Anda di halaman 1dari 42

SEMINAR PLENO

Tuberkulosis Paru

Kelompok 2
Anggota Kelompok 2
1. Firmansyah Adhiprabowo 4111111042
2. Arina Alfanur Hani 4111121026
3. Glen Gladi Prakasa 4111121033
4. Rhenanza Novian Indrasakti 4111121037
5. Naela Fauziah Rosdiyanti 4111121038
6. Syndhiana Oktasafitri 4111121052
7. Suci Mutia Nastiti 4111121081
8. Mirza Maulana Zulivandama 4111121083
9. Risa Setia Manda 4111121106
10. Nova Wulan Sari 4111121117
11. Gina Stasya Rumbobiar 4111121118
12. Dewi Amandasari Catur Y 4111121133
13. Dinda Aprilianty Nurfitri 4111121142
Overview Case
Data ( Anamnesis) Keterangan
Wanita, 28 th, karyawan pabrik Faktor Risiko dan insidensi
Batuk berdahak 1 bulan yang lalu Gejala penyakit respiratori
Batuk terus menerus berdahak Tanda infeksi bakteri
kuning
Meriang dan berkeringat malam hari Gejala Sistemik
Terdapat Blood Streak Gejala penyakit Respiratori
Kadang mengeluh sesak nafas Gejala penyakit Respiratori
Nyeri dada kanan atas Gejala penyakit Respiratori
Gejala anoreksia-malaise (+) Gejala Sistemik
Mempunyai 1 orang anak usia 3 th Berkaitan untuk menjaga kelompok
rentan  Berisiko tertular ibunya
Riwayat penyakit paru & pengobatan Kasus baru
sebelumnya
Pemeriksaan Fisik Keterangan
TD 84x/menit (normal) Tanda
Nadi 84x/menit (normal)
Suhu 37,6° C (Subfebris)
Ronki basah di paru kanan atas Akumulasi cairan
Sklera tidak ikterik Untuk menentukan
penatalaksanaan
Pemeriksaan Laboratorium
Hb 11 g% (normal) Leukosit 8400/mm3 (normal)
LED 80/100 mm (meningkat) Masa aktif TBC
Foto Thorax: infiltrat di lapang paru kanan atas Khas TB Paru
Pem. Sputum BTA +/+/- Tanda TB
Sedang menunggu hasil pem. kultur lowenstein Gold standar pemeriksaan TB
jensen media kultur BTA
dan tes resistensi Untuk mengetahui MDR 
penatalaksanaan

DK/ TBC Paru BTA (+) Lesi Luas Kasus Baru


Konsep Map
Tanda & Gejala
Batuk berdahak > 3 minggu, dahak
warna kuning; blood streak (+),
demam, berkeringat malam hari,
sesak dan nyeri dada kanan atas, Etiologi
BTA ++-, infiltrat lapang paru kanan M. tuberculosis
atas, LED ↑
Basic Science

Patofisiologi 1. Anatomi , Histologi, Fisiologi


Inhalasi droplet Paru
 2. Mikrobiologi M. Tuberculosis
Infeksi M. Tuberculosis

Tuberkel Faktor Risiko
1. Riwayat kontak TB BTA +
2. Imunodefisiensi
3. Kepadatan Penduduk
4. Ventilasi lingkungan yang buruk
Pemeriksaan Penunjang
Rontgen  Foto Thoraks PA
DK/ Pemeriksaan Lab Sputum BTA
Tuberkulosis paru BTA (+) lesi luas
dengan kasus baru

Epidemiologi
1. Indonesia ke 4 di dunia
2. Meningkat pada sosial ekonomi
Penatalaksanaan
Komplikasi rendah, kepadatan penduduk
1.Edukasi
1.Intrapulmonal
2.Pencegahan anak
2.Ekstrapulmonal
3.OAT
BHP

Prognosis
QAV: ad bonam
QAF: ad bonam
Suspek TB Paru

l ur is
A os
g n
Di a
Pemeriksaan dahak mikroskopis: Sewaktu, Pagi, Sewaktu (SPS)

