل قـُلُ ْوبِ ُك ْم َوأ َْع َمالِ ُك ْم
ِ
ِ ُاسق بِنَبٍإ فـتَبـيـَّنُوا أَ ْن ت ِ ِ َّ
صيبُوا َ َ َ ٌ َين َآمنُوا إ ْن َجاءَ ُك ْم ف َ يَا أَيـَُّها الذ
ِِ ٍ ِ
َ صبِ ُحوا َعلَ ٰى َما فـََع ْلتُ ْم نَادم
ني ْ ُقـَْوًما بَ َهالَة فـَت
َخبـََرنَا األ َْوَز ِاع ُّى َح َّدثـَنَا ٍ َّ اص ٍم الض ِ ح َّدثـنَا أَبو ع
ْ اك بْ ُن مَْلَد أ ُ َّح َ ُ َ َ
ِ ِ ِ
َح َّسا ُن بْ ُن َعطيَّةَ َع ْن أَِب َكْب َشةَ َع ْن َعْبد اللَّه بْ ِن َع ْم ٍرو
ال «بـَلِّغُوا َع ِّن َولَ ْو َ َ ق- صلى اهلل عليه وسلم- َّب َّ َِن الن َّ أ
ِ ِ
ب َعلَ َّى َ َوَم ْن َك َذ،يل َوالَ َحَر َج َ َو َح ِّدثُوا َع ْن بَِن إ ْسَرائ،ًآيَة
»متـََع ِّم ًدا فـَْليَتَبـََّوأْ َم ْق َع َدهُ ِم َن النَّا ِر
ُ
ِ ِ ِ ِ َّ
ُُخ ِر ُجوا م ْن ديَا ِره ْم بِغَ ِْي َح ٍّق إَِّل أَ ْن يـَُقولُوا َربـُّنَا اللَّه ْ ين أ
َ الذ
قلى
وب
ٌ ُنس َلُ ْم قـُل ْ َّم َكثِ ًريا ِّم َن
ِ الِ ِّن َوا ِإل ِ
َ َولََق ْد َذ َرأْنَا لَ َهن
ص ُرو َن ِبَا َوَلُ ْم آ َذا ٌنِ ي الَّ يـب ِ
ُْ ٌ ُ الَّ يـَْف َق ُهو َن بَا َوَلُ ْم أ َْع
ِ
كَ َِض ُّل أ ُْولَئ
َ ك َكاألَنـَْع ِام بَ ْل ُه ْم أَ ِالَّ يَ ْس َمعُو َن بَا أ ُْولَئ
ُه ُم الْغَافِلُو َن
Kala itu, di Arab ada turba dan ada berbagai macam gaya
khimar seperti halnya Indonesia yang sedang tren dengan
adanya gaya hijab syar’i yang menjuntai menutupi dada
seperti saat ini. Ini menimbulkan suatu kecenderungan
tertentu. Ulama-ulama terdahulu ada juga yang istrinya
tidak mengenakan kerudung. Misalnya istri dari Buya
Hamka. Artinya, dalam hal ini kita tidak hanya sedang
berbicara soal agama, akan tetapi juga persoalan budaya.
Ringkasnya bagaimana?
Ada banyak cara lho yang bisa kita lakukan untuk membantu
saudara-saudara kita yang sedang dilanda konflik.
Wilayah berpikir kritis kita saat ini dimulai dari media sosial
yang menjadi wadah kebebasan bagi semua orang, termasuk
bebas menuangkan berbagai macam pemikiran. Pemikiran
fundamentalis, konservatif, wacana kiri, komunisme,
dan lain sebagainya terdapat di media sosial. Karena
hal inilah, daya kritis harus tercipta supaya ruang-ruang
yang memungkinkan terjadinya kecacatan berpikir tidak
terjadi. Pemuda sudah mampu memilah mana berita hoaks
dan mana berita yang sebenarnya dengan menganalisis,
mengevaluasi, dan menyimpulkan berita yang ada di media
http://www.nu.or.id/post/read/65682/islam-agama-
perdamaian-bukan-perang
http://www.nu.or.id/post/read/78456/islam-bukan-agama-
teror