Anda di halaman 1dari 18

Thermocouple

Thermocouple adalah salah satu jenis alat ukur temperatur yang menggunakan
prinsip termoelektris pada sebuah material. Seperti yang telah saya singgung pada
artikel sebelumnya, alat ini tersusun atas dua konduktor listrik dari material yang
berbeda yang dirangkai membentuk sebuah rangkaian listrik. Jika salah satu dari
konduktor tersebut dijaga pada temperatur yang lebih tinggi daripada konduktor
lainnya sehingga ada diferensial temperatur, maka akan timbul efek termoelektris yang
menghasilkan tegangan listrik.
Besar tegangan listrik yang terbentuk tergantung dari jenis material konduktor
yang digunakan, serta besar perbedaan temperatur antara dua konduktor tersebut.
Komponen utama dari thermocouple adalah dua jenis logam konduktor listrik yang
berbeda yang dirangkai sedemikian rupa sehingga pada saat salah satu logam terkena
sumber panas, sedangkan logam yang lain dijaga di temperatur yang tetap, maka
rangkaian tersebut akan menghasilkan tegangan listrik tertentu yang nilainya sebanding
dengan temperatur sumber panas.
Penentuan kombinasi logam konduktor yang digunakan pada thermocouple
mempengaruhi besar energi listrik yang akan dibangkitkan. Penentuan nilai tegangan
listrik dari beberapa kombinasi konduktor dapat digambarkan pada grafik di bawah ini,
data tersebut didapatkan dari pengujian laboratorium. Karakteristik yang berbeda-beda
dari setiap kombinasi logam konduktor ini akan bermanfaat bagi kita dalam
menentukan thermocouple yang tepat untuk digunakan pada berbagai rentan
temperatur dan media yang berbeda-beda.
Prinsip Kerja Thermocouple
Komponen konduktor thermocouple dapat dirangkai secara seri maupun
paralel sesuai dengan kebutuhan yang ada. Jika dirangkai secara seri, maka nilai
tegangan total adalah jumlah dari keseluruhan tegangan yang dibangkitkan oleh
masing-masing pasangan konduktor. Sedangkan jika disusun secara paralel, dan
dengan syarat tiap-tiap pasangan konduktor memiliki nilai tahanan yang sama, maka
besar tegangan total yang dibangkitkan adalah nilai rata-rata dari tegangan yang
dibangkitkan oleh masing-masing konduktor. Kemampuan thermocouple untuk
dirangkai secara seri maupun paralel ini bermanfaat pada saat dibutuhkannya
pengukuran temperatur dengan rentan yang kecil serta ketelitian yang tinggi.

Grafik Tegangan Beberapa Kombinasi Logam Konduktor


Setiap kombinasi konduktor yang digunakan pada thermocouple menentukan
rentan temperatur yang dapat dibaca oleh thermocouple tersebut. Penentuan material
konduktor yang cocok pada rentan temperatur kerja tertentu sangat dipengaruhi oleh
ketahanan material tersebut terhadap proses oksidasi yang terjadi pada temperatur kerja
yang diinginkan. Sedangkan keawetannya dipengaruhi oleh ukuran kawat yang
digunakan, jenis osilator yang digunakan, serta kondisi lingkungan kerjanya. Sebagai
contoh, tabel berikut menjabarkan beberapa jenis kombinasi konduktor serta
karakteristik temperatur kerjanya.

Semua jenis thermocouple dengan berbagai tipe material, akan mengalami


penurunan fungsi jika digunakan untuk mengukur temperatur di atas batas kemampuan
ukurnya. Hal ini terutama terjadi jika digunakan untuk mengukur temperatur gas atau
udara. Untuk mengatasi masalah ini digunakan sistem insulasi untuk melindungi
kawat thermocouple dari efek penurunan fungsi tersebut. Jenis insulasi yang umum
digunakan adalah magnesium oksida. Magnesium oksida ini membungkus
kawat thermocouple, dan selanjutnya bahan dari baja digunakan sebagai pembungkus
yang paling luar.

Thermocouple Dengan Insulasi


Ada dua jenis thermocouple yang menggunakan insulasi, yaitu grounded
type dan ungrounded type. Kawat sensor thermocouple grounded type ter-
grounding pada lapisan baja yang terluar, menghasilkan hasil sensor temperatur yang
responsif untuk perubahan temperatur yang cepat namun thermocouple jenis ini tidak
dapat dirangkai secara seri maupun paralel. Sedangkan thermocouple tipe ungrounded,
kawat sensor tidak ter-grounding pada sisi luarnya. Tipe thermocouple yang kedua ini
sangat cocok jika digunakan untuk dirangkai secara paralel maupun seri.

Contoh Instalasi Thermocouple pada Sebuah Pipa Boiler


Gambar di atas merupakan salah satu contoh instalasi thermocouple pada
sebuah bagian pipa boiler dengan tujuan untuk mengukur temperatur metal pipa boiler
tersebut. Kawat sensor thermocouple yang terinsulasi ditanamkan kesebentuk logam
(pad) sebelum dilas pada pipa boiler. Jika pad dari thermocouple tersebut terekspos
oleh temperatur luar yang berbeda dengan temperatur bagian yang diukur, maka cara
instalasi ini tidak cocok untuk digunakan, karena bagian pad tersebut akan menyerap
panas dari sumber luar tersebut. Untuk metode instalasi thermocouple yang lainnya
akan kita bahas pada artikel selanjutnya.
Sinyal yang keluar dari thermocouple adalah berupa voltase listrik berukuran
milivolt. Maka pada rangkaian thermocouple diperlukan potensiometer untuk
membaca sinyal listrik tersebut. Selain itu diperlukan juga alat konverter milimeter
menjadi nilai temperatur sesuai dengan yang dibutuhkan. Alat konverter ini harus
terkalibrasi dengan sempurna untuk mendapatkan hasil pembacaan yang baik. Ada juga
potensiometer jenis lain yang ia juga sekaligus sebagai konverter, sehingga hasil
pembacaan yang keluar dari potensiometer tersebut sudah berupa temperatur aktual
benda yang diukur.

Venturimeter

Alat ini dapat dipakai untuk mengukur laju aliran fluida, misalnya menghitung laju
aliran air atau minyak yang mengalir melalui pipa. Venturimeter digunakan sebagai
pengukur volume fluida misalkan minyak yang mengalir tiap detik. Venturimeter
adalah sebuah alat yang bernama pipa venturi. Pipa venturi merupakan sebuah pipa
yang memiliki penampang bagian tengahnya lebih sempit dan diletakkan mendatar
dengan dilengkapi dengan pipa pengendali untuk mengetahui permukaan air yang ada
sehingga besarnya tekanan dapat diperhitungkan.
Dalam pipa venturi ini luas penampang pipa bagian tepi memiliki penampang yang
lebih luas daripada bagian tengahnya atau diameter pipa bagian tepi lebih besar
daripada bagian tengahnya. Zat cair dialirkan melalui pipa yang penampangnya lebih
besar lalu akan mengalir melalui pipa yang memiliki penampang yang lebi sempit,
dengan demikian, maka akan terjadi perubahan kecepatan.

Control valve
Control valve sebagai komponen instrumentasi yang ada hampir diseluruh
pabrik industri terutama di industri migas, kimia dan petro kimia, control valve
mempunyai banyak sekali ragamnya, tetapi pada dasarnya fungsi control valve adalah
sebagai perangkat untuk mengatur besaran proses, adapun yang dimaksud besaran
proses adalah suatu keadaan yang dapat menunjukkan kondisi proses yang sedang
beroperasi, misalnya tentang besaran aliran nya yang dikenal dengan istilah Flow
dalam instrumentasi, tentang besaran tekanannya atau Pressure, tentang besaran
suhunya atau Temperature, tentang ketinggian isi sebuah tangki yang dikenal dengan
istilah Level, dan ada beberapa besaran lain yang bisa dikontrol dengan menggunakan
control valve.

