Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal utama yang harus diperhatikan, baik
kesehatan individu, keluarga, maupun kelompok masyarakat. Akan tetapi,
masih banyak masyarakat yang belum memahami pentingnya kesehatan dan
belum menerapkan hidup sehat. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga kesehatan.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat adalah
dengan mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat.Sesuai dengan teori
H.L. Blum, perilaku merupakan salah satu faktor determinan kesehatan, selain
lingkungan, genetik, dan pelayanan kesehatan.
Perilaku adalah kegiatan yang dilakukan secara rutin. Perilaku terjadi
karena adanya tanggapan lingkungan atau respon lingkungan. Perilaku tidak
terjadi begitu saja melainkan melalui proses yang minimal dilakukan selama
6 bulan.
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk
hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologissemua
makhluk hidup mulai tumbuh-tumbuhan, binatang sampaidengan manusia itu
berp erilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing.
(Notoatmodjo, 2007)
Sementara pengertian perubahan perilaku menurut Emilia (2008),
ditentukan oleh konsep risiko, penentu respon individu untuk mengubah
perilaku adalah tingkat beratnya risiko atau penyakit secara umum, bila
seseorang mengetahui ada risiko terhadap kesehatan maka secara sadar orang
tersebut akan menghindari risiko.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai salah satu teori perilaku,
yaitu teori Lawrence Green.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut.
a. Bagaimana teori perilaku Lawrence Green?

1
b. Bagaimana penerapan teori Lawrence Green dalam contoh kasus?
1.3. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat dari perumusan masalah ini adalah sebagai berikut.
a. Mengetahui dan menjelaskan teori perilaku Lawrence Green.
b. Menerapkan teori Lawrence Green dalam sebuah kasus.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Lawrence Green
Teori Lawrence Green sering disebut “Precede and Proceed Model”,
teori ini mulai dikembangkan tahun 1968. Beberapa prinsip dasar yang
mendasari teori Lawrence Green diantaranya keberhasilan dalam mencapai
perubahan, di mana kelompok sasaran secara aktif berpartisipasi
mengidentifikasi masalah kesehatan, mendefinisikan tujuan dan menerapkan
solusi. Kemudian, media, lingkungan politik dan sosial memberikan pengaruh
yang penting pada perilaku kesehatan dan perilaku kesehatan harus bersifat
sukarela.
Menurut Lawrence Green (1980) menganalisis perilaku kesehatan
seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor
perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior causes).
Dalam aplikasinya, precede-proceed dilakukan bersama-sama dalam proses
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Precede digunakan pada fase
diagnosis masalah, penetapan prioritas dan tujuan program, sedangkan
proceed digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Menurut Schmidt dkk. (1990), model ini paling
banyak diterima dan telah berhasil diterapkan dalam perencanaan program-
program komprehensif dalam banyak susunan yang berlainan, serta model ini
dianggap lebih praktis.
Perilaku pelayanan kesehatan itu dilatar belakangi atau dipengaruhi
oleh 3 faktor pokok yaitu : (Notoatmodjo, 2003)
1. Faktor Predisposisi (predisposition factor)
Faktor-faktor ini mencakup, pengetahuan dan sikap masyarakat
terhadap kesehatan, tradisi dankepercayaan masyarakat terhadap hal-hal
yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yangdianut masyarakat,
tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.Hal ini
dapatdijelaskan sebagai berikut. Untuk berperilaku kesehatan, misalnya
pemeriksaan kesehatan bagi ibuhamil diperlukan pengetahuan dan
kesadaran ibu tersebut tentang manfaat pemeriksaan hamil, baik bagi

3
kesehatan ibu sendiri dan janinnya. Disamping itu, kadang-kadang
kepercayaan, tradisi dansistem nilai masyarakat juga dapat mendorong
atau menghambat ibu untuk periksa hamil, seperti orang hamil tidak boleh
disuntik (pemeriksa hamil termasuk memperoleh suntikan anti tetanus),
karena suntikan bisa menyebabkan anak cacat. Faktor-faktor ini terutama
yang positif akan mempermudah terwujudnya perilaku baru maka sering
disebut faktor yang memudahkan.
2. Faktor Pendukung (enabling factor)
Faktor-faktor ini mencakup ketersedian sarana dan prasarana atau
fasilitas kesehatan bagimasyarakat, misalnya air bersih, tempat
pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, tersedianya makanan
yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk fasilitas pelayanan kesehatan
seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat
desa, dokter atau bidan praktek swasta (BPS), dan sebagainya. Untuk
berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana
pendukung, misalnya perilaku pemeriksaan kehamilan. Ibu hamil yang
mau periksa kehamilan tidak hanya karena ia tahu dan sadar manfaat
periksa hamil saja, melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat
memperoleh fasilitas atau tempat periksa hamil, misalnya puskesmas,
polindes, bidan praktik, ataupun rumah sakit. Fasilitas ini pada hakikatnya
mendukung untuk atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan,
maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung, atau faktor pemungkin.
3. Faktor Penguat (reinforcing factor)
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh
masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas
termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga undang-undang, peraturan-
peraturan baik dari pusat maupun pemerintahan daerah yang terkait
dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang
bukan hanya perlu pengetahuandan sikap positif serta dukungan fasilitas
saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh
masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih para petugas

4
kesehatan.Disampingitu undang-undang juga diperlukan untuk
memperkuat perilaku masyarakat tersebut.
Pengukuran hasil dari ketiga domain tersebut dapat diukur dengan :
1. Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Tanpa
pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil
keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :
a. Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia,
minat, kondisi fisik.
b. Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga,
masyarakat, sarana.
c. Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi
dan metodedalam pembelajaran.
Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap
suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
b. Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar.
c. Aplikasi
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
d. Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi dan ada kaitannya dengan yang lain.
e. Sintesa

5
Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.
f. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi / objek.
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954)
menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai
tingkatan :
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat
tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
3. Praktik atau tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang
nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

6
memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan
(support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :
a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat
pertama.
b. Respon terpimpin (guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar
dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik
tingkat kedua.
c. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan
benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan,
maka ia sudah mancapai praktik tingkat tiga.
d. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik.Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi
tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni
dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah
dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu
(recall).Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni
dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
2.2 Merokok
Perilaku merokok adalah aktivitas menghisap atau menghirup asap
rokok dengan menggunakan pipa atau rokok. Perilaku merokok ini diukur
melalui aktivitas subjek berdasarkan pada pengakuan mereka mengenai
volume atau frekuensi, tempat, waktu, dan fungsi merokok dalam kehidupan
sehari-hari.Rokok merupakan benda yang sudah tak asing lagi bagi
masyarakat.Merokok sudah menjadi kebiasaan yang sangat umum dan
meluas di masyarakat tetapi kebiasaan merokok sulit dihilangkan dan jarang
diakui orang sebagai suatu kebiasaan buruk. Sementara alasan utama

7
merokok adalah cara untuk bisa diterima secara sosial, melihat orang tuanya
merokok, menghilangkan rasa jenuh, ketagihan dan untuk menghilangkan
stress.
2.3 Penerapan Teori L.Green pada Perilaku Merokok
Kebiasaan merokok, sikap dan perilaku seseorang erat kaitannya
dengan ketiga faktor diatas sesuai dengan yang dipaparkan dalam teori
L.Green. Seseorang yang berpendidikan rendah dan berpengetahuan kurang
akan dampak negatif rokok, cenderung mengabaikan (apatis) dalam
menerima informasi-informasi tentang bahaya merokok bagi kesehatan.
Sehingga orang tersebut akan terus melanjutkan kebiasaan merokok tanpa
mengindahkan informasi yang telah diterimanya.
Mudahnya mendapatkan rokok dan harga yang terjangkau juga ikut
ambil bagian dalam perilaku merokok seseorang yang tidak mempedulikan
orang-orang di sekitarnya. Penjual rokok sering tidak memerhatikan umur
seseorang yang membeli rokok sehingga anak di bawah usia 18 tahun pun
bisa membeli rokok dengan mudah.
Perilaku merokok pada remaja sering dipengaruhi oleh peranan orang
tua dan lingkungan sosialnya. Seorang anak laki-lakiakan mudah terpengaruh
untuk berperilaku merokok jika dalam keluarganya melihat orang tuanya
setiap hari merokok di rumah. Sama halnya dengan lingkungan
bermainnya.Semakin banyak anak laki-laki yang merokok di sekitarnya maka
semakin besar kemungkinan anak laki-laki tersebut menjadi perokok aktif
agar anak tersebut dapat diterima dilingkungannya dan tidak dikatakan banci
oleh sebagian anak lainnya.
Kurangnya akses informasi mengenai bahaya merokok, khususnya di
lingkungan terpencil ditambah kebiasaan merokok yang telah ada terlebih
dahulu membuat semakin sulitnya mengurangi angka perokok aktif di
Indonesia.Hal ini seperti semakin mengukuhkan teori Lawrence Green
mengenai perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan seseorang.

8
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Menurut Lawrance Green perilaku kesehatan seseorang atau
masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perikalu
(behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior). Dalam
aplikasinya, precede-proceed dilakukan bersama-sama dalam proses
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Precede digunakan pada fase
diagnosis masalah, penetapan prioritas dan tujuan program, sedangkan
proceed digunakan untuk menetapkan sasaran dan criteria kebijakan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
Perilaku pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor
predisposisi (predisposition factor), faktor pendukung (enabling factor), dan
faktor penguat (reinforcing factor). Faktor predisposisi mencakup
pengetahuan, sikap, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal
yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai, tingkat pendidikan, tingkat
social ekonomi masyarakat, dan sebagainya. Faktor pendukung mencakup
ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat.
Faktor penguat mencakup faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh
agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan, undang-
undang, peraturan-peraturab baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang
berkaitan dengan kesehatan. Pengukuran dari ketiga faktor diatas dapat
diukur dengan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktik atau
tindakan (practice).
Kebiasaan merokok, sikap dan perilaku seseorang erat kaitannya
dengan ketiga faktor yang dipaparkan oleh L. Green yaitu faktor predisposisi
dimana sesorang yang berpendidikan rendah dan berpengetahuan kurang akan
dampak negative rokok, cenderung mengabaikan (apatis) dalam menerima
informasi-informasi tentang bahaya merokok bagi kesehatan. Faktor
pendukung dimana mudanya mendapatkan rokok dan harga yang terjangkau
juga ikut ambil bagian dalam perilaku merokok seseorang yang tidak

9
memedulikan orang-orang disekitarnya. Faktor penguat dimana remaja sering
dipengaruhi oleh peranan orangtua dan lingkungan sosialnya.
3.2. Saran
3.2.1. Bagi Pembaca
- Meningkatkan pengetahuan mereka tentang teori perubahan perilaku
L.Green
- Meningkatkan status kesehatan mereka dengan mencoba menelaah
teori L.Green
- Memberikan solusi yang berhubungan dengan perubahan perilaku
- Meningkatkan kesadaran mereka untuk hidup sehat sesuai dengan
predisposition factor
- Berpartisipasi aktif dalam mengkritisi kebijakan pemerintah yang
berhubungan dengan kesehatan, sesuai dengan enabling factor
- Meneladani kebiasaan hidup sehat dari para tokoh masyarakat,
sesuai dengan reinforcing factor.
3.2.2. Bagi Penulis
- Memperbanyak referensi tentang teori L.Green pada makalah ini
- Mengembangkan makalah ini lebih baik daripada makalah-makalah
tentang teori L.Green sebelumnya

10
Daftar Pustaka

Ari Tris Ochtia Sari, Neila Ramdhani, dan Mira Eliza. 2003. Empati
dan Perilaku Merokok di Tempat Umum. Jurnal Psikologi. UGM :.
Jogjakarta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta: Rineka Cipta
http://www.indonesian-publichealth.com/2013/03/teori-perilaku-kesehatan.
html

11

Anda mungkin juga menyukai