Anda di halaman 1dari 12

Asuhan Keperawatan Pada Pasien TB Paru

(Tuberculosis Paru)

TUGAS

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah (KMB)

Anggota Kelompok 3 :

1. Muthia Maharani Yahya (19010099)


2. Nadiatul Khoiroh (19010102)
3. Nikmatul Jannah (19010106)
4. Nindi Anita Fian P (19010108)
5. Nur Anisa Mutamimah (19010114)
6. Nurin Azizah (19010117)
7. Putri Nur Aliya Ningsih (19010120)
8. Redi Erwinsyah (19010123)
9. Reza Zarkasih A (19010126)
10. Rifki Rifatul Hikmah (19010128)
11. Rizka Ainul Munawaroh (19010132)
12. Roby Luqmanul H (19010135)
13. Safitri Indah M (19010138)
14. Salsabila Titanicova (19010141)

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES dr. SOEBANDI
JEMBER
2020
PENJELASAN TBC

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB


(Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya.
Cara penularan
1) Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
2) Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000
percikan dahak
3) Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam
waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar
matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama
beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
4) Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan
dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin
menular pasien tersebut
5) Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh
konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

Risiko penularan
1) Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien TB
paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar
dari pasien TB paru dengan BTA negatif.
2) Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis
Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko Terinfeksi TB selama satu
tahun. ARTI sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk
terinfeksi setiap tahun.
3) ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%.
4) Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif.
Risiko menjadi sakit TB

1) Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB.


2) Dengan ARTI 1%, diperkirakan diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 1000
terinfeksi TB dan 10% diantaranya (100 orang) akan menjadi sakit TB setiap tahun.
Sekitar 50 diantaranya adalah pasien TB BTA positif.
3) Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah daya
tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk).
4) HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB menjadi sakit
TB.

Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler (cellular
immunity), sehingga jika terjadi infeksi penyerta (oportunistic), seperti tuberkulosis, maka
yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan bisa mengakibatkan kematian. Bila
jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah pasien TB akan meningkat, dengan
demikian penularan TB di masyarakat akan meningkat pula.

Pasien TB yang tidak diobati, setelah 5 tahun, akan:

a) 50% meninggal
b) 25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi
c) 25% menjadi kasus kronis yang tetap menular

KASUS

Tn B usia 40 tahun datang ke RS melati dengan keluhan batuk berdahak dan nyeri dada saat
batuk , pasien mengatakan sesak napas dan tampak meringis. Hasil pemeriksaan auskultasi :
creakles pada percabangan bronkus, TTV : TD : 110/70 mmHg, S : 36 C, N : 84 x/menit,
RR : 28 x/menit, sekret kental. pasien mengatakan nyeri pada dada saat batuk, pengkajian
nyeri : P : batuk menetap, Q : menusuk, R : dada, S : 5, T : timbul kadang-kadang saat batuk.
BTA positif Hb = 11,1 g/dl. Pasien mengatakan sering kontak dengan orang lain, pasien
mengatakan batuk di depan orang lain tanpa menutup mulut, pasien mengatakan membuang
dahak pada plastik yang ditali dan dibuang di tempat sampah. pasien hanya ditempat tidur
dan saat beraktivitas dibantu oleh keluarga dan pasien tampak sering batuk di depan orang
lain tanpa menutup mulut. Hasil pemeriksaan dahak ditemukan BTA positif.
PERINTAH

1. Pathway sesuai kasus diatas


2. Buatlah analisa data dari kasus diatas berdasarkan Problem, Etiologi, dan Simptom (3
diagnosis keperawatan)!
3. Buatlah intervensi dari kasus diatas!

HASIL

1. Pathway sesuai kasus

Dari paparan kasus diatas, didapatkan diagnosa keperawatan yang dapat


diangkat yaitu sebagai berikut :

A. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d produksi secret d.d batuk berdahak dan
creakles pada percabangan bronkus.
B. Resiko tinggi penyebaran infeksi b.d adanya infeksi kuman tuberkulosis d.d sering
berkontak dengan orang lain.
C. Pola nafas tidak efektif b.d perubahan cairan intrapleura d.d RR meningkat
D. Nyeri akut b.d produktif mediator nyeri meningkat d.d nyeri dada
E. Intoleransi aktivitas b.d reaksi sistematis d.d lemah
Berikut adalah gambaran pathway pada pasien yang dihasilkan diagnosa
keperawatan sebagai berikut :

Pathway Tuberculosis Paru

Invasi bakteri tuberkulosis

Sembuh

Infeksi primer

Sembuh dengan fokus ghon

Infeksi pasca primer Bakteri dorman` Sembuh dengan fibrotik


(reaktivasi)

Bakteri muncul berapa tahun kemudian

Reaksi infeksi/inflamasi, kavitas, dan merusak parenkim paru

- Produktif secret Kerusakan membran Perubahan cairan Produktif Reaksi sistematis


- Pecahnya pembuluh alveolar-kapiler intrapleura mediator nyeri
darah merusak pleura meningkat
atelaktasis. Lemah

Batuk berdahak Droplet Sesak, RR meningkat,


penggunaan otot Nosiseptor
bantu nafas terangsang Intoleransi
Bersihan jalan aktivitas
napas tidak efektif
Nyeri dada
Pola nafas tidak
efektif

Nyeri akut

Risiko tinggi
penyebaran infeksi
2. Buatlah analisa data dari kasus diatas berdasarkan Problem, Etiologi, dan
Simptom !

GEJALA TBC :

A. Batuk yang berlangsung lama (3 minggu atau lebih), berdahak


B. Batuk mengeluarkan darah
C. Berkeringat pada malam hari
D. Penurunan berat badan
E. Demam dan menggigil
F. Lemas
G. Nyeri dada saat bernapas atau batuk
H. Tidak nafsu makan
I. Lemas
J. Pembengkakan kelenjar getah bening jika terkena TBC kelenjar
K. Kencing berdarah jika TBC ginjal
L. Nyeri punggung pada TBC tulang belakang
M. Sakit perut jika mengalami TBC usus
N. Sakit kepala dan kejang jika terkena TBC di otak

ANALISA DATA

NO PENGELOMPOKAN DATA ETIOLOGI SIMPTOM PROBLEM


1. DS : Penumpukan sekret, 1) Sputum berlebih/kental Bersihan jalan
sekret kental 2) Sesak nafas (dispneu) nafas tidak efektif
Pasien mengatakan batuk
berdahak, pasien mengatakan sesak 3) Pola nafas berubah.

napas 4) Auskultasi : creakles pada


percabangan bronkus
DO :

Napas pendek, auskultasi : creakles


pada percabangan bronkus, TTV: TD :
110/70 mmHg, S : 36 C, N : 84
x/menit, RR : 28 x/menit, sekret
kental
Resiko tinggi
2. DS : Adanya infeksi 1) Sering kontak dengan orang penyebaran infeksi
Pasien mengatakan sering kontak kuman tuberkulolis lain
dengan orang lain. Pasien 2) BTA aktif
mengatakan saat batuk di depan 3) Tidak melakukan batuk dan
orang tidak menutup mulut dan bersin efektif
membuang dahak pada plastik yang 4) Terjadinya infeksi TBC
ditali dan dibuang di tempat sampah.
DO :
Pasien sering batuk di depan orang
lain tanpa menutup mulut. BTA
positif.
Pola napas tidak
DS : 1) RR Meningkat/ tidak
3. efektif
Perubahan cairan
Pasien mengatakan sesak napas, normal.
intrapleura.
nyeri dada dan sesak saat bernapas. 2) Dispnea

DO : 3) Penggunaan otot bantu

Pasien tampak meringis dan pernapasan

susah/tidak nyaman ketika pasien 4) Ekspirasi memanjang

bernapas, RR meningkat. 5) Pola nafas abnormal


(takipnea, bradipnea,
kussmaul, dan cheyne-
stokes).

Nyeri akut
1) Nyeri seperti menusuk
4. DS : Inflamasi paru, batuk 2) Nyeri terasa hilang timbul,
menetap
Pasien mengatakan nyeri pada dada tidak menetap

saat batuk. Pengkajian nyeri : P : 3) Dalam jangka waktu kurang

batuk menetap Q : menusuk, R : dari 6 bulan.

dada, S : 5, T : timbul kadang-kadang


saat batuk

DO :
Pasien meringis kesakitan, BTA
positif. TTV: TD : 110/70 mmHg, S :
36 C, N : 84 x/menit, RR : 28 x/menit

1) Tidak bisa beraktivitas Intoleransi


DS : Keletihan dan sendiri aktivitas
5.
Pasien mengataka badannya lemas, inadekuat oksigen 2) Lemas
untuk beraktivitas
pasien mengatakan kepalanya 3) Pusing
pusing, pasien mengatakan sesak 4) Pergerakan tubuh yang
napas lemah
DO : 5) Tidak mampu menopang
Pasien hanya ditempat tidur dan saat tubuhnya sendiri
beraktivitas dibantu oleh keluarga,
RR = 28 x/menit, Hb = 11,1 g/dl

3. Buatlah intervensi dari kasus diatas!


A. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d produksi secret d.d batuk berdahak
dan creakles pada percabangan bronkus.

Airway suction
a) Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
b) Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.
c) Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
d) Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.
e) Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion
nasotrakeal
f) Gunakan alat yang steril sitiap melakukan tindakan
g) Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter
dikeluarkan dari nasotrakeal
h) Monitor status oksigen pasien
i) Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion
j) Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan
bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll.

Airway Management

a) Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
b) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
c) Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
d) Pasang mayo bila perlu
e) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
f) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
g) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
h) Lakukan suction pada mayo
i) Berikan bronkodilator bila perlu
j) Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
k) Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
l) Monitor respirasi dan status O2

B. Resiko tinggi penyebaran infeksi b.d adanya infeksi kuman tuberkulosis d.d
sering berkontak dengan orang lain.

Infection Control (Kontrol infeksi)

a) Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain


b) Pertahankan teknik isolasi
c) Batasi pengunjung bila perlu
d) Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung
dan setelahberkunjung meninggalkan pasien
e) Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
f) Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
g) Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
h) Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
i) Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan
petunjuk umum
j) Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
k) Tingktkan intake nutrisi
l) Berikan terapi antibiotik bila perlu
m) Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
n) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
o) Monitor hitung granulosit, WBC
p) Monitor kerentangan terhadap infeksi
q) Batasi pengunjung
r) Sering pengunjung terhadap penyakit menular
s) Pertahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
t) Pertahankan teknik isolasi k/p
u) Berikan perawatan kulit pada area epidema
v) Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas,
drainase
w) Inspeksi kondisi luka / insisi bedah
x) Dorong masukkan nutrisi yang cukup
y) Dorong masukan cairan
z) Dorong istirahat
aa) Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
bb) Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
cc) Ajarkan cara menghindari infeksi
dd) Laporkan kecurigaan infeksi
ee) Laporkan kultur positif

C. Pola nafas tidak efektif b.d perubahan cairan intrapleura d.d RR meningkat
Airway Management
a) Berikan oksigen yang cukup
b) Monitor respirasi dan status O2
c) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
d) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
e) Berikan bronkodilator jika perlu
f) Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
g) Pertahankan jalan nafas yang paten
h) Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
i) Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
j) Monitor vital sign
k) Monitor pola nafas
D. Nyeri akut b.d produktif mediator nyeri meningkat d.d nyeri dada

Pain Management
a) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasifrekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
b) Observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan
c) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien
d) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
e) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
f) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri masa Iampau
g) Bantu pasierl dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
h) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
i) Kurangi faktor presipitasi nyeri
j) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi
dan inter personal)
k) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
l) Ajarkan tentang teknik non farmakologi
m) Berikan anaIgetik untuk mengurangi nyeri
n) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
o) Tingkatkan istirahat
p) Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
q) Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration

a) Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum


pemberian obat
b) Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
c) Cek riwayat alergi
d) Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
e) Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
f) Tentukan analgestik pilihan rute pemberian dan dosis optimal
g) Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara
teratur
h) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgestik pertama
kali
i) Berikan analgestik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
j) Evaluasi efektivitas analgestik tanda dan gejala

E. Intoleransi aktivitas b.d reaksi sistematis d.d lemah

Activity Therapy
a) Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan
program terapi yang tepa
b) Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
c) Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan social
d) Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
e) Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda,
krek
f) Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
g) Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
h) Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
i) Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
j) Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
k) Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual

Anda mungkin juga menyukai