Sistem Pernapasan
Sistem Pernapasan
BATUK DARAH
2. KATA/PROBLEM KUNCI
1. Sesak sejak tiga bulan yang lalu
2. Kadang nyeri dada
3. Penurunan berat badan sebanyak 5 kg
4. Suaminya Merokok
5. Saat beraktivitas membutuhkan bantuan Orang lain
6. Klien juga merasa Tidurnya kurang
7. Batuk produktif
8. Secret berwarna Merah
9. fatigue
10. Pernapasan kusmaul
11. Retraksi dada sebelah kiri lebih tinggi dari kanan
12. hasil pemeriksaan diagnostic radiologi paru ditemukan undulasi basal
hemithorax kanan terlihat bertambah, tampak perburukan efusi pleura kanan.
3. MIND MAP
EFUSI PLEURA
BATUK DARAH
PNEUMONIA
EMFISEMA
TB PARU BRONKHITIS
Manifestasi Klinis
Batuk Nyeri Hasil Foto Kusmaul
Diagnosa berdahak sesak dada Thorax :
Lema BB
Medik Disertai perburukan
h menurun
sputum efusi pleura
merah kanan
Pneumonia + + + + + - -
TB Paru + + + + + - -
Emfisema + + + + - - -
Efusi Pleura + + + + + + +
Bronkhitis + + + + - - -
1. Efusi pleura adalah kondisi yang ditandai oleh penumpukan cairan di antara
dua lapisan pleura. Pleura merupakan membran yang memisahkan paru-paru
dengan dinding dada bagian dalam. Cairan yang diproduksi pleura ini
sebenarnya berfungsi sebagai pelumas yang membantu kelancaran pergerakan
paru-paru ketika bernapas. Namun ketika cairan tersebut berlebihan dan
menumpuk, maka bisa menimbulkan gejala-gejala tertentu.
KONSEP MEDIS
EFUSI PLEURA
A. PENGERTIAN
Effusi pleura adalah penimbunan cairan pada rongga pleura (Price & Wilson
2005).Pleura merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis
yang melapisi rongga dada (pleura parietalis) dan menyelubungi paru (pleura
visceralis). Diantara pleura parietalis dan pleura visceralis terdapat suatu rongga yang
berisi cairan pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan bergerak
selama pernafasan. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfer,
sehingga mencegah kolaps paru. Bila terserang penyakit, pleura mungkin mengalami
peradangan atau udara atau cairan dapat masuk ke dalam rongga pleura menyebabkan
paru tertekan atau kolaps.
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam
rongga pleura (Somantri, 2008).
Efusi pleura adalah penumpukan cairan didalam rongga pleura yang terelatak
diantara permukaan viseral dan parietal (Smeltzer, Suzanne 2001).
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari
dalam kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat berupa cairan
transudat atau cairan eksudat ( Pedoman Diagnosis danTerapi / UPF ilmu penyakit
paru, 1994, 111)
Cairan dalam keadaan normal dalam rongga pleura bergerak dari kapiler
didalam pleura parietalis ke ruang pleura dan kemudian diserap kembali melalui
pleura visceralis. Selisih perbedaan absorpsi cairan pleura melalui pleura visceralis
lebih besar daripada selisih perbedaan pembentukan cairan oleh pleura parietalis dan
permukaan pleura visceralis lebih besar daripada pleura parietalis sehingga pada
ruang pleura dalam keadaan normal hanya terdapat beberapa mililiter cairan.
B. ETIOLOGI
1. Batuk
2. Dispnea bervariasi
3. Adanya keluhan nyeri dada (nyeri pleuritik)
4. Pada efusi yang berat terjadi penonjolan ruang interkosta.
5. Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang mengalami efusi.
6. Perkusi meredup diatas efusi pleura.
7. Egofoni diatas paru yang tertekan dekat efusi.
8. Suara nafas berkurang diatas efusi pleura.
9. Fremitus fokal dan raba berkurang.
10. Jari tabuh merupakan tanda fisik yang nyata dari karsinoma bronkogenik,
bronkiektasis, abses dan TB paru.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Rontgen Toraks
Dalam foto thoraks terlihat hilangnya sudut kostofrenikus dan akan terlihat
permukaan yang melengkung jika jumlah cairan > 300 cc. Pergeseran mediastinum
kadang ditemukan.
2. CT Scan Thoraks
Berperan penting dalam mendeteksi ketidaknormalan konfigurasi trakea serta cabang
utama bronkus, menentukan lesi pada pleura dan secara umum mengungkapkan sifat
serta derajat kelainan bayangan yang terdapat pada paru dan jaringan toraks lainnya.
3. Ultrasound
Ultrasound dapat membantu mendeteksi cairan pleura yang timbul dan sering
digunakan dalam menuntun penusukan jarum untuk mengambil cairan pleura pada
torakosentesis.
4. Torakosentesis
F. PENATALAKSANAAN
Pada efusi yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa
intubasi melalui selang iga. Bila cairan pusnya kental sehingga sulit keluar atau bila
empiemanya multiokuler, perlu tindakan operatif. Mungkin sebelumnya dapat
dibantu dengan irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik. Pengobatan
secara sistemik hendaknya segera dilakukan, tetapi terapi ini tidak berarti bila tidak
diiringi pengeluaran cairan yang adequate.
Untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi dapat dilakukan
pleurodesis yakni melengketkan pleura viseralis dan pleura parietalis. Zat-zat yang
dipakai adalah tetrasiklin, Bleomicin, Corynecbaterium parvum dll.
1. Pengeluaran efusi yang terinfeksi memakai pipa intubasi melalui sela iga.
2. Irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik (Betadine).
3. Pleurodesis, untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi.
4. Torasentesis: untuk membuang cairan, mendapatkan spesimen (analisis),
menghilangkan dispnea.
5. Water seal drainage (WSD) : Drainase cairan (Water Seal Drainage) jika efusi
menimbulkan gejala subyektif seperti nyeri, dispnea, dll. Cairan efusi sebanyak 1
– 1,2 liter perlu dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru,
jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutya baru
dapat dilakukan 1 jam kemudian.
6. Antibiotika jika terdapat empiema.
7. Operatif.
G. KOMPLIKASI
1. Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik
akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis. Keadaan
ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan
mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan
pengupasan(dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan membrane-membran
pleura tersebut.
2. Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh
penekanan akibat efusi pleura.
3. Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru dalam
jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan sebagai
kelanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada efusi
pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan
paru yang terserang dengan jaringan fibrosis.
4. Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan ektrinsik pada
sebagian / semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan mengakibatkan
kolaps paru.
B. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data demografi
a. Biodata pasien
Nama :-
Umur : 58 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Diagnose medis : Efusi Pleura
b. Penanggung jawab pasien
Nama :-
Umur :-
Pekerjaan :-
Hubungan dengan pasien :-
2. Riwayat kesehatan
a. Alasan masuk Rumah sakit : Klien masuk rumah sakit dengan
keluhan sering merasa sesak sejak tiga bulan yang lalu, saat dikaji sesak
dirasakan semakin lama semakin memberat, klien juga menyampaikan
kadang nyeri dada, dan mengeluh tidak mau makan. Klien
menyampaikan ada penurunan berat badan sebanyak 5 Kg dalam 1
bulan terakhir, tidak ada riwayat merokok tetapi ada anggota keluarga
klien yang merokok yaitu suaminya, saat beraktivitas membutuhkan
bantuan orang lain, klien juga merasa tidurnya kurang.
b. Hasil pengkajian didapatkan terdapat batuk produktif dengan secret
berwarna merah, fatigue, hasil pemeriksaan fisik inspeksi ditemukan
respirasi 29 kali permenit, dengan pernapasan kusmaul, retraksi dada
sebelah kiri lebih tinggi dari kanan, palpasi taktil fremitus meningkat
pada dada sebelah kanan, perkusi sonor pada dada kiri dan pekak pada
dada kanan, auskultasi suara nafas vesikuler pada paru kiri dan
vesikuler pada paru kanan
c. Keluhan utama : Sesak
d. Riwayat keluhan utama : Klien mengeluh sesak dirasakan
semakin lama semakin memberat,Hasil pengkajian didapatkan terdapat
batuk produktif dengan secret berwarna merah, fatigue
e. Pola kegiatan sehari – hari ( activity daily living ) : tidak ada data
3. Pemeriksaan fisik
a. KU :-
b. Tanda – tanda vital : TD : 100/70 mmHg, RR: 26x/menit, Nadi
98x/menit dan SB : 36,8°C.
c. System kardiovaskuler : tidak ada data
4. Pemeriksaan Penunjang
hasil pemeriksaan diagnostic radiologi paru ditemukan undulasi basal
hemithorax kanan terlihat bertambah, tampak perburukan efusi pleura
kanan. Tanda-tanda vital TD: 90/60 mmHg, Nadi 92x/menit,, suhu 36, 5 C,
hasil laboratorium ditemukan Hb : 9,5 gr/dL, Ht: 28,5%, Trombosit 185 x
103/mm3, eritrosit 3,60/mm3, leukosit 18/mm3, PH 7,3, PO2 60,50 mmHg,
PCO2 28,50 mmHg, HCO3 17,60 mEq/Liter, Total CO2 18,50 mEq/liter
B. ANALISA DATA
C. ANALISA DATA
1. Data Subjektif :
- keluhan sering merasa sesak
sejak tiga bulan yang lalu,
saat dikaji sesak dirasakan
semakin lama semakin
memberat,
Data Objektif :
- respirasi 29 kali permenit,
- pernapasan kusmaul
- retraksi dada sebelah kiri
lebih tinggi dari kanan,
- palpasi taktil fremitus
meningkat pada dada
sebelah kanan, GANGGUAN PERTUKARAN GAS
- perkusi sonor pada dada kiri
dan pekak pada dada kanan,
- auskultasi suara nafas
vesikuler pada paru kiri dan
vesikuler pada paru kanan,
- hasil pemeriksaan diagnostic
radiologi paru ditemukan
undulasi basal hemithorax
kanan terlihat bertambah,
tampak perburukan efusi
pleura kanan.
- PH 7,3, PO2 60,50 mmHg,
PCO2 28,50 mmHg, HCO3
17,60 mEq/Liter, Total CO2
18,50 mEq/liter
2. Data Subjektif :
- Klien menyampaikan ada
penurunan berat badan
sebanyak 5 Kg dalam 1 bulan KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI
KURANG DARI KEBUTUHAN
terakhir,
- fatigue, hasil pemeriksaan
fisik inspeksi ditemukan
Data Objektif : Tidak ada data
3. Data Subjektif :
- klien mengeluh batuk
BERSIHAN JALAN NAPAS
INEFEKTIF
Data Objektif :
- Hasil pengkajian didapatkan
terdapat batuk produktif
dengan secret berwarna
merah
4. Data Subjektif :
- klien merasa tidurnya kurang. GANGGUAN POLA TIDUR
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. GANGGUAN PERTUKARAN GAS
2. KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN
3. BERSIHAN JALAN NAPAS INEFEKTIF
4. GANGGUAN POLA TIDUR
INTERVENSI KEPERAWATAN
Asih, Niluh Gede Yasmin. 2004. Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Cetakan I. Jakarta: EGC.
Mansjoer, A dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Santosa, Budi. 2014. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2014. Jakarta:
Prima Medika
J.P.T. Ward, J. Ward, R.M. Leach, C.M. Wiener. 2006. The Respiratory System at a
Glance. 2nd ed.
https://www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/12/151229_majalah_kesehatan_rokok
DIAKSES PADA TANGGAL 18 OKTOBER 2018