Hasil BTA
+++ Hasil BTA
Hasil BTA
++- +--
---

Antibiotik Non OAT


Tidak Ada Ada
Perbaikan Perbaikan

Foto Thorax Pemeriksaan dahak


dan mikroskopis
Pertimbangan
Dokter

Hasil BTA
+++ Hasil BTA
++- ---
+--

Foto Thorax dan


Pertimbangan
Dokter

TB Bukan TB
Anatomi Pulmo
Letak
Letak
Cavum Pulmo, dilapisi pleura
Cavum Pulmo, dilapisi pleura
Struktur Eksternal
Struktur Eksternal
Bronkus Primer Kanan:Lobus
Lobus
Dextra (3)*
Dextra (3)*
Bronkus Primer Kanan:
Lebih Vertikal Lobus Sinistra (2)
Lebih Vertikal Lobus Sinistra (2)
Lebih Pendek Struktur Internal
daripada Kiri
Lebih Pendek Struktur Internal
daripada Kiri
Diameter lebih besar Bronkus
Diameter lebih besar Bronkus
Primer (Principalis)
Primer (Principalis)
Sekunder (Lobaris)
Sekunder (Lobaris)
Tersier (Segmentalis)
Tersier (Segmentalis)
Bronkiolus
Bronkiolus
Alveolus
Alveolus
Vaskularisasi
Vaskularisasi
Pulmonal :
Pulmonal :
A. Pulmonalis Dextra et Sinistra
A. Pulmonalis Dextra et Sinistra
V. Pulmonalis Dextra et Sinistra
V. Pulmonalis Dextra et Sinistra
Bronchial :
Bronchial :
A. Bronkhialis Dextra et Sinistra
A. Bronkhialis Dextra et Sinistra
V. Bronkhialis Dextra et Sinistra
V. Bronkhialis Dextra et Sinistra
Inervasi
Inervasi
Simpatis : Trncs. Simpaticus Ganglion
Simpatis : Trncs. Simpaticus Ganglion
Vertebral III, IV, V
Vertebral III, IV, V
Parasimpatis : N. Vagus
Parasimpatis : N. Vagus
Limfe
Limfe
Menuju nodus bronkopulmonal ->
Menuju nodus bronkopulmonal ->
trakeobronkhial nodus
trakeobronkhial nodus
Lobus Bawah -> Nodus Mediastinum Post.
Lobus Bawah -> Nodus Mediastinum Post.
Otot Respirasi

Inspirasi Ekspirasi
Utama M. Intercostalis Externus M. Intercostalis Externus
Kontraksi Relaksasi
Tambaha a. M. Seleni a. M. Intercostalis Internus
n b. M. Pectoralis Major & b. M. Rectus Abdominalis
Minor c. M. Obliquus Abdominalis
c. M. Rhomboideus Externus & Internus
d. M. Trapezius

Tingkatkan
Kompensasi
TBC Fibrosis Paru Kerja Otot
Pernafasan
Ventilasi
Histopatologi
Makrofag lainya ikut memakan dan
terbentuk “An Early Tubercle Form”

Beberapa minggu, makrofag mati,


meninggalkan basil tuberkel “Caseous”

Tuberkel yg matur mengelilingi makrofag


dan limfosit “Caseous Membesar”
Gambaran Caseous

Epitel Limfosit

Granuloma
Granulomaberbentuk
berbentukCaseous
CaseousTuberkel
Tuberkel
a.a.Proliferasi
ProliferasiEpitelial
Epitelial
b.b.Basil
BasilTuberkel
Tuberkel
c.c.Nekrosis
NekrosisPerkijuan
Perkijuan
Fisiologi Pernapasan
• Ventilasi: Proses keluar masuknya udara ke
dalam paru.
• Difusi: Proses perpindahan O2 dari alveoli ke
dalam darah dan sebaliknya (dalam TB paru
terjadi penurunan difusi O2 dan CO2 karena
M. Tuberculosa).
• Perfusi: Distribusi darah di dalam paru yang
dialirkan ke seluruh tubuh.
Mikrobiologi

Batang Lurus , Tipis Bentuk Koloid dan


(0,4 x 3,4 nm) Filamentosa

↑CO2  ↑
Bakteri Tahan
Tumbuh optimal di Pertumbuhan
Asam ! (-) Spora
suhu 37o C Bakteri

Doubling Time 8
(-) Kapsul
jam
Arabinoga
laktan di
dinding
bakteri

Mengurangi
efektifitas
antibiotik

Peptidog
likan di
dinding
bakteri

M.Tuberculosis
Lipoarabinomannan Interaksi antara
bertahan hidup
dinding bakteri inang&patogen
dalam makrofag
a n
a h
ri T A )
k e
t (B T
a
B am
A s
Etiologi
Mycobacterium tuberculosis

Faktor Resiko
•Lingkungan : Ventilasi & kelembapan,
sinar UV kurang
•Sosial ekonomi rendah
•Kontak langsung dengan penderita TB
•Imunodefisiensi
•Malnutrisi
•Edukasi kurang
F. Predisposisi PMN menyerang di
(kontak inhalan dgn Invasi M. lobus atas paru dan
Basil tuberculin
droplet Tuberculosis ke pars memfagositosis
mencapai alveoli
mengandung M. conductoria bakteri
Tuberculosis)

Reaksi peradangan
Ronki
Merangsang IL 1 kasar Produksi sekret ↑ Sel makrofag
tidak dapat
mencerna
Reaksi endogen Akumulasi sekret
M.Tuberculosis
pirogen
Sekret sulit Menganggu proses
Sesak Terbentuk sel
dikeluarkan difusi
PG release
epiteloid

Bersihan Perfusi jaringan ↓


Merangsang set Menyebar ke
point di hipotalamus jalan nafas P. Limfe Granuloma (fokus
tidak efektif gohn)
Metabolisme aerob

↑ Suhu tubuh Limfangitis
Batuk terus lokal & Nekrosis
menerus Produksi ATP ↓ limfadenitis (2-3minggu)
Demam regional
Malaise
Metabolisme ↑ Berkeringat Membentuk
nekrosis
perkijuan
Pemecahan Otak Jantung
cadangan
Penyebaran secara Membentuk
makanan ↑ Meningitis hematogen kavitas
Perikarditis

BB turun Gang.
Penglihatan Iskemia jar. Paru Menjadi fibrosis
Paru
Merangsang Dinding fibrosis
Ginjal Tulang bradikinin, histamin, kehilangan
Alveolus serotonin integritas
mengalami
Gang.
Mastoid konsolidasi
eliminasi dan eksudasi Merangsang P. Darah disekitar
urin reseptor nyeri di kavitas radang
Gang. pleura parietal (n.
Pendengaran Sphlanicus &n.
Emfiema
Spondilytis Intercostalis)
Hip Aneurisma
Kyphosis, Skoliosis Efusi kraussman
Nyeri dada
Pincang, Pleura
Kaki pendek
Gang. Gagal Nafas Batuk berdarah Pecah
Mobilisasi Fisik
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Darah Lengkap

• Pemeriksaan dahak mikroskopik (Ziehl Neelsen)


syarat pengambilan dahak:
-Vol 3,5 - 5 ml
-Kekentalan : mukoid
-Warna : Hijau kekuningan (purulen)

 Berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai


keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi
penularan.
• Pemeriksaan Biakan / Kultur Bakteri
untuk menegakan diagnosis TB pada pasien:
- Pasien TB ektstra paru
- Pasien TB anak
- Pasien TB BTA negatif
Pemeriksaan biakan M.tuberculosis dengan metode
konvensional ialah dengan cara :
-Egg base media : Lowenstein-Jensen
-Agar Base Media : Middle brook

 Untuk mendapatkan diagnosis pasti


• Pemeriksaan Radiologik

#Gambaran foto thorax PA pada lesi TB aktif :


- Bayangan berawan / nodular di segmen apikal
dan posterior lobus atas paru dan segmen superior
lobus bawah paru
- Kaviti, t.u lebih dari satu, dikelilingi oleh
bayangan opak berawan/ nodular Gambar paru normal

- Bayangan bercak milier


- Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral
(jarang)

#Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB


inaktif
- Fibrotik Gambar paru TBC

- Kalsifikasi
- Schwarte atau penebalan pleura
• Uji kepekaan obat TB / Tes resistensi
Tes resistensi ditujukan untuk diagnosis pasien
TB yang memenuhi kriteria suspek TB-MDR
(Multi Drug Resistent)*
• Suspek TB MDR adalah semua orang yang mempunyai
gejala TB dengan salah satu atau lebih kriteria suspek di
bawah ini :

1. Pasien TB yg gagal pengobatan kategori 2 (kasus kronik)


2. Pasien TB tidak konversi pada pengobatan kategori 2
3. Pasien TB dgn riwayat pengobata TB di fanyankes Non
DOTS
4. Pasien TB gagal pengobatan kategori 1
5. Pasien TB tidak konversi setelah pemberian sisipan
6. Pasien TB kambuh
7. Pasien TB yang kembali berobatsetelah lalai/default
8. Pasien TB dgn riw. Kontak erat pasien TB MDR
9. ODHA dengan gejala TB-HIV
Penatalaksanaan Farmako
Kategori OAT:
Kategori 1:
- Pasien baru TB paru BTA (+)
- Pasien TB paru BTA negatif foto thorax (+)
- Pasien TB ekstra Paru
Kategori 2:
- Pasien Kambuh
- Pasien gagal
- Pasien dengan pengobatan terputus
Kategori 1 (2HRZEintensif/4H3R3lanjutan)

1. ISONIAZID (INH)
• Mekanisme Kerja: Menghambat sintesis asam
mikolat
• ESO: Neurotoksik, Anemia sideroblastik,
Hepatotoksik, Hipersensitivitas
• Sediaan Tablet: 50, 100, 300, dan 400 mg
• Posologi: 5mg/kgBB
2. RIFAMPIN/RIFAMPISIN
• Mekanisme Kerja: Menghambat DNA
dependent RNA polymerase Mycobacterium
• ESO: nausea, nyeri kepala, hepatitis
(pemberian bersama INH, trombositopeni,dll.
• Sediaan tablet: 450 dan 600 mg
• Posologi: Dewasa <50kg  450mg/hari
3. PIRAZINAMID (PZA)
• Mekanisme Kerja: Tidak diketahui dengan
pasti
• ESO: nausea, vomit, malaise, hepatotoksik,
hiperurisemia, atralgia
• Sediaan tablet: 250 dan 500 mg
• Posologi: 20-35 mg/kgBB/hari
4. ETHAMBUTOL
• Mekanisme Kerja: Inhibitor arabinosil
transferase bakteri yg merupakan komponen
utama dinding sel bakteri
• ESO: Optik neuritis, hiperurikemia, demam,
iritasi saluran cerna, dll.
• Sediaan Tablet: 250 dan 500 mg
• Posologi: 15 mg/kgBB/hari
Resep Diskel Dua, dr.

untuk 2
Jalan Tutorial 2 Unjani
No. HP: 082222222222

minggu R/ Rifampicin tab 450 mg no. XIV


S 1 dd 1 ac

R/ INH tab 300 mg no. XIV


S 1 dd 1 ac

Periksa SGOT R/ Pirazinamid tab 500 mg no. XLII


dan SGPT ! S 1 dd 3 pc

R/ Etambutol tab 500 mg no. XXVIII


S 1 dd 2 ac

R/ Vit B6 tab 20 mg no XIV


S 1 dd 1 ac

Pro: Ny. X
Umur: 28 tahun
Profilaksis

Untuk semua yang tinggal satu rumah/kontak


erat dengan penderita TB dgn BTA (+)
Dewasa dan Anak : 6 bulan

 Dewasa : INH 2x sehari 300 mg slma 6


bulan, jika HIV (+) 9 bulan setiap hari.
 Anak
1. Chemoprofilaksis dengan INH 10 mg/kg/hari (Dosis
Tunggal) Selama 6 Bulan Untuk :
- Kena Infeksi Tanpa Sakit
- Belum Kena Infeksi Tapi Dalam Keadaan
Terancam Terinfeksi (Ada Kontak Erat)

