LP Bartolinitis
LP Bartolinitis
1. Kasus
Bartolinitis
Nyeri
Kurang Proses
pengetahuan peradangan/infeksi
Cemas Perangsangan
reseptor nyeri
Kuman menginfeksi
vestibula di sekitar duktus
drainase
Menginfeksi daerah
vulva
4. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah sebagai berikut:
a. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan dan perangsangan reseptor
nyeri
b. Disfungsi seksual berhubungan dengan proses penyakit
c. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan gerak
e. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit
5. Rencana Tindakan Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Rasional
Hasil
1. Nyeri berhubungan dengan proses Tujuan: 1. Kaji tanda-tanda vital 1. Mengetahui kondisi umum
peradangan dan perangsangan Setelah dilakukan pasien
reseptor nyeri tindakan keperawatan 2. Kaji skala nyeri (skala 2. Mengetahui tingkat nyeri pasien
selama 1x24 jam nyeri PQRST)
pasien dapat teratasi
Kriteria Hasil: 3. Atur posisi pasien 3. Mengurangi rasa nyeri
1. Pasien tidak meringis senyaman mungkin
kesakitan
2. Nyeri pasien 4. Anjurkan teknik 4. Mengurangi rasa nyeri
berkurang atau hilang relaksasi (napas dalam)
3. Skala nyeri berkurang
4. KU baik 5. Kolaborasi: pemberian 5. Analgesik dapat memblok
analgesik reseptor nyeri pada susunan
syaraf pusat
3. Cemas berhubungan dengan Tujuan: 1. Berikan penjelasan pada 1. Menginformasikan kondisi klien
perubahan status kesehatan Setelah dilakukan klien mengenai kondisi yang sebenarnya
tindakan keperawatan yang dialami
selama 1x24 klien
mengalami penurunan 2. Jelaskan tujuan, 2. Klien lebih mengeti tentang
cemas manfaat, dan apa yang prosedur yang akan dilakukan
Kriteria Hasil: dirasakan klien selama
1. Klien mampu prosedur berlangsung
mengidentifikasi tanda
dan gejala cemas 3. Berikan dukungan 3. Mempersiapkan klien sbelum
2. Postur tubuh, ekspresi emosional kepada klien menjalani prosedur tindakan
wajah, dan bahasa
tubuh menunjukkan 4. Dorong klien 4. Mengetahui keluhan yang
berkurangnya cemas mengungkapkan dirasakan klien
perasaannya
Etiologi
Kuman stapilococcus
Kuman gonococcus
Basil foliformis dan organisme lain
C. Manifestasi Klinis
Keluhan pasien pada umumnya adalah benjolan, nyeri dan dispareunia. Penyakit ini cukup sering rekurens. Dapat terjadi
berulang, akhirnya menahun dalam bentuk kista bartolin. Kista tidak selalu menyebabkan keluhan, tapi dapat terasa berat
dan mengganggu koitus.
D. Patofisiologi
Sumbatan duktus utama kalenjar bartolin menyebabkan retensi sekresi dan dilatasi kistik. Kalenjar bartolin membesar.
Merah, nyeri dan lebih panas dari daerah sekitarnya. Isi dalam berupa nanah dapat keluar melalui duktus atau bila
tersumbat (biasanya akibat infeksi), mengumpul didalam menjadi abses.
E. Penatalaksanaan
Jika usia pasien sudah lanjut, adanya benjolan harus dicurigai sebagai keganasan meskipun jarang, kemudian dilakukan
pemeriksaan yang seharusnya. Yang tepat adalah biopsy. Diberikan antibiotic yang sesuai (umumnya terhadap klamidia, gonococ,
bakteroides dan Escherichia Coli ). Bila belum terjadi abses. Jika sudah bernanah, harus dikeluarkan dengan sayatan.
Jika terbentuk kista yang tidak besar dan tidak mengganggu, tidak perlu dilakukan apa-apa. Pembedahan berupa ekstirpasi
dapat dilakukan bila diperlukan. Yang dianjurkan adalah marsupialisasi yaitu sayatan dan pengeluaran isi kista diikuti penjahitan
dinding kista yang terbuka pada kulit vulva yang terbuka pada sayatan. Tindakan ini terbukti tak beresiko dan hasilnya memuaskan.
Jika terdapat hubungan keluar yang permanen, infeksi rekurens dapat dicegah.
KONSEP DASAR ASKEP
a. Data focus
Pembesaran kalenjar bartolini, merah, nyeri dan lebih panas didaerah sekitarnya / perineum, ada nanah, kadang dirasakan
sebagai benda berat dan atau menimbulkan kesulitan pada koitus, iritasi vulva, dapat terjadi abses yang kadang-kadang
dapat sebesar telur bebek.
b. Diagnose keperawatan yang mungkin muncul yaitu :
1. Nyeri berhubungan dengan peradangan kalenjar bartolin ditandai dengan pembesaran kalenjar bartolin, nyeri dan
lebih panas didaerah perineum / sekitarnya, iritasi vulva, kadang terasa seperti benda berat.
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder terhadap penyakit kronis ditandai dengan
pembesaran kalenjar bartholin, nyeri dan lebih panas didaerah sekitarnya / perineum, ada nanah, kadang dirasakan
sebagai benda berat,ada abses yang kadang-kadang dapat sebesar telur bebek.
3. PK : Infeksi
4. Perubahan pola seksual berhubungan dengan nyeri ditandai dengan kalenjar bartholin membengkak, merah, nyeri
pada daerah perineum, dan nanah.
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bahan iritan dari lingkungan sekunder terhadap kelembaban ditandai
dengan merah, iritasi vulva, nanah.
Doengoes,E.marillyn,(1992).Rencana Asuhan Keperawatan,Ed 3,EGC: Jakarta.
Capernito.L.J ( 2007) Buku Saku Diangnosa Keperawatan,Edisi 10,Jakarta,ECG
Prawiroharjo, Sarwono ( 2007) Ilmu Kandungan, Edisi kedua. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Mansjoer,A.(2001) Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1, Ed.3, Media Aesculapius FKUI: Jakarta.
Daftar Pustaka
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius FK UI.