Jenis-jenis control valve

Pengetahuan tentang control valve sangat luas sekali pembahasan tentang control valve
dapat diuraikan berdasarkan banyak kriteria diantaranya: Berdasarkan jenis
katupnya control valve terdiri dari beberapa macam yaitu; globe valve, gate valve,
butterfly valve, ball valve. Sebagaimana kita ketahui control valve adalah perangkat
yang bekerja untuk menutup dan membuka aliran tanpa mengandalkan tenaga manusia
sebagai penggantinya ada perangkat lain yang dibutuhkan sebagai penggerak,
perangkat tersebut adalah ACTUATOR, ada beberapa macam actuator berdasarkan
pada tenaga penggeraknya yaitu pneumatic actuator (menggunakan tenaga angin),
elektrik actuator (menggunakan tenaga listrik) dan hydrolik actuator (menggunakan
tenaga tekanan oli) Valve dengan actuator pneumatic yang bekerja dengan tenaga angin
adalah jenis valve yang paling banyak digunakan, ada istilah sinyal pneumatik pada
control valve model ini yaitu signal standard yang dipakai untuk menggerakan katup,
signal pneumatic ini besarannya antara 3 Psi dan 15 Psi. Jadi valve ini untuk bekerjanya
membutuhkan udara/ angin sebagai energy penggerak. Dengan tambahan perangkat
yang disebut IP converter valve pneumatic bisa menjadi valve elektrik, untuk valve
elektrik ini signal yang digunakan adalah signal elektrik yang besarannya antara 4mA
sampai dengan 20 mA Lihat gambar IP converter dan prinsip dasar bagaimana IP
converter bekerja mengendalikan control valve.

A. Coil

B. Input signal (Electrik)

C. Magnet

D. Pegas

E. Tumpuan

F. Plaffer

G. Nozzle

H. Air Supply

I. Out put signal


(Pneumatic)
Dari penjelasan tentang sinyal pneumatik dan elektrik ini dikenal istilah lain
yang berhubungan dengan posisi katup dari pada control valve yaitu Failure Close (
FC) dan Failure Open (FO). Penjelasannya FC yaitu valve yang posisi katupnya
menutup ketika tidak ada sinyal yang mengalir ke control valve dan FO yaitu valve
yang katupnya membuka ketika tidak ada sinyal yang mengalir ke control valve.
Gambar dibawah ini memperlihatkan control valve jenis FC.

Yang disebut control valve hydrolik adalah valve yang bergerak dengan
menggunakan tekanan oli, biasanya pemakaian tenaga oli sebagai penggerak ini
diterapkan pada valve yang membutuhkan tenaga besar untk pergerakannya seperti
pada contol valve pengatur bukaan gas pembakaran ke turbin (CGV/SRV), slide valve
pada mesin chiller ( KV), dan lain-lain. Berdasarkan model bergeraknya control valve
terdiri dari; Rotary valve( yang bergerak memutar) dan Slider valve ( yang bergerak
naik turun). Valve jenis rotary yaitu valve yang membuka dan menutupnya dengan
bergerak memutar, biasanya dari 0 sampai 90 derajat putarannya, katup control valve
jenis ini yaitu katup model ball dan butterfly, lihat contoh gambar valve rotary dan
valve slider pada gambar dibawah ini:
Sedangkan control valve jenis slider gerakan membuka dan menutupnya adalah
naik/ turun, model katup daripada control valve ini yaitu globe atau gate. Berdasarkan
tugasnya dalam mengatur proses, control valve dibedakan ke dalam beberapa jenis
yaitu: Flow valve (FV), Pressure valve (PV), Level Valve (LV), Temperature valve
(TV), Analizer valve ( AV), Surge Valve (SV) dan lain-lain. Gambaran sederhana
tentang tugas control valve pada pengaturan proses dapat dilihat pada gambar dibawah
ini dimana valve mengatur ketinggian isi tangki, control valve menggantikan tugas
manusia untuk membuka dan menutup aliran.

Sebuah control valve dapat bekerja dengan sempurna diperlukan perangkat lain
yang terhubung pada control valve tersebut, perangkat itu adalah perangkat sistim
control yang dikenal dengan istilah instrumentasi. Sebagai contoh alat instrumentasi
yang ada pada gambar diatas adalah; Level transmitter, level controller dan level valve
( LV).

Level transmitter adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur ketinggian suatu
fluida berdasarkan tekanan hydrostatis atau bahan solid (chip kayu, tepung, pasir, dan
lain-lain). Pengukuran tekanan hydrostatis adalah gaya desak yang disebabkan oleh
air dalam kolom diatas titik referensi.

Gambar 1. Level Transmitter

Ada beberapa metode, jenis alat atau type sensor yang dapat digunakan dalam
pengukuran level diantaranya differential pressure, ultrasonic, radar, kapasitif,
konduktif, radioaktif, pelampung dengan potensio variabel displacement dan lain-lain.
Umumnya satuan yang digunakan pada level transmitter adalah persen (%) (0%=4 mA
dan 100%=20 mA).
Pressure Transmitter
Pressure transmitter merupakan alat yang berguna untuk mengubah perubahan
sensing element dari sebuah sensor menjadi sinyal yang mampu diterjemahkan oleh
controller. Transmitter sendiri pasti berhubungan antara satu sama lainnya dengan
komponen sensor. Sensor yang berguna untuk mengukur besaran tekanan akan
memberikan keluaran berupa sinyal elektrik yang selanjutnya oleh transmitter akan
dikirim menuju controller. Standar sinyal output transmitter adalah 3 sampai 15 psig
(0,2 – 1 kg/cm2), 4 – 20 mA ataupun 1 sampai 5 Volt.
Terdapat kemiripan antara pressure gauge dengan pressure transmitter. Perbedaan
yang mendasar adalah apabila pressure gauge berguna untuk menampilkan hasil
pengukuran dari sensor secara langsung (di area lokal), pressure transmitter sendiri
selain nilai hasil pengukuran dari sensor juga dapat langsung ditampilkan, juga berguna
untuk mentransmisikan sinyal hasil pengkuran dari sensor menuju ke controller dan
juga dapat dikirimkan ke control room.

Gambar 1: Pressure Transmitter


Jenis pressure transmitter:
 Differential pressure transmitter
Prinsip kerja transmitter ini adalah dengan membandingkan dua nilai tekanan di titik
yang berbeda untuk mengamati suatu parameter. Bisa berupa level, flow, maupun
tekanan itu sendiri. Diferential pressure transmitter biasanya dipasang pada suatu filter.
Saat filter masih berfungsi normal maka tidak akan ada perbedaan tekanan yang
signifikan. Namun, saat sudah kotor, maka perbedaan tekanannya akan semakin besar
sehingga menandakan filter harus segera diganti.
 Strain gauge pressure transmitter
Prinsip kerjanya dengan memanfaatkan sifar resistif elektris benda. Sifat resistif ini
akan berubah ketika didapati adanya deformasi pada benda. Deformasi ini bisa berupa
gaya tekan pada benda atau dengan kata lain tekanan yang diberikan pada benda.
Perbedaan nilai resistansi inilah yang kemudian diterjemahkan untuk mengetahui nilai
tekanan.
 Piezo electric pressure transmitter
Piezoelectric atau biasa disebut juga dengan efek piezoelectric adalah muatan listrik
yang terakumulasi dalam bahan padat tertentu, seperti kristal dan keramik akibat dari
mechanical pressure (tekanan). Jadi saat Anda memberikan tekanan pada bahan
dielektrik, maka akan terbentuk medan listrik. Ketika medan listrik melewati bagian
material, molekul yang dipolarisasi akan segera menyesuaikan dengan medan
listriknya, menghasilkan dipole yang ter-induksi molekul dan struktur kristal materi.
Penyesuaian molekul ini akan merubah material dimensi. Gaya listrik yang dihasilkan
medan listrik dari suatu muatan dan usaha gerak mekanis adalah gaya kekal. Karena
energi potensial listrik sifatnya berbanding lurus dengan tegangan, maka akan timbul
tegangan ketika Anda menekan bahan dielektriknya.

Pressure regulator merupakan salah satu komponen dari sistem bahan bakar injeksi
EFI. Fungsi dari pressure regulator adalah untuk mengatur tekanan bahan bakar yang
mengalir ke injektor. Banyak sedikitnya bahan bakar yang diinjeksikan ke dalam ruang
bakar dikontrol sesuai dengan lamanya signal yang diberikan ke injektor, sehingga
tekanan yang konstan saat penginjeksian harus dipertahankan.

Cara kerja dari pressure regulator :


Tekanan bahan bakar yang berasal dari pipa pembagi (delivery pipe) akan
menekan diafragma, jika tekanan bahan bakar tinggi maka dapat menekan katup
sehingga sebagian bakan bakar akan dikembalikan ke tangki melalui pipa atau saluran
pembalik (return pipe). Jumlah bahan bakar yang dikembalikan ke tangki bahan bakar
ditentukan oleh tegangan pada pegas diafragma. Pada bagian sisi pressure regulator
tepatnya pada bagian spring (pegas) dihubungkan dengan kevakuman pada intake
manifold sehingga jika terjadi kevakuman pada intake manifold maka akan
melemahkan tegangan pegas diafragma. Jika kevakuman intake manifold tinggi maka
akan membuat bertambahnya volume bahan bakar yang akan dikembalikan ke dalam
tangki bahan bakar dan akan menurunkan tekanan bahan bakar di delivery pipe.
Dengan demikian dapat dikatakan jika kevakuman pada intake manifold naik maka
tekanan bahan bakar akan turun. Sehingga tekanan bahan bakar akan dipertahankan
sesuai dengan tekanan spesifikasinya ketika mesin hidup.
Apabila mesin mati dan pompa bahan bakar berhenti bekerja maka pegas akan
menekan katup sehingga akan membuat katup menutup. Ketika katup ini menutup
maka akan membuat check valve pada pompa bahan bakar dan katup pada pressure
regulator akan mempertahankan tekanan pada saluran bahan bakar. Jika pressure
regulator tidak berfungsi maka tekana pada saluran bahan bakar tidak dapat
dipertahankan. Sebab dari pressure regulator yang tidak berfungsi antara lain karena
berkemungkinan ada kotoran yang menempel pada katup sehingga katup tidak bisa
menutup dengan baik dan akibatnya akan membuat mesin susah dihidupkan, putaran
idle mesin menjadi tidak stabil dan bisa juga membuat tenaga mesin menjadi turun.
Apabila pressure regulator telah rusak maka gantilah pressure regulator dengan yang
baru karena pressure regulator tidak dapat disetel.

Fungsi controller

Orang yang bertanggung jawab dalam merancang dan mengoperasikan sistem


pengendalian manajemen disebut sebagai seorang kontroler. Sebenarnya, di banyak
organisasi, jabatan orang ini adalah Chief Financial Officer (CFO). Kontroler biasanya
menjalankan fungsi-fungsi sebagai berikut :
1. Merancang dan mengoperasikan informasi serta sistem pengendalian
2. Menyiapkan pernyataan keuangan dan laporan keuangan kepada para pemegang
saham dan pihak-pihak eksternal lainnya.
3. Menyiapkan dan menganalisis laporan kinerja, menginterpretasikan laporan-
laporan ini untuk para manajer, menganalisis program dan proposal-proposal anggaran
dari berbagai segmen perusahaan serta mengkonsolidasikannya ke dalam anggaran
tahunan secara keseluruhan.
4. Melakukan supervisi audit internal dan mencatat prosedur-prosedur pengendalian
untuk menjamin validitas informasi, menetapkan pengamanan yang memadai terhadap
pencurian dan kecurangan serta menjalankan audit operasional.
5. Mengembangkan personel dalam organisasi pengendali dan berpartisipasi dalam
pendidikan personal manajemen dalam kaitannya dengan fungsi pengendali.
Fungsi pengendalian adalah fungsi staf. Meskipun seorang kontroler biasanya
bertanggung jawab untuk merancang maupun mengoperasikan sistem yang
mengumpulkan dan melaporkan informasi, pemanfaatan informasi ini adalah tanggung
jawab jajaran manajemen. Seorang pengendali barangkali bertanggungjawab untuk
mengembangkan dan menganalisis tolak ukur yang digunakan untuk melakukan
pengendalian serta merekomendasikan tindakan-tindakan yang diperlukan ke pihak
manajemen. Kemungkinan-kemungkinan lainnya mencakup memonitor ketaatan pada
batas-batas pengeluaran yang sudah ditetapkan oleh kepala eksekutif, mengendalikan
integritas sistem pencatatan serta menjaga aktiva perusahaan dari pencurian dan
penipuan.

POMPA
Pompa adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatu
tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut. Kenaikan
tekanan cairan tersebut digunakan untuk mengatasi hambatan-hambatan pengaliran.
Hambatan-hambatan pengaliran itu dapat berupa perbedaan tekanan, perbedaan
ketinggian atau hambatan gesek.
Pada prinsipnya, pompa mengubah energi mekanik motor menjadi energi aliran fluida.
Energi yang diterima oleh fluida akan digunakan untuk menaikkan tekanan dan
mengatasi tahanan – tahanan yang terdapat pada saluran yang dilalui.

Pompa memiliki dua kegunaan utama:


 Memindahkan cairan dari satu tempat ke tempat lainnya (misalnya air dari
aquifer bawah tanah ke tangki penyimpan air)
 Mensirkulasikan cairan sekitar sistim (misalnya air pendingin atau pelumas
yang melewati mesin-mesin dan peralatan)
Pompa juga dapat digunakan pada proses - proses yang membutuhkan tekanan
hidraulik yang besar. Hal ini bisa dijumpai antara lain pada peralatan - peralatan berat.
Dalam operasi, mesin - mesin peralatan berat membutuhkan tekanan discharge yang
besar dan tekanan isap yang rendah. Akibat tekanan yang rendah pada sisi isap pompa
maka fluida akan naik dari kedalaman tertentu, sedangkan akibat tekanan yang tinggi
pada sisi discharge akan memaksa fluida untuk naik sampai pada ketinggian yang
diinginkan.

Pneumatik
adalah sebuah sistem penggerak yang menggunakan tekanan udara sebagai tenaga
penggeraknya. Cara kerja Pneumatik sama saja dengan hidrolik yang membedakannya
hanyalah tenaga penggeraknya. Jika pneumatik menggunakan udara sebagai tenaga
penggeraknya, dan sedangkan hidrolik menggunakan cairan oli sebagai tenaga
penggeraknya. Dalam pneumatik tekanan udara inilah yang berfungsi untuk
menggerakkan sebuah cylinder kerja. Cylinder kerja inilah yang nantinya mengubah
tenaga/tekanan udara tersebut menjadi tenaga mekanik (gerakan maju mundur pada
cylinder).
Sistem pneumatik ini biasa diaplikasikan pada mesin – mesin industri. Dikarenakan
kurangnya daya/kekuatan mekanik dari pneumatik. Maka pneumatik ini hanya bisa
diaplikasikan pada mesin – mesin yang tidak terlalu membutuhkan tenaga mekanik
yang kuat (mesin-mesin bertenaga ringan) dalam pengoperasiannya. Sedangkan untuk
mesin-mesin yang membutuhkan tenaga mekanik yang kuat harus menggunakan
sistem hidrolik. Berikut ini kelebihan dan kekurangan pada sistem pneumatik dan
hidrolik:
Kelebihan pada sistem pneumatik:
· Ramah lingkungan / bersih (jika terjadi kebocoran dalam sistem perpipaan).
· Udara sebagai tenaga penggerak memiliki jumlah yang tak terbatas
· Lebih cepat dan responsif jika dibandingkan dengan hidrolik
· Harganya yang murah
Kekurangan pada sistem pneumatik:
· Daya mekanik yang dihasilkan kecil
· Membutuhkan perawatan yang lebih tinggi, karena udara sebagai penggeraknya
biasanya kotor dan mengandung air sehingga gesekan antara piston cylinder dan rumah
cylinder besar dan mempercepat kerusakan pada air cylinder.
Kelebihan pada sistem hidrolik:
· Memiliki daya mekanik yang besar
· Cylinder hidrolik lebih awet bila dibandingkan dengan cylinder pneumatik (air
cylinder).
· Oli sebagai tenaga penggeraknya tidak akan habis/berkurang bila tidak terjadi
kebocoran. Sehingga hanya diperlukan investasi diawal.
Kekurangan pada sistem hidrolik:
· Tidak ramah lingkungan (jika terjadi kebocoran dalam sistem perpipaan).
· Harga oli yang cukup mahal.
· Kurang responsif bila dibandingkan dengan pneumatik.
Cara kerja sistem pneumatik

Udara disedot oleh kompresor dan disimpan pada reservoir air ( tabung udara) hingga
mencapai tekanan kira-kira sekitar 6 – 9 bar. Kenapa harus 6 – 9 bar?? Karena bila
tekanan hanya dibawah 6 bar akan menurunkan daya mekanik dari cylinder kerja
pneumatik dan sedangkan bila bertekanan diatas 9 bar akan berbahaya pada sistem
perpipaan atau kompresor. Baca berapa standar tekanan maksimal yang terdapat pada
nameplate reservoir air dari kompresor. Selanjutnya udara bertekanan itu disalurkan ke
sirkuit dari pneumatik dengan pertama kali harus melewati air dryer (pengering udara)
untuk menghilangkan kandungan air pada udara. Dan dilanjutkan menuju ke katup
udara (shut up valve), regulator, selenoid valve dan menuju ke cylinder kerja. gerakan
air cylinder ini tergantung dari selenoid. Bila selenoid valve menyalurkan udara
bertekanan menuju ke inlet dari air cylinder maka piston akan bergerak maju sedangkan
bila selenoid valve menyalurkan udara bertekanan menuju ke outlet dari air cylinder
maka piston akan bergerak mundur. Jadi dari selenoid valve inilah penggunaan aplikasi
pneumatik bisa juga di kombinasikan dengan elektrik, seperti PLC ataupun rangkaian
kontrol listrik lainnya. Sehingga mempermudah dalam pengaplikasiannya. Untuk
mengetahui bagaimana menggabungkan aplikasi PLC dengan pneumatik baca juga
artikel selanjutnya tentang penggabungan sederhana aplikasi rangkaian kontrol PLC
dan pneumatik.

Regulator Gas Las GTAW (TIG), Jenis dan Cara Perawatan Regulator Gas. Regulator
gas adalah katup pengatur tekanan atau jumlah aliran (debit) untuk sistem instalasi
pengaliran gas, meskipun berbeda-beda pada nilai tekanan isinya (sisi inlet), tetapi
regulator dapat memastikan bahwa pada sisi keluaran (output), tidak akan melampaui
tekanan atau jumlah keluaran tertentu yang sudah ditetapkan/diatur sesuai kebutuhan.
Temperature Controller atau kontrol suhu adalah proses di mana perubahan suhu
ruang dapat diukur atau terdeteksi, dan bagian dari energi panas yang ke dalam atau
keluar dari ruang disesuaikan untuk mencapai suhu rata-rata yang diinginkan. Seperti
kita ketahui banyak manfaat yang dapat diperoleh dari dengan menggunakan kontrol
suhu, diantaranya adalah penghematan energi, menjaga kondisi makanan agar tetap
segar, dan masih banyak lagi.
Dalam melakukan fungsinya temperature controller mengontrol suhu proses tanpa
keterlibatan operator yang luas, sistem kontrol atau control system temperature
bergantung pada controller, yang menerima sensor suhu seperti termokopel atau RTD
sebagai masukan. Ini membandingkan suhu sebenarnya untuk kontrol suhu yang
diinginkan, atau setpoint, dan menyediakan output untuk mengontrol
element. Controller merupakan salah satu bagian dari sistem kontrol keseluruhan, dan
seluruh sistem harus dianalisis dalam memilih kontroler yang tepat. Ada beberapa item
yang harus dipertimbangkan dalam memilih temperature control :
 Jenis sensor masukan (termokopel, RTD) dan Kisaran suhu
 Jenis output yang dibutuhkan (estafet elektromekanik, RSK, output analog)
 Algoritma kontrol yang diperlukan (on / off, proporsional, PID)
 Jumlah dan jenis output (panas, dingin, alarm, batas)

Temperature controller sebagai ON/OFF Control


Salah satu manfaat dari temperature control adalah sebagai on/off , kontroler on-off
adalah bentuk sederhana dari perangkat kontrol suhu. Sebuah kontroler on-off akan
beralih output hanya ketika suhu melintasi setpoint. Untuk kontrol pemanasan, output
adalah pada saat suhu berada di bawah setpoint, dan off atas setpoint.

Testindo selaku perusahaan yang bergerak dibidang jasa dan pengujian serta menjual
berbagai macam produk seperti sensor, alat inspeksi dan lain –
lain, menjual temperature control yaitu MPDI C Series, yang memiliki keunggulan
dapat membaca 60 Channel dalam satu display. Dalam kebutuhan industri, MPDI C
Series sebagai automatic control & datalogger dapat digunakan diberbagai jenis
aplikasi, diantaranya oil & gas, mining & mineral, transportation, vehicles &
automotive, Iron & Steel dan masih banyak lagi.

Flow transmitter untuk mengukur besaran proses aliran (Flow).

Sebuah Current to Pressure transducer (I / P) mengubah sinyal analog (4-20mA)


menjadi keluaran pneumatik linier proporsional (3-15 psi). Tujuannya adalah untuk
menerjemahkan output analog dari sistem kontrol menjadi nilai tekanan berulang yang
tepat untuk mengendalikan aktuator / operator pneumatik, valve pneumatik, damper,
vane, dll. Konverter I / P menyediakan sarana yang dapat diandalkan, berulang, akurat
untuk mengubah sinyal listrik menjadi tekanan pneumatik pada suatu sistem kontrol.
Model perangkat ini biasanya tersedia dalam direct and reverse action dan dapat
dipilih dengan input atau keluaran kisaran penuh atau terpecah sebagaimana
mestinya. Aplikasi transduser I / P yang paling umum adalah menerima sinyal listrik
dari pengontrol dan menghasilkan keluaran pneumatik proporsional untuk
mengoperasikan control valve.
Contoh I/P converter
Prinsip Kerja I / P converter menggunakan prinsip keseimbangan kekuatan
elektromagnetik untuk mengubah sinyal listrik menjadi sinyal pneumatik. TYpically,
4-20mA diubah menjadi output 3-15 psi. Prinsip kerja transduser I / P ditunjukkan di
bawah ini:

Seperti ditunjukkan di atas, sebuah koil menghasilkan medan magnet. Dalam koil
adalah motor deflektor dengan katup flapper yang terpasang yang beroperasi terhadap
nozel presisi untuk membuat tekanan balik pada diafragma servo dari relay booster.
Arus masukan mengalir dalam koil dan menghasilkan gaya antara koil dan katup
flapper, yang mengendalikan tekanan servo dan tekanan output.

Anda mungkin juga menyukai