Anda di halaman 1dari 3

Tugas Ujian Semester Mata Kuliyah Cross Cultural Understanding

Tugas Ujian Semester Mata Kuliyah Cross Cultural Understanding

Pertanyaan
1. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang Cross Cultural Understanding ?
2. Apa pentingnya Mata Kuliyah Cross Cultural Understanding ?
3. Berikan contoh misunderstanding tentang culture
4. Apa yang anda ketahui mengenai nilai yang ada dalam keluarga di Amerika dan
bagaimana konsep keluarga dalam masyarakat tersebut ?
5. Bagaimana cara memperkenalkan diri pada seseorang dalam berbagai kesempatan
pada masyarakat yang berbeda budaya ?

Pembahasan

1. Cross Cultural Understanding ialah sebuah mata kuliyah yang mempelajari budaya
yang ada di dunia dengan tujuan memahami budaya tersebut agar timbul pengertian
lintas budaya, hal tersebut ditujukan untuk menimbulkan sifat saling mengerti dan
toleransi diantara masyarakat dunia. Disini kita akan mempelajari dan memahami
ragam macam budaya yang ada di seluruh dunia, yang mana hal tersebut akan
sangat membantu apabila kita ingin lebih mudah dalam menjalin hubungan dengan
masyarakat dunia, baik hal itu berupa persahabatan, bisnis, dan lain sebagainya.
Ruang lingkup pembahasannya terbilang sangat luas, karena mencakup semua
kegiatan yang ada didalam suatu masyarakat. Setalah mempelajarinya, kita akan
lebih mudah untuk bergaul serta membangun komunikasi dengan suatu masyarakat
dengan yang baru kita kenal. Hal tersebut karena kita telah memahami hal-hal yang
mana yang tidak seharusnya dilakukan dan hal-hal yang sebaiknya dilakukan.
Intinya, disini kita akan diajarkan untuk saling memahami antar budaya agar kita
saling mengerti dan menciptakan suasana yang baik.
2. Mata Kuliyah Cross Cultural Understanding sangat penting, terlebih lagi bagi
pelajar yang mempelajari bahasa asing. Karena sasarannya prakteknya tentu native
speaker dari bahasa tersebut, sehingga dibutuhkan pemahaman lintas budaya untuk
menjalin hubungan tersebut. Hal ini juga memudahkan kita apabila bepergian ke
luar negeri, kecanggungan dalam berkomunikasi akan berkurang karena kita telah
memiliki pedoman dari pemahaman lintas budaya ini. Memahami lintas budaya
juga merupakan suatu pengetahuan, dan mempelajari suatu pengetahuan
merupakan sebuah kewajiban dalam agama Islam. Rasulullah bersabda “ Uthlubul ‘ilma
faridhotan ‘ala kulli muslimin wal muslimat “, artinya “ menuntut ilmu wajib bagi muslim
laki-laki dan perempuan “. Maka, dengan mempelajari pemahaman lintas budaya kita
akan memperoleh banyak manfaat, terlebih lagi kita akan mendapat pahala apabila
mempelajarinya, selagi hal tersebut merupakan suatu cabang ilmu dan tidak
melanggar sendi-sendi syari’at. Memahami adat atau budaya akan sangat menarik,
karena kita akan menjumpai hal-hal baru yang belum pernah kita alami sebelumnya.
Budaya juga memerankan peranan penting dalam suatu masyarakat karena akan
menentukan identitas suatu budaya. Di hadits lainnya Rasulullah bersabda, “ Al’adah
muhkimah “, artinya “ adat itu bisa dijadikan hukum”. Menarik untuk melihat sabda
nabi tersebut yang mengatakan bahwa adat itu bis dijadikan hukum. Itulah
pentingnya mempelajari Cross Cultural Understanding.
3. Misunderstanding ialah kesalahfahaman yang terjadi antara seseorang yang tidak
terbiasa dan tidak mengetahui kebudayaan baru yang dimasukinya. Hal ini sering
terjadi karena perbedaan cara, budaya, dan kebiasaan antara tempat asal seseorang
dengan tempat baru yang didatanginya. Apabila hal ini dibiarkan maka akan
berakibat pada kesalahfahaman dalam berhubungan dan berkomunikasi. Disinilah
peran Cross Cultural Understanding dibutuhkan sebagai jembatan penghubung
antar budaya. Salah satu contoh kesalahfahaman antar budaya ialah masalah waktu
antara budaya Indonesia dengan Amerika Serikat. Diceritakan oleh Ronald Keeler,
dosen asal Amerika Serikat yang beristrikan seorang wanita Indonesia. Dia
bercerita, mereka sering cekcok kecil karena masalah waktu. Kalau si Ron tanya,
“kapan nih kita berangkat ke tempat wisata itu?”, istrinya akan menjawab: “Nanti
siang.” Nah, jawaban ini sungguh tidak memuaskan si pria Amerika itu. Dia
bertanya lagi: “Iya, nanti siang itu kapan?”. Istrinya bersikeras: “Ya, pokoknya nanti
siang, tidak sekarang. Ini kan masih pagi.”. Ron tetap ndak mau kalah. Dia bilang:
“Lho, ini lho ada jam! Kan kamu bisa bilang jam berapa kita akan berangkat? Jam
sebelas? Jam dua belas?”. Si istri masih ngotot menjawab” “Iya, nanti siang
pokoknya!”. Konsep waktu memang sering menjadi pemicu kesalahpahaman
budaya. Kita juga masih sering mendengar rekan atau pejabat-pejabat tingkat
kelurahan berkata kepada kita : “Iya, Pak, besok kembali aja setelah maghrib ya?”.
Dalam hati kita bertanya : “Iyaa, setelah maghrib itu jam berapa? Jam setengah
tujuh? Jam tujuh? Jam sebelas malam juga sesudah maghrib?”. Herannya, mungkin
karena sudah membudaya, orang-orang Indonesia seperti sepakat memahami
bahwa “setelah maghrib” itu ya pantas-pantasnya antara jam setengah tujuh sampai
jam setengah delapan. Lebih dari itu sudah dipandang tidak berbudaya Indonesia.
Berbeda halnya dengan di Amerika, apabila mereka ingin pergi ke suatu tempat
maka mereka benar-benar akan menentukan waktu secara pasti, karena mereka
adalah orang yang sangat menghargai waktu.
4. Nilai keluarga di Amerika sebenarnya lebih menekankan bagaimana sikap, moral,
dan tingkah laku yang diterapkan didalam keluarga. Kejujuran dan penghargaan
merupakan salah satu yang terpenting dalam nilai keluarga di Amerika. Anak-anak
yang mulai tumbuh diajarkan tentang nilai-nilai tersebut, untuk saling menghargai
didalam keluarga maupun menghargai hak orang lain diluar keluarga. Pada tahun
1998, Harris melakukan penelitian dan memperoleh hasil bahwa : 52 % perempuan
dan 42 % laki-laki di Amerika mengatakan bahwa nilai keluarga ialah, saling
mencintai, saling menjaga, dan saling mendukung satu sama lain. Konsepnya
berbeda dengan di Indonesia, apabila seorang anak didalam sebuah keluarga di
Amerika telah cukup umur atau dewasa, maka ia telah bebas menentukan tujuan
dan jalan hidupnya sendiri tanpa terikat dengan orang tua mereka lagi. Mereka bisa
menikah tanpa persetujuan orang tua, karena mereka telah memiliki hak dan
kebebasan dalam hukum. Begitulah kehidupan di negara bebas seperti Amerika
Serikat. Demikianlah bentuk nilai dan konsep keluaraga di Amerika, semoga dapat
memberi kita pengetahuan agar lebih mengenal budaya tersebut.
5. Di Amerika dan Inggris, cara mereka memperkenalkan diri di berbagai kesempatan
bisa dibilang sama karena memang keduanya mempunyai banyak kemiripan dalam
berbagai hal. Apabila mereka memperkenalkan diri kepada seseorang disaat waktu
informal, seperti bertemu di taman, bar, dan sebagainya, mereka akan berjabat
tangan dan menyebutkan nama belakangnya terlebih dahulu lalu menyebutkan
nama lengkapnya, seperti, “ I’m Carter, John Carter “. Ada juga yang meyingkat
nama mereka dengan alasan mereka lebih menyukai hal tersebut, seperti, “ I’m Bev
Ryder “, Bev merupakan singkatan dari Beverly. Apabila di forum resmi seperti
sebuah presentasi dan sebagainya maka mereka akan memperkenalkan diri dengan
nama lengkap secara langsung. Di sana juga terkadang banyak orang yang hanya
memakai nama pendek, bukan nama panjang yang diberikan oleh keluarganya,
contohnya William Henry Gates III lebih sering memakai nama Bill Gates, CEO
dari Microsoft inc. Kebanyakan kebudayaan di dunia, seseorang memperkenalkan
dirinya dengan menjabat tangan orang yang berkenalan dengannya. Di dalam Islam
juga seperti itu, seseorang akan menjabat tangan yang lainnya, akan tetapi berbeda
halnya apabila perkenalan antara laki-laki dan perempuan, maka tidak ada jabat
tangan antara mereka dikarenakan hal tersebut dilarang oleh agama.

Anda mungkin juga menyukai