2. Terapi OAT Untuk yang Sudah Sakit Ada 2 Fase :


- Fase Intensif (2RHZ)
- Fase Pemeliharaan (4RH)
DOSIS OAT Anak

DOSIS HARIAN DOSIS MAKSIMAL


(mg/KgBB/Hari) (mg/Hari)

ISONIAZID (H) 10-15 300

RIFAMPISIN (R) 10-20 600

PIRAZINAMID (Z) 20-30 2000

ETHAMBUTOL (E) 15-20 1250

STREPTOMISIN (S) 15-40 1000


Penatalaksanaan Non Farmako
• Perawatan :
1) Rawat Jalan
2) Rawat Inap
 Terapi Bedah :
# Indikasi Mutlak : tidak dapat diatasi dengan
terapi konservatif (BTA (+), Batuk
darah, fistula bronkopleura dan emfisema)
# Indikasi Relatif : dahak (-) batuk darah
berulang, kerusakan pd satu lobus/paru
Pencegahan
1) Ventilasi ruangan harus baik
2) Gunakan masker
3) Jangan keluar rumah selama beberapa minggu pertama
pengobatan TBC
4) Meludah di tempat yang sudah diberikan desinfektan
5) Imunisasi BCG untuk bayi 3-14 bulan
6) Hindari udara dingin
7) Usahakan ruangan mendapatkan sinar matahari yg cukup
8) Jemur kasur, bantal, tempat tidur terutama saat pagi hari
9) Barang yang digunakan harus terpisah
10) Diet tinggi KH dan protein
11) Bila ada gejala TB segera periksa ke puskesmas/RS
1.
Komitmen
Pemerintah

5.
2. Diagnosis
Pencatatan
Mikroskopis
& Pelaporan

DOTS

4. Panduan
3. PMO
OAT
EPIDEMIOLOGI
• Masalah kesehatan global
• Penyakit penyebab kematian ke dua setelah
HIV
• 2011, perkiraan WHO 8,7 juta kasus baru TB
(dengan 13% pasien ko-infeksi HIV)
• 1,4 juta pasien meninggal akibat TB
• Setiap tahun di Indonesia kasus TB bertambah
seperempat juta kasus baru
• 140.000 kematian/tahun
• Indonesia menempati 10 negara tertinggi
penderita TB
• Prevalensi : 289/100.000 penduduk
• Insidensi : 189/100.000 penduduk
• Angka kematian : 27/100.000 penduduk

*sumber WHO,2012
BHP
• Beneficence :
– Menerapkan Golden Rule Principle
• Dokter melakukan pemeriksaan sesuai dengan GRP
dimulai dari anamnesis Batuk berdahak 1 bulan yang
lalu, demam, berkeringat malam hari.
• sampai dengan melakukan pemeriksaan penunjang
sputum BTA, kultur bakteri, dan foto thorax.
– Meminimalisir akibat buruk
• Menegakkan diagnosis sedini dan setepat mungkin
dengan pemeriksaan yang tepat dapat mengurangi
akibat buruk kedepannya
• Non-Maleficence :
– Mengobati secara proporsional
• Melakukan pengobatan yang sesuai dengan diagnosis
yang telah ditegakkan Tuberkulosis paru BTA (+) lesi
luas dengan kasus baru.
• Autonomy :
– Memberikan informed consent
• Setiap tindakan yang diberikan seperti pemeriksaan sputum dll
harus dijelaskan secara jelas dan terstruktur kepada pasien
– Edukasi mengenai penyakit pasien
• Edukasi diberikan pengetahuan mengenai TBC yang sangat
menular, komplikasi dan pengobatan TBCselama 6 bulan dan tidak
boleh putus obat.
• Justice :
– Menjaga kelompok yang rentan
Pasien memiliki anak yang merupakan kemlompok yang
rentan tertular penyakit TB
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai