Anda di halaman 1dari 42

ASPEK MEDIKOLEGAL

KASUS KERACUNAN
PADA SALURAN PENCERNAAN
Andri Andrian Rusman
Laboratorium Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran
Universitas Jenderal Achmad Yani
TOKSIKOLOGI (=ilmu tentang racun)
• Ilmu pengetahuan yg berkaitan dgn sumber, karakteristik, & kandungan
racun, gejala & tanda yg disebabkan oleh racun, farmakologi racun &
penatalaksanaan kasus keracunan

• Dalam istilah forensik berkaitan dgn perkara hukum. Forensik toksikologi


adalah pemeriksaan dari seluruh aspek racun yg memiliki implikasi medis

• Gabungan dari aspek kimia & fisiologi yg berkaitan dgn obat, racun & zat
beracun lain serta bagaimana zat tsb dpt mempengaruhi/membahayakan
organisme hidup, khususnya manusia

• Ilmu mengenai racun, meliputi mendeteksi, mengisolasi, memisah racun,


menentukan racun secara kuantitatif, cara bekerja racun dalam tubuh &
antidote yg dipakai utk menetralisasi kerjanya racun pd manusia
DEFINISI RACUN
• Taylor: Zat yg dlm jml relatif kecil masuk ke dlm tubuh kita &
bekerja secara kimiawi, menimbulkan gejala2 abnormal sampai
kematian

• Scientific American: Substansi yg dlm jml kecil dpt menyebabkan


kematian/penyakit pd organisme hidup oleh aksi zat kimia

• Walkins v.National Elec.Product Corp.: Substansi yg dimasukkan


ke dlm sistem, baik secara langsung/dgn absorpsi, menghslkan
perubahan hebat, penyakit/perubahan fatal,/yg merusak
jaringan hidup bila terjadi kontak
DEFINISI RACUN
• Stedman’s Medical Dictionary: Substansi dimana ketika dlm
jumlah kecil dimakan, dihisap/diserap/digunakan,
disuntikan,/dikembangkan ke dlm tubuh, memiliki aksi
kimia yg dpt menyebabkan kerusakan struktur,/gangguan
fungsi, menghslkan gejala, penyakit,/kematian

• The Sloane-dorland annotated Medical-Legal Dictionary:


Substansi dimana ketika dimakan,
dihisap/diserap/digunakan, disuntikan,/dikembangkan ke
dlm tubuh, memiliki aksi kimia yg dpt menyebabkan
kerusakan struktur,/gangguan fungsi
DEFINISI RACUN
• Zat yg apabila dikonsumsi dlm jumlah cukup, dpt
menyebabkan hal yg merugikan,/kematian

• Unsur dlm bentuk apapun yg dimasukkan ke dlm tubuh dgn


cara apapun, dpt menyebabkan gangguan kesehatan,
penyakit/kematian

• Suatu zat yg bila dimasukkan ke organisme hidup dlm dosis


toksik, tetapi relatif kecil, selalu menimbulkan gangguan
fungsi tubuh yg mengakibatkan penyakit bahkan kematian
PENDAHULUAN
• Keracunan vs diracun
• “Keracunan” (KUHAP 133)
• Tindakan “meracuni” termasuk golongan
penganiayaan (KUHP 356)
• Narkotika (UU Narkotika)
• Dasar hukum lainnya: KUHP 202, 203, 204,
205
KEADAAN TERJADINYA
• Disengaja/tidak wajar:
– Oleh orang lain (penganiayaan, pembunuhan)
– Oleh diri sendiri (penyalahgunaan obat, bunuh diri)

• Tidak disengaja/kebetulan/wajar:
– kecelakaan industri/laboratorium (asam basa kuat,
logam berat),
– rumah tangga (desinfektan, detergen, insektisida),
– Dan lain lain
KLASIFIKASI RACUN BERDASARKAN
PENGGUNAANNYA
• Rumah tangga: desinfektan, detergen, insektisida
• Pertanian/perkebunan: pestisida, herbisida
• Kalangan medis: hipnotika, sedativa, transquilizer,
antidepressan, analgetika, narkotika, antibiotika
• Industri/laboratorium: asam & basa kuat, logam
berat
• Alam bebas: opium, ganja, kokain, amygdala (sianida
dlm tumbuhan), racun bisa binatang, jamur
PORT D’ENTREE
• Ditelan (peroral/ingesti)
• Terhisap bersama udara pernapasan
• Sublingual
• Permukaan kulit
• Rongga tubuh
• Peranal
• Parenteral (suntikan)
ELIMINASI RACUN DARI TUBUH
• Urine & feses
• Keringat
• ASI
• Air liur
• Pernapasan
• Kelenjar mukosa/serosa
CARA KERJA RACUN
1. Lokal/setempat:
a. Zat korosif: lisol, asam kuat, basa kuat
b. Zat iritan: arsen, HgCl2
c. Anestetik: kokain, asam karbol
2. Sistemik:
a. Narkotika, barbiturat, alkohol  SSP
b. Digitalis, asam oksalat  jantung
c. CO, sianida  enzim pernapasan sel
d. Insektisida  hati
3. Sistemik & lokal
• Asam oksalat, asam karbol, arsen, garam Pb
FAKTOR YANG BERPERAN
1. Dosis  toksik dan lethal
2. Bentuk racun
3. Kepekatan
4. Kombinasi zat
5. Cara pemberian
6. Umur
7. Kesehatan
8. Toleransi
9. Faktor penimbunan
10.Lambung
11.Idiosinkrasi
INDIKASI
• Gejala ditemukan pada banyak orang di suatu
tempat tertentu.
• Ditemukan racun di TKP.
• Kematian mendadak yang tidak jelas
penyebabnya.
• Kasus perkosaan dan kejahatan seksual.
• Kecelakaan lalu lintas khusus
pengemudi/pilot.
PEMBUKTIAN SEBAB KEMATIAN KERACUNAN

1. Anamnesa, adanya kontak antara korban dengan


racun
2. Tanda dan gejala yg sesuai dgn tanda dan gejala
keracunan yg diduga
3. Sisa barang bukti terdapat racun yg dimaksud
4. Otopsi: terdapat perubahan/kelainan sesuai dgn
keracunan dari racun yg diduga
5. Analisa kimia/pemeriksaan toksikologi terbukti
terdapat racun dari sampel jaringan/cairan tubuh
KERACUNAN AKUT:
GEJALA KLINIS SEHUBUNGAN DENGAN ADANYA RACUN SPESIFIK
SALURAN PENCERNAAN MAKANAN

GEJALA KLINIS RACUN

Hipersalivasi Penghambat kholinesterase, strikhnin

Mulut kering Atropin, opiat, fenotiazin, antidepressan


trisiklik
Konstipasi Timbal (Pb), opiat, thallium

Diare Arsenat, penghambat kholinesterase, laksatif

Pendarahan gastrointestin Asam asetilsalisilat, asam/basa kuat,


antikoagulan kumarin, indomelasin

Kerusakan hati Toksin amanita, karbontetraklorida,


parasetamol, fosforus (putih)
DIAGNOSA DIFERENSIAL
Keracunan Penyakit
Sakit kepala CO, CO2, alkohol, Depresi, Meningitis,
narkotika basa Tumor otak,
Hipertensi, Migrain, dll
Muntah, pusing, sakit Garam logam berat, racun Gastritis, Enteritis,
perut makanan Uremia, dll
Gangguan kesadaran:
Coma Alkohol, hipnotika, CVD, Eklamsi, Uremia
sedativa, CO
Miopia Opium, morfin, Penyakit SSP
pilokarpin, organofosfat
Midriasis Belladona, alkohol, Syok, Koma
aconitin
Delirium Belladona, alkohol, hasis Penyakit jiwa (Psikosa)

Kejang-kejang Strichnin, ergotamin, Uremia, Eklamsi,


garam amonium Tetanus
Sianosis Anilin, nitrit, fenasetin, Bronkopneumonia,
parakuat COPD, Penyakit
jantung
(Dikutip dari Schwed: Rechtsmedizin, 1976)
PERUBAHAN WARNA CURIGA AKAN
A. Lebam mayat Sangat pucat atau hampir tidak Anemia, Hemolisa intravasa,
ada Racun hemolitik
Merah terang CO, CN
Kelabu-sianotik Racun pembentuk Met-Hb
B. Warna kulit Kuning difus Ikterus karena racun
Coklat difus Hematinemia (Keracunan sabun)

C. Warna saluran cerna (berupa Kuning Senyawa Chrom, Metasystox,


lapisan) Derivat Nitro KH aromatik
(dinitrobenzol trinitrotoluol),
asam sulfat

Korosif Asam: asam mineral, asam


asetat
Basa: garam perak, sublimat,
KMnO4

Warna khas pada muntahan Keracunan zat dengan pewarna


Hijau Pestisida mengandung Arsen
Biru, violet atau merah Insektisida mengandung Hg,
Thalium atau Fluor, Fosfor-
hidrogen
BAU TERTENTU CURIGA AKAN
D. Isi lambung atau otak Aromatis Alkohol, pelarut, ether, lysol,
insektisida khas
Seperti amandel Nitrobenzol, HCN, Sianida
Seperti bawang Senyawa fosfor, selen, telur
(Diambil dari Schwerd: Rechtsmedizin, 1976)
Isi Lambung
BAU KARAKTERISTIK SEHUBUNGAN DENGAN RACUN TERTENTU
BAU KEMUNGKINAN PENYEBAB
Amandel pahit Sianida
Seperti buah-buahan Alkohol (termasuk etanol), ester
Bawang putih Arsenat, fosfor
Kapur barus Kamfer
Buah peer Kloral
Minyak tanah Destilat minyak tanah (mungkin pembawa dalam
formula pestisida)

Fenolik Desinfektan, fenol


Tembakau apek Nikotin
Semir sepatu Nitrobenzen
Manis Klorofom dan hidrokarbon terhalogenasi lain
KERACUNAN SIANIDA

Kepentingan: peracunan dan keracunan hampir sama banyak.


Cara masuk: inhalasi (gas HCN), oral misalnya: Garam CN (cepat): fotografi, penyepuhan,
pewarnaan, dsb.; Amigdalin (lambat): singkong, ubi, biji apel, dsb.
Patofisiologi:
CN + sitokrom oksidase (jaringan) – sitotoksik – anoksia. HbO2 darah tinggi, ditandai
dengan lembam merah terang. Alkali sianida juga bersifat korosif.
Dosis letal dewasa:
HCN anhidart 50 mg; Scheele’s acid 1,5 ml; Alkali sianida 150-200 mg. Gas: 200-400 ppm,
mati dalam 30 detik; 2000 ppm, mati seketika.
Gejala klinik:
Tidak khas: sakit kepala, muntah, hiperpneu & takipneu, karena penekanan batang otak,
konvulsi karena penghambatan enzim glutamat dekarboksilase sehingga GABA turun
kadarnya di otak, koma, inkontinensia.
Ciri khas keracunan ini adalah: Bau amandel (HCN 1 ppm). Tidak tercium bila tertutup bau
lain, saraf olfaktorius lumpuh. Lebam merah terang.
Pemeriksaan mayat: mukosa lambung berwarna merah coklat.
Toksikologi: konsentrasi tertinggi di limpa, kemudian darah, hati, ginjal. Pembentukan
sianida postmortal, menghilangnya CN pasca mati (evaporasi, pembentukan tiosianat,
pembentukan amonium formiat, polimerisasi dsb), karena itu berilah pengawet NaF 1%.
Kualitatif: reaksi biru Berlin, mikrodifusi, kertas saring.
Kuantitatif: spektrometrik.
KERACUNAN KARBON MONOKSIDA
CO merupakan gas yang tidak berwarna, tak berbau, tak berasa dengan afinitas
terhadap Hb 210-300 kali lebih besar daripada afinitas O2 terhadap Hb.
Cara masuk: inhalasi (gas gunung berapi, kebakaran, industri, knalpot, asap tembakau).
Patofisiologi:
1. CO + Hb ----- COHb
2. CO (bila tekanan gas tinggi) + sitokrom oksidase (jaringan) ----- anemik hipoksia
Gejala klinik tergantung dari presentasi saturasi COHb:
3. 20-30%: sakit kepala
4. 30-40%: muntah, pusing, pandangan kabur, kolaps
5. 40-50%: mudah sinkop, nadi dan pernafasan meningkat
6. 50-60%: sinkop, nadi dan pernafasan meningkat, koma disertai kejang intermitten,
pernafasan Cheyne Stokes
7. 60-70%: koma dan konvulsi intermitten, mati
8. >70%: mati
Ciri khas:
• Segera: lebam merah bata, darah tak membeku, otak sembab
• Lambat: ptekie pada otak, jantung, viscera, nekrosis otak, ring hemorrhage
Pemeriksaan Toksikologi:
1. Resistensi alkali test. Dapat dikerjakan pada darah segar dan busuk, bila positif
berarti kadar COHb lebih atau sama dengan 10%.
2. Teknik mikrodilusi.
3. Tes Gettler-Freimuth.
4. Spektrokopis.
5. Gas Chromatografi.
KERACUNAN INSEKTISIDA

Kepentingan: bunuh diri, kecelakaan, pembunuhan


Cara masuk: biasanya oral, dapat juga inhalasi atau kontak
Patofisiologi: tergantung jenis insektisida yaitu;

Antikolinesterase Chlorinated Hydrocarbon


Organofosfat (OP): malation DDT, Endrin, Klordane, dsb
Karbamat: Baygon
Gejala
Sakit kepala, lemah, hipersekresi kelenjar, Muntah, vertigo, kesadaran menurun,
kejang, akhirnya mati koma, mati
Pada Autposi
Ciri khas tidak ada, tapi bau kerosen dan edema alat-alat dalam
Toksikologi
 TLC, spektrofotometri, kromatografi gas. Pada keracunan karbamat, kadar 1 Naftol
urine meningkat.
 Cara Acholest (dengan paper strip).
 Cara Edson (berdasarkan perubahan pH darah, lebih teliti).
KERACUNAN ARSEN
Kepentingan: kecelakaan kerja, pembunuhan, bunuh diri.
Arsen terdapat pada insektisida, racun tikus, herbisida, dsb.
Cara masuk: oral, inhalasi, per kutan.
Patofisiologi: Arsen menyebabkan hemolisis, merusak kapiler sehingga timbul transudasi plasma
dan kemudian hipovolemi.
Dosis rendah menimbulkan hiperemia Gastrointestinal tract.
Dosis tinggi menimbulkan vesikel, lalu pecah; timbul ‘rice water stool’ dan feses bercampur
darah.

Gejala klinik:
 Rice water stool bercampur darah.
 Hipotensi ----- oliguri, hematuri, proteinuri.
 Muntah proyektil, mula-mula serous keruh, kemudian mukoid + empedu, akhirnya berdarah.
 Lebih lanjut terjadi aplastik sumsum tulang.
Ciri lain:
1. ‘Bronzed pigmentation’ pada kulit, rambut, kuku, sekitar puting susu, perut bagian bawah
dan lipatan-lipatan kulit. Arsen dideposit terutama pada jaringan keratin.
2. Pada perokok, kadar Arsen lebih tinggi.
3. Dosis fatal kurang lebih 250 mg.
4. Kuku ‘Mee’s lines = garis-garis putih.
5. Mati yang cepat disebabkan kegagalan jantung-pernafasan. Mati lambat disebabkan oleh
Hemoglobin cast yang menimbulkan anuri.
KERACUNAN TIMAH HITAM

Cara masuk: oral, parenteral, inhalasi, per kutan.


Patofisiologi: mengganggu biosintesa heme dengan menghambat enzim ALA sintetase, ALA dehidrase dan Heme sintetase.
Gejala klinik:
1. Kolik, nyeri, muntah, konstipasi, nyeri dan lemah otot terutama otot bahu dan paha: “Wrist and Foot Drop”, “Burtonian
Blue Line” pada alveolar margin gusi.
2. Life span eritrosit memendek, anemia, basofilik stippling ring sideroblastic.
3. Sindrom Fanconi, gout.
4. Anak-anak menjadi iritabel, muntah, kejang, ensefalopati lalu timbul koma.

Pada pemeriksaan jenazah dengan keracunan Pb akut:


 Pemeriksaan luar: turgor menurun, mata cekung, bibir kering.
 Pemeriksaan dalam: lambung spastis berisi cairan putih, usus spastis berwarna hitam.
Pada keracunan kronis:
 Pemeriksaan luar: kurus, pucat, ikterik, lead line positif pada discus opticus retina terdapat bintik abu-abu.
 Pemeriksaan dalam:
Lambung: tanda-tanda gastritis kronis yaitu mukosa hiperemis, menebal.
Usus: bercak-bercak abu-abu kehitaman pada submukosa usus.
Hepar: PA degeneratif sentral.
Ginjal: membesar, korteks menebal, PA inclusion bodies pada inti sel tubuli ginjal, degenerasi sitoplasma.
Otak: lead ensefalopati, nekrosis, perdarahan kecil-kecil, perivasculer oedema, PA penebalan leptomening,
kerusakan sel-sel saraf, gliosis.
Testis dan ovarium: degenerasi sel-sel germinal.

Toksikologi:
1. Keracunan akut: cairan lambung, darah.
2. Keracunan kronis: hati, ginjal, otak, tulang panjang, tulang pipih.
3. Kuantitatif dengan cara Gas Liquid Chromatography.
4. Semi kuantitatif dengan cara TLC.
5. Pemeriksaan Pb di urine dengan menambahkan H2SO4 ----- PbSO4.
6. Pemeriksaan [kopro porfirin] urine/darah.
PENGAMBILAN & PENGIRIMAN
BAHAN
• Pada korban hidup dilakukan secepatnya
• Sampel korban hidup: seluruh urine, seluruh muntahan/bilasan
lambung, darah 20-50 ml, rambut & tinja (keracunan logam berat)
• Sampel korban mati: darah, hati, lambung, empedu, otak, paru-
paru, jantung, ginjal
• Kasus ekshumasi (bongkar makam): tanah di bawah lambung,
tanah sekitar makam (kontrol)
• Dikemas dalam botol terpisah tanpa pengawet, dimasukkan dalam
kotak tertutup, disegel, dilabel (KUHAP 130)
• Penemuan bahan di TKP (sebagai pembanding)
• Membuat berita acara pengemasan dan pengiriman, disertakan
keterangan kasus
• Pengawet: NaF (darah), Na benzoat (urine), alkohol absolut (organ)
NARKOBA
PENYALAHGUNAAN NARKOBA
UU No.22 tahun 1997 tentang narkotika, LN RI
tahun 1997 nomor 67:
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan,
yang dibedakan ke dalam golongan-golongan.
GOLONGAN NARKOTIKA
(UU No.22 tahun 1997 tentang Narkotika)
1. Narkotika golongan I, hanya digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan, potensi sangat tinggi
menimbulkan ketergantungan. Contoh: heroin, kokain,
ganja.
2. Narkotika golongan II, berkhasiat pengobatan, drug of
choice, ilmu pengetahuan, potensi tinggi ketergantungan.
Contoh: morfin, petidin, derivatnya.
3. Narkotika golongan III, berkhasiat pengobatan, banyak
digunakan terapi, ilmu pengetahuan, potensi ringan
ketergantungan. Contoh: kodein & garam-garam narkotika
golongan tersebut.
GOLONGAN PSIKOTROPIKA
(UU No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika, LN RI tahun 1997 nomor 10)

1. Psikotropika golongan I, digunakan hanya


untuk tujuan ilmu pengetahuan, tidak
digunakan untuk terapi, potensi sangat kuat
sindroma ketergantungan. Contoh MDA,
Ecstasy, LSD, Psilosibina.
2. Psikotropika golongan II, berkhasiat
pengobatan, ilmu pengetahuan, potensi kuat
sindroma ketergantungan. Contoh: Fensiklidin
(PCP), Amfetamin, Metilfenidat (Ritalin).
GOLONGAN PSIKOTROPIKA
(UU No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika, LN RI tahun 1997 nomor 10)

3. Psikotropika golongan III, berkhasiat pengobatan, banyak


digunakan untuk terapi, ilmu pengetahuan, potensi
sedang sindroma ketergantungan. Contoh: Flunitrazepam.
4. Psikotropika golongan IV, berkhasiat pengobatan,
digunakan sangat luas untuk terapi, ilmu pengetahuan,
potensi ringan sindroma ketergantungan. Contoh:
Alprazolam (Xanax), Bromazepam (Lexotan), Diazepam
(Valium), Estazolam (Esilgan), Klobazam (Frisium),
Klordiazepoksid (Librium), Nitrazepam
(Dumolid/Mogadon), Lorazepam (Ativan), Klonazepam
(Rivotril), Triazolam (Halcion), Fenobarbital (Luminal).
UU No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika
Permenkes RI No.688/MENKES/PER/VII/97 tentang Peredaran Psikotropika
Permenkes RI No.785/MENKES/PER/VII/97 tentang Ekspor dan Impor Psikotropika

Seseorang hanya dapat menggunakan (mengkonsumsi),


menyimpan, memiliki dll, apabila ia menerima narkotika
(selain narkotika golongan I dan psikotropika golongan I)
dari tenaga medis dalam kaitannya dengan upaya
pengobatan penyakitnya. Dokter, apotik dan sarana
kesehatan diwajibkan untuk melakukan pencatatan dan
pelaporan atas kegiatannya yang berkaitan dengan
narkotika, pemakai narkotika harus membuktikan bahwa
perolehannya dan pemakaiannya adalah sah, dan
pecandu narkotika wajib menjalani pengobatan atau
perawatan.
Drug Abuse (sign of overdosis)
TKP pada korban dg overdosis
Kematian Mendadak pada Kasus Chronic
Alcoholics
Kematian Mendadak pada Kasus Chronic
Alcoholics
Kematian Mendadak pada Kasus Chronic
Alcoholics
PEMBUKTIAN MELALUI
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Kepmenkes No. 1173/MENKES/SK/X/1998
tentang Penunjukan Laboratorium
Pemeriksaan Psikotropika dan Narkotika
memutuskan bahwa laboratorium yang
berwenang memeriksa adalah laboratorium di
lingkungan Departemen Kesehatan (Pusat dan
Balai-Balai POM di berbagai kota) dan di
lingkungan Polri (Laboratorium Forensik Pusat
dan Cabang).
Tanda asfiksia umumnya pada kasus
keracunan

Cyanosis

Petechiae
Dari lubang mulut keluar buih
KEPUSTAKAAN
• Sampurna, B., Samsu, Z., 2004, PERANAN ILMU FORENSIK
DALAM PENEGAKAN HUKUM: Sebuah Pengantar, Edisi
kedua, Bagian Kedokteran Forensik, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.
• Idram, A., Atmadja, D.S., 2004, Prosedur Pemeriksaan
Forensik Klinik Kasus Perlukaan, Simposium ‘VISUM ET
REPERTUM KORBAN HIDUP PADA KASUS PERLUKAAN &
KERACUNAN DI RUMAH SAKIT’, RS Mitra Keluarga Kelapa
Gading, Jakarta.
• Knight, B., 2003, Simpson’s Forensic Medicine, 11th
edition, London:Arnold.
KEPUSTAKAAN
• Dix, J., 2000, COLOR ATLAS of FORENSIC PATHOLOGY,
CRC Press, Boca Raton – London – New York –
Washington, D.C.
• Idries, A., M., Sidhi, Santoso, S., S., I., 1979, ILMU
KEDOKTERAN KEHAKIMAN: Toksikologi Kehakiman;
Psikiatri Kehakiman, Cetakan ke I, Lembaga Kriminologi
Universitas Indonesia, Percetakan Offset PELITA KASIH,
Jakarta.
• Chadha, P., V., 1995, Catatan Kuliah, ILMU FORENSIK
dan TOKSIKOLOGI, Edisi V, Widya Medika, Jakarta.
KEPUSTAKAAN
• Flanagan, R., J., Braithwaite, R., A., Brown, S., S.,
Widdop, B., De Wolff, F., A., 2001, ANALISIS
TOKSIKOLOGI DASAR, Laboratorium Analisis Kimia dan
Fisika Pusat, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai