Anda di halaman 1dari 7

EKOSISTEM

(Oleh Indah Lestari, Nur Fitriani, Nurul Izzah F, Asnia Veronica, Zayin Aziz,
Bagus Setiawan)

MANGROVE WONOREJO RUNGKUT SURABAYA

Mangrove Wonorejo merupakan salah satu ekowisata alam dengan berbasis


edukasi yang terletak di area pantai timur Surabaya, atau sekitar kurang lebih 15
km dari Bandara dengan letak administratif berada di Kecamatan Rungkut,
Surabaya. Sebuah wisata yang mampu menyuguhkan pemandangan alam yang
begitu mempesona ini membuat para wisatawan baik dalam maupun luar selalu
tertarik untuk berkunjung ke sini. Namun keindahan yang ada bukan semata mata
hadir begitu saja namun membutuhkan proses yang begitu panjang dengan segala
lika liku didalamnya.

Pada mulanya Ekowisata Mangrove Wonorejo merupakan wilayah hutan


bakau dengan luas 500 hektar. Bakau-bakau tersebut tumbuh liar dan subur
dipesisir timur Surabaya. Karena kurangnya pengetahuan dari warga Wonorejo
maka hutan bakau di tebang secara liar karena dianggap tidak ada manfaatnya.
Akhirnya warga tersebut dilaporkan dan dengan adanya peristiwa penebangan
pohon secara liar. Maka, muncul aksi nyata dari pegiat-pegiat lingkungan untuk
melakukan sosialisasi kepada warga setempat dan mengajak warga untuk
berpartisipasi melestarikan dan menjaga kawasan hutan mangrove. Akhirnya
dengan musyawarah bersama dan penuh pertimbangan serta dukungan pemerintah
kota Surabaya. Akhirnya warga setuju sehingga pada tahun 2007 kawasan
Wonorejo disahkan menjadi Kawasan Konservasi oleh Pemerintah Kota Surabaya.
Setelah itu mulailah pakar peneliti melakukan penelitian terkait hutan mangrove.
Sisi yang diteliti antara lain diantaranya klasifikasi mangrove, serta bagaimana
kehidupannya, keanekaragaman hayati, ekosistem, rantai makanan yang ada di
kawasan mangrove tersebut, manfaat mangrove bagi lingkungan dan masyarakat,
serta melakukan upaya bagaimana cara merawat dan membudidayakan hutan
mangrove dengan mendirikan pos-pos sebagai tempat pemantauan terhadap
pertumbuhan bakau dan menjaga dari para tangan jahat yang ingin merusak
kawasan hutan mangrove tersebut. Seiring perkembangan waktu dan beberapa
kemajuan terhadap ilmu pengetahuan maka pada tahun 2009 ditetapkanlah kawasan
Mangrove Wonorejo menjadi salah satu ekowisata kebanggan kota Pahlawan
Surabaya yang mampu menyuguhkan pemandangan dengan unsur alami dan juga
unsur edukasi yang mampu membuka wawasan seputar mangrove dan segala hal
yang ada didalamnya bagi pengunjung yang datang. Kemudian kawasan ekowisata
mengrove membentuk suatu tatanan unsur lingkunga yang utuh yang biasa kita
kenal dengan “ekosistem”.
Berbicara mengenai ekosistem beserta kenakeragaman hayati yang ada di
kawasan mangrove tentunya sangat beragam. Dari segi ekosistem di kawasan
mangrove tersebut pastinya banyak dijumpai beragam jenis tumbuhan, beragam
jenis hewan, serta organisme yng saling berinteraksi dengan komponen abiotik atau
keadaan alam seperti kondisi udara, tanah, suhu, air yang membantu keduanya
dalam membentuk sebuah ekosistem. Ekosistem hutan mangrove ini tergolong
dalam ekosistem alami, karena kawasan ini sejak dahulu sudah ada dan tidak dibuat
oleh manusia atau murni secara alami hadir dan terbentuk karena proses alam yaitu
berupa kawasan hutan mangrove . Namun kawasan Ekowisata Mangrove yang ada
sekarang ini telah mengalami suksesi atau perubahan konservasi lahan yang berupa
suksesi allogenik yaitu pembaharuan dilakukan oleh faktor eksternal, misal campur
tangan manusia. Dengan perubahan yang terjadi sebagai berikut, kondisi lahan
yang awalnya hanya berupa hutan kemudian di lestarikan dan di jaga sampai pada
akhirnya menjadi sebuah kawasan ekowisata yang awal tujuannya untuk edukasi
dan kemudian berkembang menjadi sarana rekreasi. Dengan kondisi tersebut berarti
kawasan Mangrove tersebut telah terjadi suksesi allogenik karena dilakukan oleh
faktor eksternal seperti campur tangan manusia yang merubah kawasan hutan
Mangrove menjadi sebuah kawasan Ekowisata yang berfungsi sebagai sarana
rekreasi dan edukasi.

Dengan kondisi tempat yang masih alami maka tidak heran dari segi flora
dan fauna endemik banyak di jumpai dalam ekowisata mangrove ini. Berbagai
organisme seperti tumbuhan serta hewan diantaranya sebagai berikut: (1)
Tumbuhan, Berbagai jenis tumbuhan seperti; pidada merah, api-api jambu,nyiri,
lamtoro,nipah,daruju, bakau merah,putut, dan buta-buta (2) Hewan, Berbagai jenis
hewan yang terdapat dalam ekowisata mangrove seperti, burung bangau putih,
burung goak, ikan kecil atau plankton, semut, laba-laba, nyamuk, ikan gabus, ulat,
ular, lebah, kupu-kupu, kepiting, udang, kerang dan molusca.

Organisme yang terdapat serta hidup di kawasan Mangrove tersebut saling


berinteraksi antara satu dengan yang lainnya sehingga membentuk sebuah rantai
makanan dan hubungan timbal balik antara dua makhluk hidup yang saling
berdampingan (simbiosis). Rantai makanan di kawasan mangrove ini terbagi ke
dalam 2 kelompok yaitu rantai makanan untuk hewan yang ada di darat dan rantai
makanan untuk hewan yang ada di air.
RANTAI MAKANAN

Kedudukan organisme dalam rantai makanan:

 Rantai Makanan dalam kawasan darat


 Pohon bakau : Pohon bakau dalam rantai makanan ini berperan sebagai
produsen yaitu sebagai organisme autrotof yang mampu menghasilkan
makanan sendiri dan menjadi salah satu sumber makanan bagi konsumen.
 Ulat dan Semut : Berperan sebagai konsumen tingkat 1 yang
memakan pohon bakau.
 Burung : Berperan sebagai konsumen tingkat 2 yang memakan ulat.
 Ular :Berperan sebagai konsumen tingkat 3 yang memakan burung.
 Dekomposer : Berperan sebagai zat pengurai yang menguraikan hewan dan
tumbuhan yang mati dengan bantuan bakteri atau mikroba.
 Rantai makanan dalam kawasan air:
 Lumut : Lumut dalam rantai makanan ini berperan sebagai
produsen yaitu sebagai salah satu organisme autrotrof yang mampu
menghasilkan makanan sendiri dan menjadi salah satu sumber
makanan bagi hewan utamanya plakton, ikan dan sejenisnya.
 Ikan kecil/plankton: Berperan sebagai konsumen tingkat 1 atau
sebagai organisme heterotrof yang tidak mampu menghasilkan
makanan sendiri sehingga cara hidupnya adalah dengan memakan
organisme lain yaitu lumut untuk bertahan hidup. Sehingga dalam
hal ini tergolong ke dalam hewan herbivora.
 Ikan besar dan kepiting: Berperan sebagai konsumen tingkat 2 yang
memakan ikan kecil yang dalam hal ini tergolong ke dalam hewan
karnivora.
 Burung : Berperan sebagai konsumen tingkat 3 yang
memakan ikan.
 Ular : Berperan sebagai konsumen tingkat 4 yang
memakan ikan dan juga burung.
 Dekomposer : Berperan sebagai zat pengurai yang menguraikan
hewan dan tumbuhan yang mati dengan bantuan bakteri atau
mikroba.

Di dalam suatu ekosistem Mangrove selain terjalin sebuah rantai makanan.


namun, juga terdapat simbiosis. Simbiosis yang kami temukan juga beragam. Hal
tersebut dikarenakan kondisi hutan yang masih alami sehingga makhuk hidup
seperti tumbuhan dapat tumbuh secara bebas dan subur. Sehingga dengan
rimbunnya pepohonan maka akan berdampak pada hewan yang hidup di kawasan
Mangrove tersebut. Sehingga diantara tumbuhan dan hewan tersebut akan saling
berinteraksi satu dengan yang lain yang kemudian membentuk sebuah simbiosis.
Simbiosis yang terjalin adalah sebagai berikut, simbiosis mutualisme antara bunga
pohon bakau dengan kupu kupu. Kupu kupu membutuhkan nektar yang terdapat
pada bunga sebagai makanannya, sedangkan bunga membutuhkan kupu –kupu
untuk membantu terjadinya proses penyerbukan. Selain itu dengan adanya kupu
kupu yang berterbangan di area Mangrove akan menambah keindahan pada
kawasan tersebut, dan pengunjung menjadi semakin tertarik untuk mengeksplor
kawasan Mangrove lebih jauh lagi. Kemudian terdapat simbiosis parasitisme yaitu
pada ulat dan daun mangrove. Ulat hidup di dedaunan tanaman mangrove dan
memakan dedaunan muda sehingga menimbulkan kerusakan pada tanaman
mangrove. Selain itu, juga terdapat simbiosis komensalisme yaitu pada semut dan
daun mangrove. Semut membentuk rumah pada dedaunan pohon mangrove namun
hal tersebut tidak merugikan pohon bakau. Tindakan semut tidak berdampak pada
berkurangnya nutrisi yang terdapat dan dibutuhkan pohon mangrove tersebut.

Rantai makanan yang terjalin dalam suatu ekosistem tersebut pastinya akan
mengalami perubahan seiring dengan perkembangan waktu. Dan peran organisme
yang menduduki bagian rantai makanan juga akan terganti dengan organisme lain
jika organisme yang ada telah punah. Misalnya pada rantai makanan kawasan darat
untuk konsumen tingkat 1 yaitu berupa ulat, jika ulat tidak ada maka burung akan
berpindah dari konsumen tingkat 2 menjadi konsumen tingkat 1 dengan memakan
dedaunan atau biji bijian pada pohon bakau. Sehingga dalam hal ini peran ulat akan
tergantikan oleh pohon bakau sebagai produsen yang menjadi sumber makanan
bagi makhluk hidup.

Selain itu, kedudukan ekowisata mangrove wonorejo juga berdampak pada


kehidupan masyarakat sekitar. Contohnya saja dalam bidang ekonomi. Banyak
masyarakat sekitar dengan adanya ekowisata mangrove memiliki penghasilan
tambahan, banyak masyarakat yang kemudian berjualan di sentra kuliner ekowisata
mangrove. Dari segi penghasilan pun juga bisa dikatakan menjanjikan. Salah satu
penjual mengaku bisa meraut omset sekitar 1 juta rupiah per hari pada hari-hari
libur atau weekend. Tidak hanya itu, juga terdapat olahan khas mangrove yaitu
somano mangrove. Somano mangrove merupakan produk olahan yang terbuat dari
buah bogem. Produk ini merupakan salah satu contoh bentuk usaha masyarakat
dalam mengolah salah satu jenis tanaman mangrove menjadi produk yang bisa di
nikmati khalayak ramai sehingga bisa menjadi ciri khas kulier ekowisata mangrove.
Somano mangrove sendiri terdiri dari 5 produk yakni : sirup, sari buah, legen, sabun
dan shampoo. Produk oalahan tersebut juga memiliki kandungan dan khasiat
tersendiri. Seperti : mengandung vit C,D & E, mencegah sariawan, untuk kekebalan
tubuh (imun), melancarkan haid, anti oksidan, dapat mengobati batuk, dapat di
tambahkan pada kue dan roti. Untuk cita rasa dari somano wonorejo juga
mempunya cita rasa khas tersendiri, uniknya dari cerita rasa konsumen satu dengan
konsumen lainnya bisa memiliki pendapat yang berbeda.

Banyak sekali informasi yang dapat kami temukan ketika kami melakukan
observasi ini, baik dari segi pengetahuan maupun pengalaman. Untuk itu kita
sebagai generasi muda sudah sepatutnya ikut menjaga dan melestarikan ekosistem
yang ada disekitar kita. Menjaga tidak harus dalam artian yabg berat dan susah.
Cukup dengan hal yang sederhana namun memiliki dampak yang besar.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai