KESEIMBANGAN ENERGI
KELOMPOK 6
1A
Nama Anggota :
Cara ini merupakan cara yang paling praktis yaitu dengan membaca tabel
AKG atau disebut RDA (Recommended Dietary Allowance). Dengan cara ini
dapat mengetahui secara langsung jumlah kebutuhan energi perhari berdasarkan
usia, jenis kelamin, berat dan tinggi badan serta tingkat aktivitas.
Cara ini memiliki keterbatasan yaitu bahwa tabel AKG hanya memuat untuk
berat badan tertentu saja dan hanya dapat digunakan untuk orang sehat pada
umumnya.
Basal Metabolic Rate (BMR) atau Laju Metabolisme Basal (LMB) adalah
energi minimal yang diperlukan tubuh dalam keadaan istirahat sempurna baik
fisik maupun mental, berbaring tetapi tidak tidur dalam suhu ruangan 250 C
(Darwin, 1988). Energi tersebut diperlukan untuk berbagai fungsi vital tubuh
seperti pernapasan, pencernaan, peredaran darah dan pengaturan suhu tubuh.
BMR dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain luas permukaan tubuh,
umur, jenis kelamin, cuaca, ras, status gizi, penyakit, hormon terutama hormon
tiroksin.
BMR seseorang dapat dihitung dengan mengalikan berat badan dengan 24
kalori (Berat badan X 24 kalori). Sedangkan jumlah kebutuhan kalori perhari
dapat ditentukan berdasarkan kelipatan BMR berikut ini :
Kebutuhan Energi Berdasar BMR
Cara ini lebih teliti dibanding dengan membaca tabel RDA, tetapi belum dapat
menghitung kebutuhan energi seseorang secara terperinci.
Misalnya seseorang dengan berat badan 50 kg yang bekerja berat maka
kebutuhan kalori per hari adalah :
BMR = 50 X 24 kalori
= 1200 kalori
Maka kebutuhan kalori per hari adalah = 1200 + 100 % (1200) = 2400 kalori
TERMODINAMIKA
METABOLISME
Metabolisme merujuk pada semua reaksi kimia dan energi yang terjadi di
dalam tubuh. Pemecahan nutrisi yang masuk ke tubuh disebut katabolisme, yang
dapat membebaskan energi untuk kemudian disimpan. Penyimpanan energi
tersebut selain dalam bentuk ATP juga dapat berbentuk molekul kompleks
karbohidrat, protein, dan lemak yang prosesnya membutuhkan energi dan disebut
anabolisme.
Metabolisme dapat ditinjau dari dua segi antara lain metabolisme materi
atau intermedier dan metabolisme energi. Metabolisme intermedier merupakan
perubahan bahan-bahan dalam tubuh selama proses kehidupan, sedangkan
metabolisme energi adalah pertukaran energi seperti yang telah dibahas di konsep
energi di bagian sebelumnya.
LAJU METABOLIK
Laju metabolik adalah laju dipergunakannya energi oleh tubuh baik untuk
kerja eksternal maupun internal. Laju metabolik secara normal dinyatakan sebagai
laju panas yang dibebaskan selama terjadinya berbagai reaksi kimia di semua sel
tubuh. Laju metabolik dapat dirumuskan melalui persamaan berikut :
Laju Metabolik = Energi Keluar : Satuan Waktu
Oleh karena kebanyakan energi keluar tampak sebagai panas, maka untuk
perhitungannya digunakan satuan panas, yaitu kalori (cal) atau kilokalori (1000 x
kalori; kcal). Energi yang dihasilkan oleh oksidasi karbohidrat dan protein adalah
4 kcal/g, sedangkan dari lemak adalah 9 kcal/g.
Laju metabolik dapat diukur dengan mengukur jumlah total panas yang
dihasilkan tubuh dalam kurun waktu tertentu. Pengukuran total panas tubuh secara
langsung (kalorimeter langsung) sangat sulit dilakukan, oleh karena itu digunakan
beberapa metode tidak langsung (kalorimeter tidak langsung). Salah satu metode
tidak langsung yang sering dilakukan adalah mengukur laju pemakaian oksigen.
Metode ini dilakukan karena metabolisme pembentukan ATP paling efisien
dilakukan dengan menggunakan oksigen. Persamaan kimianya adalah sebagai
berikut :
C6H12O6 + O2 + ADP + Pi CO2 + H2O + ATP
Banyak studi yang menyatakan bahwa jumlah energi yang dibebaskan per
liter konsumsi oksigen tubuh pada diet biasa adalah sekitar 4,5 - 5 kcal. Angka
tersebut disebut juga ekivalen energi oksigen. Menggunakan ekivalen ini, dapat
ditentukan dengan ketepatan tinggi laju panas yang dikeluarkan tubuh
berdasarkan jumlah oksigen yang digunakan dalm kurun waktu tertentu. Selain
menggunakan “ekivalen energi oksigen,” dapat juga digunakan metode lain untuk
mengukur laju metabolik yaitu dengan mengukur produksi karbon dioksida
(CO2).
Dasar dari metode ini adalah konsumsi oksigen dalam kondisi aerob yang
merupakan kondisi efisien untuk menghasilkan ATP selalu menghasilkan karbon
dioksida. Metode ini disebut juga respiratory quotient (RQ) atau respiratory
exchange ratio (RER). RQ merupakan indeks pemakaian relatif pelbagai bahan
makanan oleh tubuh.4 Rasio pada metode ini adalah perbandingan antara CO2
dan oksigen yang berbeda untuk setiap diet (CO2/O2). RQ ditentukan oleh jenis
makanan dan proporsinya serta bervariasi untuk setiap nutrien yaitu 1,0 untuk
karbohidrat, 0,8 untuk protein, dan 0,7 untuk lemak. Terdapat faktor lain yang
mempengarui RQ selain dari makanan, yaitu dari keadaan tubuh antara lain
hiperventilasi, hipoventilasi, asidosis metabolik dan alkalosis metabolik.
V = (p / 273) × 273/(273 + t) × Vu
Keterangan :
p = tekanan barometer tempat pemeriksaan
t = suhu alat
Vu = volume O2 yang diukur
Berdasarkan studi didapatkan bahwa RQ pada kondisi BMR adalah 0,82 = 4.825
kalori. Jadi kalori yang digunakan sebagai berikut : BMR = V x 4.825
kalori/jam.
Setiap pasien memiliki ukuran tubuh yang berbeda, untuk menyesuaikan dengan
ukuran tubuhnya, maka bisa dihitung juga metabolisme basal per luas permukaan
tubuh. Persamaannya sebagai berikut :
BMR/luas permukaan tubuh = kalori/m2/jam
BMR dan laju metabolik dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain :
1. Usia dan Jenis Kelamin
Perbedaan BMR berdasarkan jenis kelamin terjadi karena pria memiliki
lebih banyak lean muscle mass dan lebih sedikit jaringan lemak. Laju
metabolik akan menurun seiring bertambahnya usia yang dimungkinkan juga
karena menurunnya lean muscle mass seiring bertambahnya usia.
2. Jumlah lean muscle mass
Otot mengonsumsi oksigen lebih banyak dibandingkan jaringan lemak,
sehingga BMR orang yang memiliki lebih banyak lean muscle mass akan lebih
tinggi dibandingkan orang yang lebih banyak memiliki jaringan lemak.
3. Tingkat aktivitas
Aktivitas fisik dan kontraksi otot akan meningkatkan laju metabolik
meningkat menjauhi BMR, sedangkan aktivitas fisik ringan akan menurunkan
laju metabolik.
4. Diet
Laju metabolik akan meningkat setelah makan, fenomena ini disebut juga
diet-induced thermogenesis atauspecific dynamic action atau efek termik
makanan. Kondisi ini terjadi karena terdapat energi yang digunakan untuk
mencerna makanan. Akan tetapi kondisi ini juga dapat disebabkan oleh efek
stimulatorik asam amino yang berasal dari protein makanan yang tercerna pada
proses-proses kimia di dalam sel. Setiap tipe nutrisi berbeda jumlah produksi
panasnya, antara lain protein 30%, lemak 4%, dan karbohidrat 6%.
5. Hormon
BMR akan meningkat akibat kerja hormon tiroid dan katekolamin
(epinefrin dan norepinefirn).
6. Genetik
Terdapat orang dengan metebolisme efisien dimana nutrisi yang diserap
akan lebih banyak diubah menjadi energi untuk disimpan di dalam tubuh. Akan
tetapi terdapat juga orang dengan metabolisme yang kurang efisien dimana
lebih banyak energi yang berubah menjadi energi panas dibandingkan diubah
menjadi energi yang dapat disimpan didalam tubuh.
Suhu jaringan dalam tubuh (dibawah kulit dan lapisan subkutan) atau suhu
inti atau core temperature akan tetap konstan dalam kisaran ± 0,6 oC meskipun
suhu lingkungan berfluktuasi. Suhu pada permukaan kulit disebut juga shell
temperature. Kondisi tersebut disebabkan karena manusia merupakan makhluk
homoioterm. Suhu tubuh normal adalah 37,1oC dengan rentangan 35,5-37,5oC.
Suhu inti yang terlalu tinggi dapat membunuh manusia karena denaturasi protein,
begitu juga dengan yang terlalu rendah yang dapat menginduksi aritmia jantung.
Suhu inti dapat bervariasi pada setiap individu tergantung beberap faktor antara
lain jam biologis, siklus menstruasi pada wanita, olahraga, usia, dan paparan pada
suhu ekstrim.
Pengaturan suhu dilakukan dengan mengendalikan keseimbangan antar
produksi dan pengeluaran panas yang merupakan produk sampingan metabolisme.
Sebagian besar panas tubuh dihasilkan di jaringan dalam tubuh, sehingga core
temperature cenderung lebih tinggi dibandingkan shell temperature. Pemindahan
panas dilakukan dari dalam ke luar tubuh sehingga lajunya tergantung dari
kecepatan konduksi panas ke kulit dan dan dari kulit ke lingkungan. Aliran darah
ke kulit dari bagian tengah tubuh juga membantu proses pemindahan panas dan
berpengaruh terhadap pengeluaran panas tubuh.
Perpindahan Panas
Perpindahan panas pada manusia dari kulit ke lingkungan atau sebaliknya dapat
terjadi melalui mekanisme sebagai berikut :
1. Radiasi
Radiasi menyebabkan perpindahan panas dalam bentuk berkas inframerah.
Perpindahan panas ini disebabkan karena semua benda bersuhu diatas nol
mutlak akan mengeluarkan gelombang inframerah ke segala arah. Sekitar 60%
panas tubuh keluar melalui radiasi.
2. Konduksi
Pengeluaran panas secara konduksi terjadi melalui kontak langsung antara kulit
dengan suatu benda. 3% akibat kontak dengan benda lain dan 15% akibat
kontak dengan udara.
3. Konveksi
Pengeluaran panas secara konveksi terjadi karena gerakan udara. Udara yang
telah dipanaskan secara konduksi oleh kulit akan naik ke atas dan digantikan
oleh lapisan udara baru yang belum dihangatkan.
4. Penguapan atau evaporasi
Perpindahan panas secara penguapan terjadi dengan menguapnya air akibat
panas yang berasal dari suhu tubuh. Sewaktu air menguap, 0,58 kalori panas
tubuh hilang untuk setiap gram air. Pengeluaran panas secara evaporasi dapat
terjadi secara pasif (insensible perspiration) dan aktif yaitu dalam bentuk
berkeringat yang dirangsang oleh sistem saraf simpatis. Pengeluaran panas
melalui penguapan sangat penting bila suhu lingkungan mendekati atau sama
dengan suhu tubuh karena saat itu pengeluaran melalui radiasi jauh berkurang.
Pengaturan Suhu Tubuh – Peran Hipotalamus
Mekanisme untuk menurunkan suhu yang dapat dilakukan oleh tubuh yakni
sebagai berikut :
1. Vasodilatasi pembuluh darah
Vasodilatasi pembuluh darah di kulit dapat memperbanyak aliran darah dari
dalam tubuh menuju kulit sehingga akan makin banyak panas yang dilepaskan
ke lingkungan. Melalui vasodilatasi, pengeluaran panas dapat ditingkatkan
hingga 8 kali kondisi normal.
2. Berkeringat
Berkeringat meningkatkan laju pengeluaran panas melalui evaporasi.
3. Inhibisi kuat mekanisme yang meningkatkan produksi panas
Tubuh akan menghambat mekanisme yang dapat memproduksi panas seperti
menggigil dan termogenesis kimiawi.
Mekanisme untuk menaikkan suhu yang dapat dilakukan oleh tubuh yakni sebagai
berikut :
1. Vasokonstriksi pembuluh darah
Vasokonstriksi pembuluh darah di kulit dapat mengurangi aliran darah menuju
kulit sehingga makin sedikit panas yang dilepas ke lingkungan.
2. Piloereksi
Piloereksi adalah berdirinya rambut di tubuh untuk menahan udara yang
berkontak dengan kulit sehingga akan terbentuk lapisan udara hangat yang
berfungsi sebagai insulator. Mekanisme ini terutama bekerja pada hewan,
sedangkan pada manusia kurang efektif karena rambu relatif jarang tumbuh.
3. Peningkatan pembentukan panas oleh sistem metabolic
Contoh pembentukan panas yang ditingkatkan adalah eksitasi produksi panas
oleh persarafan simpatis, meningkatnya sekresi tiroksin, dan menggigil.
Menggigil diatur oleh pusat menggigil yang terdapat didorsomedial
hipotalamus posterior yang dirangsang oleh perubahan suhu tubuh.