Anda di halaman 1dari 15

KEBUTUHAN ENERGI DAN

KESEIMBANGAN ENERGI

KELOMPOK 6
1A
Nama Anggota :

1. Tutik Jati Nur Rahayu


2. Natasya Alya P.Z
3. Yanna Regita P
4. Ajeng Sagita Wiagtama
5. Bayu Dwi Nugroho
6. Renta Sri Wahyuningtyas
KEBUTUHAN ENERGI

Kebutuhan energi yang diperlukan setiap orang berbeda-beda. Hal ini


tergantung dari beberapa faktor, yaitu : umur, jenis kelamin, berat dan tinggi
badan serta tingkat aktivitas sehari-hari.
Besarnya energi yang dibutuhkan setiap orang perhari dapat diketahui
dengan berbagai cara, diantaranya dengan cara :

¨ 1. Membaca tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG)

Cara ini merupakan cara yang paling praktis yaitu dengan membaca tabel
AKG atau disebut RDA (Recommended Dietary Allowance). Dengan cara ini
dapat mengetahui secara langsung jumlah kebutuhan energi perhari berdasarkan
usia, jenis kelamin, berat dan tinggi badan serta tingkat aktivitas.
Cara ini memiliki keterbatasan yaitu bahwa tabel AKG hanya memuat untuk
berat badan tertentu saja dan hanya dapat digunakan untuk orang sehat pada
umumnya.

¨ 2. Perkiraan berdasarkan Basal Metabolic Rate (BMR)

Basal Metabolic Rate (BMR) atau Laju Metabolisme Basal (LMB) adalah
energi minimal yang diperlukan tubuh dalam keadaan istirahat sempurna baik
fisik maupun mental, berbaring tetapi tidak tidur dalam suhu ruangan 250 C
(Darwin, 1988). Energi tersebut diperlukan untuk berbagai fungsi vital tubuh
seperti pernapasan, pencernaan, peredaran darah dan pengaturan suhu tubuh.
BMR dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain luas permukaan tubuh,
umur, jenis kelamin, cuaca, ras, status gizi, penyakit, hormon terutama hormon
tiroksin.
BMR seseorang dapat dihitung dengan mengalikan berat badan dengan 24
kalori (Berat badan X 24 kalori). Sedangkan jumlah kebutuhan kalori perhari
dapat ditentukan berdasarkan kelipatan BMR berikut ini :
Kebutuhan Energi Berdasar BMR

Tingkat Jenis Aktivitas Kebutuhan Energi/Hari


Aktivitas (kalori)
Sangat Tidur, baring, duduk, menulis, BMR + 30 % BMR
Ringan mengetik
Ringan Menyapu, menjahit, mencuci BMR + 50 % BMR
piring, menghias ruangan
Sedang Mencangkul, menyabit BMR + 75 % BMR
rumput
Berat Menggergaji pohon dengan BMR + 100 % BMR
gergaji tangan
Berat Mendaki gunung, menarik BMR + 125 % BMR
Sekali beca

Cara ini lebih teliti dibanding dengan membaca tabel RDA, tetapi belum dapat
menghitung kebutuhan energi seseorang secara terperinci.
Misalnya seseorang dengan berat badan 50 kg yang bekerja berat maka
kebutuhan kalori per hari adalah :
BMR = 50 X 24 kalori
= 1200 kalori
Maka kebutuhan kalori per hari adalah = 1200 + 100 % (1200) = 2400 kalori

¨ Perhitungan berdasarkan komponen penggunaan energi


Komponen yang diperlukan untuk perhitungan kebutuhan energi meliputi :
o Basal Metabolic Rate (BMR)
BMR adalah energi minimal untuk fungsi vital organ tubuh
o Specific Dynamic Action (SDA)
SDA adalah banyaknya energi yang diperlukan untuk proses metabolisme
makanan, rata-rata sebesar 10 % BMR
o Aktivitas sehari-hari
Aktivitas sehari hari adalah kegiatan rutin harian
o Pertumbuhan
Anak-anak sampai dengan usia 18 tahun memerlukan tambahan energi untuk
proses pertumbuhan
Cara Menghitung Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi seseorang dapat diketahui dengan perhitungan sebagai berikut :

Tahap 1 : Menentukan Status Gizi


Misalnya menggunakan IMT (Indeks Masa Tubuh)

Berat Badan (kg)


IMT = ----------------------
Tinggi Badan (m)2
Selanjutnya hasil penilaian IMT dikonsultasikan dengan tabel berikut :
Status Gizi

Status Gizi Laki-laki Perempuan

Kurus < 20.1 < 18.7


Normal 20.1 – 25.0 18.7 – 23.8
Overweight 25.1 – 30.0 23.9 – 28.6
Obese > 30 > 28.6
Rata-rata 22.0 20.8

Tahap 2 : Menghitung Besarnya BMR


Besarnya BMR selain dapat dihitung dengan mengalikan berat badan X 24
kalori, juga dapat menggunakan tabel berikut :
BMR laki-laki

Jenis Berat Energi (Kalori)


Kelamin Badan 10 – 18 18 – 30 30 – 60
(kg) tahun tahun tahun
Laki-laki 55 1625 1514 1499
60 1713 1589 1556
65 1801 1664 1613
70 1889 1739 1670
75 1977 1814 1727
80 2065 1889 1785
85 2154 1964 1842
90 2242 2039 1889
BMR Perempuan

Jenis Berat Energi (Kalori)


Kelamin Badan 10 – 18 18 – 30 30 – 60
(kg) tahun tahun tahun
Perempuan 40 1224 1075 1167
45 1291 1149 1207
50 1357 1223 1248
55 1424 1296 1288
60 1491 1370 1329
65 1557 1444 1369
70 1624 1516 1410
75 1691 1592 1450

Tahap 3 : Menghitung SDA


Besarnya SDA yaitu 10 % BMR

Tahap 4 : Menghitung Energi Aktivitas Fisik Harian


Energi Aktivitas Fisik = Faktor Aktivitas Fisik X {BMR + SDA}
Dimana SDA = 10 % BMR
Untuk besarnya faktor aktivitas fisik, lihat tabel berikut ini :
Faktor Aktivitas Fisik

Aktivitas Jenis Aktivitas Laki-laki Perempuan

Istirahat Tidur, baring, duduk 1.2 1.2


Ringan Menulis, mengetik 1.4 1.4
sekali
Ringan Menyapu, menjahit, 1.5 1.5
mencuci piring, menghias
ruangan
Ringan- Sekolah, kuliah, kerja 1.7 1.6
sedang kantor

Sedang Mencangkul, menyabit 1.8 1.7


rumput
Berat Menggergaji pohon dengan 2.1 1.8
gergaji tangan
Berat Sekali Mendaki gunung, menarik 2.3 2.0
beca
Tahap 5 : Tambahan kalori pertumbuhan
Untuk seseorang yang masih dalam usia pertumbuhan (sampai usia 18 tahun)
maka tambahkan kebutuhan energi sesuai tabel berikut :
Kebutuhan energi untuk pertumbuhan (kal/hari)

Umur (tahun) Tambahan Energi


10 – 14 2 kkal/kg Berat badan
15 1 kkal/kg Berat badan
16 – 18 0.5 Kkal/kg Berat badan

Untuk mempermudah perhitungan, perhatikan contoh berikut :


Naufal berusia 21 tahun, berat badan 58 kg, tinggi 160 cm, aktivitas sehari-
harinya adalah kuliah termasuk kategori ringan - sedang. Sehingga kebutuhan
energi Naufal dapat dihitung melalui tahapan sebagai berikut :
Tahap 1 : IMT = BB/TB2
58/(1.6)2 =22.6 (normal)
Tahap 2 : BMR = BB X 24 kalori
58 X 24 kalori = 1392 kalori
Tahap 3 : SDA = 10 % X BMR
10 % X 1392 = 139.2 kalori
Tahap 4 : Energi Aktivitas fisik
Faktor Aktivitas Fisik X {BMR + SDA (10 % BMR)}
1.7 X (1392 + 139.2) = 2603 kalori
Jadi total kebutuhan energi perhari adalah 2603 kalori.
KESEIMBANGAN ENERGI
Energi dibutuhkan oleh setiap sel dalam tubuh untuk mempertahankan
kehidupannya dan melaksanakan fungsinya dengan baik. Sumber energi berasal
dari makanan yang dimakan, diserap, dan kemudian diolah oleh tubuh.
Keseimbangan energi penting untuk mempertahankan berat badan yang sehat.
Keseimbangan energi juga berarti menyesuaikan semua makanan dan minuman
ke dalam gaya hidup sehat yang aktif, termasuk mengonsumsi makanan dengan
gizi seimbang dan beraneka ragam dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan,
serta melakukan aktivitas fisik secara teratur.

TERMODINAMIKA

Hukum pertama termodinamika menyatakan bahwa “total energi di dunia


adalah konstan, energi tidak dapat diciptakan maupun dihancurkan.” Oleh karena
itu, semua energi yang ikut andil dalam hidup kita dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :
Energi Tubuh = Energi masuk - Energi Keluar
Energi masuk merupakan energi yang berasal dari makanan yang dimakan
yang merupakan sumber energi. Energi didapatkan dari ikatan kimia pada
makanan yang diuraikan untuk kemudian digunakan dalam bentuk ikatan fosfat
berenergi tinggi pada ATP. Energi ini dapat digunakan untuk melakukan kerja
biologis atau disimpan di dalam tubuh untuk kebutuhan nanti.
Energi keluar merupakan jumlah energi yang dikeluarkan oleh tubuh, yang
merupakan kombinasi antara kerja dan panas yang dilepaskan ke lingkungan.
Persamaan untuk energi keluar sebagai berikut :
Energi Keluar = Kerja + Panas yang dilepaskan
Kerja dapat dibagi dua yaitu kerja eksternal dan kerja internal. Kerja
eksternal merupakan energi yang dikeluarkan saat otot rangka berkontraksi untuk
menggerakkan objek eksternal atau menggerakkan tubuh terhadap lingkungan,
sedangkan kerja internal merupakan pengeluaran energi biologis yang tidak
berhubungan dengan kerja mekanik di luar tubuh. Kerja internal mencakup dua
tipe aktivitas yaitu kerja otot rangka selain kerja mekanik, seperti postural dan
menggigil, dan energi untuk mempertahankan hidup, seperti kerja jantung dan
bernapas, yang biasa juga disebut “metabolic cost of living”.
Tidak semua energi yang keluar tubuh merupakan suatu kerja. Energi
keluar yang tidak digunakan untuk mendukung kerja merupakan panas yang
dilepaskan atau energi termal. Dari total energi yang masuk ke dalam tubuh,
sekitar 75% menjadi panas dan hanya 25% yang dimanfaatkan untuk bekerja.
Akan tetapi panas yang dihasilkan tersebut tidak sia-sia, karena sebagian besarnya
digunakan untuk mempertahankan temperatur tubuh.

Terdapat tiga kemungkinan bentuk keseimbangan energi, antara lain:


1. Keseimbangan Energi Netral
Keseimbangan yang terjadi apabila energi yang masuk ke dalam tubuh
sama persis dengan energi yang keluar. Pada kondisi ini berat badan akan tetap.
2. Keseimbangan Energi Positif
Keseimbangan yang terjadi apabila jumlah energi yang masuk tubuh lebih
besar daripada energi yang keluar. Energi yang masuk ke dalam tubuh dan
tidak digunakan akan disimpan di dalam tubuh, terutama sebagai jaringan
adiposa, sehingga berat badan bertambah.
3. Keseimbangan Energi Negatif
Keseimbangan yang terjadi apabila jumlah energi yang masuk tubuh lebih
kecil daripada energi yang keluar. Kondisi ini mengakibatkan tubuh harus
menggunakan energi cadangannya untuk memenuhi kebutuhan aktivitas,
sehingga berat badan akan berkurang.

METABOLISME

Metabolisme merujuk pada semua reaksi kimia dan energi yang terjadi di
dalam tubuh. Pemecahan nutrisi yang masuk ke tubuh disebut katabolisme, yang
dapat membebaskan energi untuk kemudian disimpan. Penyimpanan energi
tersebut selain dalam bentuk ATP juga dapat berbentuk molekul kompleks
karbohidrat, protein, dan lemak yang prosesnya membutuhkan energi dan disebut
anabolisme.
Metabolisme dapat ditinjau dari dua segi antara lain metabolisme materi
atau intermedier dan metabolisme energi. Metabolisme intermedier merupakan
perubahan bahan-bahan dalam tubuh selama proses kehidupan, sedangkan
metabolisme energi adalah pertukaran energi seperti yang telah dibahas di konsep
energi di bagian sebelumnya.

LAJU METABOLIK

Laju metabolik adalah laju dipergunakannya energi oleh tubuh baik untuk
kerja eksternal maupun internal. Laju metabolik secara normal dinyatakan sebagai
laju panas yang dibebaskan selama terjadinya berbagai reaksi kimia di semua sel
tubuh. Laju metabolik dapat dirumuskan melalui persamaan berikut :
Laju Metabolik = Energi Keluar : Satuan Waktu
Oleh karena kebanyakan energi keluar tampak sebagai panas, maka untuk
perhitungannya digunakan satuan panas, yaitu kalori (cal) atau kilokalori (1000 x
kalori; kcal). Energi yang dihasilkan oleh oksidasi karbohidrat dan protein adalah
4 kcal/g, sedangkan dari lemak adalah 9 kcal/g.
Laju metabolik dapat diukur dengan mengukur jumlah total panas yang
dihasilkan tubuh dalam kurun waktu tertentu. Pengukuran total panas tubuh secara
langsung (kalorimeter langsung) sangat sulit dilakukan, oleh karena itu digunakan
beberapa metode tidak langsung (kalorimeter tidak langsung). Salah satu metode
tidak langsung yang sering dilakukan adalah mengukur laju pemakaian oksigen.
Metode ini dilakukan karena metabolisme pembentukan ATP paling efisien
dilakukan dengan menggunakan oksigen. Persamaan kimianya adalah sebagai
berikut :
C6H12O6 + O2 + ADP + Pi CO2 + H2O + ATP
Banyak studi yang menyatakan bahwa jumlah energi yang dibebaskan per
liter konsumsi oksigen tubuh pada diet biasa adalah sekitar 4,5 - 5 kcal. Angka
tersebut disebut juga ekivalen energi oksigen. Menggunakan ekivalen ini, dapat
ditentukan dengan ketepatan tinggi laju panas yang dikeluarkan tubuh
berdasarkan jumlah oksigen yang digunakan dalm kurun waktu tertentu. Selain
menggunakan “ekivalen energi oksigen,” dapat juga digunakan metode lain untuk
mengukur laju metabolik yaitu dengan mengukur produksi karbon dioksida
(CO2).
Dasar dari metode ini adalah konsumsi oksigen dalam kondisi aerob yang
merupakan kondisi efisien untuk menghasilkan ATP selalu menghasilkan karbon
dioksida. Metode ini disebut juga respiratory quotient (RQ) atau respiratory
exchange ratio (RER). RQ merupakan indeks pemakaian relatif pelbagai bahan
makanan oleh tubuh.4 Rasio pada metode ini adalah perbandingan antara CO2
dan oksigen yang berbeda untuk setiap diet (CO2/O2). RQ ditentukan oleh jenis
makanan dan proporsinya serta bervariasi untuk setiap nutrien yaitu 1,0 untuk
karbohidrat, 0,8 untuk protein, dan 0,7 untuk lemak. Terdapat faktor lain yang
mempengarui RQ selain dari makanan, yaitu dari keadaan tubuh antara lain
hiperventilasi, hipoventilasi, asidosis metabolik dan alkalosis metabolik.

LAJU METABOLIK BASAL / BASAL METABOLIC RATE (BMR)

BMR adalah pengeluaran energi minimal yang dibutuhkan oleh tubuh


untuk bertahan hidup. BMR merupakan suatu ukuran laju metabolik jaringan
tanpa bergantung pada faktor luar tubuh, sehingga bisa dikatakan bahwa BMR
merupakan laju pemakaian energi di tubuh dalam keadaan istirahat seseorang
yang berada dalam kondisi sadar. BMR normal untuk pria muda adalah sekitar 60
kcal/jam, sedangkan wanita muda sekitar 53 kcal/jam. Penghitungan BMR dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

V = (p / 273) × 273/(273 + t) × Vu
Keterangan :
p = tekanan barometer tempat pemeriksaan
t = suhu alat
Vu = volume O2 yang diukur
Berdasarkan studi didapatkan bahwa RQ pada kondisi BMR adalah 0,82 = 4.825
kalori. Jadi kalori yang digunakan sebagai berikut : BMR = V x 4.825
kalori/jam.
Setiap pasien memiliki ukuran tubuh yang berbeda, untuk menyesuaikan dengan
ukuran tubuhnya, maka bisa dihitung juga metabolisme basal per luas permukaan
tubuh. Persamaannya sebagai berikut :
BMR/luas permukaan tubuh = kalori/m2/jam

BMR dan laju metabolik dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain :
1. Usia dan Jenis Kelamin
Perbedaan BMR berdasarkan jenis kelamin terjadi karena pria memiliki
lebih banyak lean muscle mass dan lebih sedikit jaringan lemak. Laju
metabolik akan menurun seiring bertambahnya usia yang dimungkinkan juga
karena menurunnya lean muscle mass seiring bertambahnya usia.
2. Jumlah lean muscle mass
Otot mengonsumsi oksigen lebih banyak dibandingkan jaringan lemak,
sehingga BMR orang yang memiliki lebih banyak lean muscle mass akan lebih
tinggi dibandingkan orang yang lebih banyak memiliki jaringan lemak.
3. Tingkat aktivitas
Aktivitas fisik dan kontraksi otot akan meningkatkan laju metabolik
meningkat menjauhi BMR, sedangkan aktivitas fisik ringan akan menurunkan
laju metabolik.
4. Diet
Laju metabolik akan meningkat setelah makan, fenomena ini disebut juga
diet-induced thermogenesis atauspecific dynamic action atau efek termik
makanan. Kondisi ini terjadi karena terdapat energi yang digunakan untuk
mencerna makanan. Akan tetapi kondisi ini juga dapat disebabkan oleh efek
stimulatorik asam amino yang berasal dari protein makanan yang tercerna pada
proses-proses kimia di dalam sel. Setiap tipe nutrisi berbeda jumlah produksi
panasnya, antara lain protein 30%, lemak 4%, dan karbohidrat 6%.
5. Hormon
BMR akan meningkat akibat kerja hormon tiroid dan katekolamin
(epinefrin dan norepinefirn).
6. Genetik
Terdapat orang dengan metebolisme efisien dimana nutrisi yang diserap
akan lebih banyak diubah menjadi energi untuk disimpan di dalam tubuh. Akan
tetapi terdapat juga orang dengan metabolisme yang kurang efisien dimana
lebih banyak energi yang berubah menjadi energi panas dibandingkan diubah
menjadi energi yang dapat disimpan didalam tubuh.

Pengaturan Suhu Tubuh

Suhu jaringan dalam tubuh (dibawah kulit dan lapisan subkutan) atau suhu
inti atau core temperature akan tetap konstan dalam kisaran ± 0,6 oC meskipun
suhu lingkungan berfluktuasi. Suhu pada permukaan kulit disebut juga shell
temperature. Kondisi tersebut disebabkan karena manusia merupakan makhluk
homoioterm. Suhu tubuh normal adalah 37,1oC dengan rentangan 35,5-37,5oC.
Suhu inti yang terlalu tinggi dapat membunuh manusia karena denaturasi protein,
begitu juga dengan yang terlalu rendah yang dapat menginduksi aritmia jantung.
Suhu inti dapat bervariasi pada setiap individu tergantung beberap faktor antara
lain jam biologis, siklus menstruasi pada wanita, olahraga, usia, dan paparan pada
suhu ekstrim.
Pengaturan suhu dilakukan dengan mengendalikan keseimbangan antar
produksi dan pengeluaran panas yang merupakan produk sampingan metabolisme.
Sebagian besar panas tubuh dihasilkan di jaringan dalam tubuh, sehingga core
temperature cenderung lebih tinggi dibandingkan shell temperature. Pemindahan
panas dilakukan dari dalam ke luar tubuh sehingga lajunya tergantung dari
kecepatan konduksi panas ke kulit dan dan dari kulit ke lingkungan. Aliran darah
ke kulit dari bagian tengah tubuh juga membantu proses pemindahan panas dan
berpengaruh terhadap pengeluaran panas tubuh.
Perpindahan Panas

Perpindahan panas pada manusia dari kulit ke lingkungan atau sebaliknya dapat
terjadi melalui mekanisme sebagai berikut :
1. Radiasi
Radiasi menyebabkan perpindahan panas dalam bentuk berkas inframerah.
Perpindahan panas ini disebabkan karena semua benda bersuhu diatas nol
mutlak akan mengeluarkan gelombang inframerah ke segala arah. Sekitar 60%
panas tubuh keluar melalui radiasi.
2. Konduksi
Pengeluaran panas secara konduksi terjadi melalui kontak langsung antara kulit
dengan suatu benda. 3% akibat kontak dengan benda lain dan 15% akibat
kontak dengan udara.
3. Konveksi
Pengeluaran panas secara konveksi terjadi karena gerakan udara. Udara yang
telah dipanaskan secara konduksi oleh kulit akan naik ke atas dan digantikan
oleh lapisan udara baru yang belum dihangatkan.
4. Penguapan atau evaporasi
Perpindahan panas secara penguapan terjadi dengan menguapnya air akibat
panas yang berasal dari suhu tubuh. Sewaktu air menguap, 0,58 kalori panas
tubuh hilang untuk setiap gram air. Pengeluaran panas secara evaporasi dapat
terjadi secara pasif (insensible perspiration) dan aktif yaitu dalam bentuk
berkeringat yang dirangsang oleh sistem saraf simpatis. Pengeluaran panas
melalui penguapan sangat penting bila suhu lingkungan mendekati atau sama
dengan suhu tubuh karena saat itu pengeluaran melalui radiasi jauh berkurang.
Pengaturan Suhu Tubuh – Peran Hipotalamus

Hipotalamus berperan sebagai sensor suhu yang peka yaitu di daerah


preoptik-hipotalamus anterior. Pada daerah tersebut banyak terdapat neuron peka-
panas, sedangkan neuron peka dingin banyak terdapat disubstansi retikular otak
tengah. Terdapat suatu setpoint suhu yaitu 37,1 oC. Jika pusat suhu mendeteksi
suhu tubuh terlalu panas atau dingin, maka akan diaktifkan prosedur untuk
menurunkan atau menaikkan suhu. Selain itu, terdapat juga reseptor suhu di
tempat lain yaitu di kulit dan di dalam tubuh, yaitu di sekitar abdomen dan medula
spinalis.

Mekanisme untuk menurunkan suhu yang dapat dilakukan oleh tubuh yakni
sebagai berikut :
1. Vasodilatasi pembuluh darah
Vasodilatasi pembuluh darah di kulit dapat memperbanyak aliran darah dari
dalam tubuh menuju kulit sehingga akan makin banyak panas yang dilepaskan
ke lingkungan. Melalui vasodilatasi, pengeluaran panas dapat ditingkatkan
hingga 8 kali kondisi normal.
2. Berkeringat
Berkeringat meningkatkan laju pengeluaran panas melalui evaporasi.
3. Inhibisi kuat mekanisme yang meningkatkan produksi panas
Tubuh akan menghambat mekanisme yang dapat memproduksi panas seperti
menggigil dan termogenesis kimiawi.

Mekanisme untuk menaikkan suhu yang dapat dilakukan oleh tubuh yakni sebagai
berikut :
1. Vasokonstriksi pembuluh darah
Vasokonstriksi pembuluh darah di kulit dapat mengurangi aliran darah menuju
kulit sehingga makin sedikit panas yang dilepas ke lingkungan.
2. Piloereksi
Piloereksi adalah berdirinya rambut di tubuh untuk menahan udara yang
berkontak dengan kulit sehingga akan terbentuk lapisan udara hangat yang
berfungsi sebagai insulator. Mekanisme ini terutama bekerja pada hewan,
sedangkan pada manusia kurang efektif karena rambu relatif jarang tumbuh.
3. Peningkatan pembentukan panas oleh sistem metabolic
Contoh pembentukan panas yang ditingkatkan adalah eksitasi produksi panas
oleh persarafan simpatis, meningkatnya sekresi tiroksin, dan menggigil.
Menggigil diatur oleh pusat menggigil yang terdapat didorsomedial
hipotalamus posterior yang dirangsang oleh perubahan suhu tubuh.

AKLIMATISASI DAN AKLIMASI

Aklimatisasi adalah adapatasi proses fisiologis terhadap berbagai keadaan


lingkungan yang terjadi secara alamiah. Apabila ditinjau dari segi suhu,
aklimatisasi dapat dibagi dua yaitu terhadap kondisi panas dan dingin. Caranya
dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan berulang-ulang pada suhu tersebut
selama 1 bulan.
Aklimatisasi terhadap panas terbagi menjadi tiga fase antara lain fase
adaptasi awal (1-5 hari), maksimum (5-8 hari), dan adaptasi penuh (14 hari).
Aklimatisasi tercapai apabila toleransi kerja meningkat, suhu badan naik sedikit,
dan pengeluaran keringat meningkat dengan konsentrasi Na+ berkurang akibat
sekresi aldosteron yang meningkat. Aklimatisasi terhadap suhu dingin tercapai
apabila laju metabolisme meningkat, kemampuan tubuh sebagai insulator
meningkat dengan bertambahnya jaringan adiposa tubuh, dan mampu menahan
suhu dingin tanpa menggigil.
Aklimasi merupakan proses adaptasi yang terjadi secara artifisial atau di
dalam laboratorium. Aklimasi awal terjadi pada waktu 1-4 hari dan tercapai
sepenuhnya setelah 10 hari.

Anda mungkin juga menyukai