Program Kerja Tim KPRS Tahun 2010
Program Kerja Tim KPRS Tahun 2010
I. PENDAHULUAN
III. TUJUAN.
1. Melaporkan kejadian tak diharapkan dan kejadian nyaris cedera kepada tim
Keselamatan pasien rumah sakit dan KKPRS pusat.
2. Kegiatan Rapat tim keselamatan pasien
3. Progam pemecahan masalah tim Keselamatan pasien
4. Mencari data yang dapat memungkintkan atau data KTD (kejadian tak
diharapkan )
5. Pengembangan tim Keselamatan pasien..
V. SASARAN
NO KEGIATAN WAKTU
Kegiatan Rapat Tim keselamatan Terlampir
pasien
Pecarian data KTD, Membuat SOP Maret 2010
pelaporan KTD
Membagi tim KTD di setiap unit. Maret 2010
Prioritas KTD April 2010
Presentasi IV Cateter dari PT B 15 April 2010
Braund
] Membuat leaflet tin Keselamatan April 2010
pasien
Solusi Pemecahan masalah KTD Mei 2010
In House Training 6 Mei 2010
Membuat laporan tim Keselamatan Juni 2010
pasien
Sosialisi Tim PS Ke Unit-unit Juli 2010
PENJABARAN KEGIATAN
1. Kegiatan Rapat Tim Keselamatan pasien
Kegiatan rapat rutin tim Keselamatan pasien dilaksanakan 1 bulan sekali, dalam
kegiatan rapat rutin masing-masing unit tim Keselamatan pasien akan
mengumpulkan data kejadian tak diharapkan dan Kejadian nyaris cedera ke tim
Keselamatan pasien RS PB Charitas Belitang, disini para anngota tim Keselamatan
pasien memberikan keterangan mengenai laporan, format laporan sudah
disosialisasikan. Koorditaor tim Keselamatan pasien unit menyampaikan ringkasan
laporan.
4. Membuat SOP
Dalam system pelaporan perlu dibuatkan SOP agar tatacara pelaporan lebih
terkoordinir dan tatacara pemecahan masalah KTD yang meninpa pasien.
5. Priotitas KTD
Dalam mencari Pemecahan masalah makan tim Keselamatan pasien akam
memprioritaskan berdasarkan grading yang telah terkumpul. Grade merah akan
menjadi prioritas, kemudian grade kuning, biru dan hijau.
Evaluasi kegiatan tim Keselamatan pasien akan dilakukan tiap 1 tauhun sekali,
yaitu pada akhir tahun. tetapi peloran kerja tim Keselamatan pasien dilakukan tian 6
bulan sekali yaitu pada bulan juni dan bulan desember tahun berjalan.
Tim Keselamatan pasien mencatat dan melaporkan dan menerima laporan setiak
KTD atau dugaan KTD atau KNC, dan mendokumentasikannya, kemudian ketua tim
Keselamatan pasien akan membuat laporan KTD atau KNC yang terjadi di RS PB
Charitas Belitang kepada direktur dan tim KKPRS di Jakarta.
Laporan KTD atau KNC ke direksi dilakukan tiap semester sedang evaluasi
dilakukan setiap akhir tahun.
I. PENDAHULUAN
VI. SASARAN
- Tercapainya koordinasi antar anggota Tim keselamatan pasien maupun antara
Tim keselamatan pasien dengan kelompok SMF, Sub Tim keselamatan pasien,
maupun Direksi.
- Tercapainya kegiatan yang berkesinambungan dan terarah.
I. PENDAHULUAN
Staf Medis RS. PB. Charitas Belitang yang ada saat ini masih terbagi dalam 2
kelompok SMF yaitu SMF Bedah dan Non Bedah. Yang menjadi pertimbangan
dalam pembagian adalah jumlah staf medis di RS. PB. Charitas Belitang masih
sangan minim. Dalam perkembangannya, RS. PB. Charitas Belitang terus
menambah dan merekrut dokter-dokter dengan berbagai jenis spesialisasi. Hingga
saat ini di RS. PB. Charitas Belitang sudah ada 5 dokter umum, 2 dokter spesialis
Obgyn, 1 dokter spesialis bedah, 1 dokter spesialis Mata, dan 1 dokter gigi. Maka
berdasarkan peraturan KepMenKes tersebut di atas, seharusnya di RS. PB. Charitas
Belitang sudah ada minimal 6 kelompok SMF.
Tujuan Umum : Supaya pembagian kelompok SMF di RS. PB. Charitas Belitang
sesuai dengan peraturan KepMenKes
No.631/MENKES/SK/IV/2005.
Tujuan Khusus :
- Agar kegiatan kelompok staf medis di RS. PB. Charitas Belitang lebih
terarah sesuai dengan spesialisasinya.
- Agar lebih memudahkan dalam koordinasi dan komunikasi anatr staf medis
yang memiliki keahlian yang sama.
VI. SASARAN
Salah satu aturan yang berlaku bagi staf medis adalah memberikan pelayanan yang
bermutu sesuai dengan standar profesi/standar pelayanan medis yang berlaku.
Standar Pelayanan Medis (SPM) atau Standar Prosedur Operasional (SPO) dibuat
oleh kelompok SMF yang bersangkutan.
Adanya pemecahan pembagian kelompok SMF di RS. PB. Charitas Belitang perlu
diikuti dengan revisi SPM yang saat ini masih terbagi menjadi SPM bedah dan Non
Bedah.
VI. SASARAN
Sebuah rumah sakit akan semakin baik mutunya jika pelayanan yang disediakan
semakin lengkap. Dalam hal ini Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang
akan melakukan pengembangan pelayanan Spesialistik Anak dan Penyakit Dalam
untuk tahun 2010. Selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat juga dapat lebih
memudahkan staf medis lainnya dalam memberikan pelayanan misalnya dalam hal
rawat bersama ataupun jika hendak melakukan konsultasi medis. Untuk itu perlu
dibuat suatu Program Pengembangan Pelayanan Spesialistik Anak dan Penyakit
Dalam.
a. Menyiapkan fasilitas ruang praktik dokter spesialis anak dan penyakit dalam.
b. Pengadaan alat/instrumen yang dibutuhkan untuk pelayanan spesialistik anak dan
penyakit dalam.
c. Rekruitment tenaga dokter spesialis anak dan penyakit dalam.
a. Rumah Sakit menyiapkan fasilitas ruang praktik spesialis anak dan penyakit
dalam.
b. Pengadaan alat/instrumen untuk pelayanan spesialistik anak dan penyakit dalam,
misalnya alat USG untuk pemeriksaan penyakit dalam.
c. Rekruitment tenaga dokter spesialis anak dan penyakit dalam.
Dilakukan melalui proses seleksi/kredensial oleh Sub Komite Kredensial rumah
sakit untuk dokter spesialis anak dan penyakit dalam yang sudah mengajukan
lamaran.
VI. SASARAN
Rumah sakit merupakan institusi unik dengan suatu sistem terbuka yang rumit.
Rumah sakit dihadapkan pada dilema antara desakan komersialisasi dan persaingan
di satu pihak, tetapi mempunyai kewajiban fungsi sosial di pihak lain.
a. Rapat rutin Sub Komite untuk menyusun rencana dan rincian kegiatan.
b. Rapat dan konsultasi dengan Tim keselamatan pasien.
VI. SASARAN
Anggota Sub Komite Etika dan Kedokteran Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih
Charitas Belitang.
Evaluasi kegiatan dilakukan oleh Sub Komite Kedokteran dan Medikolegal setiap
akhir bulan.
Pencatatan, pelaporan dan evaluasi kegiatan dilakukan pada akhir tahun 2010 dan
akan disampaikan kepada Tim keselamatan pasien Rumah Sakit Panti
Bhaktiningsih Charitas Belitang.
Masalah etik medis adalah setiap kejadian atau perilaku tenaga-tenaga medis/SMF
yang bekerja di Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang yang diduga
melanggar Kode Etik Kedokteran yang berlaku. Kasus etis medis merupakan
sesuatu yang sangat kompleks dan riskan sehingga diperlukan suatu
acuan/pedoman dalam penanganannya.
Di Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang juga bisa terjadi kasus etis
medis. Maka mengacu pada Peraturan Kode Etik Kedokteran Indonesia (2002),
Sub Komite Etika Kedokteran dan Medikolegal membuat rencana untuk menyusun
Panduan Penanganan Masalah Etik Medis yang sesuai dengan situasi di Rumah
Sakit Panti bhaktiningsih Charitas Belitang.
III. TUJUAN
Menyusun Buku Panduan tentang penanganan etik medis di Rumah Sakit Panti
Bhaktiningsih Charitas Belitang.
Rincian kegiatan :
- Menentukan dan menggolongkan pelanggaran-pelanggaran etik yang
mungkin terjadi di Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang
menjadi pelanggaran etik ringan, sedang dan berat.
- Menentukan cara penanganan pelanggaran etik berdasarkan berat ringannya.
- Menyusun aturan-aturan lain yang berkaitan dengan etik medis.
Kasus etik medis yang mungkin terjadi di Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih
Charitas Belitang.
NO KEGIATAN WAKTU
1. Rapat Sub Komite Etik menentukan dan meggolongkan Februari 2010
pelanggaran etik yang mungkin terjadi, menentukan
cara penanganan, dan menyusun aturan-aturan lain.
2. Menyusun buku panduan Maret 2010
Pencatatan, pelaporan dan evaluasi program akan dilaksanakan pada akhir tahun
2010 dan disampaikan kepada Tim keselamatan pasien Rumah Sakit Panti
Bhaktiningsih Charitas Belitang.
I. PENDAHULUAN
Sumber Daya Manusia di suatu lembaga kesehatan mempunyai peran yang sangat
penting dalam menentukan mutu lembaga tersebut. Ilmu Kesehatan terutama ilmu
yang berkaitan dengan medis terus mengalami perkembangan. Selalu ada
penemuan ilmu dan metode baru dalam pelayanan medis. Maka melalui Undang-
Undang Praktek Kedokteran No.29 Tahun 2004, pemerintah mengatur bahwa
tenaga medis harus selalu memperbaharui ilmu pengetahuan dan teknologi
terkini.
Setiap tenaga medis mengajukan usulan kegiatan di luar rumah sakit yang
dibutuhkan (1 staf medis minimal mengajukan 1 kegiatan yang ingin diikuti).
Jika kegiatan tersebut dibutuhkan rumah sakit, maka biaya ditanggung rumah
sakit. Bila kegiatan tersebut tidak terlalu dibutuhkan rumah sakit, maka
ditanggung biaya pribadi tenaga medis. Tenaga medis harus memberitahukan
penggantinya 1 minggu sebelum pelaksanaan kegiatan.
VI. SASARAN
Terlampir
Setiap selesai kegiatan akan dibuat laporan kegiatan oleh Sub Komite
Peningkatan Mutu Pelayanan Medis. Untuk kegiatan di dalam rumah sakit
laporan berupa daftar hadir peserta, makalah, dan notulen. Untuk kegiatan di luar
rumah sakit, laporan berupa pengumpulan sertifikat.
IX. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang sebagai rumah sakit yang
sedang berkembang, harus terus menjaga dan meningkatkan mutu pelayanannya
dimana salah satu cara adalah dengan melaksanakan kegiatan yang dapat
meningkatkan mutu Sumber Daya Manusianya. Maka Sub Komite Peningkatan
Mutu Pelayanan Medis, memprogramkan kegiatan pembahasan kasus sebagai
suatu proses pembelajaran bagi staf medis di Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih
Charitas Belitang.
VI. SASARAN
Kasus-kasus yang menarik yang ditemukan oleh staf medis dalam pelayanannya.
Terlampir
Setiap selesai kegiatan akan dilakukan evaluasi kegiatan oleh Sub Komite
Peningkatan Mutu Pelayanan Medis dengan laporan berupa daftar hadir, makalah,
dan notulen.
I. PENDAHULUAN
VI. SASARAN
No Kegiatan Bulan
4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Sosialisasi √
2. Pendaftaran √
3. Bakti Sosial √ √
4. Penyuluhan √ √
5. Laporan kegiatan profesi √
VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN
Setiap akhir tahun akan diadakan evaluasi berapa SKP yang sudah didapat per
item kegiatan dan berapa kekurangannya bagi masing-masing dokter, untuk
menjadi rencana kegiatan tahun berikutnya.
I. PENDAHULUAN
Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang sebagai rumah sakit yang
sedang berkembang membutuhkan banyak masukan, kritik dan saran untuk
mengetahui apakah mutu pelayanan di Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas
Belitang, terutama mutu staf medisnya, sudah baik atau belum. Salah satu
kegiatan yang paling efektif untuk mendapat masukan adalah dengan
mengadakan survey kepuasan pelanggan dengan metode kuesioner
Karena pelaksanaan survey ini menjadi kegiatan Panitia Peningkatan Mutu
Pelayanan Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang, dimana salah satu
point survey adalah Kepuasan Atas Pelayanan Dokter, maka Tim keselamatan
pasien hanya menerima hasil survey dari panitia tersebut dan kemudian Sub
Komite Peningkatan Mutu Pelayanan Medis bersama Tim keselamatan pasien
melakukan analisa untuk hasil survey kepuasan atas pelayanan dokter.
VI. SASARAN
Pelaporan dan evaluasi program akan dilaksanakan pada bulan Januari 2011.
I. PENDAHULUAN
Kamar operasi Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang baru mulai
dioperasionalkan pada bulan ……… dengan kegiatan awal hanya untuk operasi
yang berkaitan dengan kebidanan. Untuk menjagfa mutu kegiatan operasi, maka
perlu diadakan pemantauan apakah operasi bersih yang telah dilakukan terjadi
infeksi atau tidak.
Karena pelaksanaan pengumpulan indicator klinis ini menjadi kegiatan Panitia
Peningkata Mutu Pelayanan Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang,
maka Tim keselamatan pasien hanya menerima hasil rekap data tentang jumlah
operasi bersih dan data infeksi luka operasi yang terjadi pasca operasi bersih tiap
tiga bulan dari panitia tersebut dan kemudian melakukan analisa dari data
tersebut.
Menganalisa data tentang Infeksi yang terjadi setelah Operasi Bersih dilakukan.
Rincian Kegiatan :
- menerima data operasi bersih dan infeksi luka operasi pasca operasi bersih
per triwulan,
- pembuatan analisa dan rekomendasi oleh Sub Komite Peningkatan Mutu
Pelayanan Medis (PMPM) dan Tim keselamatan pasien.
V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
1. Panitia Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih
Charitas Belitang memberikan laporan rekap data triwulan jumlah operasi
bersih dan jumlah infeksi yang terjadi pasca operasi bersih kepada Tim
keselamatan pasien yang kemudian diteruskan ke Sub Komite Peningkatan
Mutu Pelayanan Medis.
2. Sub Komite PMPM dan Tim keselamatan pasien akan melakukan analisa data
dan membuat rekomendasi untuk perbaikan pelaksanaan di kemudian hari,
baik untuk pihak manajemen maupun Tim keselamatan pasien sendiri.
3. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan rekomendasi.
VI. SASARAN
I. PENDAHULUAN
Berdasarkan analisa petugas rekam medis, sebagian berkas rekam medis masih
belum lengkap. Padahal sebagian besar staf medis di Rumah Sakit Panti
Bhaktiningsih Charitas Belitang adalah staf medis purna waktu. Untuk itu perlu
adanya pemantauan rutin terhadap berkas rekam medis apakah sudah diisi dengan
lengkap oleh staf medis mulai dari diagnosa, rencana tindakan dan terapi yang
akan diberikan, serta tindak lanjut/perkembangan dari penyakit yang didiagnosa.
Karena pelaksanaan pengumpulan indicator klinis ini menjadi kegiatan Panitia
Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit, maka tim keselamatan pasien hanya
menerima hasil rekap data tentang ketidaklengkapan rekam medis setiap tiga
bulan dari panitia tersebut dan kemudian melakukan analisa dari data tersebut.
VI. SASARAN
I. PENDAHULUAN
Salah satu indikator mutu klinis di rumah sakit adalah respons time di IGD,
dimana pasien gawat darurat harus mendapat tindakan life saving kurang dari 15
menit sejak kedatangan.
Pemantauan respons time ini juga dapat digunakan untuk memantau mutu
pelayanan medis, terutama untuk melihat bagaimana kesigapan seorang dokter
dalam memberikan pelayanan kepada pasien yang dalam keadaan gawat darurat.
Karena pelaksanaan pengumpulan indikator klinis ini menjadi kegiatan Panitia
Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit, maka tim keselamatan pasien hanya
menerima hasil rekap data tentang respons time IGD setiap tiga bulan dari panitia
tersebut dan kemudian melakukan analisa dari data tersebut.
VI. SASARAN
I. PENDAHULUAN
Untuk mewujudkan Falsafah, Visi, Misi dan Tujuan Rumah Sakit dan dalam
rangka meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien, terutama mutu pelayanan
medis, maka diperlukan tenaga medis yang cakap sesuai kompetensi dan
kualifikasinya sehingga dapat memberikan pelayanan medis yang akuntabel dan
sesuai harapan masyarakat.
Menyadari bahwa organisasi staf medis saat ini semakin berkembang jumlah dan
jenis spesialisasinya, maka dibutuhkan review bagi staf medis yang berkeinginan
menjadi staf medis di Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang guna
mendapatkan tenaga dokter yang sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.
III. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Terwujudnya Good Clinical Governance.
B. Tujuan Khusus
Terpenuhinya kebutuhan staf medis yang professional dan kompeten dengan
kualifikasi sesuai kebutuhan Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas
Belitang.
A. Setelah Sub Komite Kredensial menerima tugas dari Ketua Tim keselamatan
pasien untuk melakukan review lamaran (kredensial) dokter tertentu, maka
Sub Komite Kredensial akan mempelajari berkas lamaran dengan teliti
mengenai kelengkapan berkas lamaran dan lain-lain sesuai dengan
persyaratan administrative lamaran dokter.
B. Sub Komite Kredensial mulai melakukan proses review melalui
seleksi/kredensial, yaitu :
Bagi dokter purna waktu melalui :
- Wawancara.
- Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter di dalam Sub
Komite Kredensial yang mencakup pemeriksaan fisik, laboratorium,
dan pemeriksaan penunjang lainnya yang diperlukan.
- Penilaian terhadap dokter tersebut mencakup pendidikan, pengalaman,
kompetensi, kemampuan profesi, pengetahuan, kebugaran, kesehatan
jiwa, karakter dan kepercayaan diri.
- Psikotes.
- Mencari informasi mengenai track record dokter tersebut melalui
institusi pendidikan atau tempat kerja sebelumnya.
Bagi dokter paruh waktu/dokter tamu meliputi :
- Wawancara.
- Penilaian terhadap dokter tersebut mencakup pendidikan, pengalaman,
kompetensi, kemampuan profesi, pengetahuan, kebugaran, kesehatan
jiwa, karakter dan kepercayaan diri.
- Mencari informasi mengenai track record, dokter tersebut melalui
institusi pendidikan atau tempat kerja lainnya dari dokter yang
bersangkutan.
VI. SASARAN
No Dokter/Staf Bulan
Medis 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Dr. Umum purna X
waktu
2. Dr. Bedah paruh X
waktu
3. Dr. Anestesi X
paruh waktu
4. Dr. Obgin tamu X
5. Dr. Syaraf paruh X
waktu
Pencatatan dan pelaporan kegiatan dilakukan oleh Sub Komite Kredensial dan
dilaporkan kepada Ketua Tim keselamatan pasien, sedangkan evaluasi kegiatan
setahun dilakukan akhir tahun 2010 (Desember 2010) berisi evaluasi kerja selama
setahun dan rekomendasi untuk setahun berikutnya.
KERANGKA ACUAN (TOR)
REKREDENSIAL STAF MEDIS
YANG BARU BEKERJA 1 (SATU) TAHUN PERTAMA
TAHUN 2010
I. PENDAHULUAN
III. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Terwujudnya Good Clinical Governance
b. Tujuan Khusus
Terpenuhinya kebutuhan rumah sakit akan staf medis yang professional
dan kompeten melalui kegiatan rekredensial.
Menghasilkan rekomendasi Clinical Privileges Sub Komite Kredensial
kepada Tim keselamatan pasien.
VI. SASARAN
Dr. Sylvia
Pencatatan dan pelaporan kegiatan dilakukan oleh Sub Komite Kredensial dan
dilaporkan kepada Ketua Tim keselamatan pasien, sedangkan evaluasi kegiatan
setahun dilakukan akhir tahun 2010 (Desember 2010) berisi evaluasi kerja selama
setahun dan rekomendasi untuk tahun berikutnya.
KERANGKA ACUAN (TOR)
REKREDENSIAL DOKTER TAMU/DOKTER PARUH WAKTU
SECARA ADMINISTRATIF
TAHUN 2010
I. PENDAHULUAN
Seperti diketahui rumah sakit mempunyai fungsi sosio ekonomi dengan beragam
persoalan yang kompleks, tetapi harus tetap mampu memberikan pelayanan
medis yang bermutu, akuntabel dan memenuhi harapan masyarakat, untuk itu
diperlukan staf medis yang professional dan kompeten.
III. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Terwujudnya Good Clinical Governance
b. Tujuan Khusus
Tercapainya tertib administratif Surat Perjanjian Kemitraan/Surat Persetujuan
Kerja antara dokter tamu/paruh waktu dengan Direktur Rumah Sakit Panti
Bhaktiningsih Charitas Belitang.
VI. SASARAN
NO DOKTER/STAF WAKTU
MEDIS Berakhirnya Surat Perjanjian Rekredensial Secara
Kemitraan/Surat Persetujuan Administratif
Kerja
1. Dr. Martin. R. S.
Napitupulu
Pencatatan dan pelaporan kegiatan dilakukan oleh Sub Komite Kredensial dan
dilaporkan kepada Ketua Tim keselamatan pasien, sedangkan evaluasi kegiatan
setahun dilakukan akhir tahun 2010 (Desember 2010) berisi evaluasi kerja selama
setahun rekomendasi untuk tahun berikutnya.
KERANGKA ACUAN (TOR)
PELATIHAN DENGAN MATERI CLINICAL PRIVILEGES
BAGI SUB KOMITE KREDENSIAL
TAHUN 2010
I. PENDAHULUAN
Berdasarkan kriteria staf medis yang bekerja di Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih
Charitas Belitang yang terdiri dari dokter purna waktu, dokter paruh waktu dan
dokter tamu yang masing-masing terdiri atas dokter (umum dan spesialis) dan
dokter gigi dengan kewenangan klinis yang tentu saja tidak sama dan disesuaikan
dengan kompetensinya.
III. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Terwujudnya Good Clinical Governance
b. Tujuan Khusus
Mampu menentukan Clinical Privileges masing-masing staf medis yang
bekerja di Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang secara baik dan
benar.
VI. SASARAN
Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan akan dilakukan segera setelah Sub
Komite Kredensial mengikuti kegiatan. Laporan disampaikan kepada Ketua Tim
keselamatan pasien.
Pencatatan dan pelaporan kegiatan dilakukan oleh Sun Komite Kredensial dan
dilaporkan kepada Ketua Tim keselamatan pasien, sedangkan evaluasi kegiatan
setahun dilakukan akhir tahun 2010 (Desember 2010) Berisi evaluasi kerja
selama setahun dan rekomendasi untuk tahun berikutnya.
RANGKAIAN PROGRAM KEGIATAN
SUB KOMITE FARMASI DAN TERAPI
RUMAH SAKIT PB. CHARITAS BELITANG
TAHUN 2010
I. PENDAHULUAN
Suatu rumah sakit diperlukan suatu fungsi pemantauan farmasi dan terapi yang
mencakup :
1. Pengembangan kebijakan dan prosedur mengenai seleksi, distribusi,
penanganan penggunaan dan pemberian obat.
2. Pengembangan dan pemeliharaan formularium obat.
3. Evaluasi dan apabila tidak ada mekanisme demikian, persetujuan protocol,
berkaitan dengan penggunaan obat.
4. Penetapan dan pengkajian semua reaksi obat yang merugikan.
Fungsi pemantauan Farmasi dan Terapi tersebut dilakukan oleh suatu komite
dalam rumah sakit yang disebut Komite Farmasi dan Terapi (KFT). Dengan
adanya Komite Farmasi dan Terapi yang berdaya, system formularium dapat
diterapkan dengan baik. Dengan demikian pengaturan dan pengendalian mutu,
pengelolaan peredaran dan penggunaan obat di rumah sakit dapat terlaksana
dengan baik. Keseragaman produk obat yang tersedia dan kerumitan di sekeliling
keamanan dan keefektifan penggunaannya mengakibatkan suatu rumah sakit
memerlukan suatu program yang baik untuk memaksimalkan penggunaan obat
rasional.
Komite Farmasi dan Terapi (KFT) difungsikan oleh rumah sakit untuk mencapai
terapi yang rasional. Hubungan antara apoteker komunitas dan dokter dalam
daerahnya adalah bentuk langsung orang ke orang, dalam komunitas ada
hubungan dokter-apoteker-penderita yang tidak dirumitkan oleh garis organisasi.
Sebaliknya apoteker rumah sakit memelihara hubungan yang baik dengan dokter
dari berbagai SMF. Hal ini semakin diperumit oleh masuknya profesi perawat ke
dalam hubungan dokter-apoteker-penderita. Oleh karena itu pembentukan KFT
diperlukan agar hubungan antara IFRS dan semua professional kesehatan di
rumah sakit dapat dipelihara dengan baik.
1. Tujuan Umum
Mencapai terapi obat pasien di Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas
Belitang yang rasional.
2. Tujuan Khusus
- Adanya kebijakan, ketetapan, prosedur, aturan yang berkaitan dengan obat.
- Adanya system formularium.
3. Manfaat
Adanya hubungan komunikasi dan hubungan organisasi yang formal antara
staf medis IFRS dalam mencapai terapi obat yang rasional.
IV. KEGIATAN
V. KESIMPULAN
Sub Komite Farmasi dan Terapi meningkatkan penggunaan obat secara rasional
melalui pengembangan kebijakan dan prosedur yang relevan untuk seleksi obat,
pengadaan obat, penggunaan obat dengan adanya system formularium. Sistem
formularium dapat diterapkan dengan baik apabila dengan adanya pemberdayaan
KFT, dengan demikian pengaturan dan pengendalian mutu, pengelolaan,
peredaran, dan penggunaan obat di rumah sakit dapat terlaksana dengan tertib
yang akan memberikan keuntungan bagi penderita, rumah sakit, dan staf medis.
Penderita akan mendapat obat yang paling rasional, bermanfaat, aman dan
dengan harga terjangkau sehingga penderita tidak perlu terlalu lama tinggal di
rumah sakit.
KERANGKA ACUAN (TOR)
PENAMBAHAN TENAGA ADMINISTRASI DAN PENYEDIAAN
SARANA/PRASARANA
SUB KOMITE FARMASI DAN TERAPI
TAHUN 2010
I. PENDAHULUAN
Suatu rumah sakit diperlukan suatu fungsi pemantauan farmasi dan terapi.
Pemantauan Farmasi dan Terapi tersebut dilakukan oleh suatu komite dalam
rumah sakit yang disebut Komite Farmasi dan Terapi (KFT). Dengan adanya
Komite Farmasi dan Terapi yang berdaya, system formularium dapat diterapkan
dengan baik. Dengan demikian pengaturan dan pengendalian mutu, pengelolaan
peredaran dan penggunaan obat di rumah sakit dapat terlaksana dengan baik.
Keseragaman produk obat yang tersedia dan kerumitan di sekeliling keamanan
dan keefektifan penggunaannya mengakibatkan suatu rumah sakit memerlukan
suatu program yang baik untuk memaksimalkan penggunaan obat rasional.
Komite Farmasi dan Terapi (KFT) difungsikan oleh rumah sakit untuk mencapai
terapi yang rasional, dengan demikian kepada Komite Farmasi dan Terapi,
pimpinan rumah sakit wajib menyediakan sarana fisik seperti ruang kantor/rapat,
computer, telepon dan lainnya untuk membantu operasional KFT.
III. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mencapai hasil kerja yang efektif sesuai dengan program kerja yang
direncanakan.
2. Tujuan Khusus
a. Adanya tenaga dan sarana dalam penyusunan formularium dan
mengadakan revisi tetap.
b. Adanya system formularium.
IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
V. CARA PELAKSANAAN
VI. SASARAN
Pencatatan dan pelaporan setiap kegiatan dilakukan oleh Sub Komite Farmasi dan
Terapi kepada Tim keselamatan pasien setiap kegiatan yang telah dilaksanakan.
KERANGKA ACUAN (TOR)
MELENGKAPI KETERSEDIAAN OBAT-OBAT GENERIK DAN
PENYUSUNAN KEBIJAKAN OBAT BARU
DI RUMAH SAKIT PB. CHARITAS BELITANG
TAHUN 2010
I. PENDAHULUAN
Obat yang telah tersedia secara komersial, yang direkomendasikan Sub KFT
sebagai obat yang baik untuk perawatan penderita dengan penggunaan yang telah
ditetapkan dengan baik setelah diterima sebagai suatu obat formularium maka
obat itu dapat ditulis oleh semua staf medis rumah sakit.
III. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Menertibkan penyediaan/pemakaian obat di Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih
Charitas dan tetap memperhatikan mutu/kualitas obat.
b. Tujuan Khusus
- Meniadakan duplikasi/penggandaan persediaan obat.
- Penghematan biaya.
IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
VI. SASARAN
Pencatatan dan pelaporan setiap kegiatan dilakukan oleh Sub Komite Farmasi dan
Terapi kepada Tim keselamatan pasien setiap kegiatanh telah dilaksanakan.
KERANGKA ACUAN (TOR)
PENYUSUNAN FORMULARIUM
RUMAH SAKIT PB. CHARITAS BELITANG
TAHUN 2010
I. PENDAHULUAN
Formularium dari suatu rumah sakit adalah dokumen kumpulan obat dan
informasi yang benar-benar dipertimbangkan staf professional rumah sakit
sebagai yang paling berguna dalam perawatan penderita. Pengembangan,
pemeliharaan, dan persetujuan formularium sepenuhnya tanggung jawab KFT
yang merupakan panitia dari staf medis.
III. TUJUAN
Tujuan umum : penggunaan obat yang rasional pada pasien Rumah Sakit Panti
Bhaktiningsih Charitas Belitang.
Tujuan Khusus : Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang dapat
mempertahankan suatu pembelian dan system pengendalian
penyediaan obat yang lebih efisien.
Penyusunan formularium.
VI. SASARAN
Pencatatan dan pelaporan setiap kegiatan dilakukan oleh Sub Komite Farmasi dan
Terapi kepada Tim keselamatan pasien setiap kegiatan telah dilaksanakan.
KERANGKA ACUAN (TOR)
PENCATATAN DAN PELAPORAN
PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL
RUMAH SAKIT PB. CHARITAS BELITANG
TAHUN 2010
I. PENDAHULUAN
Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang merupakan rumah sakit yang
sedang dalam tahap berkembang, maka pengendalian infeksi nosokomial
merupakan salah satu hal penting yang perlu mendapat perhatian. Untuk bisa
melakukan kegiatan pengendalian infeksi nosokomial maka dibutuhkan data
tentang infeksi nosokomial yang terjadi di Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih
Charitas Belitang.
III. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memperoleh informasi guna mengerahkan strategi program pengendalian infeksi
nosokomial baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun dalam tahap
evaluasi.
2. Tujuan Khusus
a. Mendapatkan data dasar kegiatan pengendalian infeksi nosokomial.
b. Mengidentifikasi adanya permasalahan.
c. Mengevaluasi system pengendalian infeksi nosokomial.
d. Pelaksanaan pengendalian infeksi nosokomial yang optimal.
e. Memenuhi persyaratan akreditasi.
2. Pencatatan
Pencatatan dilakukan setiap hari atau sesuai jadwal tergantung jenis kegiatan
yang dicatat, dilakukan oleh petugas pelaksana di bagian yang terkait. Untuk
pencatatan yang menggunakan formulir, pencatatan diawali dengan pengisian
formulir yang sesuai, selanjutnya dicatat dalam buku atau computer atau
untuk beberapa hal yang tidak ada formulirnya langsung dicatat dalam buku.
3. Analisis Data
Berdasarkan data yang diperoleh dilakukan analisis apakah ada
peningkatan/penurunan kuantitas dan kualitas hasil, permasalahan dan
sebagainya, juga dilakukan perbandingan dengan data bulan sebelumnya
untuk menilai bagaimana trendnya.
4. Pembuatan Laporan
Data yang diperoleh dari pencatatan harian direkapitulasi menjadi laporan
bulanan. Data diolah, dianalisis, dan diinterpretasi. Hasil rekapitulasi dan
analisis dilaporkan kepada Ketua Tim keselamatan pasien, Kepala Bagian
terkait, atau Direktur sesuai dengan permasalahan.
5. Rekomendasi
Berdasarkan laporan tersebut Ketua Tim keselamatan pasien, Kepala Bagian
terkait atau Direktur memberikan rekomendasi untuk upaya
perbaikan/penyelesaian masalah untuk ditindaklanjuti.
6. Tindak lanjut
Rekomendasi dari Ketua Tim keselamatan pasien, Kepala Bagian terkait atau
Direktur ditindaklanjuti oleh bagian terkait dan informasi yang diperoleh
selanjutnya digunakan sebagai dasar penentuan kebijakan yang berhubungan
dengan pengendalian infeksi nosokomial.
VI. SASARAN
IX. EVALUASI
I. PENDAHULUAN
Salah satu cara mencegah penularan infeksi nosokomial adalah dengan menjaga
kebersihan lingkungan. Maka RS. PB. Charitas Belitang memberi perhatian khusus
pada kebersihan lingkungan rumah sakit.
III. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Mencegah penularan infeksi nosokomial.
2. Tujuan Khusus :
a. Mengendalikan dan mengawasi berbagai factor lingkungan.
b. Menciptakan lingkungan rumah sakit yang bersih, nyaman, dan indah.
VI. SASARAN
Seluruh lingkungan Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang baik yang
di dalam maupun di luar gedung.
VII. JADWAL KEGIATAN
IX. EVALUASI
I. PENDAHULUAN
III. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mencegah infeksi nosokomial melalui air.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui mutu air bersih yang digunakan di Rumah Sakit Panti
Bhaktiningsih Charitas Belitang.
b. Mengetahui ada/tidak kontaminasi mikroorganisme terutama yang
pathogen pada air.
c. Menjamin bahwa air bersih yang digunakan bebas dari mikroorganisme
dan memenuhi syarat mutu air bersih.
1. Persiapan alat pengambil sample (botol steril), kain bersih, lampu spritus, kapas
lidi yang telah dicelupkan ke dalam tanol 70%.
2. Pengambilan sample sesuai prosedur.
3. Pengiriman sample ke Laboratorium Kesehatan Daerah.
4. Evaluasi hasil.
5. Penatalaksanaan sesuai hasil pemeriksaan.
6. Pembuatan laporan.
7. Rekomendasi dan tindak lanjut.
VI. SASARAN
Pemeriksaan dilakukan tiap 3 (tiga) bulan sekali, yaitu bulan Maret, Juni,
September, dan Desember 2010. Jadwal kegiatan pada tiap pemeriksaan dapat
dilihat pada halaman berikut :
1. Semua sumber air dank ran pemakaian yang telah ditentukan dapat diperiksa.
2. Pelaksanaan sesuai jadwal.
3. Didapatkan data hasil pemeriksaan mutu air bersih.
4. Air bersih yang diperiksa memenuhi syarat baku mutu.
IX. EVALUASI
Evaluasi dilakukan dengan cara menilai ada/tidak kesenjangan antara rencana dan
target dengan realisasi/hasil kegiatan.
KERANGKA ACUAN (TOR)
PROGRAM KERJA SUB KOMITE REKAM MEDIS
TERSEDIANYA KEBIJAKAN DI BIDANG REKAM MEDIS
I. PENDAHULUAN
Rekam Medik (RM) diartikan sebagai keterangan tertulis dan terekam tentang
identitas, anamnesis, penentuan fisik, laboratorium, diagnosis, dan pengobatan.
Tujuan RM adalah penunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya
peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Demi terselenggaranya tertib administrasi sebagaimana disebut diatas maka
diperlukan upaya pengendalian mutu rekam medik. Tugas pengendalian tersebut
dibebankan kepada Sub Komite Rekam Medik, yang dalam pelaksanaannya
bertanggung jawab kepada Tim keselamatan pasien.
Adapun tugas dan fungsi Sub Komite Rekam Medik adalah : (1). Memberikan
saran-saran dan pertimbangan dalam hal penyimpanan RM dan menjamin bahwa
semua informasi dicatat sebaik-baiknya, (2). Menjamin telah dijalankannya dengan
baik filing records, pembuatan indeks, penyimpanan RM dan tersedianya RM dari
semua pasien, (3). Mengajukan usul-usul kepada Direktur RS tentang perubahan
dalam isi ukuran RM, (4). Membina kerja sama dengan penasehat hokum dalam hal
hubungan-hubungan keluar dan pengeluaran data/keterangan untuk badan-badan di
luar rumah sakit.
Demi terwujudnya tugas Sub Komite Rekam Medik sebagaimana telah disebut
di atas maka perlu disusun program kerja yang dapat digunakan sebagai arah dan
pedoman dalam melaksanakan kegiatan.
a.Membuat pedoman dan SOP serta kebijakan, symbol dengan melihat buku-buku
dan didiskusikan sesuai dengan kebutuhan yang ada di Instalasi Rekam Medik
Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang.
b. Konsultasikan kebijakan-kebijakan yang harus dibuat sesuai dengan kebutuhan
yang ada di Instalasi Rekam Medik.
c.Sesuai dengan Pedoman Penyelenggaraan Rekam Medik di Rumah Sakit
keluaran Depkes R. I. Tahun 2006 No. YM. 00.03.2.2.1996 tanggal 27
November 1996.
VI. SASARAN
Seluruh petugas para medis dan perawat serta petugas Instalasi Rekam Medik.
No Bulan Keterangan
1. Januari Pengumpulan Makalah
2. Februari Pembuatan Kebijakan
3. Maret Koreksi dan tanda tangan Direktur
4. April Koreksi
Setiap 2 tahun sekali Buku Pedoman Penyelenggaraan Rekam Medik direvisi ulang
untuk melihat sejauh mana kerja di lapangan apakah sudah sesuai dengan pedoman
atau belum ataukah ada perubahan-perubahan dalam buku pedoman.
Pencatatan, pelaporan dan evaluasi dilakukan setiap 2 tahun sekali dan dirapatkan
dalam Sub Komite Rekam Medik.
KERANGKA ACUAN (TOR)
PROGRAM KERJA SUB KOMITE REKAM MEDIK
TERSEDIANYA DATA KEGIATAN PELAYANAN MEDIS
RUMAH SAKIT SECARA AKURAT DAN UP TO DATE
I. PENDAHULUAN
Rekam Medik (RM) diartikan sebagai keterangan tertulis dan terekam tentang
identitas, anamnesis, penentuan fisik, laboratorium, diagnosis, dan pengobatan.
Tujuan RM adalah penunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya
peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Untuk mencapai pelayanan medis
rumah sakit yang akurat dibutuhkan benar-benar partisipasi dari para dokter,
perawat, maupun non medis dalam mendukung pelayanan di rumah sakit dalam
melengkapi berkas-berkas Rekam Medis sehingga tercapainya pelayanan secara
akurat dan Up To Date.
a.Mengingat pentingnya pelayanan medis rumah sakit yang akurat dan Up to date
maka haruslah perlu menjadi perhatian para medis maupun non medis jika
sewaktu-waktu dihadapkan dengan kejadian yang menyangkut medico legal.
b. Perlu data-data yang akurat dan benar sehingga laporan dapat tersaji sesuai
dengan kenyataan.
VI. SASARAN
Sesuai dengan jadwal pelaporan yang diberikan oleh Dirjen Yanmed maupun
DinKes baik kota maupun Provinsi.
Setiap bulan atau minggu perlu ditinjau ulang hasil pelaporan yang telah
dikerjakan.
I. PENDAHULUAN
Pentingnya koordinasi dan konsekuensi antara Instalasi Rekam Medik dengan SMF
juga dapat membantu mengatur lembar-lembar yang harus diisi maupun lembar-
lembar yang harus diperlukan untuk kemajuan perkembangan rumah sakit tentang
lembar-lembar pasien.
Rapat rutin Sub Komite Rekam Medik secara berkala selama 3 bulan 1 kali untuk
membicarakan hasil-hasil yang dicapai.
Dibuatlah rapat 3 bulan sekali dengan mengundang para SMF penyakit dalam,
bedah, dan anak maupun syaraf untuk membantu tugas-tugas atau masukan yang
perlu bagi Instalasi Rekam Medik.
VI. SASARAN
Anggota Sub Komite Rekam Medik dan SMF mentaati aturan-aturan Rekam
Medik.
Jadwal pelaksanaan kegiatan dapat diatur 3 bulan sekali di bulan April 2010.
Evaluasi dilakukan dengan melihat apa saja yang sudah dikerjakan lalu dievaluasi
bersama-sama dalam suatu pertemuan dengan SMF.