I. Sentral perbedaan pendapat diantara manusia (terutama filsafat) : terletak pada
'pengenalan' yang didasarkan pada 'putusan' sendiri-sendiri tanpa mengkritisi pengenalan tersebut atas dasar putusannya itu. Padahal bila dilakukan 'kritik' (pemisahan/pembedaan) boleh jadi pengenalan itu sangat lemah, sehingga bisa gugur. Atau bisa sebaliknya > bisa jadi kokoh. Contoh "Dogmatisme" : filsafat yang mendasarkan pandangannya pada pengertian-pengertian yang telah ada (seperti : Allah, substansi, dan lain-lain), tanpa menghiraukan apakah 'rasio' telah memiliki 'pengertian' tentang hakikatnya sendiri. Filsafat Dogmatisme menerima kebenaran-kebenaran asasi agama dan dasar ilmu pengetahuan begitu saja tanpa mempertanggungjawabkannya secara kritis. Dogmatisme menganggap bahwa pengenalan objektif sebagai hal yang sudah dengan sendirinya. Sikap demikian, menurut Kant : "salah". Orang harus bertanya : "bagaimana pengenalan obyektif itu mungkin?" Terkait itu, ada patokan umum yang dipesankan Kant terkait dengan pengenalan, yaitu : tentang pentingnya menggunakan cara kerja I. P. A II. Guna sampai pada pengenalan yang bernilai dan memenuhi syarat tersebut, maka ditemukan hal-hal sebagai berikut : A. Bahasa Putusan > menghubungkan dua pengertian : subyek dan predikat. B. Putusan bisa bercorak : 1. Sintesis (diperoleh secara aposteriori), misal : meja(S) itu mahal(P), ini sesuatu yang baru dan berdasar aposteriori. 2. Analistik (diperoleh secara apriori), misal : lingkaran(S) > bulat(P), ini sesuatu yang sudah dengan sendirinya dan tidak menambah sesuatu yang baru. 3. Sintesis dan Analistik, misal : segala kejadian pasti ada sebabnya. Ilmu pengetahuan disusun atas putusan itu yang mengandaikan adanya putusan- putusan baru serta bersifat umum. (putusan baru : aposteriori (sintesis) dan bersifat umum : apriori (analitik). III. Dengan filsafatnya itu, Kant menyelidiki secara mendasar objektivitas ilmu pengetahuan untuk itu perlu menghindarkan diri dari sikap sepihak (rasionalisme/empirisme). Atas dasar itu perlu kritik atas rasio murni. IV. Hasil kritiknya : ditemukan adanya putusan yang "sintesis-apriori" : putusan yang sekalipun sintesis tapi tidak tergantung pada / dari pengalaman. Apa yang dimaksud rantai penghubungnya? Filsafat yang menangani masalah ini, oleh Kant disebut "Filsafat Transendental" : Filsafat yang memiliki cara orang mengenal segala sesuatu. V. Berkenaan dengan itu sebenarnya ada daya pengenalan yang itu bertingkat : A. Terendah : pengamatan indrawi B. Lebih tinggi : pengamatan akal C. Paling tinggi : pengamatan rasio / budi VI. Dari pengamatan indrawi, sebenarnya kita bukan memperoleh sesuatu putusan karena bisa jadi masih sepotong-sepotong : seperti, melihat rumah > tampak depan, samping, belakang, dst. Tapi seketika itu kita bisa memiliki keputusan tentang rumah secara utuh. Ini karena kita mampu "mengadakan" (berpikir untuk membentuk) Pengertian transendental dan perolehan dari berpikir itu yang berupa pengertian transeden tersebut, disebut "kategori" "bentuk-bentuk didalamnya aku transedental berpikir".
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita