Anda di halaman 1dari 12

ANALISI KERUSAKAN BAHAN PUSTAK FAKTOR FISIKA

Di PERPUSTAKAAN SMA PANJURA MALANG

TUGAS AKHIR

RIZKI SALMAN FARIZY


173141614111023

PENDIDIKAN VOKASI
UNIERSITAS BRAWIJAYA
2018
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Perpustakaan suatu hal yang sangat penting dalam sebuah informasi maupun ilmu
pengetahuan di dunia ini. Mungkin perpustakaan sangat kurang di kunjungi oleh
masyarakat. Tetapi sekarang perpustakaan mulai ramai kembali di kunjungi, karena
buku-buku atau bahan pustaka lainnya adalah sebuah sumber penting untuk
perkembangan zaman saat ini. Perpustakaan berada di banyak tempat. Mulai di sebuah
kota, desa, sekolah, perguruan tinggi hingga sebuah instansi memeliki perpustakaan
sendiri. Bahan pustaka yang berada dalam perpustakaan harus dijaga sebaik-baiknya
agar tidak mengalami kerusakan dan dapat digunakan seterusnya. Dan ada beberapa
faktor yang membuat bahan pustaka tersebut rusak. Ada faktor kimia, fisika dan lain-
lain.

Menurut para ahli kerusakan bahan pustaka telah menjadi permaslaahan atau bahan
pembicaraan semenjak zaman aristoteles (335 SM). Pada zaman tersebut banyak buku-
buku atau bahan pustaka menjadi tidak dapat digunakan karena kerusakan yang menjadi
masalah besar pada zaman tersebut. Karena pada zaman tersebut hanya perpustakaan
yang dapat dijadikan sumber ilmu pengetahuan dan juga sumber informasi untuk
menjadi referensi kehidupan sehari-hari. Jadi wajar saja jika kerusakan bahan pustaka
menjadi permasalahan yang sangat besar di zaman tersebut.

Menurut Plumbe (1996) yaitu mengenai berbagai kerusakan bahan pustaka untuk
daerah tropis terutama yang dikenal Indonesia yaitu serangga, binatang pengerat, jamur,
kelembaban, debu, gempa bumi, kekeringan, gelombang pasang, dan angina topan.
Masalah tersebut harus dihindari dengan baik untul menjaga bahan pustaka dapat
terjaga dengan baik. Karena ada beberapa masalah yang terduga seperti bencana alam
yang bisa datang kapan saja tanpa sepengetahuan kita. Jadi harus ada beberapa hal yang
harus untuk menjaga keamanan bahan pustaka tersebut.

Dalam hal kerusakan ini saya tertarik untuk membahas kerusakan faktor fisika
terhadap bahan pustaka di dalam perpustakaan. Karena kerusakan faktor fisika ini
sering terjadi di dalam perpustakaan. Dan kerusakan faktor fisika ini sering terjadi dan
keterkaitan dengan lingkungan alam kita yang berada di setiap hari-hari kita dalam
kehidupan ini. Jadi mungkin kerusakan faktor fisika ini akan menjadi pembahasan yang
sangat menarik karena yang berada di deket kita. Yaitu debu, suhu dan kelembaban
dan juga cahaya.

Saya akan membahas kerusakan bahan pustaka faktor fisika di perpustakaan Sma
Panjura Malang. Saya memilih Sma ini karena perpustakaannya sangat menarik untuk
di bahas. Karena perpustakaan Sma Panjura Malang memiliki perpustakaan yang
lumayan kecil tapi memiliki koleksi bahan pustaka yang sangat banyak. Dan pastinya
juga memiliki rak buku dan tempat penyimpanan bahan pustaka yang sangat banyak
juga. Belum lagi sebuah perpustakaan harus memiliki tempat baca bagi pengunjung
yang ingin baca langsung di perpustakaan tersebut. Perpustakaan Sma Panjura ini
sangat tertarik untuk saya bahas.

Perpustakaan Sma panjura Malang memiliki beberapa ventilasi, seperti 2 jendela di


di dinding, dan juga memiliki beberapa ventilasi kecil di beberapa bagian dinding di
perpustaskaan tersebut. Dengan tidak teraturnya ventilasi dan beberapa tempat
penyimpanan bahan pustaka di perpustakaan tersebut maka gampang terjadinya
kerusakan bahan pustaka di perpustakaan Sma panjura Malang. Jadi kita harus
mengetahui dan juga mencegah kerusakan bahan pustaka di perpustakaan sma panjura
Malang dengan baik dan benar.
1.2Rumusan Masalah

- Apa saja yang menjadi penyebab kerusakan faktor fisika bahan pustaka di
perpustakaan Sma Panjura Malang?
- Bagaimana cara pencegahan kerusakan faktor fisika tersebut ?

1.3Tujuan

Agar bahan pustaka di perpustakaan Sma panjura Malang dapat digunakan terus-menerus
oleh para siswa-siswi, guru-guru dan juga seluruh warga Sma Panjura Malang sebagai
tempat sumber ilmu pengetahuan, sumber informasi siswa siswi dan juga dapat menjadi
sumber referensi para guru-guru untuk mengajar sehari-harinya.

1.4Manfaat

Agar para pustakawan di perpustakaan Sma Panjura mengetahui kendala dan kerusakan
faktor fisika apa saja yang dapat membuat bahan pustaka menjadi rusak dan tidak dapat
digunakan oleh pustakawan yang membutuhkannya.
BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Macam-macam Kerusakan Bahan Pustaka Faktor Fisika

1. Debu

Debu dapat masuk secara mudah ke dalam ruang perpustakaan melalui pintu, jendela, atau
lubang-lubang angin perpustakaan. Apabila debu melekat pada kertas, maka akan
menimbulkan reaksi kimia, sehingga tingkat keasaman pada kertasakan meningkat.
Akibatnya kertas menjadi rapuh dan cepat rusak. Di samping itu, apabila keadaan ruang
perpustakaan lembab, debu yang bercampur dengan air lembab itu akan menimbulkan
jamur pada buku. Debu dari jalan yang mengandung belerang atau debu dari knalpot
kendaraan memiliki daya rusak yang paling tinggi. Debu tersebut sangat mudah
bersenyawa dengan kertas, apalagi pada ruangan yang lembab. Untuk menghindari
kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh debu, perpustakaan hendaknya selalu bebas
dari debu. Caranya adalah dengan rutin membersihkan ruang perpustakaan dengan
menggunakan vacuum cleaner.

2. Suhu dan kelembaban

Kerusakan kertas yang disebabkan oleh suhu yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan
perekat pada jilidan buku mengering, sedangkan jilidannya sendiri menjadi longgar. Di
samping itu suhu yang tinggi dapat membuat kertas menjadi rapuh, warna kertas akan
berubah menjadi kuning. Sebaliknya, jika lembab nisbi terlalu tinggi, buku akan menjadi
lembab. Sebagai akibatnya, buku mudah diserang jamur, rayap, kecoa, kutu buku, dan ikan
perak.
Suhu yang tidak terlalu ekstrem seperti di Indonesia, tidak begitu berpengaruh pada
kekuatan kertas. Masalah baru timbul karena di indonesia memiliki ringkat kelembaban
udara yang relatif tinggi. Jika udara lembab, maka akan berakibat padameningkatnya
kandungan air dalam kertas.

Hubungan suhu dan kelembaban sangat erat kaitannya. Jika suhu naik, kelembaban secara
otomatis akan turun dan kandungan air yang terdapat dalam kertas akan berkurang,
akibatnya kertas menjadi menyusut. Sehingga serat selulosa saling tarik-menarik pada
proses penyusutan ini.

Ruangan dengan kelembaban tinggi bisa menimbulkan kerusakan pada bahan pustaka.
Jamur bisa tumbuh dengan subur dalam kondisi yang lembab ini. Di samping itu kertas
yang lembab akan mengakibatkan reaksi kimia antara berbagai zat yang tersisa pada
pembuatan kertas dengan air. Jika ini terjadi, kertas menjadi rapuh, dan mudah robek.

Udara lembab yang dibarengi dengan suhu udara yang cukup tinggi menyebabkan asam
yang ada pada kertas terhidroksi, sehingga bereaksi dengan partikel logam yang terdapat
pada kertas, dan memutuskan rantai ikatan kimia selulosa. Oleh sebab itu hindarilah
sumber kelembaban tersebut. Jika kelembaban itu disebabkan oleh air hujan atau banjir,
keringkanlah tempat-tempat tersebut. Kertas yang basah, lembab tidak boleh dijemur,
tetapi harus dianginkan pelan-pelan menurut tingkat kebasahannya. Kertas yang sangat
basah tidak boleh diembus keras-keras. Pengembusan angin yang keras dapat diberikan
pada kertas yang agak kering. Buku yang tercelup air harus dibuka jilidannya, kemudian
dikeringkan lembar per lembar agar tidak lengket antara lembar yang satu dan lainnya.
Setelah kering kemudian dijilid kembali.

3. Cahaya
Kertas yang kepanasan akan berubah warna menjadi kuning dan rapuh akhirnya rusak.
Hindarilah sinar sinar matahari (ultra violet) yang masuk secara langsung ke perpustakaan.
Kerusakan yang terjadi karena pengaruh sinar ultra violet adalah memudamya tulisan, dan
sampul buku. Selain itu kertas juga akan menjadi sangat rapuh. Proses kerusakan akan
dipercepat dengan hadirnya uap air dan oksigen dalam udara, yang mengakibatkan
perubahan warna. Buku menjadi berwarna kuning kecokelatan dan kadar kekuatan serat
pada kertas menurun.

Tidak hanya buku, bahan audiovisual lainnya seperti piringan hitam, kaset audio maupun
video akan rusak jika kepanasan. Demikian pula disket komputer. Untuk menghindarinya
hendaknya diusahakan kain garden sehingga panas atau sinar yang masuk ke perpustakaan
bisa diatur. Sinar alami cukup bagus, tetapi tidak bisa dikontrol dengan mudah. Karena itu
di negara maju, penerangan perpustakaan menggantungkan pada sinar listrik karena mudah
dikontrol.Lampu pada ruang rak buku hanya dinyalakan pada saat diperlukan. Jika tidak,
ruang rak tersebut gelap. Hal ini juga bisa menghemat listrik, tetapi AC selalu dihidupkan,
sehingga kebersihan, kelembaban dan temperatur bisa terkontrol terus
BAB III

Hasil dan Pembahasan

3.1 Sejarah Sma Panjura Malang

Sma Panjura kota Malang berada di jalan Kelud no.9, Malang, Jawa Timur. Berdiri
padapTanggal 17 Juli 1987, atas gagasan Purnawirawan BRIMOB - POLRI kota Malang.
nama panjura akronim dari delapan penjuru angin yang berarti mata angin digambarkan
debagai bintang segi delapan merupakan simbol dari satuan BRIMOB. Karena menjadi
sekolah menengah yang paling deket di daerah tersebut dan anak-anak para anggota dan
juga warga sekitar dapat menyekolahkan anak-anak mereka di deket rumah mereka agar
lebih gampang jangkauannya atau pengawasannya.

Dalam perjalanannya, Sma Panjura lebih banyak memberi kesempatan belajar


bagimasyarakat yang tidak memperoleh kesempatan belajar di tempat lain,karena
terkendalam a s a l a h b i a ya d a n n i l a i u j i a n r e n d a h p a d a j e n j a n g s e b e l u m n ya .
K a r e n a i t u s i s w a S m a P a n j u r a lebih banyak dari kalangan masyarakat secara
ekonomi tidak mampu. Namun demikian, output ya n g d i h a s i l k a n m a m p u b e r s a i n g
d e n g a n s i s w a d a r i s e k o l a h l a i n p a d a umumnya.Saat ini

SMA Panjura hampir memasuki dekade seperempat abad dan telah dipercaya oleh
Kementrian Pendidikan Nasional sebagai Sekolah Standar Nasional dengan
KlasifikasiPeringkat Akreditasi A (amat baik). Jumlah kelas saat ini, 12 rombongan belajar, jumlah
siswa 366, Jumlah tenaga pengajar 37 gutu, Luas lahan 9306 meter persegi, dengan beberapa fasilitas
yang sangat baik dan juga mumpuni seperti Sma lainnya yang berkembang terlebih dahulu.
3.2 Visi Dan Misi

1. Visi

Terwujudnya sekolah yang mengembangkan IPTEK (Ilmu Pengetahuam Teknologi)


berlandaskan IMTAQ (Iman dan Taqwa) dengan mengedepankan budi pekerti luhur dan
kualitas, serta berwawasan lingkungan.

2. Misi

1. Menumbuhkembangkan Sumber Daya Manusia Yang Beriman, Bertaqwa, Berkualitas


Dan Berbudi Pekerti Luhur erlandaskan Akhlaqul Karimah
2. Mengembangkan Penguasaan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Untuk Menghadapi
Persaingan Di Era Global
3. Mengoptimalkan Potensi Peserta Didik Melalui Pembelajaran Dan Pendampingan Secara
Efektif
4. Mengarahkan Peserta Didik Untuk Mengenali Potensi Diri Dalam Pengembangan Diri
Melalui Kegiatan Ekstra Kurikuler Dan Pembiasaan Berprilaku Santun, Memiliki
Nasionalisme Dan Komitmen Dalam Pergaulan Global
5. Menjadikan Sekolah Favorit Melalui Pengembangan Mutu Kelembagaan Berbasis MBS
6. Membudayakan Kesadaran Peduli Lingkungan Untuk Mewujudkan Tata Kelola
Lingkungan Yang Baik
7. Menyelenggarakan Layanan Pendidikan Untuk Semua Lapisan Masyarakat Dengan
Memberi Prioritas Pada Lapisan Masyarakat Menengah Ke Bawah
3.3 Hasil Data

Data yang saya dapat akan yaitu melalui beberapa penelitian yang saya lakukan
Perpustakaan Sma Panjura Malang tentang Bahan Pustaka yang rusak akibat faktor fisika
yang terjadi di dalam perpustakaan Sma Panjura Malang. Saya melakukan dua metode
penelitian yaitu wawancara dan juga observasi ke perpustakaan Sma Panjura Malang dan
bertemu dengan pustakawan sma tersebut. Saya mencari data-data yang diperlukan untuk
mengenalisis kerusakan bahan pustaka di perpustakaan Sma Panjura Malang.

Sma tersebut memiliki 2 orang pustakawan yaitu Mbak Cynthia dan seorang
karyawan dari sekolah tersebut. Menurut pustakawan ruang tersebut sangatlah terlalu
sempit dan terlalu banyak bahan pustaka yang dimiliki. Jadi Antara bahan pustaka dengan
tempat tidak lah sebanding dengan ukurannya. Dan juga ada tempat baca bagi para siswa-
siswi maupun paara guru-guru yang ingin baca tempat. Dan biasanya tempat baca di
perpustakaan harus agak luas demi kenyamanan para pemustaka agar tidak terganggu
dengan lainnya tau tidak berdempatan.

Dan juga saya melihat tata tempat rak dan juga tempat penyimpanan bahan pustaka
lainnya kurang tepat tata letaknya. Dan hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan faktor
fisika terjadi. Karena letak jendela yang berdempatan jarak dekat dan bangunan yang lama
menghasilkan cahaya kurang tepat dan juga debu kemana-kemana. Dan juga sering di
bukanya pintu menyebabkan debu gampang masuk ke dalam perpustakaan tersebut. Dan
juga jarak pintu dengan rak sangatlah dekat. Jadi jika pintu tersebut di buka maka debu
akan langsung terkena langsung ke buku yang berada di rak buku tersebut.
Ini ada beberapa data buu yang rusak akibat kerusakan faktor fisika terhadap bahan
pustaka di perpustakaan Sma Panjura Malang dan saya tidak dapat mengecek semua buku
dikarenakan bukunya terlalu banyak. Dan kami hanya mendapatkan 50 buku yang rusak
dia dalam rak tersebut.

Kerusakan Bahan Pusaka Faktor Fisika


25

20

15

10

0
debu suhu cahaya

Itu adalah table kerusakan dari kerusakan faktor fisika terhadap bahan pustaka di
Sma Panjura Malang. Banyak yang mengalami kerusakan bahan pustaka di debu. Karena
emang ventilasi dan juga jendela disana tidak teratur dan juga jendela sering terbuka tanpa
ada pennghalang debu. Yang membuat debu gampang masuk ke dalam perpustakaan dan
langsung menuju ke bahan pustaka buku yang berada di dalam rak buku. Jadi hal tersebut
yang membuat banyak buku menjadi rusak dan tidak dapt digunakan.
BAB IV

Penutup

4.1 Kesimpulan

Jadi Kerusakan faktor fisika dapat disebabkan dengan banyak hal yaitu dengan
debu, suhu dan kelembaban, cahaya. Tiga hal tersebut yang dapat menyebabkan kerusakan
fisika pada bahan pustaka. Hal tersebut dapat menyebabkan buku menjadi karena
tumbuhnya jamur. Dan juga dapat menyebabkan buku menjadi basah dan tulisan-tulisan
antar kertas dapat menempal dan menyebabkan gampang robek jika tidak dikeringkan
terlebih dahulu. Dan cara membersihkan debu menggunakan vacuum cleaner dan cara
menghindari suhu dapat menggunakan ac dan juga Ph meter. Untuk menghindari dari sinar
ultra violet harus mengatur letak lemari di perpustakaan tersebut.

4.2 Saran

Sarannya yaitu para pustakawan harus mengetahui cara menjaga barang pustaka
dengan baik dan benar. Karena keselmatan dan juga keamanan barang pustaka di sebuah
perpustakaan berada di tangan pustakawan. Mulai dari cara membersihkan debu, dan juga
menjagan tingkat suhu dan kelembaban di dalam perpustakaan dan juga menghindari bahan
pustaka di perpustakaan. Jika hal tersebut telah dilakukan makan bahan pustaka akan aman
dari kerusakan faktor fisikan terhadap bahan pustaka di perpustakaan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai