Anda di halaman 1dari 3

Puan Kesepian

Arunika memberikan cahaya pada semesta butala,


Ada petrikor yang terasa menyengat raga,
Memacu jantungku yang terbelenggu,
Menahan amarah karena rindu menggebu.

Aku menengadahkan tangan ke langit biru,


Merengek pinta untuk bertemu,
Pria,
Yang bak candu,
Walau menggoreskan pilu beribu.

Aku duduk menopang dagu,


Membayangkan memori waktu itu,
Di ujung taman yang riuh,
Dua pasang mata beradu,
Lalu lalang manusia ku anggap batu,
Aku terpikat matanya yang sendu.

Aku terjebak dalam denyut waktu.

Swastamika bahkan belum siap turun,


Pria itu mencabik-cabik hatiku yang sedang berpacu.

Ia tak punya banyak kata,


Perlahan ia mulai meringkuk jiwaku dengan tumpah serapah,
melantangkan suara,
Cintanya binasa sejak lama.

Aku,
Puan yang patah.

Aku menarik kerah bajunya,


Memukulnya walau lemah.
Haruskah ia merajut luka?
Akulah puan yang mengagungkannya bak nirmala,
Ia bak abhati yang diturunkan sang pencipta,
Sedang aku candala yang tidak punya arti untuk dunia.

Nyenyat seketika.

Aku meraih tangannya,


Lalu ia melepasnya,
Aku berlari mengejarnya,
Lalu ia menggulut langkahnya.

‘Benawat kau tuan!’


Aku meneriakinya dari belakang.

Pria itu tidak berperikemanusiaan.

Aku masih terbelenggu,


Imajinasiku tak memiliki batas waktu,
Tersaruk-saruk kaki ini di belantara,
Berusaha melarikan diri,
Walau akhirnya aku kembali menikmati delusi.

Saat ia telah berkhianat pada janji-janji,


merayakan perpisahan dengan begitu sadar diri,
Aku enggan untuk bersorai.

Lalu,
Sudahkah ia temu kata puas?
Sudahkah ia temu puan yang rupawan?

Sebuah filantropi yang aku semogakan sendirian


Pada akhirnya menobatkanku menjadi puan paling kesepian.

‘Tuan, ada puan yang mengharapkanmu pulang, Puan yang rindunya tidak pernah
tersampaikan, puan yang cintanya bertepuk sebelah tangan’.

Bima, 13 Juli 2019


Identitas Diri

Nama : Imas Faturrahmah


ID Instagram : @imsftrrhmh
Nomor WA : +62 812-3721-7249
Email : imasfaturrahmah16@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai