KAIDAH RANCANG
BANGUN
PENGERTIAN DESAIN
TEORI VITRUVIUS
UTILITAS
FIRMITAS
VENUSTAS
Ada sebuah anggapan bahwa desain itu identik dengan seni. Tetapi apakah memang
demikian?... Dimanakah sebenarnya posisi desain tersebut dalam silsilah pohon ilmu?... Bila
kita tinjau secara historis, mungkin sebenarnya desain adalah salah satu ilmu tertua -
setelah ilmu ke-Tuhan-an - yang muncul seiring manusia ingin memenuhi kebutuhannya.
Namun pada awal perkembangan ilmu pengetahuan sepertinya ilmu belum terbagi menjadi
begitu detail. Hal tersebut dapat dilihat dari profil salah seorang ilmuannya, sebut saja
Leonardo Da Vinci yang dikenal sebagai seorang ilmuan yang menguasai seni, teknik,
matematika sampai biologi. Lalu waktu berjalan hingga sekarang ini dan manusia mulai
mengelompokkan bidang ilmu menjadi bagian yang lebik kecil dan mendetail. Desain adalah
sebuah ilmu terapan yang mengusung dua kutub yang sama-sama kuat yaitu kutub science
(ilmu pengetahuan) dan kutub arts (seni).
Hal ini akan berpengaruh dalam diri sang desainer, dimana ia akan merasakan tarikan dari
dua kutub ini. Seorang desainer dengan minat yang besar dalam bidang seni akan
cenderung menyelesaikan proses desainnya dengan mengandalkan insting yang tumbuh
dari minat seninya. Begitu pula sebaliknya, desainer dengan pengetahuan teknik atau
matematis yang kuat maka ia akan cenderung menyelesaikan proses desainnya lewat cara-
cara yang sitematik dan terukur. Padahal seharusnya tidak demikian, mengingat seorang
desainer harus senantiasa bereksplorasi ke dalam area yang mungkin sama sekali belum
dikenalnya.
Area eksplorasi
Gambar 1
Diagram area eksplorasi untuk seorang desainer
(Sumber: Hady Soedarwanto)
Dalam berksplorasi mungkin tidak harus ekstrim berada di tengah titik yang berarti seimbang
dalam memperhatikan aspek seni dan sains, namun juga bukan berarti menafikkan salah
satunya. Jadi sebuah desain bukan hanya berhubungan erat dengan seni, tetapi juga erat
dengan sains dan keteknikkan. Setelah proses selesai maka desain akan berada ditengah
masyarakat dengan seperangkat nilai, norma, konvensi, adat, aturan dan kebiasaan yang
terlebih dahulu ada. Dengan demikian seorang desainer juga wajib mengksplorasi ke
berbagai bidang yang menjadi sendi kehidupan dalam tatanan bermasyarakat.
Buku ke-I membahas tentang pendidikan dan profesi desainer (arsitek), prinsip
desain, batas, batas lokasi desain, kondisi alam yang mempengaruhi desain dan
lokasi bangunan publik.
Buku ke-II membahas tentang material, teknik dan teknologi yang berhubungan
dengan upaya perwujudan desain.
Buku III membahas tentang aturan desain Kuil (Romawi) yang berhubungan dengan
order dan sisem struktur.
Buku IV membahas tentang aturan desain Kuil (Romawi) yang berhubungan dengan
arah hadap (orientasi), penzoningan, perletakkan pintu dan orientasi serta unsur
ornamen.
Buku V membahas tentang bangunan-bangunan fasilitas umum seperti teater dan
sistem akustiknya, penjara, gedung pemerintahan dan dewan (senat), penjara,
pemandian umum hingga pelabuhan
Buku VI membahas tentang aturan dalam desain rumah tinggal dan lingkungan
pertanian, mulai dari penzoningan hinngga sistem struktur.
Buku VII membahas tetang olahan pada lantai mulai dari pembahasan material
hingga warna
Buku VIII membahas tentang sistem pasokan air mulai pembahasan tentang sumber,
pengolahan, pengecekkan hingga pendistribusiannya dari skala makro hingga mikro.
buku IX memhahas tentng hal-hal yang berhubungan dengan astronomi, sistem
peredaran tata surya dan efeknya tehadap desain.
Buku X membahas tentang sistem konstruksi, mekanika dan permesinan.
Bila buku tersebut di telaah dengan seksama maka dapat dikatakan Vitruvius mensyaratkan
ada tiga unsur yang harus ada dalam sebuah benda desain, yaitu unsur utilitas, firmitas dan
venustas.
UTILITAS
DESAIN
FIRMITAS VENUSTAS
Gambar 2
Diagram Trilogi Vitruvisus yang menggambarkan tiga unsur sebagai syarat desain
(Sumber: An Anthology of Vitruvius to 1870)
Pembahasan tentang utilitas membawa diskusi bahwa sebuah desain haruslah memiliki
fungsi yang dibutuhkan serta usaha menciptakan kenyamanan, keamanan serta
kemungkinan untuk memudahkan, mengefektifkan atau mengefisienkan sebuah benda
desain. Dalam mewujudkan aspek utilitas dapat memperhatikan beberapa hal seperti
ergonomic dan antropometri, proxemix, dan prilaku. Firmitas adalah pembahasan tentang
kekokohan sebuah desain dalam kaitannya dengan usaha mendukung berfungsinya benda
desain yang dikamsud. Dalam firmitas membahas tentang material, sistem struktur dan
bagaimana membangun sistematika yang membuat desain dapat berfungsi sesuai dengan
yang diharapkan. Sedangkan dalam topik venustas membahas tentang aspek keindahan
dari sebuah benda desain. Keindahan yang dimaksud disini bukan hanya keindahan dalam
arti bagus atau cantik, namun membahas konteks dengan hal lain yang ada disekelilingnya
Ketiga unsur tersebut saling berkaitan dan digambarkan sebagai belalai yang berpusat pada
benda desain. Setiap belalai tersebut tidak harus selalu sama panjang (equal), namun satiap
unsurnya dapat lebih menonjol-tetap memperhatikan unsur lainnya. Konfigurasi yang
kemudian terjadi dapat menciptakan kecenderungan-kecenderungan desain baru yang
dapat membantu menyelesaikan proses desain. Dengan menonjolkan perhatian pada aspek
utilitas dapat membuat kecenderungan pragmatis. Kecenderungan pragmatis adalah
kecenderugan memperhatikan aspek fugsi dalam desain, namun bukan berarti aspek lain
tidak mau ikut di tonjolkan tetapi memang tidak butuh untuk ditonjolkan.
UTILITAS
DESAIN
FIRMITAS VENUSTAS
Gambar 3
Kecenderungan desain Pragmatik
(Sumber: An Anthology of Vitruvius to 1870)
Gambar 4
Kemasan produk lemari es yang memiliki kecenderungan
pragmatik dimana aspek venustas tidak terlalu menjadi perhatian
(Sumber: internet)
Konfigurasi lainnya yang mungkin terjadi adalah kecenderungan desain Ikonik, dimana
aspek venustas menjadi perhatian utama. Kecenderungan desain ini dapat ditemukan
misalnya pada desain tempat hantaran emas kawin pada acara pernikahan. Emas kawin
berbentuk cincin yang hanya berukuran 2 diameter 2 cm ternyata tidak cukup kalau hanya
diberikan dalam wadah yang kecil pula.
Gambar 5
Salah satu desain wadah emas kawin yang
digunakan dalam prosesi pernikahan
(Sumber: internet)
Mungkin masih banyak lagi kecenderungan desain yang bisa dikembangkan dengan
mensimulasi tiga unsur yang ada dalam teori Vitruvius. Namun bagian terpenting yang harus
dipahami dari teori ini adalah:
1. setiap desain harus memiliki fungsi dan nilai guna (utilitas) bukan fungsi (nilai tukar)
karena hal tersebutlah yang membuatnya berbeda dengan bidang seni.
2. Setiap desain harus memenuhi aspek kekokohan (firmitas), karena untuk dapat
dipergunakan maka benda desain tersebut harus kokoh untuk disentuh manusia dsb
3. Setiap desain harus memiliki nilai estetika (venustas) berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan.
Jadi ada unsur kebutuhan (needs) yang harus dipenuhi dari desain dengan memperhatikan
aspek utilitas, venustas maupun firmitas-nya, dan bukan hanya keinginan (wants) saja.