Anda di halaman 1dari 12

BLOK HUMANIORA MAKALAH MINI

SELASA, 1 OKTOBER 2019

“Selfie Gangguan Kepribadian Narsistik”

Di susun oleh:

Putri Pricilia Bahy


NIM: 2019-83-122

DOSEN:
Alessandra F. Saija, S.Psi., M.Psi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
makalah yang berjudul "Selfie Gangguan Kepribadian Narsistik ". Atas
dukungan yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka saya
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa.
2. Ibu Alessandra F. Saija, S.Psi., M.Psi selaku Dosen Pengampu saya, yang
memberikan pengetahuan, materi pendukung, masukan, bimbingan kepada saya.
Harapan saya, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Saya menyadari
bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun dari pembaca sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Ambon, 1 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………..i

KATA PENGANTAR……………………………………………………………ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..iii

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. …1

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2

1.3 Tujuan Makalah ................................................................................. 2

1.4 Manfaat Makalah ............................................................................... 2

BAB II. PEMBAHASAN ................................................................................... 3

2.1 Pengertian selfie……………. ............................................................ 3

2.2 Jenis-jenis foto selfie .......................................................................... 3

2.3 Ciri-ciri kecenderungan narsistik…………………………. ............. 4

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi narsistik……………………… .. 5

2.5 Kasus narsisme di kalangan remaja…………………………. .......... 6

2.6 Analisis kasus narsisme di kalangan remaja……………………… .. 7

BAB III. PENUTUP ............................................................................................ 8

3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 8

3.2 Saran ................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perkembangan zaman yang pesat membuat teknologi juga berkembang. Salah


satu pengaruh dari perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang sedang
menjadi fenomena saat ini adalah selfie, yang sekarang ini sedang menjadi tren,
khususnya di kalangan remaja. Remaja rentang usia 11-14 tahun menghabiskan
lebih dari 6.5 jam per hari untuk media sosial. Mereka online hampir 8 jam per
hari dari konten media.

Selfie dihadapan kamera menyebabkan remaja merasa lebih percaya diri. Hal
ini didukung oleh perkembangan fasilitas kamera yang canggih, yang selanjutnya
diunggah ke jejaring sosial seperti Instagram, Facebook, Path, Twitter dan
sebagainya. Sehingga selfie dianggap sebagai media yang dapat menyalurkan
kebutuhan mereka. Sebuah riset yang dilakukan pada tanggal 26-29 Juli 2013
antara usia 18-24 tahun oleh lembaga Opinium di Inggris terhadap 2005
responden, menunjukkan bahwa ada lebih dari satu juta selfie dibuat dalam sehari.

Seiring berjalannya waktu, selfie mempunyai dampak positif dan negatif.


Selfie dapat memberikan dampak positif apabila dapat digunakan secara baik dan
benar. Contohnya, ketika mengunggah foto mengenai cara hidup sehat si
pengguna, maka dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Dampak negatif dari selfie itu sendiri adalah sifat narsisme, yaitu terlalu
berlebihan mengunggah foto diri sendiri ke media sosial guna ingin dipuji dan
mendapat pengakuan dari orang lain. Selain itu juga unggahan foto yang terlalu
sering berdampak pada diri si pengguna sendiri, dimana orang lain beresiko untuk
tidak menyukai dirinya.1

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
- Apa yang dimaksud dengan selfie?
- Apa saja jenis-jenis foto selfie?
- Apa saja ciri-ciri kecenderungan narsistik?
- Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi narsistik?
- Bagaimana strategi mengurangi dampak negatif penggunaan media
sosial?

1.3 TUJUAN
- Menjelaskan yang dimaksud dengan selfie.
- Menjelaskan jenis-jenis foto selfie.
- Menjelaskan ciri-ciri kecenderungan narsistik.
- Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi narsistik.
- Menjelaskan strategi mengurangi dampak negatif penggunaan
media sosial.

1.4 MANFAAT
- Untuk memberikan pengetahuan mengenai definisi selfie dan jenis-
jenis foto selfie.
- Untuk memberikan wawasan kepada pembaca tentang ciri-ciri dan
faktor-faktor yang mempengaruhi narsistik.
- Agar pembaca mengetahui strategi untuk mengurangi dampak
negatif penggunaan media sosial.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN SELFIE

Pamela Rutledge menjelaskan selfie adalah perilaku memotret diri sendiri


atau self potrait yang biasanya dilakukan menggunakan kamera ponsel, dan
kemudian diunggah ke media sosial. Sekarang teknik pengambilan foto selfie
sudah canggih, menggunakan kamera depan pada ponsel pintar yang dilengkapi
oleh timer. Hasil dari selfie kemudian diunggah pada media sosial oleh para
pelaku selfie, dan biasanya digunakan sebagai foto profil atau di-posting di media
sosial. Berdasarkan berbagai definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa minat selfie
adalah suatu kecenderungan untuk mengingat sesuatu yang terjadi akibat senang
terhadap dirinya. Salah satu akibat dari senang terhadap dirinya adalah dengan
cara berfoto selfie atau memotret dirinya sendiri menggunakan kamera
smartphone kemudian diunggah ke media sosial.

2.2 JENIS-JENIS FOTO SELFIE

Berikut ini adalah beberapa jenis foto selfie yang paling sering dilakukan
oleh orang di akun jejaring sosial:

1. Depan cermin (mirror selfie), pose di depan cermin yang memudahkan


pelaku selfie dapat mengamati postur tubuh dan angle mana yang pas
dan terbaik untuk dipotret. Cermin di rumah sendiri, cermin besar di
toilet umum, kebanyakan menjadi sasaran mirror selfie.
2. Latar belakang (background), pilihan background juga memicu pelaku
selfie untuk berlomba mengambil gambar selfie mereka. Misalnya
pada sebuah lokasi wisata, momen acara tertentu, atau yang sedang
tren kini adalah lokasi seram dan berbahaya, atau diketinggian.

3
3. Posisi tubuh yang sempurna, salah satu jenis selfie yang sering
dilakukan. Mereka yang merasa memiliki bentuk otot bagus, perut six
pack, atau pada wanita biasanya pamer payudara dan bokong.
4. Duck face, ekspresi memonyongkan bibir atau lebih dikenal sebagai
duck face ini banyak dilakukan oleh remaja. Tujuannya agar foto
terkesan imut dan menggemaskan. Namun sebuah penelitian
menyatakan bahwa pelaku duck face ternyata mempunyai gangguan
psikologis tertentu, yaitu kurangnya rasa percaya diri akan wajah dan
tubuh yang dipunyai.
5. Permainan cahaya, permainan cahaya dalam foto selfie akan
menimbulkan efek tertentu pada foto. Ini juga kerap dilakukan sebab
dapat membuat hasil foto lebih bagus dan artistik.

2.3 CIRI-CIRI KECENDERUNGAN NARSISTIK

Campbell berpendapat bahwa seseorang narsistik mempunyai ciri-ciri,


antara lain:

a) Berpikir bahwa dirinya baik dalam hampir segala hal.


b) Memikirkan dirinya sendiri tanpa mau mendengarkan pandangan
orang lain.
c) Merasa diri spesial atau unik.
d) Mempunyai hubungan interpersonal yang kurang baik.

Sedangkan Mitchell mengkategorikan lima ciri khas orang dengan


kecenderungan narsisistik, yaitu:

a) Adanya kecenderungan mengharapkan perlakuan khusus.


b) Kurang dapat berempati terhadap orang lain.
c) Sulit memberikan kasih sayang, belum punya kontrol moral yang
kuat.
d) Kurang rasional.

4
Menurut DSM-IV atau Diagnostic Statistical and Manual Mental Disorder
Fourth Edition, menyatakan bahwa individu dapat dianggap mengalami gangguan
kepribadian narsistik meliputi:

a) Merasa diri paling hebat namun seringkali tidak sesuai dengan


potensi atau kompetensi yang dimiliki.
b) Percaya bahwa dirinya adalah spesial dan unik.
c) Dipenuhi dengan fantasi tentang kesuksesan, kekuasaan,
kepintaran, kecantikan atau cinta sejati.
d) Memiliki kebutuhan yang eksesif untuk dikagumi.
e) Merasa layak untuk diperlakukan secara istimewa.
f) Kurang empati.
g) Mengeksploitasi hubungan interpersonal.
h) Seringkali memiliki rasa iri pada orang lain atau menganggap
bahwa orang lain iri kepadanya
i) Angkuh.2

2.4 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NARSISTIK

Para peneliti mengidentifikasi faktor-faktor perkembangan masa anak-


anak dan sikap orangtua yang mungkin mendukung terjadinya gangguan
kepribadian narsisme antara lain:

a) Temperamen yang sangat sensitif sejak lahir.


b) Pujian dan penilaian yang berlebihan dari orang tua.
c) Penilaian orangtua sebagai tujuan untuk mengatur harga diri
mereka.
d) Sanjungan yang berlebihan yang tidak pernah seimbang dengan
kenyataan timbal balik.
e) Pemberian perhatian yang tidak terduga dari orang tua.

5
f) Penyiksaan yang terlalu pada waktu kecil.
g) Membanggakan penampilan dan bakat orangtua

Selain itu, adanya kemungkinan ada faktor lain yang menyebabkan pelaku
selfie berperilaku narsisme yaitu faktor lingkungan diantaranya berharap
mendapatkan pujian, lingkungan pergaulan, dan sosial media.3

2.5 KASUS NARSISME DI KALANGAN REMAJA

Perilaku narsis di kalangan remaja cenderung meningkat saat ini. Seperti


halnya terjadi di Bondowoso, Selasa (1/3/2016). Seorang remaja asal Situbondo
bernama Lutfi Yudianto (16) terjatuh ke dasar jurang di tepi Jalan Raya Arak–
arak, Kabupaten Bondowoso. Lutfi terpeleset saat selfie di tepi tebing dengan
kedalaman 150 meter. Tewasnya Lutfie akibat terjatuh itu membuat sejumlah
keluarga histeris. Tangis keluarga pecah saat mayat korban dibawa ke rumah
duka, di Dusun Karang Malang Utara, Desa Kalianget Situbondo.

Saat kejadian, korban bersama saudaranya Samsul Bahrudin (16).


Keduanya mengendarai motor Yamaha Mio pada Senin 29 Februari 2016 dan
melakukan selfie di ketinggian jalan raya Desa Sumbercanting, Kecamatan
Wringin Arak-arak Bondowoso. Keduanya memilih berhenti untuk mengabadikan
keindahan pemandangan alam di kawasan itu. Usai memarkir motornya, Lutfi dan
Samsul segera berfoto selfie. Nahas, saat itu posisi korban terlalu ke pinggir
hingga mendekati bibir tebing.

Korban pun akhirnya terpeleset ke dasar jurang berkedalaman sekitar 150


meter. Samsul yang melihat kejadian itu langsung memberi tahu warga sambil
berusaha mencari pertolongan. Saat berhasil dievakuasi, tubuh remaja itu
ditemukan tersangkut di atas pohon di bawah tebing curam. Sejumlah personil

6
Tim SAR Gabungan yang terdiri dari BPBD Situbondo, Bondowoso hingga
Basarnassan Satpol PP Jember diterjunkan.

Di Jakarta, seorang siswa SMP bernama Agus Firmansyah (12) tewas


akibat jatuh dari lantai 5 (lima) sebuah gedung kosong di Koja, Jakarta Utara.
Agus jatuh karena terpeleset saat sedang selfie bersama teman-temannya. Insiden
itu terjadi di Kantor Imigrasi Jakarta Utara, Koja, Jakut, pada Rabu (4/5 2016)
malam.

Kantor imigrasi tersebut kosong karena pembangunannya sudah lama


terhenti. "Jadi anak-anak itu main-main ke gedung imigrasi itu sama teman-
temannya, terus foto-foto selfie. Dia terpeleset lalu jatuh," kata Kapolsek Koja
Kompol Supriatno.4

2.6 ANALISIS KASUS NARSISME DI KALANGAN REMAJA

Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa korban-korban tersebut tewas


saat sedang mengambil selfie pada tempat yang ketinggiannya cukup ekstrim. Hal
itu dikarenakan karena mereka ingin dipuji dan mendapat pengakuan dari orang
lain bahwa mereka bisa mengambil foto selfie di ketinggian. Dan hasil foto selfie
tersebut nanti akan dibagikan lewat media sosial.

Oleh karena itu, diperlukan beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk
meminimalisir dampak penggunaan medsos pada remaja, diantaranya adalah:

a) Orang tua memberikan pemahaman akan pentingnya kontrol, termasuk


didalamnya adalah bagaimana anak sebaiknya memilih apa yang hendak
di-upload di medsosnya.
b) Pemberian informasi kepada remaja tentang aturan main yang berlaku di
medsos, yakni pentingnya menjaga privacy, memilih informasi apa yang
bisa diunggah atau dibagikan kepada orang lain.

7
c) Mengurangi intensitas pertemanan di dunia maya dan lebih meningkatkan
kontak sosial.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
1. Perilaku narsisme ditandai dengan kecenderungan yang memandang
dirinya dengan cara yang berlebihan, menganggap dirinya yang paling
istimewa, kurang memiliki sifat empati, dan ingin mendapatkan perhatian
orang lain.
2. Faktor-faktor yang menyebabkan perilaku narsisme adalah faktor seperti
temperamen yang sangat sensitif sejak lahir, pujian dan penilaian yang
berlebihan dari orang tua, dan faktor lingkungan seperti berharap
mendapatkan pujian, lingkungan pergaulan, dan media sosial.
3. Solusi penanganan perilaku narsisme dengan cara orang tua memberikan
pemahaman akan pentingnya kontrol dalam memilih apa yang hendak di-
upload di medsosnya, pentingnya menjaga privacy, memilih informasi apa
yang bisa diunggah atau dibagikan kepada orang lain, mengurangi
intensitas pertemanan di dunia maya dan lebih meningkatkan kontak
sosial.

3.4 SARAN

Sebaiknya kita mengurangi segala tindakan yang mengarah kepada


berperilaku narsisme karena hal ini akan merugikan diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan sekitar.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. MUHAMMAD ARIEF NAJIB, A. S. (2018). Swafoto Narsistik dan Harga


Diri Remaja. Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental, 103-110.

2. Husni, M. (2019). Selfie Gangguan Kepribadian Narsistik. Jurnal Tinta,


Vol. 1 No. 1, 105-116.
3. Yaqin, H. (2016). Fenomena Narsisme di kalangan siswi SMK Ma'arif
Tunjungan Blora. Tunjungan Blora: UIN Walisongo.
http://eprints.walisongo.ac.id
4. Engkus, H. K. (2017). PERILAKU NARSIS PADA MEDIA SOSIAL DI
KALANGAN REMAJA DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA.
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 20 No. 2, 121-134.

Anda mungkin juga menyukai