Anda di halaman 1dari 196

Sanksi Pelanggaran Pasal 113

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta


(1) Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak
ekonomi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf i untuk
penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(2) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta
atau pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi
pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf
c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk penggunaan secara
komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta
atau pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi
pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf
a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk penggunaan secara
komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).
(4) Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
Q&A
Belajar Islam, Belajar Toleransi

Penanggung Jawab
Siti Kholisoh
Davida Ruston Khusen

Penulis
Fariz Alniezar
Moh. Faiz Maulana
Dwi Putri
Ibnu Atoirahman
Fuadul Umam
Ibnu Athoillah
Qowimul Adib

Editor
Kalis Mardiasih
Q&A
Belajar Islam, Belajar Toleransi

Penanggung Jawab:
Siti Kholisoh
Davida Ruston Khusen

Penulis:
Fariz Alniezar
Moh. Faiz Maulana
Dwi Putri
Ibnu Atoirahman
Fuadul Umam
Ibnu Athoillah
Qowimul Adib

Editor:
Kalis Mardiasih

Design & Layout:


Oktanta Tri H. & Pinandito Anjas Wicaksono

Sampul:
Pinandito Anjas Wicaksono

Penyelia Aksara:
Ahmad Saeroji

Halaman:
194 halaman

Ukuran:
12,8 cm x 19,7 cm

Cetakan ke -1, Juni 2019


Diterbitkan Wahid Foundation
ISBN 978-602-7891-11-1

WAHID FOUNDATION
Griya Gus Dur, Jl. Taman Amir Hamzah No. 8 Pegangsaan Menteng
Jakarta Pusat 10320
Telp : +62 21 – 3145671
Faks : +62 21 – 3928250
info@wahidinstitute.org
www.wahidfoundation.org
DAFTAR ISI

Pengantar Editor vii


Pengantar Wahid Foundation xi

Belajar Bertoleransi 1
Menghadapi Kelompok yang Berbeda 11
Daripada Nge-judge, Mending Positif Thinking 19
Katanya Dakwah itu Wajib 27
Indonesia itu Sudah Bersyariah Banget 35
Cara Anak Muda Bela Agama 43
Yang Mesti Kita Tahu tentang Khilafah 51
Menyebar Hoax Sama Dengan Menyebar Fitnah 59
Jangan Takut Bertabayun 67
Benarkah Islam Punya Musuh? 73
Umat Islam yang Merdeka 81
Yang Syar’i, yang Mana? 89
Yang Terpenting dari Hijrah 97

v
Alergi dengan Liberalisme 103
Mengucapkan Selamat Natal, Merusak Akidah? 111
So, Aurat Perempuan itu.... 119
Jilbab 127
Belajar Islam dari Mana? 135
Pasang Foto Selfie itu Boleh Nggak Sih? 141
Berteman dengan yang Berbeda Agama 147
Lalu, Kriteria Apa Saja Seseorang Layak
Dipilih Menjadi Pemimpin? 157
“Ishlah” dalam Islam 161
Jihad yang Membawa Berkah 167
Berpikir Kritis itu Harus 173

Daftar Bacaan 179

vi
PENGANTAR EDITOR

Saya bangga pernah jadi anak Rohis. Setiap hari, saya


berangkat ke sekolah dengan perasaan bersemangat
seolah seharian itu banyak hal baik akan terjadi. Sepagi
mungkin, anak-anak Rohis sudah ada di musala untuk
menyempatkan diri melaksanakan salat duha. Ketika
istirahat kedua di siang hari, anak-anak Rohis berjamaah
salat zuhur. Sepulang sekolah, musala akan penuh dengan
anak-anak “aktivis” yang mengadakan rapat, membaca buku
di perpustakaan musala, melingkar untuk halakah, atau
sekadar berbincang dengan teman-teman karena malas
pulang cepat. Hampir setiap bulan para alumni Rohis yang
telah menjadi mahasiswa mentereng di banyak perguruan
tinggi negeri menyempatkan diri untuk pulang dalam rangka
memberi pelatihan-pelatihan pengembangan diri, yang
tentu saja gratis. Saya, yang ketika itu tidak punya bakat
lain untuk bergabung dalam ekstrakurikuler basket atau
punya daya tarik yang cukup untuk masuk dalam sebuah
band, misalnya, menjadi diakui karena ada sebuah wadah
bernama organisasi Rohani Islam.

vii
Jika boleh menengok kembali pada masa-masa terbaik di
usia sekolah itu, saya tetap ingin jadi anak Rohis. Namun
dengan beberapa catatan: saya tidak ingin membatasi diri
sendiri untuk banyak hal hanya karena kesadaran berpikir
kritis saya dibatasi oleh kepentingan beberapa pihak.
Beberapa pengalaman seperti sering membantah orang
tua, lalu ingin berangkat berjihad karena terlalu sering
mendengar yel-yel jihad, coba saya jadikan kenangan yang
kocak saja meskipun sedikit miris. Tapi, saya tetap sedih
setiap kali mengingat mentor-mentor yang mengontrol saya
untuk menjauhi sebagian buku-buku pemikiran maupun
buku-buku fiksi, menolak berkesenian, membatasi akses
pergaulan dengan memberikan informasi bahwa organisasi
tertentu katanya sesat dan menanamkan keyakinan kepada
kami bahwa kamilah yang pemahamannya paling benar.

Sayangnya, saya terlalu lama berada dalam fase serba


terbatas dan terkontrol itu. Kelak, ketika menjadi mahasiswa,
saya menyadari bahwa berpikir kritis adalah hal yang sangat
berharga, dan berkeputusan secara mandiri, termasuk dalam
meyakini sesuatu adalah hak setiap orang. Saya merasa
sudah tertinggal terlalu jauh. Saya mengejar ketertinggalan
dalam membaca banyak buku bagus, bertemu dengan lebih
banyak orang dan menghilangkan perasaan seolah-olah saya
adalah satu-satunya orang yang akan mengubah keadaan
dunia dari dalam diri. Kenyataannya, buku-buku itu, klaim-
klaim kesesatan orang itu dan doktrin ketakutan kepada
semua hal yang berbeda dari diri kita (umat Islam), sama
sekali tidak benar. Perasaan menyesal itu datang dari fakta

viii
bahwa sebetulnya pikiran dan kedirianmu dapat belajar
banyak hal pada masa dan kesempatan terbaik dalam
hidupmu, tapi kamu tidak melakukan hal itu hanya karena
ketakutan tak berdasar.

Waktu memang tidak bisa dibeli kembali. Itulah mengapa


seandainya saya boleh jadi anak Rohis lagi, saya berharap
bisa membaca buku panduan yang dikurasi oleh Tim Wahid
Foundation ini. Buku ini menjelaskan beberapa kata kunci
penting, seperti toleransi, warga negara, khilafah, jihad,
jilbab, hidayah, sampai persoalan khas remaja seperti
pacaran atau boleh tidaknya mengucapkan selamat natal
dengan metode berpikir kritis. Para penulis hanya mencoba
menghadirkan beragam pemikiran dari para ahli tafsir atau
ahli fikih yang telah ada dengan disertai konteks, namun
tidak mencoba mengontrol pikiran para pembacanya. Salah
satu bab dalam buku ini juga menyajikan masalah yang
sangat kontekstual, yakni perihal literasi digital, terkait
dengan cara memilah informasi keagamaan yang valid serta
bagaimana cara menjadi user internet yang bertanggung
jawab.

Saya sangat mengapresiasi upaya Wahid Foundation dalam


menghadirkan buku panduan untuk anak Rohis ini. Para
remaja berhak memiliki kesadaran kritisnya sendiri. Menjadi
pemeluk agama yang mengikuti perkembangan zaman
sehingga dapat memberi solusi untuk masyarakat sekitar
kita sesuai zaman adalah kewajiban tiap-tiap umat Islam.
Jumlah umat Islam yang mayoritas di Indonesia harus tampil
sebagai kebanggaan serta aset bangsa lewat kiprah, bukan

ix
jadi beban serupa buih. Remaja Islam yang religius boleh
tetap berprestasi di bidang sains dan teknologi, kesenian,
politik, wawasan lokal maupun global, itulah yang misi yang
diangkat Wahid Foundation lewat buku ini.

Salam

Kalis Mardiasih

x
PENGANTAR
WAHID FOUNDATION

Banyak yang mengeluhkan rendahnya literasi kalangan


pemuda dan remaja hari ini. Konon mereka mudah termakan
berita palsu, terlebih ketika berita palsu tersebut dibumbui
pesan-pesan agama. Sebagian orang juga mengatakan
mereka mudah dipengaruhi, gampang disihir oleh figur-figur
idola. Apalagi ketika figur idola tersebut berpenampilan
agamis dan senantiasa menyitir ayat-ayat kitab suci dalam
kata-kata dan posting sosial media, kalangan pemuda dan
remaja ini akan ramai-ramai mengikuti figur idola ini sebagai
sosok pembawa kebenaran yang nyaris tanpa cela. Banyak
yang menggerutu atas fenomena ini. Masih maraknya
peredaran siar kebencian berbalut agama di berbagai media
sosial disinyalir juga akibat rendahnya literasi kalangan
pemuda dan remaja itu.

Namun, permasalahannya, tawaran menarik apa yang


sudah kita berikan kepada kalangan pemuda dan remaja

xi
ini? Sejauh mana kita sudah menyajikan informasi-informasi
keagamaan yang mampu menjawab keresahan mereka?

Buku ini merupakan salah satu tawaran bagi kalangan


remaja dan pemuda yang membutuhkan jawaban atas
kegelisahan mereka. Sengaja disuguhkan dalam format
tanya-jawab untuk mempermudah bacaan. Pertanyaan-
pertanyaan yang muncul pada setiap tema merupakan
pertanyaan-pertanyaan yang kerap dilontarkan kalangan
siswa SMU/SMK dan pemuda melalui berbagai diskusi
dengan Wahid Foundation, secara online maupun offline.
Terkadang, pertanyaan itu sederhana dan tampak tidak
mengandung permasalahan krusial, namun jika ditilik lebih
jauh, dampaknya luar biasa besar.

Sebagai contoh, muncul pertanyaan, “Apa salahnya sih


dakwah? Bukankah Nabi Muhammad juga memerintahkan
‘sampaikanlah dariku walau satu ayat’?” Pertanyaan ini
mencuat biasanya ketika ada sosok-sosok yang baru belajar
agama tetapi sudah disebut “ustad” dan berdakwah di mana-
mana. Di buku ini, jawaban berbasis dalil naqli disampaikan,
tetapi lebih dari itu juga disuguhkan uraian bersandar nalar
analogis. Contohnya analogi seperti ini. Orang yang baru hafal
satu atau dua hadis dan beberapa ayat Al-Quran kemudian
memutuskan menjadi pendakwah itu sama dengan orang awam
membaca buku kedokteran lalu kemudian buka praktik. Apa
yang akan terjadi? Bisa dipastikan akan malpraktik dan salah
diagnosa terhadap pasien yang dampaknya justru menyebabkan
kematian. Dengan analogi seperti ini, jawaban bisa lebih
mudah ditangkap dan dipahami.

xii
Oleh karena itu, yang penting digarisbawahi adalah
bagaimana menyampaikan pesan dan informasi melalui cara
yang mampu menarik minat kalangan muda hari ini. Bukan
literasi rendah yang menjadi pokok masalah. Kalangan muda
hari ini, khususnya di arena perkotaan yang akrab dengan
dunia digital, memiliki kemampuan tinggi dalam menyerap
informasi. Seluruh informasi yang beredar cepat dan deras
itu berebut perhatian dengan banyak cara. Digital native,
yang identik dengan generasi muda, akan menangkap dan
menyebarkan kembali informasi yang paling menarik selera
mereka. Pesan toleransi dan Islam damai, karena itu, perlu
disuguhkan dengan cara yang menarik dan mudah diserap
generasi muda saat ini.

Wahid Foundation berharap buku ini mampu menjadi alat


bantu bagi kalangan remaja dan pemuda untuk memahami
toleransi dan Islam damai. Buku ini memuat lebih dari
20 tema keislaman yang muncul belakangan, termasuk
isu-isu kontroversial yang kerap beredar di media sosial
seperti ucapan selamat hari raya kepada agama lain, debat
tentang aurat, kunjungan ke rumah ibadah agama lain,
khilafah, hingga masalah liberalisme. Wahid Foundation
melibatkan penulis-penunlis andal untuk merespon secara
memadai pertanyaan-pertanyaan tersebut, dengan tetap
mengedepankan tutur bahasa yang mudah dipahami.

Atas terbitnya buku ini, Wahid Foundation mengucapkan


banyak terimakasih kepada segenap penulis Fariz Alniezar,
Moh. Faiz Maulana, Dwi Putri, Ibnu Atoirahman, Fuadul
Umam, Ibnu Athoillah, Qowimul Adib, juga Siti Kholisoh

xiii
dan Davida Ruston Khusen yang telah membantu proses
penerbitan buku ini sampai ke tangan pembaca. Semoga
buku ini memberi sumbangsih berarti bagi persemaian
toleransi dan Islam damai. Selamat membaca.

Griya Gus Dur, 25 Juli 2019

Mujtaba Hamdi

Direktur Eksekutif Wahid Foundation

xiv
Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 1
Sebagian orang berpendapat
bahwa toleransi itu sama dengan
perilaku menggadaikan akidah
dan mengakui akidah orang yang
berbeda agama, sehingga secara
otomatis kita telah keluar dari
ajaran agama Islam, bener gak sih?
W
ah, masa sih seperti itu? Mari berpikir sejenak
untuk meluaskan pandangan kita. Kita mulai
dengan memeriksa definisi toleransi, yuk.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), toleransi
berasal dari kata toleran yang berarti bersifat atau bersikap
menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan)
pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan,
kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan
dengan pendirian sendiri.

Tidak ada istilah “menggadaikan” dalam pengertian toleran.


Sehingga, ketika disambung dengan kata beragama,
makna toleransi beragama dapat diartikan sebagai sikap
menghargai atau membolehkan perbedaan antar agama.

Selanjutnya, kita lihat praktik kehidupan sehari-hari yang


secara tidak sadar sering kita lakukan. Ketika berbelanja,
kita terbiasa antre menunggu giliran untuk dilayani setelah
memilih barang-barang yang ada di rak yang sama untuk
setiap pembeli. Ketika membayar di kasir, kita menunggu
dengan seksama sesuai nomor urut kedatangan tanpa
melihat asal suku, agama dan warna kulit. Kita rela

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 3


menunggu giliran karena merasa memiliki kepentingan yang
sama sesuai dengan kebutuhan kita.

Bersikap toleran di tengah kehidupan bermasyarakat


hakikatnya sangat berbeda dengan mengikuti ajaran agama
lain. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bertoleransi
berarti kita mau memahami orang lain sesuai kebutuhannya
masing-masing dalam konteks kehidupan sosial.

Tahu nggak sih, dalam konteks kebangsaan sebagai warga


negara, seorang muslim maupun non-muslim di Indonesia,
memiliki hak-hak yang setara yang telah dijamin dalam UUD
1945 loh!

Ini nih, hak-hak pemeluk agama sebagai warga negara yang


perlu kalian pahami, antara lain:
a. Hak untuk hidup dengan damai dan aman;
b. Hak untuk diperlakukan dengan baik;
c. Hak untuk mendirikan rumah ibadah dan beribadah
sesuai dengan keyakinan dan;
d. Hak persamaan dan keadilan.

Dalam pergaulan di lingkungan sekolah, kantor atau


masyarakat, kita kerap kali bersinggungan dengan
teman yang berbeda keyakinan dan agama. Pada banyak
kesempatan, kita tergabung dalam satu kelompok dengan
saudara kita yang non-muslim untuk menjalankan tugas
sekolah maupun pekerjaan. Apakah kita mesti menolak
bekerjasama dengan teman yang berbeda agama, padahal
pekerjaan yang menjadi tugas kita harus diselesaikan

4 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


bersama-sama? Tentu tidak demikian. Kita harus terus
bekerjasama untuk menyelesaikan tugas-tugas itu tanpa
memandang latar agama dan keyakinan.

Contoh lain, ketika ada kegiatan gotong royong


membersihkan lingkungan di sekitar rumah. Masyarakat
yang berbeda-beda identitas, baik agama, suku, maupun
ras pun membaur. Jika kita tidak ikut dalam kegiatan
gotong royong karena tidak mau berbagi pekerjaan dengan
saudara yang berbeda agama, mungkin kelak pun tidak ada
tetangga yang mau membersihkan sekitar rumah kita. Lama
kelamaan, kohesi sosial akan retak. Hal semacam itu tentu
sangat disayangkan, bukan?

Selama hidup, Nabi Muhammad Saw. sangat baik kepada


orang-orang non-muslim yang tidak menantang perang atau
mengancam keselamatan umat Islam. Salah satu riwayat
yang patut dijadikan teladan adalah kisah Nabi Muhammad
Saw. yang sering diludahi orang non-muslim sepulang
beliau dari masjid. Pada suatu ketika, berhari-hari Nabi
lewat jalan yang sama, akan tetapi ia bertanya-tanya dalam
hati mengapa orang yang biasa meludah kepadanya tidak
nampak. Akhirnya, dicarilah orang tersebut yang ternyata
ia sedang sakit. Rasulullah Saw., sebagaimana akhlaknya
yang mulia pun datang menjenguk. Di akhir kisah, orang non-
muslim yang pada awalnya belum mau menerima dakwah
Rasulullah pun akhirnya menerima Islam.

Jadi, toleransi yang kita praktikkan dalam kehidupan sosial


dalam konteks berbangsa dan bernegara hukumnya boleh

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 5


bahkan sangat dianjurkan menurut ajaran Islam. Kita harus
bisa membedakan tanggung jawab sosial kita sebagai
anggota masyarakat dengan tanggung jawab pribadi kita
terhadap akidah di hadapan Allah Swt.

Apakah Islam menganjurkan untuk kita bertoleransi?

Ya. Islam mengajarkan sekaligus sangat menganjurkan kita


untuk bertoleransi dengan sesama muslim maupun non-
muslim dalam hal sosial sebagai warga masyarakat dan
sesama manusia. Landasannya sebagaimana dalam firman
Allah Swt. berikut:

‫َّاس إِنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن ذَ َك ٍر َوأُنـْثَ ٰى َو َج َع ْلنَا ُك ْم‬ُ ‫يَا أَيـَُّها الن‬
‫ج‬
‫ُشعُوبًا َوقـَبَائِ َل لِتـََع َارفُوا ج إِ َّن أَ ْكَرَم ُك ْم ِعْن َد اللَّ ِه أَتـَْقا ُك ْم‬
ِ ِ‫إِ َّن اللَّهَ َعل‬
ٌ‫يم َخبري‬ ٌ
Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian
Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh,
Allah Maha Mengetahui, Maha teliti.” (QS Al-Hujurat: 13)

Islam juga menghormati keberadaan agama-agama lain


sebagaimana dihalalkannya makanan sembelihan golongan

6 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani). Selain itu diperbolehkannya
seorang muslim menikahi perempuan mereka yang baik
dan mampu menjaga kehormatannya juga menjadi salah
satu bukti nyata bahwa Islam sangat toleran. Hal ini sesuai
dengan firman Allat Swt. yang disebutkan dalam al-Quran
Surah Al-Maidah ayat 5.

Nabi Muhammad Saw. sangat bertoleransi terhadap non-


muslim. Kita pasti ingat bahwa Nabi Muhammad Saw.
memiliki seorang paman yang sampai akhir hayatnya tidak
memeluk Islam, yakni Abu Thalib. Abu Thalib adalah salah
satu orang yang selalu mendukung dakwah Nabi Muhammad
Saw., namun tidak mau masuk Islam. Sampai menjelang ajal,
beliau masih berusaha diajak masuk Islam dengan cara yang
baik, bukan dibenci, dicaci maki apalagi diperangi.

Dari penjelasan tersebut, sangat jelas bahwa al-Quran


mengajarkan kita untuk menghormati perbedaan dan
menghargai prinsip-prinsip kemajemukan. Hal itu
merupakan realitas yang dikehendaki oleh Allah Swt. Inilah
poin penting toleransi.

Di Arab Saudi, yang notabene merupakan tempat


diturunkannya agama Islam pun sangat menghormati warga
dan para pendatang non-muslim. Indonesia selayaknya juga
harus memiliki sikap yang lebih toleran. Karena Indonesia
lahir dalam kondisi yang telah memiliki banyak agama dan
kepercayaan lain sebelum masuknya agama Islam.

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 7


Sampai sejauh mana sih batasan orang bertoleransi ?

Toleransi bisa diterapkan dalam interaksi sosial


bermasyarakat dan kemanusiaan. Batasan toleransi adalah
dalam persoalan akidah, yaitu mengimani Tuhan agama lain
dan mengikuti ajaran agamanya. Batasan ini berdasarkan
al-Quran, tepatnya dalam Surah al-Kafirun:

‫ َوَل أَنـْتُ ْم‬2 ‫ َل أ َْعبُ ُد َما تـَْعبُ ُدو َن‬1 ‫قُ ْل يَا أَيـَُّها الْ َكافُِرو َن‬
‫ َوَل أَنـْتُ ْم‬4 ‫ َوَل أَنَا َعابِ ٌد َما َعبَ ْد ُْت‬3 ‫َعابِ ُدو َن َما أ َْعبُ ُد‬
6 ‫ل ِدي ِن‬ ِ ِ
َ ‫ لَ ُك ْم دينُ ُك ْم َو‬5 ‫َعاب ُدو َن َما أ َْعبُ ُد‬
ِ

Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Wahai orang-orang kafir!


(1) Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, (2)
dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah, (3) dan
aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
(4) dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang
aku sembah. (5) Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.
(6)” (QS Al-Kafirun :1-6)

Menurut riwayat, Surah al-Kafirun turun saat beberapa


tokoh kaum musyrikin datang kepada Nabi Muhammad
Saw. dan mengajak untuk saling mengikuti keyakinan dan
melaksanakan ajaran secara bergantian. Ajakan ini ditolak
oleh Rasulullah Saw. dengan baik dan bijak.

8 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


Lalu, apa sih manfaat menjadi anak muda yang toleran?

Manfaat toleransi sangat banyak, antara lain sebagai


berikut:

Pertama, Memiliki banyak teman dan kolega. Menjadi


pribadi menyenangkan yang tidak membatasi diri dalam
pergaulan sosial dan budaya. Membuat kita mendapatkan
banyak teman yang bisa menjadi salah satu jalan untuk
mengembangkan kesempatan dan meluaskan rezeki kita.

Kedua, Dapat mempertebal keimanan. Dengan menghargai


dan menghormati teman atau kolega yang berbeda agama,
kita justru akan mampu mengukur keimanan kita, apakah
kita kuat atau tidak jika menghadapi suatu perbedaan yang
menantang kekuatan iman kita.

Ketiga, Meningkatkan rasa persaudaraan untuk merekatkan


hubungan sesama manusia. Jika kita memiliki rasa toleransi,
maka kita akan menganggap non-muslim sebagai saudara
sesama manusia yang sama-sama menjalani kehidupan di
dunia ini. Sesuai kodrat manusia sebagai makhluk sosial,
kita tidak dapat hidup sendiri.

Keempat, Menghindarkan adanya perpecahan di lingkungan


masyarakat. Sebagai warga di negara yang majemuk dengan
sekian banyak agama, suku, dan ras. Sudah selayaknya
kita bekerjasama untuk merawat harmoni berbangsa
kita dari berbagai hal yang berpotensi membuatnya
tergoncang. Seperti halnya dulu nenek moyang kita
merebut kemerdekaan dengan bersatu padu menyatukan

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 9


kekuatan dari berbagai daerah dengan beragam suku, ras,
dan agamanya.

Kelima, Mudah mencapai kata mufakat. Islam menganjurkan


kita menyelesaikan suatu masalah dengan musyawarah.
Para pendiri bangsa ini telah mengajarkan toleransi sehingga
terwujudlah negara merdeka bernama Indonesia dengan
landasan Pancasila, Bhineka Tunggal Ika dan UUD 1945.

Keenam, Melatih kita untuk saling menghargai. Tidak


bisa dipungkiri lagi bahwa toleran adalah kunci untuk
mewujudkan ketentraman di tengah masyarakat. Dengan
saling menghargai, kita tidak akan merasa takut jika bertemu
dengan orang yang berbeda agama, suku, dan ras sehingga
tidak menimbulkan masalah SARA.

Ketujuh, Pembangunan akan lebih cepat terlaksana.


Masyarakat yang mampu bertoleransi akan menciptakan
ekosistem sosial yang rukun, aman, tertib, damai. Masyarakat
yang mampu bertoleransi menyukai gotong royong dalam
kebaikan yang merupakan satu dari nilai kearifan lokal
bangsa Indonesia. Dengan terciptanya ketertiban dan dan
kedamaian, pembangunan akan mudah terlaksana dan cepat
terwujud.

10 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 11
Apa sih maksud
pernyataan semua agama
mengajarkan kebenaran
dan semua agama itu
sama?

12 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


S
elalu menjadi sebuah polemik dan perdebatan rutin
ketika membahas apakah semua agama itu sama. Tak
jarang juga hal tersebut memunculkan sentimen yang
malah menjadikan perpecahan antar umat. Dan yang harus
kita cermati dan renungkan secara sungguh-sungguh adalah
bahwa setiap peperangan tidak pernah menghadirkan
kebaikan. Justru malah merugikan, baik untuk pihak yang
menang maupun yang kalah.

Semua agama di dunia tidak ada yang mengajarkan


peperangan, kecuali jika kita dalam kondisi diserang terlebih
dahulu. Sejarah Islam mencatat bahwa perang-perang yang
dilakukan pada zaman Rasulullah Saw. konteksnya adalah
dalam rangka mempertahankan diri dari serangan musuh.
Hakikatnya, semua agama selalu mengajarkan untuk
menjalin hubungan yang baik, meliputi hubungan baik
kepada Tuhan, kepada sesama manusia dan kepada alam.
Konsep ini ada dalam setiap ajaran agama; Islam, Kristen,
Hindu, Buddha bahkan agama-agama kepercayaan yang
banyak terdapat di Indonesia.

Berhubungan baik dengan Allah adalah dengan bertaqwa


kepada-Nya, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 13


larangan-Nya. Berbuat baik dengan sesama manusia banyak
sekali contohnya. Misalnya, dengan saling membantu
kepada yang membutuhkan tanpa melihat status dan latar
belakang, gotong royong, toleransi, dan lain-lain. Sedangkan
berbuat baik kepada alam adalah dengan selalu menjaga
kelestarian alam dan tidak merusaknya. Sebagai contoh,
tidak membuang sampah sembarangan, tidak menebang
pohon tanpa usaha konservasi (menanami kembali lahan
produktif), tidak mengotori sungai, dan lain-lain.

Lalu, bagaimana sih konsep kebenaran dalam pertanyaan di


atas? Setiap agama memiliki konsep kebenarannya masing-
masing. Kita tidak boleh memaksakan kebenaran kita
kepada teman atau sahabat kita yang berbeda keyakinan.
Kebenaran dalam agama adalah sebuah keyakinan yang
tidak bisa dipaksakan. Agama Islam pun melarang kita
untuk memaksakan ajaran kita kepada orang lain. Dalam
berdakwah, Rasulullah Saw. tidak pernah memaksa, tapi
memberikan contoh yang baik sehingga orang tertarik
dan memeluk agama Islam dengan sukarela. Orang masuk
Islam dengan simpati, bukan dengan rasa keterpaksaan
dan emosi.

So, maksud dari semua agama itu sama adalah sama-sama


mengajarkan kebaikan. Yang membedakan adalah cara
berhubungan dengan Tuhan. Perintah untuk berbuat baik
kepada sesama manusia dan alam adalah wajib. Hal itu
menjadi salah satu perintah utama dalam konsep agama-
agama.

14 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


Bagaimana sikap kita menghadapi kelompok yang
berbeda misal LGBT, Isu PKI, Syiah, Yahudi, Kristen, dll?

Sikap yang harus kita tunjukkan ketika menghadapi


kelompok yang berbeda adalah menerima saudara kita
seutuhnya sebagai manusia yang memiliki hak untuk
hidup, hak untuk mendapatkan pendidikan layak dan hak
lain mereka sebagai warga negara. Sayyidina Ali pernah
mengatakan, mereka yang bukan saudaramu dalam iman,
adalah saudaramu dalam kemanusiaan.Terkait dengan
perbedaan pandangan, selama mereka tidak memaksakan
keyakinannya kepada kita maka kita wajib menghormati.
Begitupun sebaliknya, mereka harus menghormati pilihan
kita yang berbeda.

Tapi, bagaimana jika diajak berdiskusi bahkan dipengaruhi


pandangan mereka yang berbeda? Hmmm. Misalnya,
ketika bertemu dengan teman yang kebetulan LGBT, kita
bisa memberitahukan dengan baik-baik bahwa kita adalah
seorang penyuka lawan jenis atau biasa disebut heterosexual.
Tetap jaga hubungan baik sebagai sesama manusia. Kita
tidak perlu merasa jijik ataupun takut dengan mereka karena
pada dasarnya mereka adalah manusia biasa yang butuh
makan, minum, berteman, dan lain-lain. Jika ada tindakan
mereka yang membuatmu tidak nyaman, sampaikan lewat
dialog dengan jujur, namun santun dan tidak berpotensi
menyakiti. Mereka juga manusia biasa yang senang jika
mendapat kesempatan bicara. Kecuali, apabila ada tindakan
mereka yang melawan hukum negara, tentu saja setiap
warga negara wajib mendapat konsekuensi yang setara.

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 15


Ada nggak sih dalil yang menunjukkan bahwa manusia
diciptakan berbeda?

Perbedaan adalah fitrah. Perbedaan keyakinan tidak


menjadikan kita punya hak untuk mengusir atau menganiaya
mereka. Sebagaimana firman Allah dalam al-Quran
surah al-Hujurat ayat 13 yang artinya “Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di
sisi Allâh ialah orang yang paling takwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allâh Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Selain itu, Allah tidak pernah melihat manusia secara fisik


namun secara amal perbuatan dan ketaqwaan kita kepada-
Nya. Rasulullah Saw. bersabda:

‫ىل أ َْم َوالِ ُك ْم َولَ ِك ْن يـَْنظُُر‬ِ ِ ُ ‫إِ َّن اهللَ الَ يـَْنظُر ِإل‬
َ ‫ص َورُك ْم َوالَ إ‬ َ ُ
‫إِ َل قـُلُ ْوبِ ُك ْم َوأ َْع َمالِ ُك ْم‬

Sesungguhnya Allâh tidak melihat kepada fisik dan kekayaan


kalian. Akan tetapi melihat hati dan amalan kalian [HR. Muslim
Nomor 2564]

Dan masih banyak dalil-dalil tentang diciptakannya manusia


dengan bentuk yang berbeda-beda dengan maksud supaya
kita bisa saling mengenal dan menghormati.

16 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


Menghormati bukan berarti setuju ajaran, bener nggak
sih?
Sudah menjadi kodrat dan fitrah manusia diciptakan dengan
model dan bentuk yang berbeda. Namun demikian Allah
memberi kita kelebihan dari makhluk ciptaan-Nya yang
lain, yakni akal pikiran. Akal pikiran diberikan oleh Allah
supaya manusia bisa belajar, berpikir, membedakan mana
yang baik dan mana yang buruk. Dari akal pikiran pula,
muncul perbedaan cara pandang dalam memahami sesuatu.
Pun, dalam memahami ajaran agama, selalu ada perbedaan
pandangan dan cara dalam melaksanakan perintah Allah.
Perbedaan pandangan ini tidak hanya terjadi antar agama
lain yang sudah sangat jelas perbedaannya. Akan tetapi juga
antar sesama pemeluk Islam dengan beragam aliran paham
dan tafsirnya.

Keragaman tersebut hendaknya tidak sampai membuat


kita menutup diri dan menjauhi orang yang berbeda. Kita
hidup di wilayah yang memungkinkan kita untuk bergaul
dengan masyarakat yang berbeda pandangan. Misalnya,
dengan tetangga.

Kita wajib hidup saling menghormati dan rukun dengan


tetangga kita karena orang pertama yang akan menolong
kita saat tertimpa musibah adalah tetangga kita. Contoh,
saat istri atau ibu kita sedang hamil dan mengalami
kontraksi dan kebetulan kita tidak memiliki kendaraan atau
kendaraan kita sedang tidak ada di rumah. Satu-satunya
yang memiliki kendaraan adalah tetangga yang kebetulan

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 17


memiliki keyakinan yang berbeda. Maka, apakah kita akan
menolak bantuan tetangga kita dalam keadaan darurat
seperti itu? Tentunya tidak, karena nyawa dan keselamatan
lebih penting.

Dengan menerima bantuan tetangga, teman, atau sahabat


kita yang berbeda keyakinan tidak membuat kita secara
otomatis mengikuti ajaran mereka.

Menghormati hak-haknya sebagai warga negara yang


baik.

Al-Quran dan hadis telah memerintahkan kita untuk


menjaga hubungan baik dan saling menghormati antar
sesama manusia tanpa membedakan latar belakang agama,
ras dan suku. Aturan tersebut juga dikuatkan dengan
ultimatum negara yang menjamin hak-hak tiap individu
untuk hidup, tumbuh berkembang dan mendapatkan
perlindungan dari kekerasan dan diskiriminasi. Jaminan
hak tersebut tertulis dalam Amandemen UUD 1945 pasal
28 pasal A-J.

Jadi, perintah untuk saling hidup rukun dan saling meng-


hormati adalah kewajiban kita sebagai manusia beragama
dan juga manusia bernegara. Jika kita melanggarnya berarti
sama dengan melanggar perintah Allah, Rasulullah Saw. dan
juga aturan negara. Padahal perintah untuk menaati Allah,
Rasul dan juga ulil amri (pemerintah yang sah) itu wajib
hukumnya yang kalau kita langgar maka konsekuensinya
adalah dosa.

18 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 19
Apakah boleh kita
berprasangka buruk dan
menghakimi orang lain ?

20 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


I
slam sangat melarang kita berprasangka buruk kepada
orang lain apalagi menghakimi tanpa landasan yang benar.
Ini perbuatan yang sangat tidak terpuji dan dilarang
oleh agama. Dengan berprasangka buruk, orang lain akan
menjauhi kita karena mereka merasa tidak nyaman dengan
orang yang selalu berprasangka buruk. Sebaliknya, kita juga
akan cenderung menjauhi orang lain karena terlebih dahulu
menyimpan prasangka.

Jangan sekali-kali kita berprasangka buruk (suuz{ a n),


apalagi sampai menghakimi. Dalam ajaran Islam, ketika kita
mendengar isu buruk tentang orang lain, maka dianjurkan
untuk bertabayun, yakni meminta konfirmasi kepada orang
yang bersangkutan. Hal ini penting agar orang lain tidak
menerima akibat buruk karena namanya menjadi korban
informasi yang belum tentu benar akibat kecerobohan atau
prasangka buruk seseorang. Larangan berprasangka buruk
ini sudah banyak disebutkan di dalam al-Quran dan hadis.

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 21


Dalil-dalil terkait larangan prasangka buruk dan
menghakimi orang lain, apa sih?

ِ
ِ ُ‫اسق بِنَبٍإ فـتَبـيـَّنُوا أَ ْن ت‬ ِ ِ َّ
‫صيبُوا‬ َ َ َ ٌ َ‫ين َآمنُوا إ ْن َجاءَ ُك ْم ف‬ َ ‫يَا أَيـَُّها الذ‬
ِِ ٍ ِ
َ ‫صبِ ُحوا َعلَ ٰى َما فـََع ْلتُ ْم نَادم‬
‫ني‬ ْ ُ‫قـَْوًما بَ َهالَة فـَت‬

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang


yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka
telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu
kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu
menyesali perbuatanmu itu.” (QS al-Hujurat: 6)

Ayat di atas menjelaskan keharusan tabayun dan meng-


konfirmasi kebenaran jika ada berita apa saja yang datang
kepada kita. Apalagi saat ini semakin banyak berita hoaks
tanpa ada yang mau bertanggung jawab atas kandungan
isinya dan mudah tersebar luas melalui media sosial dan
komunikasi sehari-hari. Tak jarang pula konten dan berita
hoaks ditutup dengan iming-iming surga atau ancaman
mendapat keburukan jika tidak ikut menyebarluaskan. Like,
comment, share, jannah.

Ayat lain yang melarang berprasangka buruk adalah:

ِ ِ ِ ‫يا أَيـُّها الَّ ِذين آمنُوا‬


َ ‫اجتَنبُوا َكث ًريا م َن الظَّ ِّن إِ َّن بـَْع‬
‫ض الظَّ ِّن‬ ْ َ َ َ َ
‫ب‬ ِ
ُّ ‫ضا أ َُي‬ ِ
ً ‫ض ُك ْم بـَْع‬ ُ ‫ب بـَْع‬ ْ َ‫إ ْثٌ َوَل َتَ َّس ُسوا َوَل يـَ ْغت‬
‫ج‬ ‫صلى‬

22 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


‫ج‬
‫َح ُد ُك ْم أَ ْن يَأْ ُك َل َلْ َم أ َِخ ِيه َمْيتًا فَ َك ِرْهتُ ُموهُ ج َواتـَُّقوا اللَّ َه‬
َ‫أ‬
‫يم‬ ِ ‫إِ َّن اللَّه تـ َّو‬
ٌ ‫اب َرح‬ ٌ ََ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak


dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa
dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan
janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang
lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima
tobat, Maha Penyayang.” (QS al-Hujurat: 12)

Dalam ayat tersebut, Allah Swt memberi perumpamaan atas


prasangka buruk kepada orang lain. Simak saja, prasangka
buruk kepada orang lain seperti halnya kita memakan daging
saudara sendiri. Tegakah kita memakan daging saudara kita
sendiri?

Dalil lain yang melarang kita berprasangka buruk adalah


hadis sebagai berikut:

‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه‬ ِ


َ ‫َن َر ُس ْوَل اهلل‬َّ ‫َب ُهَريـَْرَة َر ِضي اهللُ َعْنهُ أ‬
َ ْ ِ‫َع ْن أ‬
ِ ‫ال ِدي‬
‫ث‬ ْ َْ ‫ب‬ ُ ‫ إِيَّا ُك ْم َوالظَّ َّن فَِإ َّن الظَّ َّن أَ ْك َذ‬:‫ال‬
َ َ‫َو َسلَّ َم ق‬

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 23


Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jauhilah prasangka
buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dustanya
perkataan.” (HR. Bukhari 5143 dan Muslim 2563)

Jadi masih mau berprasangka buruk? Sudah makan daging


orang lain, masih dianggap berkata paling dusta pula.
Daripada berprasangka buruk, lebih baik kita berprasangka
baik yang jelas manfaat dan hikmahnya, antara lain:
1. Hidup menjadi tenang dan penuh optimis.
2. Disukai banyak orang
3. Mempererat silaturahmi
4. Hidup lebih damai tanpa ketakutan terhadap orang lain
5. Terhindar dari penyesalan sebab hubungan yang tidak
harmonis dalam pertemanan.

Anak muda tuh mestinya banyak-in pengalaman dan


teman. Bagaimana caranya? Nih tipsnya..

Sebagai remaja milenial didukung akses informasi yang


kian luas dan terbuka semestinya kita semakin banyak
pengalaman dan pengetahuan. Asal dapat akses internet,
kita bisa berselancar kemanapun dan mencari apapun.
Begitu juga mendapatkan teman untuk berjejaring. Untuk
mendapatkan pengalaman, pengetahuan, dan teman, ini
beberapa tips yang bisa kita jalani:

Pertama, biasakan belajar dari pihak yang ahli di bidangnya


serta membaca informasi dan pengetahuan dari sumber-
sumber yang otentik. Jangan mudah mengikuti berita hoaks.

24 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


Kedua, mau mendengar cerita orang lain agar wawasan
kita bertambah. Mendengarkan cerita dari banyak orang
maka membuat pengalaman dan pengetahuan kita niscaya
semakin luas. Secara tidak langsung, pergaulan juga akan
lebih akrab.

Ketiga, hindari prasangka buruk kepada orang lain agar kita


maupun orang lain tidak merasa canggung.

Keempat, jangan menghakimi orang lain jika kebenarannya


masih diragukan dan tanpa melakukan konfimasi.

Kelima, manfaatkan kesempatan yang ada untuk mengikuti


kegiatan pengembangan diri.

Keenam, tumbuhkan jiwa toleransi dan tidak membatasi


diri bergaul dengan siapapun. Tanpa membatasi diri,
kemungkinan mendapatkan teman dan kolega semakin
banyak dan luas jangkauannya.

Ketujuh, jangan malas bersosialisasi, baik secara langsung


maupun melalui dunia maya dan media sosial.

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 25


26 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi
Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 27
Ada hadis tentang “sampaikan/
ajarkanlah walau satu ayat”
apa benar itu kewajiban untuk
berdakwah?

28 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


P erkataan itu bersumber dari hadis Nabi yang bunyi
lengkapnya seperti ini:

‫َخبـََرنَا األ َْوَز ِاع ُّى َح َّدثـَنَا‬ ٍ َّ ‫اص ٍم الض‬ ِ ‫ح َّدثـنَا أَبو ع‬
ْ ‫اك بْ ُن مَْلَد أ‬ ُ ‫َّح‬ َ ُ َ َ
ِ ِ ِ
‫َح َّسا ُن بْ ُن َعطيَّةَ َع ْن أَِب َكْب َشةَ َع ْن َعْبد اللَّه بْ ِن َع ْم ٍرو‬
‫ال «بـَلِّغُوا َع ِّن َولَ ْو‬ َ َ‫ ق‬- ‫ صلى اهلل عليه وسلم‬- ‫َّب‬ َّ ِ‫َن الن‬ َّ ‫أ‬
ِ ِ
‫ب َعلَ َّى‬ َ ‫ َوَم ْن َك َذ‬،‫يل َوالَ َحَر َج‬ َ ‫ َو َح ِّدثُوا َع ْن بَِن إ ْسَرائ‬،ً‫آيَة‬
‫»متـََع ِّم ًدا فـَْليَتَبـََّوأْ َم ْق َع َدهُ ِم َن النَّا ِر‬
ُ

Menyampaikan kepada kami Abu ‘Ashim ad-Dahhak bin


Mukhallad al-Awzaa’i menyampaikan kepada kami Hassan
ibn ‘Athiyyah dari Abi Kabshah dari ‘Abdullah bin ‘Amr bahwa
Nabi Muuhammad Saw. mengatakan: “Sampaikanlah padaku
walaupun satu ayat, dan berceritalah kalian semua tentang
Bani Israel dan jangan ada yang dikurangi, dan siapa pun
yang dengan sengaja berbohong, biarkan dia mengambil
tempat duduknya dari api.”

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 29


Para ulama berbeda pendapat tentang maksud hadis
tersebut, apakah yang harus disampaikan, al-Quran, kaidah
atau hukum-hukum. Meskipun begitu, dakwah adalah salah
satu tugas kita bersama dengan memperhatikan banyak hal,
mulai dari diri sendiri terkait wawasan keilmuan, situasi dan
kondisi, metode, dan lain sebagainya.

Berdakwah harus mempertimbangkan tingkat wawasan


dan kemampuan yang kita miliki. Jangan memaksakan
menyampaikan hal-hal yang di luar kemampuan dan
pengetahuan kita, sebab bisa jadi malah akan membawa
orang lain ke jalan yang salah karena kurangnya pengetahuan
kita.

Ada perumpamaan seperti ini “orang yang baru hafal satu


atau dua hadis dan beberapa ayat al-Quran kemudian
memutuskan menjadi pendakwah itu sama dengan orang
awam membaca buku kedokteran lalu kemudian buka
praktik.” Apa yang akan terjadi? Bisa dipastikan akan
malpraktik dan salah diagnosa terhadap pasien yang
dampaknya justru menyebabkan kematian.

Lalu berdakwah apakah harus menjadi ustaz?

Berdakwah tidaklah harus menjadi ustaz, namun juga tidak


bisa sembarangan berdakwah. Kenapa tidak harus menjadi
ustaz? Karena untuk menjadi ustaz banyak syarat yang
harus dipenuhi, apalagi menjadi ustaz yang menjadi panutan
banyak orang. Kita bisa berdakwah atau menyampaikan
apa yang kita pahami tentang Islam sesuai dengan kadar

30 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


kemampuan kita, tidak harus menjadi ustaz dan tidak boleh
memaksakan diri dipanggil ustaz. Seseorang yang dipanggil
ustaz memiliki tanggung jawab besar, karena ia harus
mempertanggungjawabkan apa yang telah disampaikan
selama hidup di Hari Perhitungan.

Ini beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk menjadi


ustaz:

Pertama, hendaknya ia memahami ilmu apa yang ia


dakwahkan. Artinya, seorang ustaz harus memiliki banyak
ilmu, tidak hanya pandai bicara di depan umum. Ia harus
benar-benar menguasai apa yang akan disampaikan. Misal,
ketika mengutip sebuah ayat, setidaknya penjelasan yang
disampaikan dapat dipertanggungjawabkan, baik itu dari
sisi ilmu tafsir, ilmu sejarah, atau lainnya.

Kedua, hendaknya ia memahami kondisi orang-orang yang


didakwahi. Ilmu yang disampaikan oleh seorang ustaz harus
bisa dipahami dan sesuai dengan audiens. Tidak hanya
asal bicara, sehingga yang menerima tidak salah kaprah
memahami.

Ketiga, hendaknya bersikap bil hikmah dalam dakwah.


Metode dakwah yang diperintahkan oleh Allah Swt. adalah
dengan hikmah dan nasihat yang baik. Dakwah tidak harus
berapi-api dengan mengeraskan suara. Kalau melihat
perkembangan saat ini, kita harus pandai-pandai memilah,
mana majelis dakwah yang benar-benar mengajarkan
hikmah.

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 31


Keempat, hendaknya dai memiliki akhlak yang baik dalam
perkataan, perbuatan, dan penampilan. Mengapa soal ini
juga perlu? Karena dalam meyampaikan ilmu, seorang ustaz
juga harus mampu menarik perhatian audiens.

Kemudian, bagaimana sih cara dakwah anak muda?


Mana yang lebih baik antara dakwah melalui perbuatan
atau perkataan?

Sebelum kita berdakwah, hendaknya kita memiliki dasar dan


modal pengetahuan yang luas serta rantai keilmuan yang
jelas. Jangan hanya belajar dari internet kemudian tampil
menjadi seorang yang ahli. Setelah memiliki kedua modal
tersebut, kita bisa melakukan beberapa hal berikut:

1. Luruskan niat berdakwah semata-mata karena Allah


Swt.
2. Tambah terus pengetahuan agama, jangan bosan belajar
agar wawasan terus berkembang.
3. Mencari guru atau kiai untuk menjadi panutan sehingga
ketika muncul masalah bisa mendapatkan solusi.
4. Mau berdialog dan tidak menghakimi. Apa yang kita
ketahui belum tentu benar dan sesuai dengan kondisi
yang didakwahi, maka kita harus mau mendengarkan
masalah dan tidak langsung menghakimi.
5. Gunakan al-Quran dan hadis sebagai panduan utama
serta sumber-sumber hukum turunannya (yakni, ijmak,
qiyas, dll) yang menjelaskan perkembangan masalah
baru yang muncul.

32 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


6. Buat kegiatan dakwah bersama teman-teman agar
semua merasa terlibat dan senang mendapatkan
tambahan ilmu pengetahuan.
7. Saling mengingatkan dalam kebaikan dan kebenaran.

Jika kita melakukan dakwah hanya dengan perkataan


maka kita hanya ‘omong doang’. Rasulullah Saw. berdakwah
baik dengan perkataan maupun perbuatan. Kita harus
bisa menjadi teladan bagi semua orang. Maka, tiap-tiap
perkataan yang disampaikan, hendaknya juga mampu kita
laksanakan secara pribadi.

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 33


Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 35
Benar nggak kalau negara
Indonesia itu sebenarnya sudah
sesuai syariah Islam?

36 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


B
enar. Indonesia sesungguhnya sudah bisa dianggap
sebagai negara yang berlandaskan syariah Islam. Hal
ini dikarenakan Negara Indonesia telah memenuhi
prinsip-prinsip umum dalam Islam. Prinsip-prinsip umum
tersebut apabila ditegakkan, sama artinya dengan
mewujudkan sebuah negara yang Islami. Prinsip-prinsip
tersebut adalah musyawarah, kesetaraan, kebebasan (yang
tidak melanggar nilai-nilai Islam), dan keadilan.

Semua prinsip mulia tersebut termaktub dalam landasan


bernegara kita, yakni Pancasila dan UUD 1945. Selain itu,
rukun Islam yang menjadi pondasi Islam juga ditegakkan
bahkan diatur dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Negara menjamin hak semua warga untuk melaksanakan
ibadah dengan baik. Tak hanya itu, negara juga mendukung
ibadah puasa wajib dan penyelenggaraan hari raya. Negara
juga mengelola zakat dengan baik melalui badan amil
zakat dan perundang-undangan zakat, serta mengatur dan
mengelola dengan baik keperluan ibadah haji.

Selain itu, Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah


negara yang sudah sesuai syariah Islam karena didirikan oleh

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 37


para ulama. Sebut saja Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari,
KH. Wahab Hasbullah, KH. Bisri Syansuri dan lain-lain.
Para ulama bersepakat untuk menyatukan identitas yang
berbeda-beda dalam sebuah negara kesatuan. Terkait itu,
maka identitas keragaman pastilah sudah sesuai dengan
prinsip, ajaran, dan nilai-nilai Islam.

Memang apa sih yang dimaksud syariah Islam?

Syariah Islam menurut Imam Abu Muhammad Ali bin Hazm


dalam Al-Ihkam fi Ushu>li al-Ahkam, adalah segala tuntunan
yang diberikan oleh Allah Swt. kepada manusia baik dalam
bidang akidah, amaliah, (perbuatan fisik), dan akhlak.
Sumber dari tuntunan tersebut bisa didapatkan dari teks
yang terdapat dalam al-Quran, hadis Nabi Saw., dan ijmak
para sahabat.

Meskipun demikian, syariah Islam juga bisa dilihat dari telah


ditegakkannya nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-
hari. Dalam konteks bernegara, syariah Islam bukan hanya
sekadar formalisasi nama Islam yang kemudian diangkat ke
wilayah umum (negara). Artinya, lebih baik mengedepankan
syariah Islam yang bersifat substantif (nilai-nilai Islam)
daripada sekadar formalisasi (nama-nama Islam), misalnya
dalam nama negara. Kita tidak harus menonjolkan simbol-
simbol Islam semata, namun menegakkan nilai-nilai Islam
dalam hati dan perilaku sehari-hari adalah lebih utama.

38 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


So, dengan menjadi Indonesia kita sudah menjalankan
syariat Islam ya?

Jawabannya tegas: sudah. Meskipun Indonesia tidak


menggunakan istilah-istilah Islam dalam kehidupan
bernegara, tetapi sesungguhnya kita telah menjalankan
syariat Islam dengan baik. Misalnya, kita bisa melaksanakan
salat lima waktu dengan nyaman, aman, dan khusyuk. Kita
bebas berpuasa sesuai dengan ketentuan agama Islam,
berzakat secara tepat, dan berniaga dengan prinsip keadilan.
Pemerintah juga mengurus dengan baik segala keperluan
untuk pemberangkatan ibadah haji, dll.

Syariat Islam telah dijalankan di Indonesia dengan cukup


sempurna, baik dalam konteks pribadi ataupun dalam
konteks bernegara. Dalam konteks bernegara, misalnya, kita
mengenal proses penegakkan hukum, hal ini berdasarkan
pada prinsip keadilan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Negara juga menempatkan warga negaranya di posisi yang


setara. Selain itu, mekanisme pembentukan undang-undang
pun dilakukan dengan bermusyawarah. Misalnya saja dalam
hal pemberantasan minuman keras, DPR merumuskannya
dengan mengambil materi substansi dari al-Quran dan hadis,
melalui mekanisme musyawarah. 

Penerapan syariat Islam di Indonesia berbeda dengan


penerapan syariat Islam di Timur Tengah, seperti Arab Saudi.
Akan tetapi, bukan berarti hal tersebut membuat negara
Indonesia jadi tidak Islami. Hal ini disebabkan tiap-tiap
tempat mempunyai karakteristik, sejarah, dan kultur yang

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 39


berbeda-beda. Kultur yang ada di Arab Saudi belum tentu
cocok dengan kultur Indonesia. Perbedaan ini sesungguhnya
malah mengukuhkan bahwa Islam adalah ajaran yang
universal dan tidak lekang oleh zaman.

Berarti di Indonesia nggak perlu pakai sistem khilafah


untuk jadi bersyariah dong?

Ya, tanpa memakai sistem khilafah, demokrasi yang


dijalankan di Indonesia sudah dianggap negara bersyariah
karena telah menjalankan nilai-nilai Islam. Hal terpenting
dalam bernegara menurut perspektif Islam adalah segala
kebutuhan keagamaan kita, seperti kebutuhan ibadah
dan muamalah, telah terpenuhi dengan baik dan terjamin
keamanannya.

Ulama asal Lebanon, Syeikh Zubair Utsman Al Ju’aid, Ketua


Jamiat Al-Amal Al-Islamy Lebanon, bahkan mengajak umat
Islam di Indonesia untuk tidak tergoda dengan sistem
pemerintahan kekhalifahan karena di masa kini model
pemerintahan itu justru bisa menyebabkan ketidakstabilan,
perpecahan dan permusuhan.

Indonesia dengan sistem demokrasi saat ini sudah


baik dalam mengakomodir nilai-nilai keislaman. Sistem

40 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


demokrasi di Indonesia mampu bersanding dengan nilai-nilai
Islam secara selaras.

Islam yang dipraktikkan di Indonesia merupakan contoh baik


yang sejalan dengan demokrasi dan harus kita banggakan.
Sebab tidak semua negara mampu menyelaraskan
kepentingan agama dengan kepentingan negara. Selain itu,
tanpa memakai khilafah bukan berarti Negara Indonesia
tidak bersyariah dan semua aktivitas keagamaan masyarakat
Indonesia menjadi batal atau tidak sah, bukan?

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 41


42 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi
Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 43
Apakah dalih membela
agama lalu memusuhi
kelompok agama lain itu
dibenarkan dalam Islam?

44 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


S
ungguh tidaklah dibenarkan demi membela agama lalu
memusuhi kelompok agama lain di dalam Islam. Dalam
al-Quran dijelaskan bahwa “Engkau (Muhammad) tidak
akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan
hari akhirat, saling berkasih sayang kepada Allah dan Rasul-Nya,
sekalipun orang-orang itu, bapaknya, anaknya, saudaranya atau
keluarganya” (QS. Al-Mujadilah [58]: 22). Jadi jelas bahwa
alasan membela agama tidak sepatutnya untuk memusuhi
agama lain.

K.H. Hasyim Muzadi juga pernah mengungkapkan bahwa


“yang sama jangan dibedakan, yang beda jangan disamakan.”
Ungkapan tersebut merupakan pandangan akan pluralisme
dan multikulturalisme yang sangat mendasar.

Hak beragama termasuk hak asasi manusia yang tidak


boleh dikurangi sedikitpun. Merawat keberagaman
menjadi kewajiban kita bersama. Keberagaman juga
membuat kita menjadi kuat dalam menghadapi globalisasi
ataupun ideologi yang menyimpang dari ideologi negara
Indonesia yang sudah disepakati oleh para founding fathers
serta penduduk Indonesia secara keseluruhan. Menjaga

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 45


keberagaman juga merupakan ujung tombak melawan
homogenitas. Karena keberagaman itulah kita juga bisa
mensyukuri ciptaan Tuhan.

Dalam hal ini, negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap


penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan
beribadah menurut agama dan kepercayaannya. Dalam
rangka tugas melindungi setiap warga negara dalam
menjalankan agama serta beribadah sesuai dengan
kepercayaannya, Pemerintah Indonesia memberikan
fasilitas pelayanan, anggaran dan bimbingan agar setiap
penduduknya bisa melaksanakan ibadah dengan tenang,
khusyuk, dan lancar.

Contoh kecil keberagaman juga ada di lingkungan sekolah.


Di setiap sekolah ada mata pelajaran agama, terutama
agama yang resmi diakui di Indonesia. Sudah barang tentu
akan disediakan pula pengajar yang sesuai dengan agama
yang dianut oleh para siswanya. Jadi setidaknya di setiap
sekolah walaupun siswanya dari berbagai macam agama
akan tetap rukun demi menjaga keberagaman.

Dalam Islam pun tidak dibenarkan untuk memusuhi agama


lain. Islam Rahmatan lil-a>lamin, jelas bahwa Islam sebagai
agama pembawa rahmat bagi seluruh alam semesta. Rahmat
tersebut berarti bahwa Islam bukan hanya memuliakan
agama akan tetapi memuliakan sesama manusia selama
hidup di dunia. Jadi pengertian rahmatan lil-a>lamin bagi
manusia adalah kesiapan mereka dalam mewujudkan
kesejahteraan, kedamaian dan kebahagiaan dalam
kehidupan nyata. Dalam hal ini, amal saleh merupakan pola

46 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


perilaku baik yang membangun kehidupan, termasuk sarana
dan prasarana, baik yang bersifat materiil (bangunan dan
peralatan) maupun karakter (pola sikap dan lembaga). Inti
dari Islam rahmatan lil-a>lamin adalah mencintai kehidupan
dan mengayomi sesama manusia.

Lalu bagaimana sesungguhnya cara kita membela


agama?

Dalam hal membela agama Islam, Alquran dalam Surah


an-Nahl ayat125 berbunyi “Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhanmu dengan hikmah dan nasehat yang baik”

Dari ayat tersebut sudah jelas bahwa kita harus mengajak


berdialog siapapun dengan cara sopan. Jadi tidak dibenarkan
jika membela agama harus dengan menggunakan pedang.
Bagaimanapun juga kita harus mencerminkan Islam yang
penuh dengan sopan santun dan Nabi Muhammad Saw.
adalah panutan terbaik umat Islam dalam membela agama.

Sebagai umat Islam kita mencoba menjadi Islam yang


kaffah. Jika ada pihak yang akan memecah belah Islam atau
memusuhi kita, sepatutnya kita membela diri. Namun jika
tidak, kita tidak perlu memulai adu domba terlebih dulu.
Jangan sampai kita beranggapan bahwa Islam itu adalah
ajaran yang suka melawan dengan kekerasan, apalagi bunuh
membunuh.

Banyak cara dalam membela agama, misalnya dengan


cara mengasihi satu sama lain (bakti sosial). Kita sebagai

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 47


manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa lepas
dari bantuan orang lain. Islam mengajarkan kita untuk selalu
berbagi pada sesama manusia. Baik itu muslim maupun
non-muslim. Dari sisi kemanusiaan, kita adalah sama-sama
makhluk Tuhan walaupun berbeda agama. Momentum
berbagi umat Islam, misalnya ketika setiap tahun merayakan
Hari Raya Idul Adha. Substansi dari Hari Raya Qurban
tersebut adalah saling berbagi sesama manusia.

Menjadi yang terbaik dalam setiap perlombaan yang


diadakan di lingkungan Islam juga bisa dijadikan sebagai
medium membela agama. Misalnya, kita mengikuti
Musabaqah Tilawatil Quran, mengagungkan nama
Allah dalam perlombaan sampai ke tingkat dunia akan
mengharumkan nama Islam. Kita pun boleh mengikuti
olimpiade matematika, fisika, dan bahasa, juga beragam
kesenian dan pertukaran kebudayaan. Prestasi yang
dilakukan oleh umat Islam akan selalu menjadi kebanggaan
tersendiri, tanpa harus menggunakan kekerasan. Justru
dengan keilmuan, Islam akan membuktikan perannya di
hadapan dunia sehingga lebih dihormati.

Membela agama juga bisa diwujudkan dalam bentuk


berkarya untuk memperbaiki kondisi bangsa dan negara.
Di era digital, ada banyak anak muda yang menghasilkan
berbagai inovasi di bidang teknologi yang memudahkan
kehidupan dan membantu ekonomi kaum miskin. Salah
satu upaya yang dilakukan dengan membuat aplikasi
marketplace yang mempertemukan penjual dan pembeli
tanpa harus membayar biaya sewa lokasi. Ada juga anak

48 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


muda yang membuat start up pengumpulan donasi buku
online yang membantu pemerataan literasi anak di luar jawa.
Ada pula anak-anak muda yang menginisiasi kampanye
cinta lingkungan, seperti membuat kebun di perkotaan
dan kampanye anti-plastik. Jadilah generasi milenial yang
kreatif. Tugas kita sebagai anak muda adalah berkarya dalam
kebaikan demi mengharumkan nama Indonesia di kancah
internasional.

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 49


50 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi
Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 51
Pernah tahu apa itu khilafah?
Bagaimana sih sejarah khilafah?

52 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


S
ecara bahasa khilafah artinya mengganti. Asalnya dari
kata bahasa Arab khalafa-yakhlifu.  Sedangkan Khalifah
bisa didefinisikan sebagai gelar yang diberikan untuk
penerus Nabi Muhammad Saw. dalam kepemimpinan umat
Islam.

Abu Bakar as-Shiddiq adalah orang pertama yang diberi


gelar Khalifah atau Khalifatu Rasulillah, artinya orang
yang mengganti Rasulullah. Kemudian, Umar bin Khattab
bergelar Khalifatu Khalifati Rasulillah artinya pengganti
dari pengganti Rasulullah. Kemudian berlanjut kepada
sahabat Ustman bin Affan sampai pada Sayyidina Ali bin
Abi Thalib. Penggunaan gelar Khalifah ini kemudian tidak
hanya berhenti pada masa Khulafaur Rasyidin saja, tetapi
berlanjut pada masa pemerintahan yang dipimpin oleh umat
muslim lainnya, yakni: Umayyah, Abbasiyah, Fathimiyyah,
Ayyubiyyah, Buwaihiyyah, Muwahhidin hingga Utsmaniyah.

Sedangkan makna asli dari khilafah itu sendiri adalah wilayah


kewenangan khalifah. Artinya, khilafah (ke-khilafah-an) itu
sesungguhnya adalah batas teritori kekuasaan yang dimiliki
oleh seorang khalifah pada masanya.

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 53


Nah, untuk memperluas pemahaman kita tentang khilafah
ada baiknya kalau kita kembali membuka sejarah. Pasca
wafatnya Rasulullah Saw., ada satu peristiwa sejarah penting
bernama Saqifah Bani Saidah. Sebuah pertemuan tokoh-
tokoh elit muslim, para pemimpin kabilah membicarakan
siapa pemimpin yang menggantikan Rasulullah. Pada
pertemuan tersebut hadir tokoh-tokoh dari Quraisy, Aus,
Khazraj yang berdebat panjang, yang masing-masing kabilah
merasa memiliki peran berjuang bersama Rasulullah dan
berhak menjadi pemimpin menggantikan Rasulullah Saw.
Hingga akhirnya disepakatilah Abu Bakar yang dipilih
sebagai pengganti Rasulullah Saw. Sebelum Abu Bakar
wafat, ia melihat potensi kegaduhan seperti peristiwa
Saqifah terulang, sehingga ia berijtihad  menunjuk Umar
bin Khattab sebagai khalifahnya. Berbeda dengan Abu
Bakar, sebelum wafat Umar memilih enam orang menjadi
nominasi khalifah yang bisa memilih dan dipilih (ahl al-halli
wa al-’aqdi) hingga terpilihlah Utsman bin Affan. Dan yang
terakhir Ali bin Abi Thalib dipilih oleh khalayak ramai.

Lalu, apakah khilafah relevan untuk digunakan pada


saat ini?

Tidak. Khilafah sebagai salah satu sistem pemerintahan


memang telah menjadi fakta sejarah yang pernah dipraktikkan
oleh al-Khulafa` al-Rasyidun. Model kepemimpinan tersebut
bisa dikatakan sangat sesuai pada masanya. hal itu
ditunjukkan saat kehidupan manusia belum berada di bawah

54 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


naungan negara-negara bangsa (nation states). Masa itu umat
Islam sangat dimungkinkan untuk hidup dalam satu sistem
khilafah. Pada saat umat manusia bernaung di bawah negara-
negara bangsa (nation states) seperti saat ini, maka sistem
khilafah bagi umat Islam sedunia kehilangan relevansinya.
Bahkan membangkitkan kembali ide khilafah pada masa kita
sekarang ini adalah sebuah utopia. 

Apa jadinya jika Indonesia menggunakan sistem khilafah?

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah hasil


perjanjian luhur kebangsaan di antara anak bangsa yang
tidak hanya terdiri dari satu golongan saja. NKRI dibentuk
untuk mewadahi segenap elemen bangsa yang sangat
mejemuk dalam hal suku, bahasa, budaya dan agama. Jika
khilafah ditegakkan di Indonesia, maka sama halnya dengan
mengkhianati perjanjian luhur tersebut.

Penggunaan sistem khilafah di Indonesia malah akan


menjadikan anak bangsa terpecah-belah, saling bermusuhan,
bahkan saling berperang satu sama lain. Padahal kita
tahu bahwa ajaran Islam sangat menjunjung tinggi
perdamaian dan kasih sayang (rahmah) sesama manusia
(hablumminannas).

Selain itu, perlu kita ketahui bahwa khilafah bukanlah produk


dari syariat Islam, melainkan ia adalah produk dari sejarah
umat Islam. Maka penggunaannya tidak bisa dipaksakan,
bersifat opsional atau bukan keharusan. Yang menjadi

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 55


pegangan pokok adalah substansi, bukan simbol atau
penampakan lahiriah, yakni apakah sistem itu menimbulkan
maslahah atau malah mafsadah.

Maka melihat realitas kemajemukan yang ada di Indonesia,


yang warga negaranya tidak hanya terdiri dari orang Islam
saja, penerapan sistem khilafah malah akan menimbulkan
banyak mafsadat, karena akan menimbulkan permusuhan
dan perpecahan. Oleh karena itu, memperjuangkan
tegaknya nilai-nilai substantif ajaran Islam dalam sebuah
negara jauh lebih penting daripada hanya memperjuangkan
tegaknya simbol-simbol negara Islam.

Berarti sistem di Indonesia ini sudah tepat?

Ya, Pancasila sebagai dasar negara Indonesia menjamin


sistem yang sekarang diterapkan Negara ini telah mampu
menjamin hak-hak seluruh elemen masyarakat Indonesia
tanpa perbedaan. Pancasila dipandang sebagai instrumen
yang mampu merekatkan masyarakat Indonesia yang terdiri
dari berbagai macam suku, budaya dan agama.

Nilai-nilai Pancasila yang menjunjung tinggi nilai-nilai


ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan
keadilan telah menjadikan Indonesia sebagai satu-
satunya negara yang mampu berdiri di atas berbagai
macam perbedaan. Selain itu, Pancasila merupakan titik
kesepakatan paling demokratis dan menjadi jalan tengah
dari dua pilihan ekstrem antara bentuk negara sekuler

56 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


dan negara agama lewat salah satu silanya yang berbunyi
“Ketuhanan Yang Maha Esa.”

Pancasila bisa menjadi energi pemersatu yang tidak


bertentangan dengan ajaran agama mana pun. Bila saja
energi ini terus dikelola dengan benar dan dilaksanakan
dengan penuh kesadaran, niscaya negara ini pasti menjadi
negara yang besar dan disegani. Karena itu, Pancasila
selamanya tidak boleh dan tidak perlu dipertentangkan
dengan agama. Sebab Pancasila tidak bertentangan dengan
spirit al-Quran dan Sunnah karena membingkai persatuan
seluruh bangsa Indonesia. 

Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban semua anak


bangsa untuk mempertahankan dan memperkuat keutuhan
NKRI. Setiap jalan dan upaya yang memicu perpecahan dan
permusuhan wajib ditangkal. Sebab akan menimbulkan
mafsadat yang besar dan perpecahan sesama anak bangsa.

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 57


58 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi
Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 59
Sering mendengar berita
hoaks atau berita bohong?
Apa yang dimaksud
dengan hoaks tersebut?
Bagaimana ciri-cirinya ?

60 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


P
erkembangan zaman adalah satu keadaan yang tidak
dapat dihindari oleh setiap manusia dalam menjalani
kehidupan di dunia ini.  Perkembangan zaman di
bidang teknologi informasi telah memudahkan segala
urusan kita, termasuk dalam mencari informasi atau berita
lewat internet.

Kemajuan dalam bidang komunikasi dan teknologi informasi


pada saat ini semakin memudahkan setiap orang untuk
bebas berbagi informasi, salah satunya melalui media
sosial yang sekarang telah menjadi bagian dari gaya hidup
masyarakat di Indonesia bahkan di dunia. Khususnya bagi
generasi muda seperti kita. Dahulu televisi, radio dan
koran menjadi sumber informasi, tapi sekarang media
sosial menjadi sumber informasi paling populer di tengah
masyarakat kita.

Kemudahan dalam berbagi informasi melalui media sosial


sesungguhnya memberikan banyak manfaat, banyak
memberikan kemudahan, maupun hal-hal yang bersifat
positif dan edukatif. Akan tetapi pada sisi yang lain,
kemudahan berbagi informasi melalui media sosial juga telah

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 61


mendorong munculnya berbagai masalah sosial dan juga
banyak memicu hal-hal yang bersifat negatif, di antaranya
adalah merajalelanya informasi dan berita bohong atau
hoaks.

Informasi hoaks telah merasuki berbagai perbincangan


dan pembahasan dalam kehidupan masyarakat. Mulai
dari persoalan sehari-hari, persoalan sosial politik, hingga
memasuki wilayah pembahasan agama dan menyentuh ke
persoalan akidah. Pada akhirnya, informasi hoaks telah
memicu tumbuhnya rasa permusuhan, sikap saling curiga,
perselisihan, rasa kebencian, hingga konflik antar kelompok
di tengah-tengah masyarakat. Sehingga, tidak heran bila
akhir-akhir ini kita melihat banyaknya ujaran-ujaran berisi
pesan kebencian, berisi ghibah dan namimah, berhamburan
di media sosial. Kondisi ini tentu amat meresahkan, karena
akan menggoyahkan tiang-tiang dan sendi-sendi kerukunan
dan ketentraman yang telah terjalin lama di tengah
masyarakat Indonesia yang majemuk. 

Sebenarnya apa sih berita hoaks itu? Bagaimana sih


ciri-cirinya?

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), hoaks


mengandung makna berita bohong, berita tidak bersumber.
Hoaks merupakan rangkaian informasi yang memang sengaja
disesatkan, namun ditampilkan sebagai kebenaran. Ada pula
yang meyebut hoaks sebagai fake news atau berita palsu yang
mengandung informasi yang sengaja menyesatkan orang

62 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


dan memiliki agenda politik tertentu. Faktanya, hoaks bukan
sekedar misleading alias menyesatkan, informasi hoaks juga
tidak memiliki landasan faktual, namun disajikan seolah-
olah sebagai serangkaian fakta. Maka, hoaks sesungguhnya
adalah berita atau informasi yang tidak berdasar atau palsu.
Bisa juga dikatakan tidak sesuai dengan fakta yang ada atau
bohong.

Untuk menghindari berita atau informasi hoaks, Dewan


Pers memberikan tiga ciri kepada kita tentang berita atau
informasi hoaks. Kalian bisa dengan mudah mengenali
informasi atau berita tersebut hoaks atau tidak dengan
melihat keseluruhan isi informasi atau berita tersebut.

Pertama, jika informasi atau berita tersebut isinya sulit


diverifikasi, misalnya kejelasan atau kebenaran isi berita
tidak jelas. Terutama soal sumber berita tersebut. Cek
kredibilitas akun media sosial tersebut, atau kredibilitas
portal media yang memberitakan, jika nama penulisnya
anonim atau nama samaran, serta dimuat oleh media yang
tak memiliki susunan redaksi penanggungjawab yang
terverifikasi, maka kemungkinan besar berita atau informasi
tersebut bersifat hoaks.

Kedua, isi beritanya tidak berimbang. Isi berita tidak


menyampaikan data-data secara benar dan lengkap.
Biasanya hanya menyampaikannya secara sepotong-
sepotong. Berita atau informasi seperti ini biasanya terjadi
ketika masa Pemilu tiba. Beberapa akun berita tiba-tiba
muncul dan memberitakan soal keburukan calon yang tidak

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 63


mereka dukung. Ya, isi beritanya cenderung menyudutkan
pihak lawan. Bila kalian menemukan akun media sosial
atau media massa yang seperti itu, sebaiknya tinggalkan.
Jangan pernah lagi membaca berita dari akun atau media
massa tersebut karena dapat membingungkan logika serta
emosi kalian.

Ketiga, pemakaian bahasa yang provokatif. Selain substansi


berita yang menyudutkan pihak tertentu tanpa pendapat
penyeimbang. Ciri-ciri berita hoaks juga dapat dilihat
dengan kasat mata bahkan dari judulnya. Bila judul artikel
atau tulisan yang kalian baca bersifat provokasi, sebaiknya
langsung lakukan pengecekan tentang kebenaran berita
tersebut. Tulisan atau berita yang berisi fanatisme, provokasi,
hingga ujaran kebencian, sudah dapat dikonfirmasi bahwa
itu adalah ciri-ciri berita hoaks. Tidak hanya itu, keaslian foto
yang dipajang juga perlu dicermati. Apakah foto tersebut
asli, atau hanya hasil editan dari pihak-pihak yang tidak
bertanggungjawab.

Lantas, bagaimana seharusnya sikap kita sebagai


pribadi Muslim yang baik di tengah informasi hoaks yang
merajalela?

Di antara yang dapat kita lakukan adalah dengan tidak


menjadi orang yang memproduksi hoaks atau membuat
informasi palsu, apalagi ikut serta menyebarkan hoaks.
Hendaknya kita menjauhkan diri dari membuat dan
menyebarkan informasi yang berisi kebohongan.

64 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


Dalam al-Quran, berbohong atau membuat kebohongan
(hoaks) adalah sikap dan perilaku yang tidak dapat menyatu
dalam diri seorang pribadi Muslim yang beriman. Dalam
Surah an-Nahl ayat 105, Allah Swt. telah memberikan
peringatan dengan sangat jelas.

“Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kebohongan


atau membuat kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak
beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang
pendusta.”

Maka dari itu, sesungguhnya iman dan kebohongan ibarat


air dan minyak yang tidak akan pernah menyatu dalam
pribadi seorang Muslim. Orang yang membuat kebohongan
tidak dapat disebut sebagai seorang yang beriman. Dan
sebaliknya orang yang beriman bukanlah orang yang suka
membuat kebohongan. 

Ibnu Muqaffa, seorang pujangga kenamaan yang hidup pada


zaman Dinasti Abbasiyah mengatakan, sebagaimana yang
termaktub dalam Kitab Adab ad-Dunyâ Wa ad-dîn: “Janganlah
seseorang menganggap remeh mengirim berita bohong meski
sekadar bercanda dan lucu-lucuan. Karena sesungguhnya
kebohongan itu dapat dengan cepat menenggelamkan informasi
yang berisi kebenaran.”

Selain itu, menyebarkan hoaks sama dengan menyebarkan


fitnah yang keji, karena tidak sekadar meyakini, namun lebih
jauh juga menyebarkan berita yang belum jelas asalnya dari
mana. Hoaks adalah fitnah yang sering kita jumpai saat ini.
Padahal kita semua tahu, bahwa perbuatan fitnah adalah

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 65


perbuatan yang lebih keji daripada pembunuhan. Oleh
karena itu, kita sebagai muslim yang beriman hendaklah
menjauhi hoaks dengan memperbanyak bacaan, terus
belajar, dan selalu melakukan tabayun kepada segala
informasi tidak jelas yang kita dapatkan.

66 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 67
Di era media sosial seperti zaman
sekarang ini, sebagian dari kita pasti
pernah mendapatkan informasi palsu
atau hoaks. Informasi atau berita palsu
yang isinya seringkali menyudutkan
atau bahkan menjelek-jelekkan
seseorang. Nah, kira-kira apa yang
harus kita lakukan jika mendapatkan
berita tersebut?

68 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


J
ika kita mendapati berita atau informasi palsu atau
hoaks, jangan pernah takut atau ragu untuk melakukan
klarifikasi terhadap berita tersebut. Agama Islam
pun memerintahkan kita untuk selalu melakukan  check
and recheck ketika kita memperoleh berita atau informasi
terlebih dahulu, atau dalam Islam disebut sebagai tabayun. 

Apa dalil yang mengharuskan kita untuk melakukan


tabayun?

Allah Swt. telah berfirman dalam al-Quran Surah al-Hujurat


ayat 6 yang berbunyi: “Hai orang-orang yang beriman, jika
datang kepada kamu seorang fasik membawa suatu berita,
maka bersungguh-sungguhlah mencari kejelasan agar kamu
tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
pengetahuan yang menyebabkan kamu atas perbuatan kamu
menjadi orang-orang yang menyesal.”

Quraish Shihab dalam bukunya “Yang Hilang dari Kita:


Akhlak” menggarisbawahi, paling tidak ada dua hal, yang
perlu diingat dari ayat di atas.  Pertama, pembawa berita
dan kedua isi berita. 

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 69


Orang yang menyampaikan kabar perlu ditabayun. Lebih-
lebih jika orang tersebut adalah jenis seorang fasiq, yakni
yang aktivitasnya diwarnai pelanggaran agama; atau ia
yang melakukan dosa besar atau sering kali melakukan
dosa-dosa kecil dan pelanggaran di masyarakat. Sedang
yang kedua menyangkut isi berita, khususnya berita yang
belum jelas kebenarannya. Biasanya isi berita bernuansa
provokatif, dan selalu menyudutkan atau bahkan menjelek-
jelekkan pihak-pihak tertentu.

Dari sini, Islam menekankan perlunya menyeleksi informasi,


selalu melakukan check and recheck berita atau informasi
yang kita dapat. Penyeleksian harus dilakukan oleh
penyebarnya maupun penerimanya. Itu agar tidak terjadi
dampak buruk bagi siapa pun, dan agar kita tidak terhindar
dari fitnah keji yang disebabkan oleh berita atau informasi
hoaks.

Lalu, bagaimana sebaiknya kita bermedia sosial?

Kita harus menjaga etika kita dalam bermedia sosial. Dulu


Islam menekankan pentingnya menjaga lisan. Andaikan
dulu sudah ada media sosial, kemungkinan besar Nabi juga
meminta umatnya agar bijak menggunakan media sosial.
Gunakanlah untuk sesuatu yang bermanfaat dan jangan
gunakan untuk menyebarkan berita atau informasi palsu
atau hoaks.

Meskipun Rasulullah Saw. tidak pernah menjelaskan


etika bermedia sosial secara spesifik sebab media sosial

70 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


adalah produk teknologi masa kini, bukan berati panduan
bermedia sosial tidak ada. Substansi bermedia sosial adalah
pertukaran informasi dan komunikasi. Setidaknya ada
beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam bermedia
sosial, di antaranya:

Pertama, gunakan media sosial untuk hal yang bermanfaat.


Media sosial saat ini tak ubahnya seperti sebilah pisau. Pisau
bisa sangat bermanfaat jika digunakan untuk kebaikan,
misalnya memotong sayur, buah dll. Sebaliknya, akan
menjadi keburukan dan kerugian jika diarahkan untuk
menusuk dan membinasakan nyawa orang.

Sebab itu, gunakanlah media sosial untuk kebaikan,


menyebarkan ilmu pengetahuan, bukan fitnah dan
kebencian. Kalau tidak bisa menyebar dan berbuat kebaikan
di media sosial, lebih baik tidak usah ikut-ikutan update status
ataupun menyebar berita yang belum jelas kebenarannya.

Rasulullah Saw. mengatakan, “Sebagian dari kebaikan


keislaman seseorang ialah meninggalkan sesuatu yang tidak
berguna baginya.” (HR Tirmidzi).

Kedua, gunakanlah bahasa yang sopan dan tidak provokatif.


Dalam bermedia sosial alangkah baiknya kita menggunakan
bahasa yang sopan dan tidak mengandung unsur provokasi,
karena hal demikian dapat memicu pertengkaran dan
perpecahan. Rasulullah Saw. bahkan menganjurkan
pentingnya menjaga lisan.

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 71


Sahabat Abu Musa al-‘Asy’ari pernah bertanya kepada Rasul:
“Wahai Rasul, siapakah muslim terbaik?”. Rasul menjawab,
“Muslim yang mampu menjaga orang lain dari ucapan dan
perbuatannnya” (HR Bukhari dan Muslim). Dalam riwayat
lain dari Abu Hurairah disebutkan, “Siapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau lebih
baik diam (jika tidak mampu berkata baik)” (HR Bukhari dan
Muslim). Sebab itu, gunakanlah bahasa yang sopan dan tidak
provokatif saat bermedia sosial.

Ketiga, jangan menyebarkan atau membuat hoaks. Sebagai


pengguna media sosial yang baik kita jangan sampai
menyebarkan atau membuat hoaks. Sebab membuat hoaks
atau berita palsu sama dengan menyebarkan fitnah.

Masih ingat bagaimana kegalauan Rasulullah ketika


dikabarkan bahwa ‘Aisyah sedang berduaan dengan laki-laki
yang bukan mahram. Fitnah ini kemudian disebarkan secara
massif dan merusak nama baik ‘Aisyah. Untung, tidak lama
kemudian ayat al-Quran turun untuk menjelaskan bahwa
‘Aisyah tidak bersalah dan kabar yang disebarkan termasuk
berita bohong.

72 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 73
Sering nggak sih kalian
dengar provokasi soal
musuh-musuh Islam?

74 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


P
ertanyaan ini sebenarnya menarik untuk ditelaah
karena dalam ajaran Islam sendiri kita tidak pernah
diajarkan cara membenci apalagi memusuhi, yang
ada adalah cara menyayangi dan saling mengasihi. Kita
tentu masih ingat, apa tujuan agama Islam pertama kali
diturunkan ke muka bumi ini. Ya, agama Islam diturunkan
untuk menyempurnakan akhlak manusia. Artinya, segala
sifat buruk, misalnya sikap saling bermusuhan yang masih
ada dalam diri manusia, dengan hadirnya agama Islam akan
menjadikan pribadi yang baik, damai, bertakwa kepada Allah
Swt. dan selalu mampu menebarkan kasih sayang kepada
sesama manusia. Intinya, dengan membawa misi damai dan
kasih sayang itulah risalah Islam diturunkan, bahkan tidak
hanya ke sesama umat manusia melainkan juga ke seluruh
alam (Surah al-Anbiya ayat 107).

Secara tekstual, al-Quran juga mengajarkan kepada kita


agar senantiasa mengamalkan nilai-nilai kedamaian secara
total, tanpa pilih-pilih kepada siapa kita harus menanamkan
kedamaian. Sebab dalam Islam kita juga mengenal konsep
rahmatan lil-a> lamin, atau agama pembawa rahmat bagi

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 75


seluruh alam. Seluruh alam, tidak hanya manusia saja, tidak
hanya umat muslim saja, melainkan semuanya seluruhnya
tanpa terkecuali yang ada di alam semesta ini yang telah
Allah Swt. ciptakan dengan kehendak dan kuasa-Nya.

Selain itu, pesan damai juga sebenarnya sudah terdapat


pada makna kata Islam itu sendiri. Secara harfiah, kita
bisa lihat bahwa Islam berarti damai, selamat, aman,
atau tenteram. Maka, aneh rasanya jika ada orang yang
mengungkapkan pertanyaan seperti pada pertanyaan di
atas. Sebab dalam agama Islam kita tidak pernah diajarkan
cara bermusuhan, yang ada adalah cara kita membangun
ukhuwah, persaudaraan yang baik. Jadi bagaimana mungkin
Islam mengajarkan permusuhan? Apalagi sampai punya
musuh?.

Lalu, bagaimana dengan orang-orang Non Muslim yang


tidak seakidah dengan kita? Apakah mereka bukan musuh
Islam?

Allah Swt. telah menciptakan umatnya dengan situasi, posisi,


dan bahkan dengan keyakinan yang berbeda-beda. Semua
perbedaan itu adalah rahmat dari Allah yang sepatutnya kita
syukuri, bukan malah kita benci atau musuhi. Seperti yang
difirmankan oleh Allah Swt. dalam al-Quran Surah al-Hujurat
ayat 13: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia

76 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di
antara kamu.”

Perbedaan merupakan rahmat bagi manusia, karena


dengan adanya perbedaan, akan memunculkan sikap saling
menghargai satu sama lain. Termasuk dengan adanya
perbedaan agama, tidak kemudian menjadikannya sebagai
pemicu perpecahan.

Allah menciptakan perbedaan bukan untuk diperbandingkan,


mana yang lebih baik dan mana yang lebih buruk. Siapa
yang menjadi musuh dan siapa yang benar, atau siapa lebih
unggul di antara yang lainnya lalu saling menyalahkan dan
bermusuhan.

Maka, pertanyaan di atas yang menganggap bahwa orang


yang tidak beragama Islam adalah musuh Islam termasuk
pandangan yang keliru. Perbedaan keyakinan yang dianut
oleh orang-orang non-muslim, bukan pula semata-mata
m enjadikan mereka adalah musuh Islam yang patut kita
waspadai, atau bahkan kita perangi. Sebab, sekali lagi, Islam
tidak pernah mengajarkan kita untuk saling bermusuhan dan
saling berperang. Islam adalah agama damai dan membawa
kedamaian bagi seluruh alam, tidak pandang dia muslim
maupun non-muslim.

Terus siapa sesungguhnya musuh Islam?

Islam tidak pernah mempunyai musuh. Kalau ada, musuh


Islam yang sesungguhnya adalah kezaliman, hawa nafsu,

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 77


dan dusta yang masih ada dalam diri kita masing-masing.
Kita agaknya memang senang menuduh orang lain di luar
kita—apalagi yang berbeda dengan kita—sebagai musuh
kita. Tetapi kita jarang melakukan evaluasi terhadap diri
sendiri. Padahal masih banyak kezaliman yang kita lakukan,
menuruti hawa nafsu dan dusta yang hampir setiap hari
masih kita lakukan.

Maka sesungguhnya musuh Islam bukanlah orang-orang


yang berbeda agama dengan kita, bukan yang berbeda
suku, ras, atau etnis dengan kita. Melainkan adalah diri kita
sendiri yang masih dipenuhi hawa nafsu, amarah, kebencian,
dan dosa-dosa.

Imam Abu Hamid al-Ghazali pernah mengatakan dalam


kitab Ihya Ulumiddin: “Kebahagiaan adalah ketika seseorang
mampu menguasai nafsunya. Kesengsaraan adalah saat
seseorang dikuasai nafsunya.”

Tentu saja usaha mengendalikan nafsu ini bukan pekerjaan


yang mudah. Karakter nafsu yang tak tampak dan kerap
kali membawa efek kenikmatan menjadikannya sebagai
musuh paling sulit untuk diperangi. Rasulullah sendiri
mengistilahkan ikhtiar pengendalian nafsu ini dengan “jihad”,
yakni jihad an-nafsi.

Nafsu menjadi musuh paling berat dan berbahaya karena


yang dihadapi adalah diri sendiri. Ia menyelinap ke dalam
diri kita yang lalai ini, lalu memunculkan perilaku-perilaku
tercela, seperti marah, benci, tinggi hati, merasa benar

78 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


sendiri, meremehkan orang lain, menyalahkan orang lain,
dusta, dan seterusnya.

Oleh karena itu, kita sebagai pribadi muslim yang bijak


harus senantiasa ber-muhasabah, merenungi segala sesuatu
yang pernah kita lakukan, tidak mudah menyalahkan atau
memusuhi orang, dan selalu mendekatkan diri kepada
Allah Swt. Kita hendaknya juga saling mengingatkan dalam
hal kebaikan, dan terus meningkatkan ukhuwah kita,
persaudaraan kita kepada sesama manusia, kepada sesama
ciptaan Allah Swt. di muka bumi ini. Wallahu a’lam...

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 79


80 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi
Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 81
Saat ini, katanya umat Islam di
Indonesia sedang didiskriminasi
dan ditindas? Apa benar
informasi seperti itu?

82 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


I
ndonesia adalah negara dengan jumlah penduduk
beragama Islam paling besar di dunia. Beruntungnya,
umat Islam di Indonesia tidak hidup sendiri. Ada banyak
pemeluk agama dan kepercayaan yang sejak dulu terlahir
dan berketurunan asli Indonesia. Selain 6 agama besar yang
diakui di Indonesia yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu,
Buddha, dan Kong Hu Chu, ada banyak agama-agama adat
atau pengahayat di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah
Sapto Dharmo, Sunda Wiwitan, Kapribaden dan masih
banyak yang lainnya.

Sejak zaman sebelum kemerdekaan, agama-agama tersebut


hidup berdampingan dan saling menghormati satu dengan
yang lain. Tidak ada pembedaan perlakuan terhadap sesama
warga negara berdasarkan warna kulit, golongan, suku,
ekonomi, agama, dan sebagainya. Lalu, mengapa saat ini
beredar isu bahwa umat islam mendapatkan pengucilan
atau diskriminasi? Benarkah demikian?

Selama kita masih bebas menentukan cita-cita, beribadah


dengan tenang, menuntut ilmudi sekolah yang kita inginkan,
maka kita sedang merasakan kedamaian dan tidak sedang

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 83


mengalami diskriminasi. Allah Swt. selalu mengajarkan
kepada kita tentang toleransi dan Allah pun tidak pernah
mendiskriminasikan ciptaan-Nya. Seperti firman Allah
dalam Surah al-Hajj ayat 40:

ِ ِ ِ ِ َّ
ُ‫ُخ ِر ُجوا م ْن ديَا ِره ْم بِغَ ِْي َح ٍّق إَِّل أَ ْن يـَُقولُوا َربـُّنَا اللَّه‬ ْ ‫ين أ‬
َ ‫الذ‬
‫قلى‬

‫ص َو ِام ُع َوبِيَ ٌع‬ َ ‫ت‬ ْ ‫ِّم‬َ ‫ض َلُد‬ ٍ ‫ض ُه ْم بِبـَْع‬ َ ‫َّاس بـَْع‬


ِ َّ
َ ‫َولَ ْوَل َدفْ ُع الله الن‬
ِ ِ ِ ِ
‫صَر َّن‬ُ َ َ ‫اس ُم اللَّه َكث ًريا‬
‫ن‬ ‫ـ‬‫ي‬َ‫ل‬‫و‬ ْ ‫ات َوَم َساج ُد يُ ْذ َكُر ف َيها‬ ٌ ‫صلَ َو‬
َ ‫َو‬
‫قلى‬
ْ
‫ي َع ِز ٌيز‬ ٌّ ‫ص ُرهُ إِ َّن اللَّهَ لََق ِو‬
ُ ‫اللَّهُ َم ْن يـَْن‬
‫قلى‬

Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung


halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena
mereka berkata: “Tuhan kami hanyalah Allah”. Dan sekiranya
Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan
sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara
Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan
masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah.
Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong
(agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi
Maha Perkasa.”

Dari ayat di atas Allah menempatkan agama-agama selain


Islam pada kehormatan yang sama dari umat muslim. Kita
dilarang mengganggu umat lain karena alasan perbedaan
agama. Seandainya tempat-tempat ibadah dan simbol-
simbol agama lain dihancurkan ketika Islam berkuasa maka

84 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


kita yang hidup saat ini tidak bisa menikmati indahnya
Pulau Bali, kemegahan candi-candi dan tentu kita tidak bisa
mengetahui sejarah kerajaan-kerajaan dan perkembangan
Nusantara zaman dulu.

Jadi, saat ini kita sangat merdeka dan tanpa diskriminasi.


Lalu, apa bukti-buktinya?

Banyak sekali bukti-bukti bahwa umat Islam di Indoensia


adalah umat Islam yang Istimewa dan merdeka. Di antaranya
adalah:

Pertama, penyebaran Islam di Indonesia sama dengan


strategi penyebaran ajaran Rasul di Madinah. Islam di
Indonesia disebarkan dengan cara yang ramah, bukan
dengan marah. Ketika Walisongo menyebarkan Islam,
mereka tidak menggunakan peperangan namun akulturasi
budaya. Simak saja, Sunan Kalijaga yang menggunakan
media wayang dalam dakwahnya. Selain itu Sunan Kalijaga
juga menciptkan lagu Lir ilir yang berisikan perintah Allah
kepada umat Islam untuk beribadah dan mempersiapkan
bekal untuk kehudupan akhirat kelak.

Kedua, sistem madrasah diniyah dan pesantren. Di Indonesia


terkenal dengan adanya madrasah dan pesantren. Biasanya
siswa-siswa setelah menjalankan sekolah umum pada pagi
hari kemudian dilanjutkan dengan belajar lagi di madrasah
diniyah atau pesantren. Bagi yang masih di bawah 10
tahun, ada yang namanya Taman Pendidikan al-Quran
(TPQ) untuk belajar membaca al-Quran sejak dini. Selain

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 85


itu, ada juga mata pelajaran Agama di sekolah-sekolah
umum. Bagi yang muslim mendapatkan mata pelajaran
agama Islam, sedangkan pemeluk agama Kristen mendapat
mata pelajaran agama Kristen, begitu pula pemeluk agama
lainnya. Mata pelajaran agama dalam sekolah umum ini
hanya ada diterapkan di Indonesia.

Ketiga, sistem kenegaraan yang tidak bertentangan dengan


Islam. Salah satu keistimewaan umat Islam di Indonesia
selanjutnya adalah dengan adanya sistem kenegaraan kita
yang tidak bertentangan dengan Islam. Contoh, tata cara
pernikahan pemeluk Islam di Indonesia menggunakan
syarat dan ketentuan sesuai aturan fikih agama Islam.
Kemudian yang paling mendasar dari sistem negara yang
tidak bertentangan dengan Islam adalah dasar negara kita
sila pertama, yaitu Ketuhanan yang Maha Esa. Jadi, Islam
sebagai agama yang mengakui keesaan Allah sudah diberi
hak paling istimewa dalam dasar negara.

Keempat, eksistensi organisasi-organisasi keagamaan


Islam. Keistimewaan Islam di tanah air yang selanjutnya
adalah diakuinya organisasi-organisasi agama yang turut
menyumbangkan gagasan demi kemajuan bangsa. Nahdlatul
Ulama dan Muhammadiyah adalah dua organisasi Islam
terbesar di Indonesia yang turut membangun sekolah-
sekolah dan kampus-kampus dalam upaya memajukan
bangsa lewat pendidikan. Dua organisasi Islam terbesar ini
berprinsip moderat dan menerima tradisi serta kebudayaan
masyarakat Nusantara dalam berdakwah. Dalam bidang
kesehatan, NU dan Muhammadiyah juga membangun

86 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


banyak rumah sakit yang juga berfasilitas BPJS sebagai
bagian program Pemerintah.

Banyak negara-negara Islam yang berkunjung ke Indonesia


untuk belajar tata cara bermasyarakat dengan harmoni.
Negara-negara tersebut ingin mencontoh kerukunan kita
yang tetap terjaga walaupun hidup dalam masyarakat
dengan keragaman identitas dan tradisi yang mengakar.
Sebagai orang Indonesia yang beragama Islam, kita wajib
bangga dan bersyukur karena kita bisa mendapatkan
keistimewaan dan kemerdekaan dalam menjalankan ibadah
keagamaan Islam di Indonesia.

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 87


88 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi
Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 89
Akhri-akhir ini banyak sekali
bermunculan berbagai produk
keseharian berlabel syar’i
mulai dari laundry syar’i, toko
swalayan syar’i, hijab syar’i,
bank syar’i, dan lain-lain. Lalu
apakah yang tidak berlabel
syar’i artinya tidak sesuai
dengan syariat Islam?

90 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


S
ebelumnya kita wajib mengetahui apa itu syariat.
Syariat adalah  segala tuntunan yang diberikan oleh
Allah Swt. kepada manusia baik dalam bidang akidah,
amaliah (perbuatan fisik), dan akhlak. Sumbernya bisa kita
dapatkan dari ayat-ayat al-Quran, hadis Nabi Saw., dan ijmak
para sahabat serta ulama.

Selanjutnya, tuntunan yang berdasarkan pada sumber-


sumber di atas akan menghasilkan sebuah ketetapan atau
hukum, apakah sebuah tindakan bersifat wajib, sunah,
mubah, mahdzur (haram), makruh, sahih, dan batal. Wajib
ialah perbuatan yang diberi pahala jika dikerjakan, disiksa
jika ditinggalkan. Sunah adalah perbuatan yang diberi pahala
jika dikerjakan, namun tidak disiksa jika ditinggalkan. Mubah
ialah perbuatan yang tidak diberi pahala jika dikerjakan,
dan tidak disiksa jika ditinggalkan. Mahdzur ialah perbuatan
yang diberi siksa jika dikerjakan dan diberi pahala jika
ditinggalkan. Makruh ialah perbuatan yang diberi pahala
jika ditinggalkan, namun tidak disiksa jika dilakukan. Sahih
ialah kondisi yang terkait dengan keberlangsungan atau
keteranggapan. Batal ialah kondisi yang tidak terkait dengan
keberlangsungan atau keteranggapan.

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 91


Hukum-hukum syariat sifatnya taken for granted atau
sebuah keniscayaan yang harus diterima setiap manusia.
Namun hukum syariat bersifat umum karena mencakup
pada persoalan akidah, perbuatan, dan akhlak. Hukum
syariat tidak mencakup pada tataran amaliah. Hal-hal yang
mencakup pada persoalan amaliah biasanya dibahas dalam
kajian fikih. Hukum fikih berlaku pada persoalan-persoalan
yang berkaitan dengan amaliah dan perbuatan manusia,
yang sumber hukumnya didapatkan dari sumber hukum
melalui proses ijtihad. Karena dilakukan dengan ijtihad
maka ada kemungkinan perbedaan pendapat antara satu
pemikiran dengan pemikiran yang lain.

Sebagai contoh adalah tentang hijab syar’i. Hukum syar’i


dalam hijab adalah kewajiban untuk menutup aurat.
Menutup aurat adalah sebuah hukum wajib yang bersifat
mutlak. Akan tetapi, bagaimana bentuk, warna, model, gaya
hijab itu bisa bermacam-macam dan banyak ragam pendapat
yang pada dasarnya semua ragam tafsir tersebut memiliki
dasar hukumnya masing-masing. Ada yang berpendapat jika
hijab adalah pakaian gelap yang khimar-nya sampai paha dan
disertai dengan rok. Namun ada juga berpendapat bahwa
gamis sudah merupakan bentuk dari hijab. Ada pula tafsir
yang memaknai hijab sebagai pakaian kesopanan yang
standarnya berbeda di tiap daerah, namun substansinya
adalah penjagaan kepada bagian-bagian dari tubuh yang
berpotensi memunculkan fitnah. Secara umum, definisi hijab
adalah pakaian yang menutup aurat, tidak memperlihatkan
lekuk tubuh dan tidak menarik perhatian.

92 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


Jadi, jika kita menemukan sesuatu yang berlabel syar’i maka
belum tentu itu tidak sesuai dengan syariat Islam. Selama
tidak melanggar aturan dasarnya, maka produk tersebut
sudah memenuhi hukum syariat.

Lalu bagaimana jika membahas soal hukum pacaran?


Apakah ada pacaran syar’i?

Seperti kita bahas di atas jika hukum suatu muamalah


tidak ada dasarnya maka hukumnya adalah haram. Ketika
pacaran diartikan sebagai sebuah hubungan antar lawan
jenis yang bertujuan untuk memenuhi hasrat hawa nafsu
maka hukumnya adalah haram. Allah berfirman dalam al-
Isra’ ayat 32:

ِ َ‫الزنَا صلى إِنَّه َكا َن ف‬


‫اح َشةً َو َساءَ َسبِ ًيل‬ ِّ ‫َوَل تـَْقَربُوا‬
ُ

“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu


adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”

Namun, jika pacaran adalah sebuah hubungan yang


dimaksudkan untuk saling mengenal antar laki-laki dan
perempuan dengan tujuan untuk pernikahan dan tidak
untuk melakukan hubungan yang dilarang agama, maka
hal tersebut diperbolehkan. Istilah dalam Islamnya adalah
khitbah. Laki-laki dan perempuan yang akan menyepakati
hubungan pernikahan wajib saling mengenal asal usul, sifat,

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 93


karakter, nilai dan misi masa depan dengan baik agar ikatan
pernikahan mencapai tujuan sakinah, mawaddah, warahmah.

Selanjutnya, bagaimana kita memahami bahwa suatu


hal atau perbuatan itu sudah syar’i dan tidak melanggar
aturan Islam serta bukan sekadar label?

Sesuatu hal bisa dikatakan syar’i adalah ketika sesatu itu


tidak melanggar ketentuan dan tuntunan dari Allah Swt.
Maksudnya adalah ketika memakai atau melakukan sebuah
perbuatan harus sesuai dengan porsinya, tidak berlebih-
lebihan. Sebagai contoh, ketika menjalankan ibadah shalat,
maka harus sesuai dengan tata tertib salat, yaitu diawali
dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Salat Maghrib
berjumlah 3 rakaat jangan ditambahi menjadi 4 rakaaat
atau lebih. Jika terjadi perbedaan cara menjalankan salat,
tak masalah asalkan ada dasar hukum syariatnya. Misalnya,
ada kelompok yang Salat Subuh menggunakan Qunut namun
ada juga yang tidak, maka kita harus menghormati cara
tersebut sepanjang mereka memiliki dasar syariat yang
mereka yakini.

Catatan penting, menggunakan atau melakukan sesuatu


yang syar’i seharusnya menjadikan pribadi kita yang lebih
baik dan semakin dekat dengan Allah. Suatu hal belum bisa
dikatakan syar’i jika membuat kita jauh dari Allah dan akhlak
kita tidak mencerminkan sifat-sifat Rasulullah. Sebagai
contoh adalah ketika kita sudah sangat rajin menjalankan
perintah agama seperti tidak pernah meninggalkan salat,

94 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


puasa Ramadan tidak pernah bolong bahkan ditambah
puasa sunah senin kamis, ataupun tiap tahun pergi haji,
namun masih suka menghujat dan menghakimi sesamanya
hanya atas dasar berbeda pendapat atau pemikiran, maka
boleh jadi pakaian serta ibadah kita hanya sekedar cover
dan bersifat permukaan, belum menyeluruh sampai menjadi
pakaian takwa.

Rasulullah adalah manusia yang selalu menghormati


perbedaan dan hak-hak orang lain. Ketika Rasul kedatangan
delegasi Nasrani dari Najran yang berjumlah 60 orang, Rasul
menerima dan manyambutnya di Masjid Nabawi. Kebetulan
waktu delegasi tersebut datang berkunjung, bertepatan
dengan jadwal mereka melaksanakan kebaktian. Karena di
Madinah tidak ada gereja maka Rasul menawarkan kaum
Nasrani tersebut untuk menjalakan kebaktian di masjid.

Perbuatan syar’i tidak boleh hanya sekedar cover atau


sekedar menjadi label saja. Akan lebih baik jika kita syar’i
jasmaninya, sekaligus syar’i rohaninya. Jadi kriteria syar’i
yaitu harus sesuai dengan ketentuan dan tuntunan Allah,
Rasul dan Ijmak sahabat serta ulama; tidak berlebihan dalam
menjalankan syariat, dan juga harus syar’i secara jasmani dan
rohani yang tercemin lewat perilaku dan perbuatan kita.
Sikap-sikap saling menghormati, tidak mudah menghina
dan menghujat juga merupakan sikap syar’i.

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 95


96 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi
Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 97
Apa sih makna hijrah yang
sesungguhnya? Apakah
sama dengan taubat?

98 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


H
ijrah memiliki dua makna. Pertama, hijrah makaniyah
atau hijrah tempat. Artinya, perpindahan dari satu
tempat ke tempat lain yang lebih baik. Seperti
yang dilakukan Rasullah ketika pindah dari Makkah ke
Madinah adalah untuk mencari tempat yang lebih aman
ketika proses dakwahnya kian menghadapi pertentangan.
Jika dikaitkan dengan era saat ini maka hijrah dalam arti
perpindahan tempat bisa kita artikan sebagai hijrah untuk
mencari kehidupan yang lebih baik. Misalnya, kita hijrah
untuk mencari ilmu, hijrah untuk mencari pekerjaan yang
lebih baik sebab jika hijrah tidak dilakukan maka kita akan
stagnan dan tidak berkembang.

Arti yang kedua adalah hijrah perilaku, yaitu mengubah


perilaku yang kurang baik menjadi lebih baik lagi. Untuk
arti hijrah yang kedua ini, bisa kita artikan sebagai sebuah
pertaubatan. Contoh, jika kita masih suka meninggalkan
salat, maka kita mulai rajin salat mulai sekarang, jika kita
masih suka membantah perintah orang tua maka kita harus
patuh dan melaksanakan perintah orang tua serta berusaha
untuk selalu membahagiakan mereka.

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 99


Inti dari hijrah perilaku bukan hanya dalam persoalan
penampilan saja, namun lebih penting adalah kita menjadi
pribadi yang lebih taat terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya.

Setiap akhir tahun, kita selalu mendengar istilah intropeksi


diri dan resolusi untuk tahun depan. Dua istilah ini bisa kita
jadikan ajang untuk hijrah secara perilaku dan spiritual.
Kita bisa mengingat dan merenungkan kembali hal-hal
buruk yang sudah kita lakukan di tahun sebelumnya dan
kita ubah menjadi hal-hal baik. Sedangkan, sebagai resolusi
kita bisa menentukan target-target yang baik. Jika memang
diperlukan, kita bisa hijrah untuk mencari tempat atau
seseorang yang bisa membantu kita dan mengajari kita guna
mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan sesuai dengan
cita-cita kita.

Sebaiknya hijrah itu lebih terbuka atau menutup diri?

Menutup diri juga memiliki dua arti, yaitu menutup diri


secara fisik artinya menutup tubuh kita dengan pakaian-
pakaian yang lebih tertutup dan menutup diri secara
pergaulan atau membatasi pergaulan kita.

Banyak orang yang menandai awal dari proses hijrahnya


dengan menutup aurat, namun bagaimana ketentuan
menutup aurat itu juga beragam tafsirnya. Ada yang
mengajarkan untuk menutup seluruh tubuh kecuali muka
dan telapak tangan untuk perempuan, ada pula yang
mengartikan selama tidak mengundang syahwat dan hawa
nafsu itu sudah merupakan menutup aurat. Untuk laki-laki

100 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


ada yang berpendapat jika kita harus mengenakan celana
di atas mata kaki, ada pula yang berpendapat tidak. Semua
itu seharusnya tidak menjadi persoalan selama kita bisa
menghormati pilihan orang lain untuk menjadi lebih baik, sebab
tiap-tiap orang memiliki prosesnya masing-masing. Justru, inti
dari hijrah adalah melaksanakan perintah Allah dan Rasulullah,
yang salah satunya adalah menghormati perbedaan.

Seseorang berhak memilih pergaulan berdasar pertimbangan


pribadi seperti bagaimana ia mengukur kesiapan prinsip dan
hatinya sendiri. Jika memang pergaulan itu buruk, seperti
pecandu narkoba, tempat judi, dan tempat negatif lainnya
yang ia khawatir akan ikut terjerumus, maka lebih baik
ditingglakan. Namun, jika prinsip kita telah kuat dan berniat
baik untuk mengajak mereka bertaubat dan meninggalkan
perilaku buruknya, maka kita boleh berkumpul dengan
mereka. Contoh, dengan ikut jadi relawan lembaga
rehabilitasi atau LSM yang berkecimpung di bidang
pencegahan dan penanggulan narkoba dan sejenisnya.

Membatasi pergaulan tidak ditentukan oleh perbedaan


suku, ras, agama, dan warna kulit. Karena Allah menciptakan
manusia dengan segala bentuk keragamannya supaya kita
bisa saling belajar, menghormati, dan mengenali.

Nabi Muhammad pernah mencontohkan akhlak mulia,


yakni memberi makan kepada seorang pengemis tua dan
buta setiap hari walaupun pengemis itu selalu menghina
dan mendoakan keburukan kepada Rasul. Setiap ada orang
lewat, pengemis buta selalu mengatakan “Jangan kau
dekati Muhammad, dia orang gila, penyihir, dan jika kalian

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 101


mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya”. Tanpa
sepatah kata Rasul selalu memberi makan pengemis itu
sampai Rasul wafat. Akhlak Rasul ini adalah teladan bahwa
setelah kita berhijrah, kita tidak boleh memandang orang
lain lebih buruk lalu meninggalkan pergaulan sebab merasa
diri lebih baik. Rasul telah mencontohkan sikap bergaul
yang baik kepada siapa pun, bahkan walaupun mereka
memusuhi kita.

Hijrah dengan menutup tubuh adalah satu hal yang kita


percaya sebagai medium penjagaan diri, tapi tidak berlaku
untuk pergaulan kita.

Lalu apa saja tips-tips berhijrah ala Rohis?

Ada beberapa tips hijrah, yakni:

Pertama, laksanakan perintah Allah dan Rasulullah Saw.,


misalnya: melaksanakan rukun Islam, menghormati orang
tua, saudara, teman, tanpa membedakan suku, ras dan
agama, tidak membuang sampah sembarangan, dan lain-lain

Kedua, tinggalkan kegiatan-kegiatan yang kurang


bermanfaat dan menggantinya dengan kegiatan yang lebih
positif, misalnya membaca buku, mencari info pelatihan
pengembangan diri dan kreatifitas, bergabung dengan klub
olah raga atau klub kesenian, dan lain-lain.

Ketiga, mulailah menata cita-cita dan berusaha untuk


meraihnya. Konsentrasi dan fokuslah pada cita-cita itu serta
usahakan untuk terus konsisten dan istiqomah.

102 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 103
Pernah nggak sih dengar istilah
virus liberalisme?

104 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


L
iberalisme saat ini menjadi sesuatu hal yang menakutkan
di kalangan umat Islam. Konon, liberalisme sudah
seperti virus yang siap menggerogoti keimanan dan
akidah kita. Banyak kalangan menolak dengan keras paham
ini. Sebenarnya, apa sih yang disebut liberalisme?

Dalam sejarahnya, liberalisme dimulai ketika muncul


Revolusi Perancis sekitar abad 18. Di masa itu muncul
kepincangan sistem dan kesenjangan sosial yang sangat
mencolok. Golongan kerajaan dan agamawan mendapat hak
keistimewaan dan kenyamanan yang tidak bisa dimiliki oleh
masyarakat biasa. Puncaknya pada tahun 1789 masyarakat
melakukan revolusi yang akhirnya terbentuklah kelompok
pengusung liberalisme yang kemudian menyebar ke negara-
negara lainnya di eropa dan mulai berkembang di Asia.

Yang menjadi fenomena saat ini adalah adanya kekeliruan


dalam mempraktikkan liberalisme. Liberalisme hanya
diambil dari arti kebebasannya saja. Kebebasan tanpa batas.
Kebebasan untuk melakukan sesuatu sesuai keinginan, tapi
bukan kebutuhan. Maka hal ini menyebabkan kerugian dan
kekacauan.

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 105


Misalnya adalah kebebasan pergaulan. Banyak remaja saat
ini atas nama kebebasan kemudian melakukan hal-hal yang
negatif dan merusak diri seperti; pacaran tanpa batas norma
agama, narkoba, bolos sekolah, dan kegiatan-kegiatan
negatif lainnya. Liberalisme adalah sebuah kebebasan yang
tetap ada batasannya baik batasan norma agama, sosial, dan
norma lainnya.

Liberalisme itu seperti apa sih?

Arti dari liberalisme adalah paham atau nilai yang menjujung


tinggi kebebasan dan persamaan individu dalam berbagai
aspek kehidupan, baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial
agama, dan hal-hal yang berkaitan hak serta harkat hidup
masyarakat.

Kebebasan di sini bukan berarti kebebasan absolut atau


mutlak. Kebebasan di sini adalah kebebasan memilih dan
menentukan. Misalnya dalam beragama, kita memiliki
kebebasan untuk memilih keyakinan, menjalankan ibadah
dan syariat agama yang kita peluk dengan aturan-aturannya.
Dalam kebebasan itu, kita tidak boleh mengganggu
kebebasan orang lain. Misalnya, ketika ada saudara beragam
Kristen yang merayakan Natal di gereja, hal tersebut adalah
kebebasannya sebagai pemeluk agama Kristen.

Ada beberapa ciri-ciri dan karakteristik paham liberalisme,


yaitu:
1. Setiap individu memiliki kesempatan dan perilaku
yang sama di mata hukum dan agama.

106 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


Liberalisme tidak memandang suku, ras, dan agama.
Jika kita melakukan suatu kesalahan atau tindak
kejahatan, maka kita harus mendapatkan hukuman
yang disepakati. Misalnya: jika ada anak presiden
melakukan korupsi, maka tidak serta merta dia bisa
lolos dari hukuman. Semua sama di depan hukum.

Dalam paham liberalisme kita boleh menentukan cita-


cita tanpa memandang latar belakang kita. Seorang
anak petani atau buruh boleh berusaha dan memiliki
cita-cita sebagai pemimpin perusahaan besar maupun
jadi pemimpin negara.

2. Ada aturan hukum dan batasan yang diterapkan


Jika kebebasan tidak diberi aturan, maka akan terjadi
kekacauan. Misalnya, jika agama atau negara tidak
memberikan aturan, maka seseorang bisa melakukan
tindak kejahatan tanpa takut hukuman dan dosa.
Aturan disini adalah aturan umum yang berkaitan
dengan tatanan sosial masyarakat yang disepakati
bersama, bukan aturan mengenai hak individu seperti
menentukan keyakinan, menentukan mazhab dalam
melaksanakan syariat, hak untuk menentukan mau
melanjutkan pendidikan di mana dan jurusan apa, dan
hak-hak personal lainnya.

3. Terdapat hak untuk berpikir dan membuat peraturan


atau hukum
Hak dalam berpikir dan membuat peraturan menjadi
salah satu keistimewaan dalam paham liberalisme. Hal

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 107


ini pun sesuai dengan perintah agama Islam dalam Surah
al-A’raf ayat 179:

‫وب‬
ٌ ُ‫نس َلُ ْم قـُل‬ ْ ‫َّم َكثِ ًريا ِّم َن‬
ِ ‫الِ ِّن َوا ِإل‬ ِ
َ ‫َولََق ْد َذ َرأْنَا لَ َهن‬
‫ص ُرو َن ِبَا َوَلُ ْم آ َذا ٌن‬ِ ‫ي الَّ يـب‬ ِ
ُْ ٌ ُ ‫الَّ يـَْف َق ُهو َن بَا َوَلُ ْم أ َْع‬
ِ
‫ك‬َ ِ‫َض ُّل أ ُْولَئ‬
َ ‫ك َكاألَنـَْع ِام بَ ْل ُه ْم أ‬َ ِ‫الَّ يَ ْس َمعُو َن بَا أ ُْولَئ‬
‫ُه ُم الْغَافِلُو َن‬

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk  (isi)  neraka


Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka
mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya
untuk memahami  (ayat-ayat Allah)  dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
melihat  (tanda-tanda kekuasaan Allah),  dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang
ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-
orang yang lalai”.

Kebebesan berpikir di sini adalah memaksimalkan akal


pikiran kita dalam berijtihad dan membuat peraturan
hukum yang bersifat muamalah, bukan hukum yang
bersifat mutlak dan absolut dari Allah.

Misal, perbedaan dalam menentukan awal dan akhir


Ramadan. Perintah puasa adalah wajib dan semua

108 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


ulama bersepakat akan kewajiban dan tata cara puasa
Ramadan. Namun, hampir tiap tahun kita dihadapkan
dengan persolan penentuan awal dan akhir Ramadan.
Ada yang menggunakan metode hisab dan ada yang
menggunakan metode ru’yah. Kedua metode ini sama-
sama menggunkan akal. Perbedaannya, hisab lebih
mengedepankan hitungan matematis dan astronomis
sedangkan ru’yah mengedepankan analisa fenomena
alam.

Bagaimana jika kita menggunakan akal/pikiran dalam


beragama lalu dituduh liberal ? Sampai sejauh mana sih
batasan kebebasan berpikir itu?

Dari contoh tentang perbedaan menentukan awal dan


akhir Ramadan, bisa kita simpulkan bahwa menggunakan
akal dan pikiran adalah hak dan wajib bagi umat Islam
dalam memahami setiap persoalan bahkan hal-hal yang
menyangkut dengan persoalan hukum muamalah.

Namun demikan ada batasan dan aturannya. Tidak setiap


orang boleh melakukan ijtihad atau menentukan aturan
hukum muamalah. Hanya orang-orang berilmu yang boleh
dan berhak melakukan ijtihad. Syarat melakukan ijtihad
diantaranya yaitu Islam, baligh, bertaqwa, berakal sehat,
dan memiliki daya ingat yang kuat. Selain itu juga ada
syarat-syarat khusus di antaranya adalah mengusai ilmu-
ilmu tentang al-Quran dan hadis secara menyuluruh dan
mendalam, mengusai bahasa Arab, menguasai Ushul Fiqh,
dan memahami kaidah fikih serta kaidah kulliyah.

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 109


Jika kita belum menguasai syarat di atas maka kita
diwajibkan mengikuti atau taqlid pada keputusan para ulama
yang sudah dengan sungguh dan mendalam keilmuaan
dalam menentukan suatu hukum.

Jadi, kalau kita tiba-tiba membuat hukum sendiri atas


nama kebebasan atau liberalisme, kita sama telah
menyalahgunakan makna liberalisme. Liberalisme adalah
kebebasan dengan aturan yang menjadikan tatanan
masyarakat lebih baik tanpa adanya penindasan dan
diskriminasi.

110 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 111
Apakah mengucapakan
selamat natal bisa merusak
akidah dan keluar dari
Islam?

112 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


B
ulan Desember adalah bulan yang membahagiakan
bagi orang Katolik dan Kristiani. Ini adalah bulan saat
mereka merayakan hari kelahiran Tuhan Yesus atau
dalam Islam dikenal juga sebagai Nabi Isa a.s. Ironisnya,
bulan Desember adalah bulan umat Islam meramaikan
polemik antar dua kubu yang berdebat soal boleh atau
tidaknya memberikan ucapan selamat natal.

Pada dasarnya, dalam al-Quran maupun hadis Nabi, tidak


ada satu ayat pun yang secara jelas dan gamblang melarang
seorang muslim mengucapkan selamat natal atau hari
raya umat agama lain. Jadi, persoalan ucapan natal adalah
persoalan ijtihadi atau masih diperdebatkan. Para ulama
ada yang mengharamkan dan membolehkan dengan
berpegang pada ayat-ayat umum yang mereka kiatkan
dengan persoalan hukum yang dikaji. Maka perbedaan ini
merupakan rahmat dan berkah yang tentu saja tidak ada
kaitannya dengan akidah.

Sebagai contoh, ketika kita bertemu sahabat pada saat natal


kemudian kita berucap “selamat natal ya guys, semoga dunia
ini selalu dipenuhi dengan kehangatan cinta”, kemudian pada

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 113


waktu salat tiba dan kita tetap menjalankannya, maka tak
ada suatu hal pun yang berubah dengan keimanan kita.

Apa sih hukum mengucapkan natal?

Ada dua hukum tentang mengucapkan selamat natal, yakni


mengharamkan dan membolehkan.

Pertama adalah ulama-ulama yang mengharamkan.


Sebagian dari ulama yang mengharamkan berpedoman pada
ayat al-Quran Surat al-Furqon 72 yang artinya: “Dan orang-
orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila
mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan
perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja)
dengan menjaga kehormatan dirinya.”

Berdasarkan ayat di atas para ulama berpendapat


bahwa mengucapkan selamat natal adalah sama dengan
memberikan pernyataan palsu. Karena mereka berpendapat
bahwa agama yang paling benar di sisi Allah adalah Islam.
Jadi hukum mengucapkan selamat natal adalah haram.

Kedua, ulama-ulama yang membolehkan mengucapkan


selamat natal dan perayaan umat agama lainnya. Pendapat
tersebut berdasar pada al-Quran Surat al-Mumtahanah
ayat 8:

‫ين َلْ يـَُقاتِلُوُك ْم ِف الدِّي ِن َوَلْ ُيْ ِر ُجوُك ْم‬ ِ َّ


َ ‫َل يـَنـَْها ُك ُم اللَّهُ َع ِن الذ‬
‫وه ْم َوتـُْق ِسطُوا إِلَْي ِه ْم‬ ِ ِ
ُ ‫م ْن ديَا ِرُك ْم أَ ْن تـَبـَُّر‬

114 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


Artinya: “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan
berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu
karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”

Dari ayat di atas para ulama berpendapat bahwa mengucap-


kan selamat natal adalah salah satu perbuatan baik maka
boleh untuk mengucapakannya. Namun begitu, ulama-
ulama yang berpendapat dibolehkannya mengucapkan
selamat natal bersepakat bahwa kita tidak diperbolehkan
untuk ikut melaksanakan ibadahnya. Maksudnya, kita
boleh mengucapkan selamat natal, ikut perayaan dengan
makan bersama tapi kita dilarang dan diharamkan untuk
ikut kebaktian di gereja.

Seperti yang dilakukan oleh sebagian kelompok muslim yang


ikut berpartisipasi menjaga keamanan gereja waktu natal.
Hal itu diperbolehkan karena mereka tidak ikut kebaktian di
dalam gereja. Toleransi penjagaan gereja tersebut dilakukan
atas dua hal. Pertama, beberapa kejadian teror yang
dilakukan atas nama agama sering terjadi di gereja ketika
natal. Kedua, sebagai contoh yang simbolik bahwa Islam,
sebagai warga mayoritas di Indonesia, ikut bertanggung
jawab penuh pada keamanan saudara di sekitarnya untuk
dapat melaksanakan ibadah sebaik-baiknya. Mereka
membantu aparat keamanan menjaga ketertiban dan
keamanan gereja seperti yang dicontohkan oleh sahabat
Umar bin Khattab dengan memerintahkan kaum muslimin
untuk memberikan jaminan keamanan kepada umat

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 115


agama lainnya. Sahabat Umar melarang menduduki atau
menghancurkan gereja.

Jadi sebaiknya bagaimana, mengucapkan atau tidak?

Sebagai umat muslim kita diberi kebebasan dan keleluasaan


untuk menentukan pilihan. Hak bagi seorang muslim dalam
menentukan atau mengekspresikan keyakinan serta
agamanya telah dijamin oleh Undang-undang Dasar 1945
pasal 29 ayat 2.

“Bahwa setiap warga negara memiliki agama dan


kepercayaanya sendiri tanpa ada unsur paksaan dari
pihak manapun. Dan tidak ada yang bisa melarang
orang untuk memilih agama yang diyakininya. Setiap
agama memiliki cara dan proses ibadah yang bermacam-
macam, oleh karena itu setiap warga negara tidak boleh
untuk melarang orang beribadah. Supaya tidak banyak
konflik-konflik yang muncul di Indonesia.”

Mengucapkan selamat natal adalah salah satu dari


bentuk mengekspresikan keyakinan. Jadi baik memilih
mengharamkan atau membolehkan mengucapkan selamat
natal adalah hak personal masing-masing. Perbedaan
pandangan ini tidak boleh menjadikan konflik dan
perpecahan di kalangan internal umat Islam.

116 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


Bagi yang mengharamkan, cukup diam dan tetap
menghormati umat Kristiani yang sedang merayakan.
Misalnya, ketika ketemu dengan teman Kristiani saat natal,
maka kita cukup bersikap seperti biasa saja, bersikap seperti
hari-hari lainnya saat kita bertemu dan bergaul dengan
umat Kristiani.

Bagi yang membolehkan juga cukup dengan mengucapkan


selamat natal dan tidak perlu meledeki orang lain yang
tidak mau mengucapkan selamat. Misalnya, “selamat natal,
ya” atau “selamat merayakan natal”. Lalu, tambahkan saja
dengan doa yang baik-baik.

Saling menghormati adalah hal baik dan bagus untuk


dilakukan bukan untuk dipermasalahkan sehingga membuat
putusnya jalinan pertemanan dan menjadikan permusuhan.
Pesan KH. Abdurrahman Wahid penting untuk diutarakan
dalam konteks ini. Ketika ditanya tentang tanda kerasnya
hati, Gus Dur menjawab “Saat melihat gereja kau takut
imanmu runtuh, saat membaca al-Quran tak sedikitpun
hatimu tersentuh.”

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 117


118 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi
Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 119
Ada atau tidak nash al-
Quran atau hadis sahih yang
menyebutkan batasan-
batasan aurat perempuan?

120 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


B
erbicara masalah aurat, kita harus kembali ke dalam
al-Quran seperti yang sudah tercantum di dalam
Surah an-Nur ayat 31: “Dan katakanlah kepada para
perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya,
dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya (aurat-nya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan
hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya,
dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali
kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami
mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami
mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra
saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan
mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau
hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki
(tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan)
atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan.
Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui
perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu
semua kepada Allah wahai orang-orang yang beriman, agar
kamu beruntung.”

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 121


Ayat di atas secara eksplisit tidak berbicara batasan aurat
perempuan dan nyatanya memang tidak ada satupun ayat
yang menyebutkan secara pasti membatasi sampai mana
sebenarnya aurat perempuan. Begitu juga dengan hadis
yang sahih.

Lalu bagaimana perdebatan para ulama terkait dengan


aurat itu sendiri?

Dari Surah an-Nur ayat 31 itu kemudian mayoritas ulama


membatasi bahwa kalimat “ila maa dzaharo minha” (Yang
biasa tampak darinya) itu yang dimaksud adalah muka
dan telapak tangan. Dalam menafsiri ayat ini, Wahbah
Zuhailly yang menyandarkan pendapat pada argumentasi
Abu Hanifah yang mengatakan bahwa telapak kaki tidak
termasuk aurat dengan alasan sedikit menyusahkan jika
dijadikan bagian dari aurat. Hal ini dikarenakan pada zaman
dahulu ada suku (yang okupasinya berbeda secara geografi),
pada akhirnya Abu Hanifah berpendapat jika telapak kaki
(qodamain) ditutup akan menyusahkan mereka.

Murid Abu Hanifah yang bernama Abu Yusuf juga


berpendapat bahwa lengan sampai siku tidak termasuk aurat
dengan alasan yang sama, karena sedikit menyusahkan. Dan
lagi-lagi karena belum ada kejelasan yang pasti tentang
batasan “ila maa dzahara minha” yang menerangkan batas-
batas aurat perempuan. Sebenarnya ada sebuah hadis,
akan tetapi sifatnya mursal yang berarti perawinya ada
yang hilang dan tidak sahih. Hadis tersebut mengenai Asma

122 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


binti Abu Bakar yang pada saat itu sedang memakai baju
tipis yang kemudian lewat di depan Rasulullah. Dan Rasul
mengatakan, “Wahai Asma, jika perempuan sudah masanya
haid, maka wajib baginya menutup semua badan kecuali ini
(mengisyaratkan pada muka) dan ini (mengisyaratkan pada
telapak tangan)”. Dari sinilah, banyak muncul tafsir dari para
jumhur ulama bahwa “ila maa dzahara minha” berarti semua
badan kecuali muka dan telapak tangan.

Indonesia adalah masyarakat plural, yang di dalamnya


tidak hanya Islam. Bagaimana ulama Indonesia dalam
memandang batasan-batasan aurat dalam konteks ke-
Indonesiaan?

Pakar tafsir Quraish Shihab dalam menafsiri surah An-


Nur ayat 31 mengatakan bahwa ada seorang ulama yang
mengatakan “ila ma dzahara minha” adalah busana yang
terbaik di lingkungannya sendiri. Tafsir ini minoritas dan
tidak diakui oleh jumhur ulama. Hal ini pernah menimbulkan
perdebatan dan banyak ustaz-ustaz di Indonesia yang
berkomentar.

Sebenarnya asbab an-nuzul an-Nur ayat 31 sendiri adalah


ketika para perempuan dahulu pada masa Jahiliyyah masih
memakai pakaian terbuka, sampai ada yang terlihat belahan
payudaranya. Ada Asma binti Marsad melihat perempuan-
perempuan yang mondar-mandir di pasar dengan rambut
terlihat, belahan dada, dan pakaian terbuka sampai terlihat
pergelangan kaki. Akhirnya turunlah ayat 31 Surah an-Nur.

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 123


Tapi para ulama pada akhirnya menegaskan, pendapat yang
dimenangkan yakni semua badan kecuali muka dan telapak
tangan, semata agar keadaan perempuan aman dari fitnah.
Adapun kalau diragukan atau dikhawatirkan ada fitnah, para
ulama menegaskan/memilih semua anggota badan menjadi
aurat dan itu pendapat mayoritas ulama.

Kala itu, di Arab ada turba dan ada berbagai macam gaya
khimar seperti halnya Indonesia yang sedang tren dengan
adanya gaya hijab syar’i yang menjuntai menutupi dada
seperti saat ini. Ini menimbulkan suatu kecenderungan
tertentu. Ulama-ulama terdahulu ada juga yang istrinya
tidak mengenakan kerudung. Misalnya istri dari Buya
Hamka. Artinya, dalam hal ini kita tidak hanya sedang
berbicara soal agama, akan tetapi juga persoalan budaya.

Untuk konteks Indonesia dengan kondisi geografis dan


karakter sosiologis masyarakatnya, pandangan dari
ulama yang menyatakan bahwa yang dimaksud menutupi
aurat adalah berpakaian sopan, tidak mencolok, bisa
dijadikan argumentasi dan pijakan pendapat. Pandangan
ini lebih toleran dan cocok untuk diterapkan dalam konteks
masyarakat yang majemuk.

Sebaiknya aurat dalam konteks Indonesia bagaimana?

Sebuah kebudayaan masyarakat di sudut mana pun di dunia


ini selalu dibarengi dengan soal pandangan masyarakat
terhadap apa yang kita lakukan, kita kenakan, dan cara
pandang terhadapnya. Hal tersebut langsung dipengaruhi

124 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


oleh kondisi geografis, mencakup tanah, ketersediaan air,
cuaca, karakteristik flora dan fauna, dll. Produk budaya
material dan immaterial, sesungguhnya merupakan
representasi dari kebudayaan masyarakat itu sendiri.
Misalnya, ketersediaan pohon kapas atau melimpahnya
peternakan domba berpengaruh terhadap dari bahan apa
pakaian terbuat, dll. Termasuk juga cara berpakaian. Hidup
diliputi cuaca tropis atau di negara empat musim dengan
perubahan cuaca ekstrem (sangat panas di musim panas
dan sebaliknya sangat dingin di musim dingin dan salju),
pasti melahirkan mode dan bentuk pakaian yang berbeda.
Manusia adalah makhluk berakal yang mampu beradaptasi
dengan kondisi tempatnya tumbuh. Jika tidak, justru akan
beresiko pada kesehatan tubuh.

Selain ayat-ayat yang menyebut aurat perempuan, satu


hal yang sering dilupakan adalah aturan saling menjaga
pandangan, baik perempuan maupun laki-laki. Apabila
perempuan maupun laki-laki dapat menjaga pandangan,
menghormati tubuh orang lain dengan tidak menjadikannya
objek seksual semata, pasti kedua belah pihak akan saling
merasa aman.

Ringkasnya bagaimana?

Sebelum Islam masuk, budaya berpakaian perempuan


dalam kehidupan sehari-hari tampak dari bukti-bukti
arkeologis seperti candi maupun dalam visual-visual
peninggalan sejarah. Perempuan Jawa dengan kebaya,

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 125


perempuan Melayu dengan songketnya, perempuan Bali
dengan kemben dan lain sebagainya. Kemudian oleh ulama
terdahulu, melalui ajaran Islam yang menyatu dengan
kebudayaan setempat, perempuan-perempuan di Indonesia
sudah mengaktualisasi caranya berpakaian. Konon, kebaya
berlengan panjang adalah hasil akulturasi pakaian Jawa
dengan nilai-nilai Islami yang mulai masuk ke kerajaan Jawa
ketika itu. Selain istri dari Buya Hamka, banyak pula istri-
istri Kiai dari ulama-ulama di Jawa yang nampak anggun
memakai kerudung berbentuk selembar kain di kepala yang
disampirkan sederhana di kedua bahu. Tokoh perempuan
dari Minang, beberapa nampak dalam gambar sejarah
berkerudung panjang, namun ada pula yang mengenakan
kerudung kain.

Dengan kondisi sekarang ini, dalam konteks Indonesia


yang beragam, maka urusan berpakaian kita serahkan
kepada masing-masing individu. Sebagai Muslim, kita boleh
berpakaian sesuai dengan ketentuan tafsir yang kita yakini,
akan tetapi tidak perlu memaksakan tafsir kita kepada orang
lain. Kita tidak bisa menafikan apa yang disampaikan oleh
Prof. Quraish Shihab dalam tafsirnya bahwa berpakaian
adalah dengan memakai pakaian terbaik di lingkungannya.
Artinya lagi-lagi, batasan aurat tidak dijelaskan secara
gamblang. Kita harus mempunyai kemampuan mengukur
di mana kita berada.

126 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 127
Apa yang dimaksud dengan
jilbab dan adakah perbedaan
antara jilbab Indonesia dengan
negara lainnya?

128 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


J
ilbab secara umum dikenal sebagai busana yang
menutupi seluruh tubuh perempuan kecuali muka dan
telapak tangan. Walaupun ada banyak pertentangan
tentang batasan-batasannya, akan tetapi mayoritas ulama
beranggapan demikian.

Kita mengenal ada banyak sekali istilah-istilah jilbab di


beberapa negara Islam. Seperti di Arab Saudi dengan
sebutan Turba, di Turki dengan sebutan Charshaf, Chador
di Iran, dan lain sebagainya. Dengan ciri identiknya adalah
perempuan, jilbab juga acap kali dianggap sebagai identitas
kesalehan seseorang.

Di Indonesia sering kali kita mengenal jilbab dengan istilah


kerudung. Walaupun secara definisi agak sedikit berbeda
dengan jilbab, namun hakikat fungsi dari keduanya adalah
sama. Yakni sebagai pembeda identitas dan penanda
kehormatan diri. Meskipun masih harus tetap kita akui
bahwa jilbab tidak selalu teridentifikasi dengan kesalehan.

Prinsipnya ajaran Islam mewajibkan menutup aurat. Teknis


menutup auratnya diserahkan kepada masing-masing tafsir

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 129


yang kita yakini. So, mengenai mode, fesyen, cara berjilbab,
dan cara berkerudung sepenuhnya diserahkan pada kita
dan tergantung mode dan kebudayaan tempat kita tinggal.

Dakwah tentang jilbab sudah merebak di mana-mana.


Entah melalui surat kabar, buku, film dan lain sebagainya.
Mengenai fenomena tersebut, bagaimana harusnya kita
menanggapinya?

Hadirnya Novel yang mengangkat kisah-kisah pemuda-


pemudi muslim seperti Ayat-ayat Cinta yang ditulis
oleh Habiburahman Elshirazy membawa cakrawala dan
cara pandang yang baru bagi sebagian besar “hijaber” di
Indonesia. Utamanya bagi perempuan yang baru ingin
mempelajari Islam. Hasilnya adalah dengan melihat kisah
para pemeran dalam drama nuansa Islam tersebut, seolah
dijadikan kendaraan praktis dan jalan tol untuk mempelajari
inti dari ajaran Islam itu sendiri. Kealiman hanya berhenti
pada suatu perubahan yang nampak. Misal, pakaian lebih
tertutup dari sebelumnya. Sehingga untuk mewujudkan
transformasi perbedaan ini, maka lahirnya jargon “Hijrah”
yang membedakan antara penampilan dan kebiasaan
sebelumnya dengan penampilan baru yang lebih tertutup.

Ada beberapa faktor yang memengaruhi munculnya


fenomena banyaknya muslimah yang secara tiba-tiba
mengenakan jilbab. Beberapa di antaranya adalah karena
merasa terketuk hatinya, ada juga yang karena sering ikut
pengajian, ada pula karena mendengar suara orang yang

130 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


sedang melantunkan al-Quran, karena keadaan lingkungan
sekitar, dan sebagainya. Bahkan ada juga yang mengaku
secara terang-terangan jika mereka mengenakan busana
tertutup karena mengikuti tren. Terlepas dari alasan-alasan
yang bersifat sangat personal, tidak sedikit dari mereka yang
mencoba mengajak temannya yang lain untuk ikut serta
seperti dirinya. Atau hal yang paling kecil adalah dengan
mendoakan mereka yang belum berjilbab agar segera diberi
hidayah.

Ada satu dalil andalan yang ampuh yang sering digunakan,


yakni, “Sampaikanlah kebaikan walau satu ayat”. Nah, kalau
sudah begitu adanya, semua orang merasa dituntut untuk
menyebarkan apa yang pernah didapat tentang ajaran Islam.
Sayangnya, satu hal yang sering terlupa. Sebenarnya banyak
orang yang belum lengkap mempelajari sebuah keilmuan
dan belum benar-benar mengerti adab dan etika berdakwah,
tapi merasa nekad menyampaikan sesuatu yang ia yakini
sebagai kebenaran. Akibatnya, seperti yang terjadi akhir-
akhir ini, ada banyak bahasa dakwah yang kasar, memaksa
dan tak jarang memprihatinkan hingga membuat banyak
orang malah antipati kepada Islam.

Lalu apa hidayah itu sebenarnya?

Jika kita sudah mempelajari bagaimana keislaman para


sahabat Rasulullah Saw., maka kita tidak akan asing lagi
dengan kisah hijrahnya Umar Bin Khattab. Sebelumnya,
Ia adalah orang yang sangat menentang ajaran Islam yang

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 131


dibawa oleh Muhammad bin Abdullah. Karena ia berpikir
bahwa kedatangannya akan memecah belah kaum dari suku
Quraisy. Atas dasar asumsi seperti itulah akhirnya Umar Bin
Khattab sangat membenci Rasulullah Saw.

Suatu ketika Ia pergi ke rumah Rasulullah untuk membunuh-


nya, dalam perjalanan ia berpapasan dengan Nu’aim bin
Abdullah. Ia menyarankan untuk membatalkan niatnya
tersebut dan memberitahu jika saudarinya Fatimah bin
Khattan dan suaminya sudah memeluk Islam. Penasaran
dengan hal tersebut, akhinya Umar datang ke rumah
saudarinya. Alhasil, ketika sampai di depan rumah, ia
mendengar Khabbab bin al-Araf sedang membaca surah
Thaha untuk Fatimah dan suaminya. Singkat cerita,
Umar merasa terketuk hatinya mendengar lantunan dan
keindahan Bahasa dari al-Quran. Seketika itu juga Umar
meminta Khabbab untuk mengantarkannya bertemu pada
Rasulullah Saw. dan menyatakan diri masuk Islam.

Dari sini setidaknya kita dapat menyimpulkan jika hidayah


adalah petunjuk. Dalam hal ini, konteks keislaman yakni
petunjuk yang diberikan oleh Allah Swt. untuk hamba-Nya.
Hidayah adalah hak preogatif Allah Swt.

Persoalan hidayah bukan semata soal jilbab. Ada banyak


dimensi dalam hidup yang senantiasa memerlukan
hidayah dari Allah, seperti pilihan sikap jujur, menolong
orang lain, menolak suap, dan lain sebagainya. Setiap hari,
dalam kehidupan tiap-tiap orang, kita selalu dihadapkan
pada tantangan dan pilihan-pilihan yang semuanya

132 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


memerlukan petunjuk dari Allah. Ada baiknya kita lebih
sering mengevaluasi diri dan berdoa agar senantiasa
ditunjukkan hidayah untuk diri kita sendiri, daripada
menuding kesalahan kepada orang lain.

Ada banyak perdebatan tentang jilbab. Sebenarnya jilbab


itu diserahkan ke masing-masing pribadi atau memang
sudah menjadi kewajiban agama?

Jilbab adalah satu anjuran dalam agama Islam. Dengan


fungsinya sebagai penutup agar kehormatannya lebih
terjaga dan pelindung bagi perempuan itu sendiri.
Pada masa Rasul dahulu, salah satu fungsi jilbab adalah
pembeda perempuan budak dan perempuan merdeka,
juga melindungi fitnah dalam pergaulan. Tidak hanya Islam
sebenarnya. Agama lain seperti Yahudi, Nasrani dan Buddha,
juga memiliki kebudayaan berpakaian tertutup. Kalau kita
lihat fungsinya dalam realitas sosial, kehadiran jilbab adalah
sesuatu yang baik. Asalkan, tertutupnya kepala perempuan
tidak menjadikan potensi pemikiran yang ada di dalam
kepala menjadi terbatasi.

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 133


134 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi
Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 135
Niat utama orang mau belajar
Islam itu seperti apa?

136 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


D
alam al-Quran “Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat..” (QS al-
Mujadilah:11)

Mencari ilmu merupakan salah satu tujuan syariat Islam


untuk mewujudkan kebaikan bagi umat manusia, memelihara
peradaban di muka bumi dan membantu beribadah kepada
Allah Swt. Selain agama, pemerintah berkewajiban
membantu warga negara dalam proses belajar mengajar
yang bermanfaat bagi para penuntut ilmu. Sebaiknya
pendidik, ustaz, atau guru sejatinya menyampaikan ilmu
kepada penuntut ilmu dengan sungguh-sungguh dan
ikhlas, supaya diantara mereka tidak mendapatkan dosa
karena tidak mengetahui akan ilmu pengetahuan atau
memendamnya, yang kelak akan mendapatkan dosa dari
Allah Swt.

Rasulullah Saw. pun menganjurkan setiap kegiatan harus


diawali dengan niat, apalagi menuntut ilmu. Supaya apapun
yang dilakukan dengan niat menjadi barokah. Misalnya
sekolah, kita dianjurkan untuk selalu niat mencari ilmu di

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 137


sekolahan. Jangan pergi ke sekolah dengan niat mencari
pacar, teman atau hanya sekedar nongkrong-nongkrong,
maka ilmu yang diambil tidak akan berkah karena tidak
ada keikhlasan dalam mencari ilmu. Oleh karena itu,
mencari ilmu harus bersungguh-sungguh dan dengan
sebaik mungkin, supaya setelah selesai sekolah ilmu yang
didapatkan bermanfaat bagi diri sendiri, bangsa dan negara.

Begitupun dengan niat belajar Islam, harus bersungguh-


sungguh supaya ilmu yang didapatkan bermanfaat.
Kemudian, belajar Islam juga harus ikhlas tanpa merasa
terbebani sedikitpun. Belajar Islam bisa dilakukan di
sekolah-sekolah formal maupun non-formal. Baik sekolah
formal maupun non-formal pasti akan ada struktur
pembelajarannya. Misalnya, di sekolah kelas 1 SD akan
diajarkan mengenai rukun Islam dan rukun iman. Karena
kita sebagai umat Islam harus tau mengenai rukun Islam dan
rukun iman. Ini pelajaran mendasar bagi umat Islam sebelum
melanjutkan ilmu-ilmu Islam yang lain.

Sedangkan belajar Islam di pendidikan non-formal bisa


dilakukan di pesantren, surau, langgar, atau masjid. Dalam
tata cara pembelajaran baik formal maupun non-formal
hampir sama saja, pembelajaran meliputi teori, tata
cara menulis Arab (khot) atau bahkan praktik mengenai
pembelajaran fikih, dan mata pelajaran yang lainnya.

Selain sistem pembelajaran, guru juga merupakan faktor


penentu dalam menuntut ilmu bagi orang Islam. Guru
sangat bertanggungjawab mengenai ilmu yang Ia transfer

138 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


ke peserta didik. Dalam Islam diajarkan untuk memilih guru
yang sanadnya sampai ke Nabi Muhammad Saw. Karena
dengan ilmu yang bersambung ke beliau lah akan menjadi
berkah serta mendapatkan ridla dari Allah Swt.

Lalu apakah belajar Islam dimulai dari pakaian/


perbuatan dulu?

Nabi Muhammad Saw. bersabda: “Aku diutus untuk


menyempurnakan akhlak yang mulia.” Di sini jelas bahwa
untuk orang yang baru mempelajari Islam haruslah
akhlak dulu yang dipelajari. Karena dari akhlak orang bisa
mengamalkan ilmu yang didapat. Dan dengan akhlak orang
tersebut bisa dibedakan antara orang yang berilmu atau
tidak. Ada banyak kerusakan di bumi justru disebabkan oleh
orang-orang berilmu yang tidak memiliki akhlak yang baik.

Misalnya, dengan perbuatan mencela teman dalam kelas


atau di lingkungan rumah itu tidak dibenarkan dalam Islam.
Karena mencela orang itu haram dan mendapatkan dosa.
Maka, kita sebagai manusia dianjurkan berbuat baik kepada
sesama manusia dan juga alam semesta.

Perbuatan baik dan menjaga kelangsungan hidup dalam


masyarakat merupakan harapan bagi seluruh manusia dan
juga agama Islam. Karena Islam sendiri memerintahkan kita
supaya tetap menjalin silaturahmi sesama umat Islam. Selain
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, juga mendapatkan
pahala.

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 139


Tips bagi orang yang baru belajar Islam

1. Niat dengan benar dalam menuntut agama Islam supaya


ilmu yang didapatkan bermanfaat dan juga mendapat
pahala dari Allah Swt.
2. Belajar dengan sungguh-sungguh dalam mencari ilmu,
karena dengan belajar dan ilmu yang dimiliki akan
menjadikan Islam kita kaffah. Ya, benar, Islam kita kaffah
sebab ilmu, bukan hal-hal yang nampak heroik namun
dilakukan tanpa ilmu dan akhlak.
3. Carilah guru yang yang mempunyai sanad sampai Nabi
Muhammad Saw., karena ilmu keislaman diturunkan
semua kepada beliau.
4. Belajarlah sesuai dengan tahapan-tahapannya agar
mendapatkan ilmu Islam sesuai dengan struktur
keilmuan.

140 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 141
Foto selfie bagi perempuan
itu apakah sama dengan
mengumbar aurat?

142 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


P
ada bab-bab sebelumnya kita sudah membahas
tentang batasan-batasan aurat. Lalu bagaimana
dengan selfie atau swafoto? Tidak ada masalah
sepanjang terhindar dari mudarat-mudarat yang bisa
ditimbulkan semisal pelecehan dan lain sebagainya. Apakah
ada kaitannya selfie dengan mengumbar aurat? Jangan
terburu-buru berbicara soal mengumbar aurat. Karena
antara berfoto selfie dan mengumbar aurat adalah dua hal
yang berbeda. Hanya saja yang mungkin dikhawatirkan
adalah jika terjadi fitnah dan berlebih-lebihan untuk mencari
perhatian, mencari sensasi, mendongkrak popularitas, ingin
menunjukkan apa yang dia punya, maka wajar hal tersebut
harus dibatasi. So, selfie tidak masalah sepanjang tidak
melanggar aturan-aturan prinsip agama dan terhindar dari
mudarat yang bisa saja terjadi.

Kalau begitu, berarti kita nggak bebas berekspresi di


media sosial?

Kebebasan berekspresi itu tergantung bagaimana cara kita


menyikapinya. Media sosial adalah ruang publik, belantara

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 143


yang amat terbuka untuk semua hal, maka untuk berjaga-
jaga dalam mengurangi efek negatif yang mendorong
pada kemaksiatan maka salah satu caranya adalah dengan
menggunakan secara bijak dan lebih hati-hati.

Adakah pendapat ulama yang mengatakan batasan kita


dalam membagikan foto selfie di media sosial?

Tak bisa kita pungkiri bahwa selfie sudah bukan lagi


kebutuhan sekunder, tapi sudah menjadi kebutuhan primer
setiap orang. Termasuk juga para perempuan. Tidak bisa kita
pungkiri, ada banyak orang yang ber-selfie tanpa memandang
batasan dan adab-adab Islam dengan mengumbar aurat dan
berpose yang berlebihan.

Hasil Bahtsul Masai’l santri se-Jawa dan Madura di Pondok


Pesantren Lirboyo pada April 2015 menyatakan bahwa selfie
menjadi haram jika menimbulkan fitnah dan mengundang
orang lain untuk berkomentar negatif.

“(Adapun hukum gambar dari hasil kamera itu boleh selama


tidak mendatangkan fitnah seperti gambar wanita yang tampak
sesuatu dari jasadnya selain wajah dan kedua telapak tangan).

(Yang dinamakan fitnah adalah ketertarikan hati untuk


melakukan zina atau pendahuluannya dan mengundang orang
lain untuk berkomentar yang yang negatif).”

Jadi kesimpulannya hukum selfie itu sah-sah saja jika


tidak menimbulkan fitnah yang mendorong manusia pada

144 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


kemaksiatan untuk menarik hati melakukan perbuatan zina
dan merugikan pihak perempuan itu sendiri.

Pasang foto profil yang ada wajah kita (perempuan) dosa


atau tidak ?

Tidak adalah masalah sepanjang tidak menimbulkan fitnah.


Apabila foto tersebut digunakan untuk hal-hal yang kurang
baik, memancing ketertarikan orang lain, berbohong perihal
identitas diri yang sebenarnya, riya’, dan pamer, maka
hukumnya adalah haram. Kita kembalikan pada niat masing-
masing. Karena bagaimanapun seiring berjalannya waktu
dan kecanggihan teknologi yang memaksakan kita untuk
berfoto diri seperti halnya KTP, Kartu Pelajar, dan data diri
lainnya. Dan semuanya itu memerlukan foto.

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 145


146 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi
Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 147
Bolehkah kita berteman
dengan orang yang berbeda
agama dengan kita?

148 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


T entu saja kita boleh berteman dengan siapa saja,
termasuk orang yang berbeda agama dengan kita.

Bagaimana Islam memandang hal demikian?

Menurut Quraish Shihab dalam bukunya “Lentera Al-Qur’an”,


agama berpesan bahwa hubungan antarmanusia merupakan
hubungan persaudaraan, bukan hubungan take and give.
Persaudaraan ini menuntut hubungan yang serasi dan
jalinan kasih sayang. Oleh karena itu, agama tidak melarang,
lho, penerimaan hadiah dari dan kepada siapapun selama hal
tersebut tidak melahirkan pencemaran akidah. Nabi Saw.
sendiri pernah menerima hadiah dari penguasa Mesir yang
beragama Kristen berupa budak yang bernama Mariyah
yang kemudian ia nikahi dan melahirkan anak bernama
Ibrahim.

Memang benar, menjalin hubungan kasih sayang dengan


musuh adalah terlarang. Namun perlakuan adil terhadap
mereka adalah kewajiban. “Allah tidak melarang kamu sekalian
berbuat baik dan memberi sebagian dari hartamu kepada yang

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 149


tidak seagama denganmu, selama mereka tidak memusuhimu
dalam agama atau mengusirmu dari kampung halamanmu” (QS
al-Mumtahanah : 9)

Terus, bagaimana sebaiknya sikap kita terhadap teman


yang berbeda agama?

Kita harus menjaga sikap toleransi dengan mereka,


menumbuhkan sikap saling hormat menghormati dan saling
menghargai perbedaan keyakinan. Selain dianjurkan oleh
agama, sikap ini juga diatur dalam Undang-Undang Negara
kita, lho. Lihat deh UUD 1945 pasal 29 ayat (2): Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agama dan kepercayaannya itu.

Persaudaraan (ukhuwah) yang paling kecil lingkupnya


adalah ukhuwah islamiyah, persaudaraan sesama muslim.
Selanjutnya, ada ukhuwah wathoniyah, persaudaraan sebagai
satu bangsa. Tanpa mempedulikan agama dan suku bangsa,
kita adalah saudara yang hidup dalam satu negeri yang
sama, Indonesia. Lebih luas lagi, ada ukhuwah insaniyyah,
persaudaraan sesama umat manusia. Nah, ini lebih dahsyat
lagi. Tidak ada sekat yang membatasi kita bergaul dengan
siapa saja, tanpa memandang status sosial, ras, golongan,
agama, warna kulit dan lain sebagainya. Maka sudah
sewajarnya kita harus saling menghormati dan menghargai
satu sama lain.

150 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


Agama menuntut setiap umatnya memelihara kesucian
akidah. Ia tidak boleh ternodai meskipun sedikit dengan
dalih apapun. Agama –sebelum negara menuntutnya—
telah menegaskan agar kerukunan umat terpelihara. Salah,
bahkan berdosa, bila kerukunan dikorbankan atas nama
agama, dan salah serta dosa pula bila kesucian akidah oleh
dan atas nama kerukunan.

Maka tidak ada jalan lain kecuali saling menghormati dan


menghargai orang lain yang berbeda agama dengan kita.
Sikap ini juga dalam rangka menunaikan perintah Allah
untuk saling mengenal satu sama lain, lho. Kerukunan
yang kita jalin dengan mereka tidak lantas membenarkan
akidah yang mereka yakini. Cukuplah ”Lakum dinukum
waliyadin” sebagai jawaban atas persoalan akidah antara
kita dan mereka. Selebihnya, persoalan ekonomi, sosial,
politik, budaya, kita boleh saling bersinergi dalam rangka
membangun Indonesia yang lebih baik.

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 151


152 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi
Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 153
Bolehkah kita memilih
pemimpin non-muslim?

154 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


M
engenai hal ini, kalangan ulama berbeda
pendapat. Ada yang tegas melarang, namun ada
pula yang memperbolehkan. Namun yang perlu
digarisbawahi, yang memperbolehkan pun memiliki syarat
dan ketentuan yang berlaku.

Hasil Bahtsul Masa’il dalam Muktamar NU pernah


menyinggung masalah ini. Pada dasarnya, orang Islam tidak
boleh menguasakan urusan kenegaraan kepada orang non-
muslim, kecuali dalam keadaan darurat, yaitu:
a. Dalam bidang-bidang yang tidak bisa ditangani sendiri
oleh orang Islam secara langsung atau tidak langsung
karena faktor kemampuan.
b. Dalam bidang-bidang yang ada orang Islam
berkemampuan untuk menangani, tetapi terdapat
indikasi kuat bahwa yang bersangkutan akan khianat.
c. Sepanjang penguasaan urusan kenegaraan kepada non-
muslim itu membawa manfaat.

Sebagai catatan, orang non-muslim yang dimaksud


adalah dari kalangan kafir dzimmi (yang taat pada aturan

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 155


kenegaraan, membayar pajak, dll) bukan kafir harbi (kafir
musuh).

Pemilihan pemimpin negara itu sama nggak sih dengan


pemimpin agama?

Memilih pemimpin negara umumnya nggak sama dengan


pemimpin agama. Pemimpin agama biasanya kita sebut
ulama, sedangkan pemimpin negara kita sebut umara. Tetapi
keduanya bisa juga lho dipegang oleh orang yang sama.
Contohnya Rasulullah Saw. Beliau adalah suri tauladan yang
baik sebagai pemimpin agama sekaligus pemimpin negara.
Jika pun terpisah, keduanya harus berjalan beriringan dan
bersinergi satu dan lainnya dalam rangka membangun
negeri menjadi lebih baik.

156 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 157
Lalu, kriteria apa saja
seseorang layak dipilih
menjadi pemimpin?

158 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


A
l-Quran pernah menjelaskan, setidaknya ada dua
sifat pokok yang harus disandang oleh seorang yang
memikul jabatan yang berkaitan dengan hak-hak
kemasyarakatan.“Sesungguhnya orang yang paling baik engkau
tugaskan adalah yang kuat lagi terpercaya,” inilah ucapan putri
Nabi Syu’aib dalam al-Quran Surah al-Qashas ayat 26.

Selain itu, pengangkatan Nabi Yusuf sebagai Kepala Badan


Logistik Kerajaan Mesir yang disampaikan oleh rajanya pun
memiliki redaksi yang serupa, “Sesungguhnya engkau menurut
penilaian Kami adalah seorang yang kuat lagi terpercaya” (QS
Yusuf : 54)

Jadi kata kuncinya adalah “kuat” dan “dapat dipercaya”. Kuat


bisa berarti berani menghadapi segala resiko yang mungkin
terjadi selama dia memimpin. Dapat dipercaya artinya ia
meyakini bahwa jabatan adalah amanah yang menuntutnya
untuk bertanggungjawab secara penuh.

Selain kriteria tersebut, KH. Said Aqil Siroj dalam bukunya


“Tasawuf Sebagai Kritik Sosial” menambahkan kriteria
seorang pemimpin yang layak dipilih harus memiliki

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 159


kualifikasi tertentu: 1) kecakapan dan kapabilitas; 2) kerja
sama dan solidaritas dalam kebaikan bersama dan untuk
kepentingan bersama; 3) adanya platform politik yang bisa
diterima semua pihak. Semuanya harus dilandasi dengan
prinsip kejujuran dan penuh tanggung jawab, keadilan,
permusyawaratan dan egalitarianisme (sama dalam hukum
tanpa memandang status sosial, kedudukan dan lain-lain).

Ibnu Taimiyah berkata, “Jika urusan dunia ini diperintah


dengan keadilan, maka masyarakat akan menjadi sehat, biar
pun terdapat keburukan moral pribadi para penguasa. Dan
jika urusan dunia ini diperintah dengan kezaliman, maka
masyarakat akan runtuh, tanpa peduli kesalahan pribadi
para penguasa yang tentunya akan diberi pahala di akhirat
nanti.” Tuh, kan?

160 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 161
Bagaimana sih konsep Islam
tentang perdamaian?

162 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


S
ecara harfiah, Islam berarti “damai”, “selamat” dan
“kepasrahan diri”. Sedangkan secara konseptual, Islam
merupakan agama yang mengajarkan monoteisme
tauhid yang harus diwujudkan dalam bentuk kepasrahan diri
dan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya sebagai utusan
pembawa rahmat bagi seluruh alam dalam rangka meraih
kebahagiaan dunia dan akhirat.

Berdasarkan dua pengertian tersebut, sudah pasti bahwa


Islam yang diajarkan Rasulullah sejak awal menjunjung
tinggi perdamaian. “Wahai manusia, tebarkanlah perdamaian,
berilah makan orang lain, dan salatlah di saat orang-orang
sedang tidur, niscaya kalian akan masuk surga dengan damai.”
(HR Ahmad, at-Tirmidzi, dan Hakim)

Islam tidak pernah mengajarkan permusuhan terhadap


pihak lain yang berbeda suku, etnis (suku bangsa), bahasa,
warna kulit, agama, strata ekonomi atau status sosial karena
Allah mengingatkan kita dalam al-Quran Surah al-Baqarah
ayat 193 bahwa tidak ada musuh selain terhadap orang-
orang yang berbuat zalim.

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 163


Jika ada ayat-ayat al-Quran tentang perang kita harus
tahu asbab an-nuzul (sebab turunnya ayat), dulu. Jika
ayat-ayat al-Quran tidak dibaca secara utuh, yang terjadi
adalah kesalahan interpretasi yang menyebabkan distorsi
pemahaman Islam secara menyeluruh (integral). Rasulullah
diperintahkan untuk berperang dalam rangka membela diri
dan terusir dari kampung halaman. (QS al-Hajj : 39-40)

Sebaliknya, al-Quran justru memerintahkan berlaku adil


dan berbuat baik, termasuk kepada non-muslim serta
mengusahakan perdamaian jauh lebih banyak. al-Quran
melarang merusak tempat ibadah agama lain dan mencaci
sesembahan mereka, baik dalam kondisi perang maupun
damai (QS al-Hajj : 40). Dalam kondisi perang pun, Rasulullah
selalu berusaha membatasi jatuhnya korban dan melarang
keras membunuh wanita, anak-anak, dan orang tua serta
melarang merusak lingkungan. Islam melarang keras
membunuh orang tanpa alasan yang hak (QS al-Maidah
: 32). Bahkan yang tak boleh kita lupakan adalah ucapan
“Assalamu ‘alaikum” dalam Islam yang berarti menebarkan
salam perdamaian dan keselamatan. Jadi, udah jelas dong
kalau Islam adalah agama yang cinta damai dan rahmat bagi
seluruh alam. (QS al-Anbiya : 107)

Ada nggak contoh kisah perdamaian dalam al-Quran?

Al-Quran tidak menjelaskan secara rinci kisah tentang


perdamaian. Namun dalam Surah al-Hujurat ayat 10
dijelaskan “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.

164 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antar kedua
saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu
mendapat rahmat.”

Ada sebuah kisah menarik tentang perdamaian yang dialami


Rasulullah Saw. Dalam sejarah Islam, dikenal ada yang
dinamakan Perjanjian Hudaibiyah (Shulhul Hudaibiyah) yang
terjadi pada bulan Maret 628 M / Dzulqa’dah 6 H, yaitu
perjanjian perdamaian antara Rasulullah dan Suhail bin
Amr sebagai wakil penduduk Mekkah yang mayoritas masih
musyrik. Konon katanya, perjanjian ini dinilai oleh banyak
sahabat Nabi menguntungkan pihak lawan.

“Tulislah wahai Ali, Bismillahirrahmanirrahim.” Kata


Rasulullah.

Ali r.a pun menulis, tetapi Suhail merasa keberatan dan


meminta agar Rasulullah menulis namanya sendiri.

Nabi Saw. menyetujui dan memerintahkan menghapus


basmalah sambil melanjutkan, “Inilah perjanjian perdamaian
antara Muhammad Rasulullah dan Suhail bin Amr.”

Lagi-lagi Suhail keberatan dan tidak mengakui Muhammad


sebagai utusan Allah. Ia menginginkan agar tulisan itu
diganti dengan “Muhammad putra Abdullah.”

Sekali lagi Rasulullah Saw. menyetujui sambil berkata,


“Demi Tuhan, aku adalah utusan Allah walau kalian
mengingkarinya. Hapuslah kata itu, wahai Ali.”

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 165


Ali tampak ragu dan sahabat lain menggerutu. Umar bin
Khattab bahkan berkata, “Mengapa kita harus menerima
kehinaan bagi agama kita?”

“Tenanglah wahai Umar. Aku ini utusan Allah.” Lalu Nabi


Muhammad mengambil rancangan perjanjian tersebut
dan menghapus dengan tangannya sendiri kata-kata
“Muhammad Rasulullah.”

Masya Allah. Kisah ini tidak hanya menunjukkan Rasulullah


sebagai diplomat ulung di tengah ancaman pertumbahan
darah antara kedua pihak, tetapi juga komitmennya untuk
memprioritaskan kemaslahatan umat yang lebih luas. Inilah
bukti bahwa Rasulullah benar-benar menjunjung tinggi
nilai perdamaian dalam Islam. Dan terbukti bahwa di masa
setelah perjanjian itu, umat Islam justru bisa beribadah
dengan tenang, meskipun akhirnya perjanjian ini dilanggar
oleh kaum musyrik itu sendiri.

166 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 167
Apakah jihad ke
daerah-daerah konflik
di Timur Tengah itu
dibenarkan?

168 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


K
ata “jihad” berasal dari bahasa arab “jahada” yang
artinya bersungguh-sungguh. Dalam kitab Fathul
Mu’in dijelaskan macam-macam bentuk jihad, yaitu:

1) Menegaskan eksistensi Allah di muka bumi, seperti


melantunkan azan untuk berjamaah, takbir, dan
beragam macam dzikir dan wirid.
2) Menegakkan syariat dan nilai-nilai agama, seperti salat,
puasa, zakat, haji, kejujuran, keadilan dan kebenaran.
3) Berperang di jalan Allah, jika ada komunitas yang
memusuhi kita.
4) Mencukupi kebutuhan dan kepentingan orang yang
harus ditanggung oleh pemerintah baik muslim maupun
non muslim.

Jika yang dimaksud jihad adalah berperang di daerah


konflik, maka hal itu adalah tindakan yang kurang tepat.
Negara kita adalah negara berdaulat yang tidak boleh
mencampuri urusan negara lain. Aturan untuk berjihad
alias berperang–walapun dengan dalih melawan orang
kafir–tidak dibenarkan dalam perundangan yang berlaku.

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 169


Pengiriman ekspedisi ke daerah-daerah konflik telah diatur
jelas dalam perundangan dan disalurkan melalui lembaga
resmi kenegaraan misalnya lembaga Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB). Dulu, kita pernah mengirimkan tentara yang
tergabung pasukan perdamaian PBB untuk membantu
meredakan konflik di Bosnia dan Serbia. Hanya sebatas itu.

Lalu, bagaimana sebaiknya cara kita membantu umat


Islam di negara lain yang sedang tertindas?

Ada banyak cara lho yang bisa kita lakukan untuk membantu
saudara-saudara kita yang sedang dilanda konflik.

Pertama, menyumbangkan sebagian harta kita untuk


bantuan kemanusiaan seperti pembangunan rumah sakit,
obat-obatan, bantuan perumahan dan lain-lain. Akibat
peperangan dan konflik berkepanjangan, tak sedikit
kerugian material maupun spiritual yang dialami. Melalui
bantuan kemanusiaan ini, semoga penderitaan mereka
sedikit berkurang.

Kedua, berpartisipasi secara aktif mengkampanyekan


perdamaian serta mendorong pemerintah untuk berdialog
(diplomasi) melalui forum internasional. Islam adalah agama
perdamaian. Perundingan menuju perdamaian lebih layak
diperjuangkan daripada peperangan yang mengakibatkan
banyak kerugian dalam semua aspek kehidupan.

Ketiga, berdoa. Kita tahu bukan, kalau doa adalah senjatanya


orang mukmin. Nah, dengan berdoa tulus ikhlas untuk

170 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


mereka setelah salat, saat istighosah, dan lain-lain semoga
mereka selalu dijaga dalam lindungan Allah Swt. Kita juga
memohon agar perdamaian kembali tercipta di bumi mereka.

Jihad untuk anak muda seperti apa sih?

Udah paham kan, kalau jihad bukan cuma perang?. Banyak


hal yang bisa dilakukan anak muda dalam berjihad, antara
lain:
a. Jihad sosial, bersungguh-sungguh dalam perbaikan
sosial termasuk di dalamnya adalah pemberdayaan
ekonomi masyarakat yang kurang mampu agar menjadi
sejahtera.
b. Jihad kultural, bersungguh-sungguh melestarikan
budaya keagamaan yang telah ada sehingga lebih
mudah diterima oleh masyarakat tanpa mengurangi
esensi ajaran Islam itu sendiri.
c. Jihad spiritual, bersungguh-sungguh memperbaiki
kualitas ibadah dengan perenungan, tadabur dan
tafakur untuk menghasilkan kualitas ibadah yang lebih
baik agar tidak ada kesombongan dalam beragama.
d. Jihad pengetahuan, bersungguh-sungguh belajar
mencapai cita-cita dengan membangun dasar
argumentasi (hujjah) dalam menghadapi penyebaran
berita bohong (hoaks) di lini masa apapun.
e. Jihad peradaban, bersungguh-sungguh menciptakan
masyarakat yang beradab dan harmonis, saling
menghormati dan menghargai meski berbeda-beda
(Arif Zahaqa).

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 171


172 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi
Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 173
Mengapa anak muda harus
berpikir kritis, khususnya
dalam menerima informasi
keagamaan?

174 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


I
su yang marak di Indonesia, utamanya di media sosial pada
saat ini adalah isu provokatif yang bertema agama. Sebut
saja isu-isu soal pernikahan beda agama, penghapusan
kolom agama di KTP, dan puncaknya adalah isu penistaan
agama yang dilontarkan oleh mantan Gubernur DKI Jakarta,
Basuki Thahaja Purnama alias Ahok. Oleh karena konten
sensitif dan kerap kali menyinggung agama tertentu, tak
jarang respons masyakarat menjadi berlebihan karena salah
satu pihak merasa golongannya diserang.

Hal ini sangat disayangkan karena banyak masyarakat yang


menyetujui opini dan informasi yang beredar terhadap isu
agama tanpa mengkritisi terlebih dahulu. Bahkan tak jarang
sampai melontarkan bahasa yang kurang sopan yang kerap
kali menimbulkan pertengkaran.

Apa dampaknya jika kita tidak berpikir kritis?

Ketidakmampuan masyarakat untuk mengkritisi kebenaran


sebuah informasi yang diperoleh, akan berdampak terhadap
problematika sosial dan menimbulkan perselisihan dalam

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 175


berbagai aspek kehidupan manusia. Pada akhirnya daya
berpikir kritis menjadi sangat penting karena dapat
menghalangi ketergesaan untuk menilai sebuah kebenaran
data begitu saja. Selain itu juga untuk memeriksa jika saja
ada unsur kebohongan yang mungkin berada di dalam
informasi tersebut. Apalagi terkait dengan isu-isu agama
yang memang sangat sensitif, karena hal tersebut sudah
masuk ke dalam ruang-ruang yang cakupannya luas. Terlebih
Indonesia yang berada di wilayah timur, tabu jika agamanya
dijelek-jelekkan.

Berpikir kritis sudah layaknya diajarkan kepada pemuda


yang pada saat ini rentan terhadap pemikiran-pemikiran
tertentu yang terkadang tidak sesuai dengan konteks
ke-Indonesiaan. Akan ada banyak hal informasi yang
diserap begitu saja. Sudah berapa banyak pemuda yang
ikut kelompok-kelompok teroris sampai harus melakukan
tindakan ekstremisme, seperti mengikuti pelatihan militer di
luar negeri semisal Iran dan Afganistan, menyetujui dan ikut
aksi-aksi pengeboman dan lainnya. Hal ini tidak lain karena
mendapatkan informasi instan terkait jihad dalam konteks
keagamaan. Pada akhirnya, ia tidak hanya melukai dirinya
sendiri dan melukai orang-orang yang ada di lingkungan
sekitarnya, namun juga mewariskan ketakutan, trauma
berkepanjangan serta dendam warisan antar kelompok
yang sulit diakhiri.

176 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


Bagaimana anjuran agama Islam terkait dengan berpikir
kritis?

Di dalam Islam, kita mengenal dengan istilah tabayun. Yakni


sebuah tindakan yang dilakukan untuk mencari kejelasan
kebenaran suatu fakta dengan teliti, seksama, dan hati-hati.
Hal ini artinya dimaksudkan agar menjaga kemungkinan
dampak negatif dari penerimaan berita yang kurang selektif,
khususnya berita yang terkait sosial kemasyarakatan.

Melihat adanya berbagai kasus terkini penyebaran


informasi atau isu yang kurang akurat di era digital, maka
sudah seharusnya kita sebagai orang muslim Indonesia
mempunyai kesadaran penuh akan pentingnya berpikir
kritis. Harapannya, di masa yang akan datang, ruh berpikir
kritis akan menjiwai setiap tindakan.

Bagaimana sih bentuk berpikir kritis bagi anak muda


zaman sekarang?

Wilayah berpikir kritis kita saat ini dimulai dari media sosial
yang menjadi wadah kebebasan bagi semua orang, termasuk
bebas menuangkan berbagai macam pemikiran. Pemikiran
fundamentalis, konservatif, wacana kiri, komunisme,
dan lain sebagainya terdapat di media sosial. Karena
hal inilah, daya kritis harus tercipta supaya ruang-ruang
yang memungkinkan terjadinya kecacatan berpikir tidak
terjadi. Pemuda sudah mampu memilah mana berita hoaks
dan mana berita yang sebenarnya dengan menganalisis,
mengevaluasi, dan menyimpulkan berita yang ada di media

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 177


sosial. Tendensi ruang berpikir kritis seseorang tidak hanya
diambil dari satu atau dua aspek saja. Akan tetapi diambil
dari berbagai sumber aspek. Karena hal ini akan sulit
dipandang sebagai nalar kritis. Seperti yang saya katakan di
atas. Memadu-padankan 2 aspek berpikir. Pertama dimulai
dengan mengambil seluruh konsep lalu menyimpulkan dan
menjawab pertanyaan. Lalu kemudian mempertanyakan
jawaban itu sendiri.

178 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


DAFTAR BACAAN

Al-Mawardi. 2009. Adabud Dunyâ Waddîn. Beirut: Darul Fikr.

Allcott, Hunt dan Gentzkow, Matthew. 2017. “Social Media


and Fake News in the 2016 Election” Journal of
Economic Perspectives Vol 31, No. 2, Spring 2017.

Al-Ghazali, Imam Abu Hamid 2007. Ihya Ulumiddin. Beirut:


Darul Kutub.

Abdul Kodir, Faqihuddin. 2002. 60 Hadis Hak-Hak Perempuan


Dalam Islam, Teks dan Interpretasi. Jakarta : Umah
Sinau Mubaadalah.

Al Jaziri, Abdurrahman. 2000. Fiqhul Madzahib Al-Arba’ah.


Beirut: Dar Al Qalam.

Badan Bahasa. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:


Gramedia Pustaka.

Chodjim, Ahmad. 2008. Menerapkan Keajaiban Surah Yasin


dalam Kehidupan Sehari-hari, Jakarta: PT. Serambi
Ilmu Semesta.

Hosen, Nadirsyah. 2018. Islam Yes, Khilafah No. Yogyakarta:


Suka Press.

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 179


Husein, Syahatah. 2004. Kiat Islami Meraih Prestasi. Jakarta:
Gema Insani.

Ibnu Hazm, Imam Abu Muhammad Ali. 2008. Al-Ihkam fi


Ushulil Ahkam. Beirut: Darul Fikr.

Ireton, C dan Julie Posetti. 2018. Jurnalism, ‘Fake News’ &


Disinformation: Handbook for Jurnalism Education
and Training. France.

LTN PBNU. 2010. Ahkamul Fuqoha; Solusi Problematika


actual Hukum Islam Keputusan Muktamar, Munas
dan Konbes Nahdlatul Ulama Tahun 1926-2010.
Surabaya: Penerit Khalista.

Luhur, Alif Budi. Islam Agama Perdamaian, Bukan Perang.

http://www.nu.or.id/post/read/65682/islam-agama-
perdamaian-bukan-perang

Muhajir, Afifudin. 2017. Fikih Tata Negara. Yogyakarta:


IRCiSoD.

Mun’im, DZ Abdul (Editor), 2011. Piagam Perjuangan


Kebangsaan. Jakarta: NU Online.

Nur Syam, 2018. Menjaga Harmoni Menuai Damai. Jakarta:


Penerbit Kencana, 2018.

Shihab, M. Quraish. 2018. Islam yang Saya Pahami: Keragaman


itu Rahmat. Jakarta: Lentera Hati.

------------------------. 2018. Yang Hilang dari Kita: Akhlak.


Jakarta: Lentera Hati.

180 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi


------------------------. 2018. Islam yang Disalah Pahami:
Menepis Prasangka Mengikis Kekeliruan. Jakarta:
Lentera Hati.

------------------------. 1994. Lentera Al Qur’an: Kisah dan


Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan. Bandung

Rahmat, Imdadun, 2003. Islam Pribumi: Mendialogkan Agama,


Membaca Realitas. Surabaya:

Silverman, Craig. 2015. “Journalism: A Tow/Knight Report.”Lies,


Damn Lies, and Viral Content”. Columbia Journalism
Review.

Siroj, Said Aqil. 2009. Tasawuf Sebagai Kritik Sosial:


Mengedepankan Islam sebagai Inspirasi bukan Aspirasi.
Jakarta: Yayasan KHAS.

Sholeh, Moh., 2017. Khilafah Sebagai Produk Sejarah, Bukan


Syariah. Istana Publishing, Yogyakarta.

Syeirazi, M. Kholid. Islam Bukan Agama Teror.

http://www.nu.or.id/post/read/78456/islam-bukan-agama-
teror

Zuhaily, Wahbah.1991. Tafsir Al Munir. Beirut: Darul Fikr.

Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi 181


182 Q & A Belajar Islam, Belajar Toleransi

Anda mungkin juga menyukai