Anda di halaman 1dari 11

Lingkungan Sosial

Budaya Dalam
Pemasaran Global
TM. 5-6 Semester VI Kelas B
10 April 2021
Lingkungan Sosial Budaya Dalam
Pemasaran Global
Pemasar internasional harus mengetahui pengaruh budaya dan harus menyiapkan
diri untuk menjawab tantangan itu atau mengubahnya. Pemasar internasional
memainkan peran penting bahkan dapat dikatakan menentukan dalam
mempengaruhi kecepatan tingkat perubahan diseluruh dunia. Hal terlihat jelas
dalam makanan tetapi praktis menyangkut semua industri, terutama produk
konsumen. Pabrik sabun dan deterjen telah mengubah kebiasaan, mencuci,
industri elektronik telah mengubah pola hiburan, dan pemasar pakaian telah
mengubah gaya gaya, dan sebagainya.
ASPEK BUDAYA

Bagi ahli antropologi dan sosiologi, budaya adalah “cara hidup” yang dibentuk
oleh sekelompok manusia yang diturunkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Budaya termasuk kesadaran dan ketidaksadaran akan nilai, ide,
sikap, dan simbol yang membentuk perilaku manusia dan diteruskan dari satu
generasi ke generasi selanjutnya. Seperti didefinisikan oleh seorang ahli
antropologi organisasi Geert Hofstede, budaya adalah “tatanan kolektif dari
pikiran yang membedakan anggota tersebut dari satu kategori orang dengan
orang lainnya.”
Pandangan Ahli Antropologi

Seperti diutarakan oleh Ruth Benedict dalam karya klasiknya berjudul The
Chrysanthemum and the Sword, tidak peduli betapa aneh tindakan atau
pendapat seseorang , cara seseorang berpikir, merasa, dan bertindak mempunyai
hubungan dengan pengalamannnya di dunia ini. Tidak masalah jika tindakan dan
opini dirasakan sebagai gagasan yang aneh oleh orang lain. Pemasar global yang
berhasil harus memahami pengalaman manusia dari sudut pandang lokal dan
menjadi orang dalam melalui proses empati budaya.
Budaya Konteks Tinggi dan Rendah

 Edward T. Hall menyarankan konsep konteks tinggi dan rendah sebagai salah
satu cara untuk memahami orientasi budaya yang berbeda.
 Dalam budaya konteks rendah, pesan nyata; kata-kata membawa sebagian
besar informasi dalam komunikasi.
 Dalam budaya konteks tinggi, tidak terlalu banyak informasi berada dalam
pesan verbal.
Contoh budaya Konteks Tinggi dan
Rendah
 Jepang, Saudi Arabia, dan budaya konteks tinggi lainnya sangat menekankan
pada nilai dan posisi atau kedudukan seseorang di masyarakat. Dalam budaya
ini, pinjaman dari bank lebih mungkin didasarkan pada siapa Anda daripada
analisis formal laporan keuangan. Dalam budaya konteks rendah seperti
Amerika Serikat, Swis, atau Jerman, persetujuan dibuat dengan informasi
yang jauh lebih sedikit mengenai karakter, latar belakang, dan nilai-nilai.
Keputusan lebih didasarkan pada fakta dan angka dalam permintaan
pinjaman.
Perbedaan
budaya Konteks Tinggi dan Rendah
Komunikasi dan Negosiasi

 Jika bahasa dan budaya berubah, ada tantangan tambahan dalam komunikasi.
Misalnya, “ya” dan “tidak” dipergunakan dengan cara yang berbeda antara
Negara Jepang dan Negara barat. Hal ini menyebabkan kebingungan dan
kesalahpahaman. Dalam bahasa inggris jawaban “ya” atau “tidak” atas
sebuah pertanyaan didasarkan pada apakah jawabannya mengiyakan atau
menolak. Dalam bahasa Jepang, tidak demikian. Jawaban “ya” atau “tidak”
dapat dipergunakan untuk jawaban yang membenarkan atau menolak
pertanyaan tadi.
Perilaku Sosial

 Ada sejumlah perilaku sosial dan sebutan yang mempunyai arti yang berbeda-
beda di dalam budaya lain. Sebagai contoh, orang Amerika umumnya
menganggap tidak sopan jika makanan di atas piring membubung, membuat
keributan ketika sedang makan, dan bersendawa. Namun sejumlah
masyarakat Cina merasa bahwa merupakan hal yang sopan jika mengambil
setiap porsi makanan yang dihidangkan dan menunjukkan kepuasannya
dengan bersendawa.
 Perilaku sosial lainnya, jika tidak diketahui, akan merugikan bagi pelancong
internasional. Sebagai contoh, di Arab Saudi, merupakan penghinaan jika
menanyakan kepada pemilik rumah tentang kesehatan suami/istri,
melihatkan sol sepatu seseorang, menyentuh atau memberikan sesuatu
dengan tangan kiri.
Sosialisasi Antar-Budaya

 Memahami suatu budaya berarti memahami kebiasaan, tindakan, dan alasan-


alasan di balik perilaku-perilaku yang ada. Sebagai contoh, di Amerika
Serikat, bak mandi dan toilet mungkin berada dalam ruang yang sama. Orang
Amerika mengasumsikan bahwa ini adalah norma yang berlaku di dunia.
Namun, dalam beberapa budaya seperti Jepang, menganggap itu tidak
higienis. Bahkan budaya lain menganggap duduk di atas toilet duduk itu tidak
higienis. Di banyak budaya, penggunaan tisu toilet bukanlah norma mereka.
 Mengetahui budaya ditempat yang akan kita kunjungi atau tempat kita
bekerja akan memberi keuntungan yang sangat besar.
Pendekatan Analisis Faktor-factor
budaya
 Beberapa garis pedoman yang akan mempercepat kemampuan anda untuk
belajar mengenai budaya lain :
 Awal dari kebijakan adalah menerima bahwa kita tidak akan pernah benar-
benar memahami diri kita sendiri dan orang lain
 Sistem persepsi kita amat terbatas
 Kita menghabiskan sebagian besar energi untuk mengelola masukan persepsi
 Kalau kita mengalami atau menangkap perilaku aneh, ada sesuatu dibelakang
tingkah laku ini yaitu system budaya keyakinan dan nilai yang tidak kita pahami
 Bila kita ingin menjadi efektif dalam budaya asing, kita harus mencoba
memahami keyakinan, motif dan nilai. Hal ini memerlukan sikap terbuka, sikap
yang berada diatas budaya kita sendiri

Anda mungkin juga menyukai