I. HASIL DAN PEMBAHASAN buah zaitun (Olea europea). Minyak zaitun III.1 Hasil dihasilkan dari pohon buah zaitun yang Hasil praktikum pengujian asam lemak hanya berbuah sekali setahun. Minyak bebasdapat dilihat pada tabel berikut : zaitun diperoleh dari buah zaitun matang Tabel 6. Hasil Pengujian Asam Lemak yang kemudian diekstrasi dan dilakukan Bebas pemurnian sehingga menghasilkan minyak % Asam Lemak Bebas zaitun yang siap digunakan untuk bebagi Sampel P0 P1 P2 kebutuhan. Minyak zaitun kerap kali Minyak Kelapa Sawit 0,224 0,179 0,269 digunakan untuk pengobatan atau terapi, Minyak Zaitun 1,688 1,356 1,233 sebagai campuran masakan (utamanya sebagai tambahan alternatif makanan saat Minyak Kelapa Dalam 0,405 0,188 0,194 melakukan diet), bahkan untuk merawat Minyak VCO 0,085 0,115 0,140 kecantikan tubuh dan wajah. Minyak zaitun Minyak Kanola 0,223 0,216 0,327 banyak mengandung asam lemak tak jenuh yang hampir sebagian besar dalam bentuk Minyak Wijen 0,381 0,381 0,416 asam oleat (omega -9). Asam lemak tak Sumber: Data Primer Hasil Praktikum Aplikasi jenuh dapat meningkatkan jumlah kolestrol Teknik Laboratorium, 2018. baik guna melawan kadar kolestrol jahat pada tubuh. Standar mutu minyak zaitun telah dirumuskan dan ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) yaitu Tabel 7. Hasil Pengujian Organoleptik pada SNI 01-4474-1998, yaitu kadar asam lemak Beberapa Minyak bebas kurang dari 0,8% serta persyaratan Sampel Warna Aroma warna dan aroma yang normal. Hal ini P0 P1 P2 P0 P1 P2 Minyak Kelapa Kuning Kuning Kuning Bening sesuai dengan pernyataan Indah (2015), Normal Normal Normal Sawit Bening Bening + ++ bahwa minyak zaitun merupakan minyak Kuning Minyak Zaitun Kuning Bening Kuning Bening Normal Normal Normal yang berasal dari perasan buah zaitun. Minyak Kelapa Kuning Kuning Kuning Bening Kuat Normal Tidak Beraroma Dalam Bening Bening + ++ III.2.2 Asam Lemak Bebas Minyak VCO Kuning Bening Bening Kelapa Sedikit Tengik Agak Tengik Asam lemak bebas atau Free Fatty Minyak Kanola Kuning Kuning Kuning Gelap Normal Agak Tengik Tengik Acid (FFA) adalah jenis asam lemak yang Pucat diperoleh dari proses hidrolisa minyak Minyak Wijen Kuning Kuning + Kuning + Normal Normal Normal ataupun kesalahan pengolahan. Kadar asam Sumber: Data Primer Hasil Praktikum Aplikasi lemak bebas pada suatu minyak menjadi Teknik Laboratorium, 2018. acuan kualitas minyak tersebut. Angka Keterangan : asam lemak bebas yang tinggi P0 = Kontrol menunjukkan bahwa minyak telah P1 = Penggorengan 1x mengalami penurunan kualitas. Asam P2 = Penggorengan 2x lemak bebas walaupun bertambah hanya III.2 Pembahasan dalam jumlah sedikit mampu III.2.1 Minyak Zaitun mengakibatkan perubahan rasa serta warna, bahkan mampu mengakibatkan ketengikan pada minyak. Penggunaan minyak secara III.2.3 Ketengikan berulang dengan menggunakan suhu tinggi Ketengikan atau rancidity adalah akan mengakibatkan perubahan warna pada suatu proses yang mengakibatkan minyak, yang awalnya berwarna kuning kerusakan atau perubahan bau serta rasa keemasan berubah menjadi kecoklatan. Tak (flavor) pada bahan pangan yang hanya mempengaruhi warna, minyak yang mengandung lemak. Ketengikan terjadi sering digunakan akan mempengaruhi rasa karena perombakan asam lemak pada suhu (flavor) dari bahan pangan yang diolah ruang akibat adanya reaksi hidrolisis dan bersama dengan minyak tersebut. Selain itu, reaksi oksidatif. Reaksi hidrolisis dan apabila minyak yang mengandung asam oksidatif ini kemudian menghasilkan lemak bebas dengan nilai yang tinggi berbagai senyawa, seperti hidrokarbon, dikonsumsi oleh manusia, akan peroksida, alkanal (keton), serta sedikit mengakibatkan berbagai gangguan epoksi dan alkohol. Senyawa-senyawa kesehatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan inilah yang kemudian mengakibatkan Sopianti, dkk (2017), bahwa banyaknya perubahan rasa serta aroma yang tengik asam lemak bebas dalam minyak pada minyak. Hal ini sesuai dengan menunjukkan penurunan kualitas minyak. pernyataan Maharani, dkk (2012), bahwa Minyak yang digunakan secara ketengikan (rancidity) merupakan berulang menggunakan suhu tinggi (160- kerusakan atau perubahan bau dan flavor 200oC) tentunya akan mengalami kontak dalam lemak atau bahan pangan berlemak. langsung dengan udara, cahaya, serta air Ketengikan dapat diatasi atau yang ada pada bahan pangan yang diolah dicegah dengan berbagai cara. Salah bersama dengan minyak tersebut. Hal inilah satunya, untuk mencegah terjadinya reaksi yang kemudian mengakibatkan terjadinya oksidatif pada minyak dapat ditangani reaksi hidrolisis atau pemecahan kandungan dengan cara menyimpan minyak pada yang ada pada minyak akibat adanya air, kemasan dengan volume oksigen atau serta reaksi oksidatif atau reaksi akibat udara sedikit. Cara lain yang dapat adanya pengaruh cahaya, udara atau dilakukan yaitu dengan menambahkan oksigen. Uap air yang dihasilkan saat antioksidan yang dapat mencegah proses proses penggorengan, menyebabkan oksidatif pada lemak karena antioksidan terjadinya hidrolisis terhadap gliserida mampu memberi atom hidrogen sehingga sehingga menghasilkan asam lemak bebas. mengubah lemak menjadi lebih stabil. Sedangkan pada reaksi oksidatif, kontak Contoh antioksidan yang dapat digunakan langsung antara minyak dengan udara yaitu kulit bawang merah (alami) dan maupun cahaya mengakibatkan Tertierbuthyl hidroquinon atau TBHQ terbentuknya peroksida, yang menjadi salah (sintetis). Hal ini sesuai dengan pernyataan satu penyebab timbulnya asam lemak Maharani, dkk (2012), bahwa proses bebas. Hal ini sesuai dengan pernyataan oksidasi dapat dikendalikan dengan Sopianti, dkk (2017), bahwa selama proses menurunkan konsentrasi oksigen dalam penggorengan, minyak mengalami berbagai kemasan, kemudian dipertegas oleh reaksi, diantaranya reaksi hidrolisis dan Siswati, dkk (2013) bahwa antioksidan reaski oksidatif yang menyebabkan didefinisikan sebagai senyawa yang dapat terbentuknya asam lemak bebas. menunda, memperlambat, dan mencegah proses oksidasi lipid. III.2.4 Prinsip Metode Titrasi metode titrasi NaOH merupakan metode NaOH 0,1 N yang sederhana dan sudah banyak Titrasi adalah suatu proses digunakan dalam laboratorium maupun menambahkan titran pada sampel secara industri. perlahan dengan cara ditetes, contoh alat III.2.5 Fungsi Penambahan Alkohol yang dapat digunakan untuk titrasi yaitu Netral buret. Prinsip metode titrasi NaOH pada Pengujian asam lemak bebas metode analisa kadar lemak bebas didasari pada titrasi asam basa mengharuskan perubahan warna menjadi merah muda penambahan alkohol netral sebelum yang terjadi pada sampel. Perubahan warna melakukan titrasi dengan titran yang menjadi merah muda ini disebabkan karena bersifat basa pada sampel. Alkohol netral indikator asam basa yang bersifat asam dipilih karena sifatnya yang netral, guna lemah akan bereaksi menghasilkan warna menyeimbangi sifat asam dari minyak atau merah muda jika direaksikan dengan sampel dan sifat basa dari titran yang larutan yang sifatnya basa, dalam hal ini nantinya digunakan. Alkohol netral yang yaitu NaOH 0,1 N, adapun warna merah umum digunakan yaitu alkohol dengan muda ini dihasilkan dari pelepasan ion OH- konsentrasi 95%. Fungsi penambahan sehingga membentuk P2-. NaOH dinilai alkohol netral yaitu agar minyak dapat mampu digunakan untuk mengukur dengan mudah larut dan bereaksi dengan seberapa besar kadar asam lemak bebas NaOH sehingga proses titrasi lebih mudah. pada minyak karena NaOH yang sifatnya Hal ini sesuai dengan pernyataan Lempang, basa mampu menghidrolisis minyak dkk (2016), bahwa minyak ditambahkan menjadi gliserol dan asam lemak. Hal ini alkohol netral, tujuannya yaitu agar minyak sesuai dengan pernyataan Alfiani, dkk dapat larut dan dapat bereaksi dengan basa (2014) bahwa kadar asam lemak bebas alkali sehingga mudah dititrasi. dapat dianalisis menggunakan metode titrasi asam basa yang penentuannya hanya III.2.6 Fungsi Pemanasan didasari perubahan warna yang terjadi pada Pemanasan merupakan salah satu sampel. langkah penting dalam metode titrasi asam Metode titrasi NaOH memiliki basa untuk pengujian asam lemak bebas banyak keuntungan, seperti langkah- pada minyak. Pengujian asam lemak langkahnya sederhana, tidak butuh tenaga metode titrasi dilakukan dengan kerja intensif karena metode ini sudah menggunakan instrument berupa hotplate. seringkali digunakan dalam laboratorium Proses pemanasan bertujuan agar alkohol maupun industri. Namun, metode ini juga yang telah ditambahkan pada sampel memiliki kekurangan. Kekurangan dari (minyak) menjadi lebih mudah larut satu metode titrasi NaOH antara lain, hasil yang sama lain sehingga proses titrasi kurang akurat serta walaupun langkahnya berlangsung lebih mudah. Hal ini sesuai sederhana harus tetap dilakukan dengan dengan pernyataan Lempang, dkk (2016), hati-hati sehingga sedikit memakan waktu. bahwa alkohol dan minyak dipanaskan agar Selain itu, hasil dari metode ini juga minyak lebih mudah larut dalam alkohol. tergolong subjektif karena kemampuan III.2.7 Fungsi Penambahan Indikator praktikan yang berbeda-beda. Hal ini sesuai Phenolphtalein (pp) dengan pernyataan Alfiani dkk (2014) Indikator phenolpthalein merupakan pada sampel. Fungsi penambahan NaOH salah satu contoh larutan indikator asam 0,1 N yaitu untuk mengetahui kadar asam basa yang sering digunakan di laboratorium lemak bebas pada sampel karena NaOH kimia. Indikator phenolpthalein (pp) adalah yang bersifat basa bersama air yang berasal senyawa organik yang bersifat asam lemah, dari bahan pangan yang diolah bersama yang jika direaksikan dengan larutan yang minyak mampu memecah kandungan pada sifatnya asam maka akan menghasilkan minyak menjadi gliserol dan asam lemak. warna yang bening. Hal berbeda terjadi jika Hal ini sesuai dengan pernyataan Barra, dkk indikator phenolpthalein direaksikan (2016), bahwa penentuan kadar asam lemak dengan larutan yang sifatnya basa, maka bebas perlu melalui proses titrasi dengan larutan akan berubah warna menjadi merah NaOH 0,1 N tetes demi tetes melalui buret muda. Indikator pp digunakan dalam hingga muncul warna merah muda. pengujian asam lemak bebas sebelum III.2.9 Faktor yang Mempengaruhi sampel dititrasi dengan titran yang bersifat Terbentuknya Asam Lemak basa, dalam hal ini digunakan larutan Bebas NaOH 0,1 N. Penambahan indikator Secara teori salah satu faktor pp pada proses pengujian asam penyebab terbentuknya asam lemak bebas lemak bebas berfungsi untuk yaitu adanya reaksi hidrolisis. Reaksi menghilangkan ion hidrogen pada hidrolisis merupakan reaksi yang sampel karena indikator pp menyebabkan terjadinya lisis atau mengandung ion hidroksida yang pemecahan kandungan minyak, sehingga mampu mempengaruhi arah menghasilkan asam lemak bebas. Reaksi kesetimbangan sehingga menghasilkan hidrolisis disebabkan karena adanya warna merah muda jika bercampur molekul air yang bereaksi bersama dengan dengan larutan yang sifatnya basa. minyak. Molekul air ini dapat berasal dari Hal ini sesuai dengan Indira (2015), bahan pangan diolah bersama dengan bahwa indikator atau “petunjuk” minyak. Hal ini sesuai dengan Alifiani, dkk asam basa berupa zat kimia yang (2014), bahwa jumlah kadar asam lemak mempunyai warna yang berbeda apabila bebas disebabkan oleh hasil hidrolisis dari ditambahkan kedalam larutan bersifat asam trigliserida. atau basa. Penyebab lain terbentuknya asam III.2.8 Fungsi Penambahan NaOH 0,1 N lemak bebas yaitu adanya reaksi oksidatif Natrium Hidroksida (NaOH) yang terjadi pada minyak. Reaksi oksidatif merupakan salah satu contoh basa kuat terjadi akibat adanya kontak antara minyak yang bersifat korosif dan hogroskopik atau dengan oksigen atau udara yang ada sulit menyerap air. Tahap akhir pengujian disekitar minyak. Minyak yang disimpan asam lemak bebas sampel ditetesi dengan diudara terbuka atau bahkan dalam titran yang sifatnya basa, dalam praktikum kemasan yang memiliki kadar oksigen atau kali ini digunakan NaOH 0,1 N hingga udara yang tinggi semakin mempermudah sampel berwarna merah muda. Volume terjadinya reaksi oksidatif sehingga NaOH inilah yang kemudian dimasukkan menimbulkan asam lemak bebas. Hal ini kedalam rumus untuk menentukan sesuai dengan pernyataan Nuzula (2011), persentase kandungan asam lemak bebas bahwa asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi selama pengolahan dan pada minyak meningkat. Apabila manusia penyimpanan. mengonsumsi minyak dengan kandungan asam lemak bebas yang tinggi, akan III.2.10 Hasil Praktikum Asam Lemak mengakibatkan gangguan kesehatan, salah Bebas satu yang paling berbahaya yaitu kolestrol. Hasil praktikum pengujian asam Hal ini sesuai dengan pernyataan Sartika lemak bebas menunjukkan bahwa kadar (2009), bahwa kandungan asam lemak tak asam lemak mengalami penurunan jenuh yang tinggi dalam minyak dapat persentase dari sampel P0, P1, hingga menyebabkan kerusakan pada minyak, sampel P2. Kandungan asam lemak bebas kemudian dipertegas oleh Alfiani (2014) pada sampel P0 sebesar 1,688%, pada bahwa tingginya kadar asam lemak bebas sampel P1 sebesar 1,356% dan pada sampel pada minyak menunjukkan penururnan P2 1,233%. Kandungan asam lemak bebas kualitas minyak serta penurunan mutu pada minyak zaitun yang memenuhi makanan yang pada akhirnya menimbulkan Standar Nasional Indonesia (SNI) yaitu bahaya bagi kesehatan. kurang dari 0,8%. Nilai ini berbeda jauh Hasil praktikum penentuan asam dengan persentase kadar asam lemak bebas lemak bebas menunjukkan bahwa kadar pada ketiga sampel. Kandungan asam asam lemak terendah yaitu pada minyak lemak bebas pada sampel yang mengalami VCO sampel P0 dengan nilai kadar asam penurunan persentase dan tidak sesuai lemak bebas sebesar 0,085%. Hal ini dengan teori diduga disebabkan karena disebabkan karena adanya kandungan air ketidaktelitian praktikan ketika melakukan bebas pada minyak VCO yang titrasi. Penyebab lainnya yaitu diduga mengakibatkan sulitnya terjadi reaksi akibat kurang sterilnya wadah yang hidrolisis. Menurut Standar Nasional digunakan untuk menampung minyak Indonesia (SNI), minyak VCO dengan zaitun ketika dibawa oleh praktikan. Hal kualitas yang baik memiliki kadar asam ini tidak sesuai dengan pernyataan Pardede lemak bebas maksimal 0,2%. Nilai ini (2017), bahwa kandungan asam lemak menunjukkan bahwa kualitas dari minyak bebas yang memenuhi standar mutu untuk VCO yang digunakan sebagai sampel minyak zaitun batas maksimum asam lemak memiliki mutu atau kualitas yang baik. Hal bebas sebagai asam oleat adalah < 0,8%. ini sesuai dengan pernyataan Maradesa Hasil praktikum pengujian asam (2014), bahwa dalam VCO terdapat air lemak bebas menunjukkan bahwa kadar bebas sehingga tidak meningkatkan asam lemak tertinggi yaitu pada minyak terjadinya reaksi hidrolisis. zaitun sampel P0 yaitu sebesar 1,688%. Hal ini menandakan bahwa minyak telah III.2.11 Hasil Praktikum Uji mengalami degradasi atau penurunan mutu Organoleptik yang juga berakibat pada penurunan mutu Hasil uji organoleptik dengan makanan yang nantinya akan diolah acuan warna pada sampel minyak zaitun menggunakan minyak tersebut. Kadar asam yaitu pada sampel P0 warnanya kuning, lemak bebas yang tinggi ini menyebabkan pada sampel P1 warnanya juga kuning, minyak mudah rusak saat penggorengan, sedangkan pada sampel P2 warnanya proses penggunaan berulang kuning bening. Perubahan warna signifikan mengakibatkan kadar asam lemak bebas yang terjadi pada sampel P2 mengindikasikan bahwa sampel tidak lagi 1,356% dan P2 sebesar 1,233%, layak untuk digunakan karena warnanya sedangkan hasil uji organoleptik yang kuning bening, berbeda dengan dengan acuan warna pada sampel P0 sampel P0 dan P1 yang masih berwarna dan P1 warnanya kuning, sedangkan kuning sehingga mengindikasikan bahwa pada sampel P2 warnanya kuning sampel masih dapat digunakan sekali lagi. bening. Adapun hasil uji organoleptik Warna minyak zaitun mengindikasikan dengan acuan aroma pada minyak kandungan klorofil dan karotenoid yang zaitun yaitu pada sampel P0, P1, dan ada pada minyak zaitun. Warna pada P2 semuanya beraroma normal. minyak zaitun yang baik, berada pada skala IV.2 Saran kuning, kuning keemasan hingga hijau tua. Saran untuk praktikum selanjutnya Hal ini sesuai dengan pernyataan Gambaro, yaitu sebaiknya menggunakan indikator dan dkk (2014), bahwa warna minyak zaitun titran jenis lain agar praktikan dapat berkualitas baik berada pada skala kuning, membandingkan jenis indikator dan titran kuning keemasan hingga hijau tua. mana yang paling baik untuk digunakan Hasil uji organoleptik dengan dalam pengujian asam lemak bebas. Contoh acuan aroma pada minyak zaitun yaitu pada indikator yang dapat digunakan seperti sampel P0, P1, dan P2 semuanya beraroma metil jingga dan metil merah, sedangkan normal. Aroma yang normal atau tidak contoh titran yang dapat digunakan yaitu mengalami ketengikan dianggap tidak Kalium Hidroksida (KOH) dan Magnesium sesuai dengan teori. Minyak zaitun yang Hidroksida (Mg(OH)2). dijadikan sampel telah melalui proses pengolahan (kecuali sampel P0), yang DAFTAR PUSTAKA menandakan bahwa kadar air minyak jelas Alifiani, S., L. Triyasmono., dan N. bertambah. Hal ini tidak sesuai dengan Malikhatun. 2014. Analisis Kadar pernyataan Okparanta (2018), bahwa Asam Lemak Bebas Dalam Minyak ketengikan selain disebabkan oleh kadar Hasil Penggorengan Berulang dengan air, mikroba, dan enzim, juga dapat Metode Titrasi Asam Basa dan disebabkan oleh cahaya dan panas. Spektrofotometer Fourier Transformation Infra Red (FTIR). J. II. PENUTUP Pharmascience. 1(1) : 7-13. IV.1 Kesimpulan Barra, F, A., F. Restuhadi., dan U. Pato. Berdasarkan hasil praktikum 2016. Penambahan Konsentrasi Asam pengujian asam lemak bebas dapat Lemak Bebas Minyak Jelantah disimpulkan bahwa: terhadap Karakteristik Etanol Semi 1. Penentuan asam lemak bebas dapat Padat. J. FAPERTA. 3(2) : 1-11. dilakukan dengan menggunakan Gambaro, A., L. Raggio., A. Ellis., dan M. metode titrasi asam basa dengan Amarillo. 2014. Virgin Olive Oil memanfaatkan indikator berupa Color and Perceived Quality larutan, contohnya indikator PP. Among Costumers in Emerging 2. Hasil yang diperoleh yaitu kandungan Olive-Growing Countries. Universitas asam lemak bebas pada minyak zaitun de la Republica. Uruguay. sampel P0 sebesar 1,688%, P1 sebesar Indah, Y.K. 2015. Perbedaan Tekanan Sartika. 2009. Pengaruh Suhu dan Lama Darah Sebelum dan Sesudah Proses Menggoreng (Deep Fried) Mengonsumsi Minyak Zaitun Extra terhadap Pembentukan Asam Lemak Virgin pada Penderita Hipertensi di Trans. J. Makara sains. 13(1) : 23-28. Panti Werdha Pangesti Kecamatan Siswati, N., S. Juni., dan Junaini. 2013. Lawang. Skripsi. Universitas Pemanfaatan Antioksidan Alami Muhammadiyah Malang. Malang. Flavonol Untuk Mencegah Proses Indira, C. 2015. Pembuatan Indikator Asam Ketengikan Minyak Kelapa. Skripsi. Basa Karamunting. J. Kaunia . 11(1) : Universitas Pembangunan Negeri 1-10. Veteran. Surabaya. Lempang, I., R. Fatimawati., dan N. Sopianti, D., Herlina, dan H. Saputra. 2017. Pelealu. 2016. Uji Kualitas Minyak Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas Goreng Curah dan Minyak Goreng pada Minyak Goreng. J. katalisator. Kemasan di Manado. J. Ilmiah 2(2) : 100-106. Farmasi. 5(4) : 155-161. Maharani, D, M., N. Bintoro., dan B. Rahadjo. 2012. Kinetika Perubahan Ketengikan (Rancidity) Kacang Goreng Selama proses Penyimpanan. J. Agritech. 32(1) : 15-21. Maradesa, R, P., Fatimah, dan M. Sangi. 2014. Kualitas Virgin Coconut Oil (VCO) sebagai Minyak Goreng yang dibuat dengan Metode Pengadukan dengan adanya Penambahan Kemangi (Ocimum sanctum). Universitas Sam Ratulangi. Manado. Nuzula, Z. 2011. Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas pada Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil) Berdasarkan Standar Mutu Nasional Indonesia. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan. Okparanta, S., V. Daminabo., dan L. Solomon. 2018. Assessment of Rancidity and Other Physicochemical Properties of Edible Oils (Mustard and Corn Oils) Stored at Room Temperature. J. of Food and Nutrition Sciences. 6(3) : 70-75. Pardede, R. 2017. Penentuan Bilangan Asam dan Kadar Asam Lemak Bebas di dalam Minyak Zaitun. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.