Fotografi Orang Gila Di Jalanan Dengan Teknik Incidental Documentary Photography
Fotografi Orang Gila Di Jalanan Dengan Teknik Incidental Documentary Photography
1, April, 2018
ABSTRACT
Crazy person on the street is a very obtrusive figure who becomes the center of
people's attention because s/he has different attitudes and behavior such as how to dress,
how to walk, and so on from normal people. This condition is the reason why the figure of
crazy person on the street is very exotic to be perpetuated. One of ways to perpetuate this
phenomenon is by recording all activities of crazy person on the street through
photography lens. Technique used in this perpetuation was by documenting incidental or
undirected phenomena. This technique would produce very natural and expressive photos.
Crazy person on the street lives casualy and doesn't really care with his/her environment.
This indifference required author's patience particularly while recording all activities of
this crazy person by following this crazy person's footsteps on the street. Photos resulted
showed that there are various expressions of crazy person on the street. All artworks would
be alive when each artwork with the same phenomenon has its own message.
Keywords:
ABSTRAK
Orang gila di jalanan merupakan sosok yang sangat menonjol dan menjadi pusat
perhatian masyarakat, karena memiliki perbedaan sikap, cara berpakaian, cara berjalan
dan sebagainya dengan manusia normal. Kondisi ini menjadikan sosok orang gila di
jalanan sangat eksotis untuk diabadikan. Saah satu cara mengabadikan fenomena ini
adalah dengan merekam semua aktifitas orang gila di jalanan lewat lensa fotografi.
Teknik yang digunakan dalam pengabadian ini adalah mendokumentasikan fenomena
yang bersifat indidental atau tidak disutradarai atau diarahkan. Teknik ini akan meng-
hasilkan foto yang sangat natural dan ekspresif. Orang gila di jalanan hidup dengan
santai dan tidak begitu peduli dengan lingkungannnya. Sikap acuh tak acuh ini membuat
pengkarya harus dengan sabar merekam seluruh aktifitas dengan mengikuti langkah
kaki orang gila di jalanan. Foto-foto yang dihasilkan memperlihatkan ekspresi orang gila
di jalanan yang sangat beragam. Seluruh karya akan menjadi hidup dengan pesan yang
masing-masingnya berdiri sendiri dengan fenomena yang sama.
Katakunci:
liki pola yang jelas dalam me- Secara fotografis pengkarya me-
nentukan kemana tujuan mereka lihat beberapa hal yang bisa dijadikan
dalam melakukan perjalanannya, sangat menarik pada orang gila di
bahkan terkadang orang gila dalam jalanan untuk dijadikan sebagai objek
kelompok ini lebih sering menetap penciptaan karya seni fotografi. Orang
dan menghuni tempat-tempat ter- gila secara visual di jalanan memiliki
tentu disepanjang jalan. karakteristik yang sangat jelas berbeda
satu sama lainnya. Mereka memiliki sisi-
Berdasarkan hasil penemuan di- sisi artistik yang kuat untuk dijadikan
lapangan, rata-rata orang gila yang karya seni fotografi, bentuk fisik, pa-
penulis temukan di jalanan sebahagian kaian/kostum, atribut-atribut yang me-
besar menginjak usia dewasa. Jefrey S. reka pakai, bahkan perilaku-perilaku
Nevid dan kawan-kawan dalam buku mereka sebagai orang gila.
Psikologi Abnormal Edisi Kelima Jilid Dari segi fisik, orang gila di
Satu menyatakan (Jefrey S. Nevid dkk. jalanan bila dilihat secara fotografis
2010:23) bahwa gangguan psikologi sangat besar kemungkinannya untuk
paling banyak dialami oleh orang-orang menghasilkan karya-karya atau bentuk
berusia antara 25-32 tahun dan fotografi dalam bentuk fotografi human
menurun seiring dengan bertambahnya interest. Demikian juga halnya dengan
usia. Permasalahan sosial yang pada pakaian/kostum serta atribut yang
hakikatnya menjadi tugas dan tanggung digunakan oleh orang gila di jalanan bisa
jawab kita bersama sebagai masyarakat menghasilkan karya-karya fotografi da-
sosial malahan tidak terlihat dan lam bentuk fotografi seni yang
terealisasikan dengan baik ketika kita memberikan pesan moral dan kritik
dihadapkan pada fenomena banyaknya sosial kepada masyarakat melalui
orang gila atau mereka yang mengalami simbol-simbol atau tanda-tanda dari
gangguan mental, jiwa dan kepribadian asesoris yang melekat pada diri orang
yang hidup di jalanan. Apalagi bila gila. “ Human interest dapat menjadi
dibenturkan dengan beban dan tang- salah satu jenis fotografi yang mem-
gung jawab berbagai macam instansi berikan pengalaman yang sangat
pemerintahan yang memiliki tugas dan berharga bagi fotografer yang tertarik
wewenang dalam mengatasi dan untuk menangkap kondisi kehidupan
mengawasi permasalahan-permasala- manusia dalam berbagai kondisi di
han sosial kemasyarakatan ini. Dengan ruang publik. Foto human interest
kata lain, ketika kita melihat orang gila umumnya lebih mudah ditemukan di
di jalanan secara tidak langsung kita jalanan. Jenis fotografi ini memung-
bisa melihat semacam potret diri kita kinkan kita untuk menangkap kejadian
sebagai individu dan sekaligus mem- yang nyata dalam masyarakat.
pertanyakan kembali diri kita sebagai (http://www.infofotografi.com/blog/20
makhluk sosial yang mengatasnamakan 16/05/tip-street-dan-human-interest-
diri sebagai manusia normal. photography/), dimana Fotografi human
interest merupakan jenis karya foto yang
tiba-tiba atau tidak terencana. Dimana bersama para sahabatnya, ada seorang
pada metode ini seorang fotografer laki-laki yang lewat. Lalu, salah seorang
harus siap dalam kondisi bagaimanapun dari mereka ada yang berkata, ‘itu orang
untuk merekam moment visual yang gila’. Rasulullah saw. bersabda, ‘Orang
bersifat kebetulan ketika bertemu atau itu sedang tertimpa musibah. Sesung-
melihat orang gila di jalanan. Kelebihan guhnya orang gila yang sebenarnya
dari metode ini adalah dapat berkarya adalah yang senantiasa bermaksiat
kapanpun dan dimanapun selama obyek kepada Allah swt.
ditemui. Hasil fotopun natural dan Orang Gila (Majnun) atau orang yang
spontan karena fotografer dituntut tidak berakal itu ada dua macam :
untuk siap memotret setiap menemukan a. Orang yang tidak berakal karena
orang gila di jalanan. memang tidak mempunyai akal (ruh
Suhaimi dalam sebuah jurnal akalnya tidak ada). Orang seperti ini
risalahnya Gangguan Jiwa dalam Pers- jangan kita juluki sebagai orang gila,
pektif Kesehatan Mental Islam (Suhaimi: kita mesti menyebutnya sebagai
2015). Di dalam pandangan Islam, orang yang terkena musibah (mu-
kesehatan mental/ kepribadian merupa- shab).
kan suatu kondisi yang memungkinkan b. Orang yang tidak berakal karena
perkembangan fisik (biologic), intelek- dia tidak mau menggunakan akal
tual (rasio/cognitive), emosional (affec- yang ada pada dirinya. Orang
tive) dan spiritual (agama) yang optimal seperti inilah yang disebut oleh
dari seseorang dan perkembangan itu Rasulullah SAW sebagai orang yang
berjalan selaras dengan keadaan orang sebenar-benarnya gila.
lain. Makna kesehatan mental mem-
punyai sifat-sifat yang harmonis (serasi) Kata atau istilah mushab yang
dan memperhatikan semua segi-segi pengkarya pakai dalam proses pen-
dalam kehidupan manusia dalam hu- ciptaan ini adalah untuk menghindari
bungannya dengan Tuhan (vertikal), dan kedangkalan kata atau istilah orang gila
sesama manusia (horizontal) dan ling- yang dikenal oleh masyarakat pada
kungan alam. umumnya. Sehingga kata mushab dalam
Abu Al-Qasim An-Naisaburi Da- pengertiannya dalam karya seni fo-
lam buku Kitab Kebijaksanaan Orang- tografi ini dapat difungsikan sebagai
orang Gila (Abu Al-Qasim An-Naisaburi : pengoreksian dari stigma masyarakat
2017) Strategi Qur'ani, Abdul Ghafur terhadap orang gila.
menguraikan bahwa dalam bahasa Arab, Berdasarkan pengamatan dan
Orang gila disebut majnun yang diben- pengalaman yang telah pengkarya
tuk dari kata janna yang berarti menu- lakukan secara langsung di lapangan
tupi atau tertutup. Makhluk halus yang terhadap fenomena orang gila yang
tidak tampak ada yang disebut jin. berada dijalanan, salah satu metode
Dalam buku yang sama (Abu Al-Qasim pendekatan yang sangat memungkinkan
An-Naisaburi : 2017 :32) Anas ibn Malik pengkarya gunakan dalam proses
berkata, “ketika Rasulullah saw, tengah penelitian dan penciptaan karya seni
semua orang gila yang pengkarya Daniar (2017). “City of Madness: Sebuah
temukan dijalanan bisa diajak untuk Potret Esai Fotografi”. Andha-
berkomunikasi dan bahkan didekati dan rupa. Vol. 03 No. 01. 2017
Erik Prasetya (2014). On Street Pho-
bahkan berfoto bersama. Selfi dalam
tography. Jakarta. Gramedia
konsep ini pengkarya lakukan untuk James P. Spradley (2006). Metode Etno-
memberikan kesan refleksi atau berkaca grafi. Yogyakarta. Tiara Wacana
secara pribadi tentang potret diri. Jefrey S. Nevid, Spencer A. Ratus dan
Dimana selfie bersama orang gila di Beverly Greene (2010). Psikologi
jalanan merupakan salah satu bentuk Abnormal. Edisi kelima jilid 1.
representasi diri pribadi dan sekaligus Jakarta. Erlangga
Michail Langford (1982). The Complete
introspeksi diri ketika berkaca kepada
Encyclopedia of Photography.
fenomena sosial yang terjadi ditengah London. Book Club associates.
masyarakat. Karena beberapa kajian Soeprapto Soedjono (2007). Pot-Pourri
ilmu psikologis mengungkapkan kecan- Fotografi. Jakarta: Universitas Tri
duan selfie pada masyarakat merupakan Sakti
salah satu identifikasi dari kondisi Suhaimi (2015). “Gangguan Jiwa dalam
gangguan psikologis secara pribadi. Perspektif Kesehatan Mental
Islam”. Jurnal Risalah vol. 26. No.
4 Desember 2015.
5. KESIMPULAN http://www.infofotografi.com/blog/201
Penciptaan fotografi dengan 6/05/tip-street-dan-human-
teknik insidental akan menghasilkan interest-photography/
suatu proses melukis dengan meng- http://fotografi.upi.edu/home/6-
gunakan media cahaya. Fotografi adalah keahlian-khusus/2-dokumentasi
sebuah kegiatan atau proses meng-
hasilkan suatu seni gambar/foto melalui
media cahaya dengan alat yang disebut
kamera dengan maksud dan tujuan
tertentu.
Orang gila di jalanan menjadi
objek yang sangat menarik untuk
diabadikan dalam bentuk fotografi.
Ekspresi yang natural dan tingkah laku
yang aneh menyebabkan gaya mereka
dalam bingkai kamera menjadi menarik.
DAFTAR PUSTAKA