Rapat Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan
Rapat Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan
JEMBATAN
PEKERJAAN
(SUPERVISION ENGINEER OF BRIDGE
CONSTRUCTION)
MODUL
SEBC – 03 : RAPAT PELAKSANAAN
PEKERJAAN JEMBATAN
2007
MyDoc/Pusbin-KPK/Draft1
Modul SEBC-03 : Rapat Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan
KATA PENGANTAR
Rapat Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan merupakan acuan para pihak yang terkait dengan
penyelenggaraan pelaksanaan pekerjaan jembatan. Rapat Pelaksanaan Pekerjaan
Jembatan ini memuat ketentuan tentang menyiapkan rapat pra-pelaksanaan (pre
construction meeting/PCM), menyiapkan dan memeriksa bahan untuk rapat-rapat
pembahasan (berkala dan khusus), menyiapkan dan memeriksa bahan untuk rapat
pembuktian (show cause meeting/SCM).
Pemahaman pengawas pekerjaan atas semua ketentuan baik teknis maupun hukum atas
pengaturan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi jembatan tersebut mutlak dibutuhkan
seorang pengawas dalam rangka menyiapkan rapat pelaksanaan pekerjaan jembatan.
Penyusun menyadari atas keterbatasn kemampuan dalam penyusunan modul ini, sehingga
modul ini masih jauh dari kesempurnaan dan untuk penyempurnaannya penulis sangat
mengharapkan masukan, saran dan tanggapan, dan untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih.
Diharapkan modul ini berguna bagi semua pihak yang membutuhkan dalam rangka
meningkatkan pemahaman dan kemampuannya dalam pelaksanaan tugasnya
melaksanakan pekerjaan proyek jembatan.
LEMBAR TUJUAN
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. PENGENDALIAN PROYEK ........................................................... I-1
1.2. PENGENDALIAN WAKTU ............................................................. I-2
1.2.1. Akibat Keterlambatan .......................................................... I-3
1.2.2. Kegiatan-Kegiatan Pengendalian
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
HAND OUT
1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Ahli Pengawasan Pekerjaan
Jembatan (Supervision Engineer of Bridge Construction) dibakukan dalam Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan unit-
unit kerja sehingga dalam Pelatihan Ahli Pengawasan Pekerjaan Jembatan
(Supervision Engineer of Bridge Construction) unit-unit tersebut menjadi Tujuan
Khusus Pelatihan.
2. Standar Latih Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing Unit
Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan
kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen
Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus
pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut.
3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan
Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul
pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang harus menjadi bahan
pengajaran dalam pelatihan Ahli Pengawasan Pekerjaan Jembatan (Supervision
Engineer of Bridge Construction).
DAFTAR MODUL
7 SEBC – 07 Pelaporan
PANDUAN INSTRUKTUR
A. BATASAN
B. KEGIATAN PEMBELAJARAN
2. Ceramah Bab II Rapat Persiapan Mengikuti ceramah dengan tekun dan OHT
Pelaksanaan (Pre Construction memperhatikan hal-hal penting yang
Meeting-PCM) perlu di catat
Prosedur administrasi Mengajukan pertanyaan apabila
penyelenggaraan pekerjaan kurang jelas atau sangat berbeda
Tata cara dan prosedur teknis dengan fakta yang ada di lapangan
pelaksanaan pekerjaan dan atau pengalaman
Penyiapan materi rapat
Pemeriksaan materi rapat dari
kontraktor
Penyusunan daftar masalah
Waktu = 45 menit
Waktu = 90 menit
BAB I
PENDAHULUAN
a. Langsung
Pelaksanaan pengendalian dilakukan saat kegiatan sedang berlangsung, diharapkan
personil kontraktor dan konsultan pengawas terlibat dalam kegiatan agar pengarahan
dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai perintah. Umpan balik dan perbaikan
dapat dilakukan secara langsung pada saat pelaksanaan pengendalian, langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:
Kontraktor melakukan kegiatan secara mandiri yang dipantau oleh konsultan
supervisi.
Selama pekerjaan berlangsung, konsultan supervisi jalan memberi dukungan,
petunjuk dan perbaikan.
Setelah selesai kegiatan, konsultan, kontraktor dan Pimpro melakukan diskusi yang
bertujuan untuk memberi penguatan kepada hal-hal yang sesuai dan memperbaiki
yang masih belum sesuai. Pemberian “einforcement” pada aspek positif sangat
penting dilakukan oleh seorang Pemimpin Proyek.
b. Tidak Langsung
Pelaksanaan pengendalian dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan.
Pemimpin Proyek tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan, sehingga mungkin
terjadi kesenjangan fakta dan umpan balik dapat diberikan secara tertulis.
c. Kolaboratif
Pelaksanaan pengendalian dilakukan dengan memadukan cara langsung dan tidak
langsung, dimana Pimpro, Konsultan dan Kontraktor secara bersama-sama
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) I-1
Modul SEBC-03: Rapat Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab I : Pendahuluan
Suatu pembahasan tentang waktu senantiasa membawa kita untuk selalu melakukan
efisiensi guna mencapai efektifitas.
Bahasan berikut ini akan mencoba memperlihatkan kepada kita secara cermat
memperhitungkan waktu dalam setiap proses. Beberapa kasus yang banyak terjadi yang
erat sekali hubungannya dengan kurang cermatnya faktor waktu diperhitungkan di dalam
rangkaian proses-proses pencapaian sasaran antara lain :
Banyak proyek-proyek yang belum dapat dimulai dan tidak dapat terselesaikan sesuai
dengan jadwal telah ditentukan semula.
Terjadinya cost overrun (kenaikan biaya) pada beberapa proyek.
Besarnya sisa anggaran pembangunan (SIAP) Proyek-proyek yang terjasi hampir setiap
tahun anggaran.
Gejala umum lainnya yang menunjukkan menurunnya produktivitas, efisiensi dan
efektivitas dalam proses-proses pencapaian sasaran.
Pimpro bertanggung kawab atas ketepatan waktu pelaksanaan pekerjaan proyek. Oleh
karena itu Pimrpo setiap saat harus selalu mendorong dan maningkatkan semua unsur
proyek selalu menepati jadwal kerja yang telah ditetapkan bersama dalam Rapat Pra-
Pelaksanaan.
Konsultan harus selalu mengontrol kemajuan pekerjaan kontraktor agar tepat waktu, tetapi
pencapaian mutu dan volume pekerjaan harus juga diperhatikan.
Konsultan juga harus dapat menyampaikan laporan tepat waktu, sehingga Pimpro setiap
saat bisa mengontrol dan mengendalikan kemajuan proyek.
Kemajuan dan ketepatan waktu dapat dikontrol dari proyek yang sudah disusun, baik berupa
S-Curve, maupun Bar-Chart atau kombinasi keduanya.
Tetapi ketepatan waktu tidak hanya ditinjau dari segi teknis, tetapi juga dari segi
administrasi. Jadi laporan teknis, laporan keuangan, dan pembayaran, surat-menyurat dan
lain sebagainya juga harus diselesaikan sesuai jadwal.
Jadwal pelaksanaan dimaksudkan sebagai dasar bagi (atau para pejabat terkait di atasnya),
kontraktor dan konsultan untuk :
Memantau kemajuan pekerjaan kontraktor di lapangan
Menjadi rujukan bagi pembayaran eskalasi / de-eskalasi harga
Mendukung pengalokasian anggaran biaya
Mempertimbangkan permintaan tambahan biaya sebagai akibat dari perubahan
pekerjaan
Mendukung permintaan perpanjangan waktu pelaksanaan konstruksi
Direksi pekerjaan perlu meneliti secara hati – hati semua jadwal. Jika ada kesalahan logika
dan kekurangan – kekurangan detil yang cukup harus dimasukkan dalam jadwal untuk
memantau kemajuan tiap bagian pekerjaan, tetapi tidak boleh berlebihan sehingga jadwal
akan sulit diikuti. Penggunaan jadwal dan sub program disarankan, tetapi harus diperhatikan
bahwa keterkaitan antara sub program yang berbeda diperlihatkan dalam keseluruhan
jadwal.
Seyogianya hal-hal seperti tersebut di atas diusahakan untuk dihindari, dan salah satunya
adalah dengan menerapkan “DISIPLIN”untuk dapat menghargai waktu kepada semua pihak
yang terlibat dalam rangkaian proses-proses pencapaian sasaran-sasaran.
Beberapa aspek yang dapat timbul akibat kurangnya penghargaan atas disiplin waktu antara
lain :
1. Keterlambatan berangkai
Rangkaian tersebut merupakan bagan alir (flow chart) proses-proses, dimana output
daripada proses yang terdahulu akan menjadi input untuk proses selanjutnya.
Apabila terjadi keterlambatan pada salah satu proses, maka hal ini berakibat terjadinya
keterlambatan berangkai/beruntun dalam keseluruhan rangkaian proses.
Sudah barang tentu hal ini akan mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan, yakni
inefficiencies dan penyimpangan-penyimpangan terhadap rencana semula.
Hal ini terjadi karena manfaat (benefit) yang diharapkan muncul lebih lambat dari yang
diperkirakan dan karenanya analisa benefit cost ratio harus dihitung kembali karena akan
mengalami penyimpangan dari hitungan semula.
Seperti sudah dibicarakan di atas bahwa disiplin terhadap waktu sangat berpengaruh
pada efektifitas pekerja dan efisiensi biaya. Setiap ketelambatan dalam suatu proses
berakibat pada peningkatan biaya.
Tahapan penting dalam pelaksanan proyek adalah pengendalian proyek yang dimaksudkan
agar pelaksanaan proyek berjalan sesuai dengan waktu dan biaya yang direncanakan.
Pada dasarnya pengendalian diarahkan:
Agar pekerjaan dilaksanakan dalam rangka pencapaian sasaran proyek yakni tepat
mutu, tepat waktu dan tepat biaya;
Agar penggunaan semua sumber daya yang ada dilakukan secara efektif;
Dapat dilakukan koreksi atau perbaikan/penyelesaian atas mesalah yang dapat
mengakibatkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan pencapaian sasaran proyek;
BAB II
RAPAT PERSIAPAN PELAKSANAAN
(PRE-CONSTRUCTION MEETING/PCM)
2.1 UMUM
Rapat persiapan pelaksanaan adalah pertemuan antara pihak proyek/satuan kerja (direksi
pekerjaan dan unsur perencanaan), direksi teknis dan kontraktor yang dilakukan selambat-
lambatnya 7 hari setelah diterbitkannya SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja) oleh Kasatker,
guna membahas dan kemudian menyepakati bersama berbagai hal yang yang dapat
menimbulkan masalah dalam pelaksanaan.
Tata cara dan prosedur teknis pelaksanaan pekerjaan yang perlu dibahas dalam rapat pra
pelaksanaan antara lain :
Pelaksanaan konstruksi pondasi jembatan dan bangunan atasnya.
Pelaksanaan rigid pavement pada segmen jalan dengn LHR (lalulintas harian rata-rata)
tinggi berikut rekayasa lalu lintasnya.
Pelaksanaan soil stabilization.
Pelaksanaan produksi agregat untuk pondasi jalan dan perkerasan aspalnya.
Menentukan lokasi sumber bahan material (quarry), estimate kuantitas bahan beserta
rencana pemeriksaan mutu bahan yang akan digunakan.
Pendekatan terhadap masyarakat dan pemerintah daerah setempat mengenai rencana
kerja yang ada kaitannya dengan musim tanam atau masalah jalan akses ke quarry /
angkutan bahan.
Dalam rapat pra pelaksanaan, unsur penyelenggara proyek yang terlibat dalam pembahasan
dan masing-masing perlu menyiapkan materi bahasan adalah:
1. Atasan langsung pemimpin proyek/kepala satuan kerja
2. Kepala satuan kerja perencanaan dan pengawasan
3. Kepala satuan kerja fisik/direksi pekerjaan
4. Kontraktor
5. Konsultan pengawas/direksi teknis
Masing-masing unsur berperan dalam penyiapan materi atau dalam pembahasan sebagai
berikut:
o Technical report
o Review design / technical justification report
o Technical paper
o Draft final report
o Final report
o Serta kapan waktunya laporan tersbut harus selesai dikirim.
Menjelaskan bahwa konsultan pengawas bertanggung jawab dalam pengarsipan
dokumen-dokumen lapangan
Menjelaskan adanya penilaian kinerja konsultan pengawas atau kontraktor yang
sedang melaksanakan pekerjaan.
Menjelaskan akomodasi dan fasilitas yang disediakan oleh kontrak konsultan.
Secara periodik satuan kerja pengawasan akan melaksanakan uji petik.
As built drawing harus dibuat sesuai dengan standar yang berlaku.
Menjelaskan adanya keharusan untuk mencari data-data yang berasal dari original
design mencakup antara lain :
o Tipe perkerasan setiap segmen
o Besar lendutan setiap segmen
o Besar CBR setiap segmen
o Lebar perkerasan setiap segmen
o IRI, RCI
o Dan lain-lain.
Lain-lain yang dianggap perlu.
4. Kontraktor
Menjelaskan program mutu
Menjelaskan rencana kerja pada saat mobilisasi yang meliputi :
o Mobilisasi peralatan dan personel
o Survei lapangan meliputi :
Drainase
Perkerasan Jalan
Struktur
o Pengembalian kondisi dan pekerjaan minor (dilakukan setelah survei lapangan
selesai), meliputi :
Perkerasan jalan
Bahu jalan
o Pemeliharaan rutin (dilaksanakan setelah diterbitkannya SPMK atau dimulainya
pekerjaan).
Rencana kerja dan review design :
o Melaksanakan survei untuk pembuatan gambar kerja.
o Membuat gambar kerja (standard survei dan gambar kerja mengacu pada standar
yang berlaku)
Menjelaskan metode / cara pelaksanaan konstruksi.
Menjelaskan struktur organisasi serta tugas dan tanggungjawabnya.
Menjelaskan kualifikasi personel kontraktor yang akan dimobilisasi.
Menjelaskan rencana mobilisasi personel.
Menjelaskan bagian pekerjaan yang akan di-sub-kontrakkan serta calon sub
kontraktornya.
Menjelaskan rencana penggunaan peralatan, termasuk :
o Jumlah dan jenis peralatan
o Rencana kedatangan peralatan
Rapat pra pelaksanaan dibahas dan dilakukan pemeriksaan atas materi usulan kontraktor
seperti:
1. Program Mutu
Program mutu yang disusun kontraktor dibahas pada saat pre construction meeting
untuk mendapatkan persetujuan direksi pekerjaan, minimal berisi :
Informasi proyek
Organisasi proyek, mencakup organisasi direksi pekerjaan, direksi teknis
(konsultan) maupun organisasi pelaksana konstruksi (kontraktor);
Jadwal pelaksanaan pekerjaan;
Prosedur pelaksanaan pekerjaan dari tiap-tiap jenis pekerjaan yang meliputi;
o Standar pekerjaan,
o Prosedur kerja,
o Daftar inspeksi dan
o Persyaratan testing.
o Pelaksanaan kerja;
Prosedur instruksi kerja, minimal mencakup :
o Urutan kegiatan pelaksanaan
o Prosedur kerja untuk mengawali kegiatan
o Pemantauan proses kegiatan
o Perawatan / pemeliharaan produk-produk pekerjaan
o Jaminan bahwa output suatu proses akan sesuai dengan spesifikasi
Program mutu akan merupakan salah satu alat kontrol bagi direksi pekerjaan, direksi
teknis (konsultan) maupun pelaksana konstruksi (kontraktor) dalam melakukan
pengendalian proses pelaksanaan proyek. Dalam hal ini para penyelenggara proyek
perlu memastikan bahwa peralatan yang dipakai sudah mendapatkan persetujuan
(dikalibrasi) dari institusi yang berwenang.
2. Mobilisasi
Permasalahan mobilisasi yang harus dibahas dalam rapat pra-pelaksanaan adalah
meliputi:
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) II-8
Modul SEBC-03: Rapat Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II : Rapat Persiapan Pelaksanaan (PCM)
a. Kegiatan Mobilisasi
Mobilisasi meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
Mempersiapkan fasilitas lapangan / base camp (misalnya kantor proyek, kantor
konsultan, kantor kontraktor, tempat tinggal petugas proyek, bengkel, gudang
dan sebagainya) sesuai dengan spesifikasi umum di dalam dokumen kontrak.
Mendatangkan peralatan-peralatan berat (dan kendaraan-kendaraan proyek)
yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek
Mendatangkan peralatan laboratorium untuk pemeriksaan mutu bahan baku,
mutu bahan olahan dan mutu pekerjaan jadi.
Mendirikan costruction plant sesuai dengan kebutuhan proyek.
Mendatangkan personel-personel kontraktor dan konsultan.
tersebut dilewati oleh alat-alat berat yang akan dikirim ke proyek. Jika ternyata
tidak mampu, maka kontraktor perlu melakukan perbaikan atau perkuatan
konstruksi agar dapat dilewati oleh alat-alat berat (atas biaya kontraktor, harus
sudah diperhitungkan oleh kontraktor pada waktu mengajukan penawaran) setelah
dikoordinasikan dengan pihak-pihak yang berwenang.
3. Pemeriksaan Quarry
Proyek yang direncanakan dengan baik, pada umumnya telah mempertimbangkan
penggunaan material untuk pekerjaan tanah maupun perkerasan jalan dan struktur
yang berasal dari sekitar lokasi proyek. Jika di sekitar proyek tidak terdapat material
yang memenuhi syarat, pilihannya tentu mengambil material dari deposit quarry yang
berasal dari tempat lain. Sebelum diambil keputusan apakah deposit quarry di suatu
lokasi memenuhi persyaratan mutu bahan baku, maka konsultan harus melakukan
pengujian mutu bahan baku di laboratorium terhadap quarry di maksud serta
memperkirakan volume deposit quarry yang tersedia. Selanjutnya urusan yang
berkaitan dengan kewajiban membayar retribusi akibat penggunaan quarry tersebut
menjadi tanggung jawab kontraktor.
Daftar tersebut dibuat secara rinci dan lengkap termasuk cara penyelesaian yang disepakati
yang akan digunakan sebagai acuan dalam penyelesaian maslah yang mungkin timbul
selama pelaksanaan.
Pelatihan Supervision Engineer of Bridge Construction (SEBC) II-14
Modul SEBC-03: Rapat Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II : Rapat Persiapan Pelaksanaan (PCM)
AGENDA KONTAKTOR
5. Sub Kontraktor
AGENDA KONSULTAN
BAB III
RAPAT RUTIN
Rapat rutin merupakan bagian dari upaya memantau dan mengendalikan secara terus
menerus dan berkesinambungan atas berbagai aspek penyelenggaraan proyek, berupa
mingguan, bulanan, kwartalan atau tengah tahunan. Aspek dan objek yang dibahas dalam
rapat rutin ini adalah setiap masalah yang diketemukan dalam kegiatan pengendalian yang
telah dibahas pada bagian terdepan dari modul ini untuk diketahui dan mendapat perhatian
pihak-pihak terkait.
Pada rapat rutin menitikberatkan pada masalah tehnis operasional dengan penjelasan-
penjelasan yang disampaikan pemimpin proyek, konsultan supervisi dan kontraktor perihal
kemajuan pelaksanaan maupun kendala-kendala yang dihadapi, mambahas kendala-
kendala dan usulan yang diajukan, kemudian manghasilkan keputusan dan petunjuk
pelaksanaan secara teknis terhadap setiap uraian kegiatan yang bermasalah dan juga
dibahas tentang rencana prestasi kegiatan dalam pelaksanaan lanjutan.
Agar dalam rapat rutin yang membahas permasalahan sesuai dengan tujuan yang
dimaksudkan, maka materi dan agenda rapat perlu dipersiapkan dengan sebaik-baiknya dan
merupakan tempat untuk mengevaluasi secara mendalam dari masing-masing uraian
kegiatan, kemudian diintegrasikan dan dipadukan setiap uraian kegiatan yang saling
ketergantungan untuk mencerminkan gambaran pelaksanaan dan permasalahan secara
utuh dan menyeluruh. Dengan demikian rapat rutin akan memberi gambaran tentang kondisi
proyek yang sebenarnya terutama dalam hal-hal sebagai berikut :
Memberikan gambaran kemajuan proyek pada saat rapat rutin, terutama yang berkaitan
dengan sasaran yang telah digariskan, seperti biaya, jadwal dan mutu, berikut
hubungannya satu sama lain diantara sasaran-sasaran tersebut.
Identifikasi Persoalan
karena sering kali diperlukan untuk menjadi bagian dokumen proyek. Penulisan laporan
yang tepat, ringkas dan jelas mengetengahkan masalah-masalah yang dihadapi
sehingga dapat menarik perhatian pimpinan.
Untuk keperluan pengendalian dan pengawasan pekerjaan di lapangan dibuat buku harian,
mingguan dan bulanan. Segala peristiwa dan kejadian yang penting dilapangan direkam di
dalam laporan tersebut untuk dipergunakan sebagai pegangan dalam pengambilan
keputusan dan tindak turun tangan.
Buku harian dibuat dalam 4 (empat) rangkap dan ditanda-tangani oleh Kontraktor,
diperiksa dan disetujui oleh Direksi Teknik dan diketahui oleh Pimbagpro/Pejabat
Lapangan.
2. Laporan Mingguan
Seperti juga dengan buku harian, laporan mingguan dibuat setiap minggu yang berisikan
rangkuman dari laporan harian dan berintikan jenis dan kemampuan fisik kumulatif
pekerjaan dalam periode satu minggu, serta hal-hal atau kejadian-kejadian penting yang
perlu ditonjolkan.
Laporan mingguan adalah ringkasan dari laporan harian, laporan ini terutama ditujukan
kepada atasan proyek sebagai masukan untuk keperluan pengendalian proyek dari
atasannya. Dilaporkan juga kemajuan proyek fisik dan finansial, masalah-masalah yang
dihadapi serta bagaimana mengatasinya masalah-masalah yang masih belum selesai
diusulkan bagaimana menyelesaikannya dan bantuan apa yang diperlukan.
3. Laporan Bulanan
Seperti juga dengan kewajiban membuat laporan mingguan, kontraktor juga harus
membuat laporan bulanan yang berisikan kemajuan fisik kumulatif bulanan dari
komplikasi laporan mingguan dan hal-hal serta kejadian-kejadian penting yang timbul
dalam bulan bersangkutan yang nantinya akan dijadikan sebagai dasar dalam
perhitungan pembuatan berita acara statement untuk tagihan pembayaran bulanan.
Secara ringkas laporan bulanan memuat setidak-tidaknya :
a. Data teknis singkat proyek
b. Peta lokasi proyek
c. Nilai kontrak asal dan addendum terakhir
d. Kemajuan proyek secara fisik dan finansial, dibandingkan dengan jadwal
pelaksanaan (behind schedule atau ahead)
e. Hambatan-hambatan yang dialami proyek dan usaha-usaha mengatasinya.
f. Bila ada claim kontraktor dan usaha penyelesaiannya.
g. Kecelakaan yang terjadi di proyek dengan uraian singkat terjadinya kecelakaan
korban material dan jiwa (luka/meninggal) serta dari pihak mana.
h. Sertifikat bulanan untuk bulan laporan.
i. Kegiatan-kegiatan kontraktor, engineer, proyek selama bulan laporan.
j. Keadaan cuaca pada umumnya serta sampai seberapa jauh keadaan operasi proyek
tersebut berpengaruh.
1. Laporan Harian
Dalam laporan ini dicatat :
a. Hari dan tanggal
b. Keadaan cuaca
c. Aktivitas kegiatan di hari itu, termasuk instruksi-instruksi dan tindakan turun tangan
kepada kontraktor
d. Kegiatan pekerjaan kontraktor di lapangan
e. Masalah-masalah yang terjadi di lapangan dan penyelesaiannya
f. Diskusi-diskusi dengan kontraktor yang dianggap penting
g. Tamu-tamu resmi yang diinspeksi ke proyek
h. Pekerjaan atau material yang ditolak dan alasannya
i. Jam mulai dan selesainya operasi hari itu dari personil dan peralatan
j. Kedatangan dan pemindahan peralatan
k. Kemajuan survei (staking out) dan pekerjaan.
Laporan tugas inspektur lebih detail dari lingkup tugas yang menjadi tanggung jawabnya
laporan pemimpin proyek atau site engineer merupakan kondisi secara umum. Semua
laporan harian tersebut merupakan arsip permanen pada penyelesaian proyek.
4. Laporan Triwulan
Pada tiap akhir triwulan tahun anggaran konsultan harus menyiapkan dan menyerahkan
kepada pemimpin proyek/kepala satuan kerja laporan triwulan yang berisi evaluasi
kejadian-kejadian penting selama triwulan yang bersangkutan.
Laporan triwulan dibuat direksi pekerjaan sebagai ringkasan laporan bulanan dan dibuat
dengan referensi laporan harian dan laporan mingguan.
Setiap jenis laporan sebagai bagian dari kegiatan pengawasan dibuat dengan melalui
tahapan proses sebagai berikut :
dibuat langsung oleh direksi teknis, dan
diperiksa untuk mendapat persetujuan Pengguna Jasa/Direksi Pekerjaan.
Untuk keperluan distribusi laporan, maka setiap laporan dibuat dalam jumlah rangkap
tertentu, yaitu sebagai berikut :
LAPORAN
URAIAN DIREKSI
HARIAN MINGGUAN BULANAN AKHIR
TEKNIS
Pengguna Jasa/Direksi
Pekerjaan (Pengguna Asli Asli Asli Asli Copy-3
Jasa)
Atasan Pengguna Jasa - - Copy-1 Copy-1 Asli
Atasan Langsung
- - Copy-2 Copy-2 Copy-1
Pengguna Jasa
Penyedia Jasa
Copy-1 Copy-1 Copy-3 - Copy-2
(Kontraktor)
Direksi Teknis
Copy-2 Copy-2 Copy-4 - -
(Konsultan Supervisi)
Jumlah 3 3 5 3 4
Semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan (pengguna jasa/direksi pekerjaan,
penyedia jasa, direksi teknis, dan perencana), wajib menyimpan dan memelihara dokumen
pelaksanaan pekerjaan selama umur rencana konstruksi atau maksimal 10 (sepuluh) tahun
terhitung sejak penyerahan akhir pekerjaan. Hal ini diperlukan untuk dapat memenuhi
ketentuan-ketentuan di bawah ini:
Dokumen-dokumen tersebut diatas diperluan untuk kegiatan pembinaan jalan dalam hal-hal
sebagai berikut:
Catatan sejarah penanganan jalan (leger jalan);
Perencanaan, pemrograman, penganggaran;
Pemeliharaan; dan
Pengoperasian.
Pada prinsipnya, pembuatan laporan sebagai bagian dari kegiatan pengawasan telah diatur
dan harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang tercakup dalam berbagai keputusan sebagai
berikut :
Keppres No. 80/2003: Lampiran I, Bab II.D.2.c mengenai Laporan hasil Pekerjaan;
Kepmen Kimpraswil No. 257/2004 mengenai Syarat-syarat Umum Kontrak, Bab IV.A.26
mengenai Laporan Hasil Pekerjaan;
Kepmen Kimpraswil No. 349/2004, Bab V.R.12 mengenai Laporan Hasil Pekerjaan;
UU No. 18/1999 mengenai Jasa Konstruksi;
PP No. 29/2000 mengenai Penyelenggaraan Jasa Konstruksi; dan
Syarat Umum Dokumen Kontrak.
BAB IV
RAPAT PEMBUKTIAN
(SHOW-CAUSE MEETING/SCM)
4.1. UMUM
Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan dibagi dalam berbagai tingkatan, dan tiap tingkatan
keterlambatan memberikan konsekwensi pada tingkat mana SCM harus diselenggarakan
yakni SCM tingkat proyek, SCM tingkat atasan langsung dan SCM tingkat atasan.
Sesuai ketentuan kontrak, keterlambatan pelaksanaan pekerjaan dinyatakan sebagai
keterlambatan yang kritis atau kontrak kritis apabila terjadi keterlambatan pelaksanaan
pekerjaan sesuai kriteria keterlambatan sebagai berikut:
c. Bahan jembatan;
d. Metode kerja;
e. Manajemen kontraktor;
f. Keuangan;
g. Peralatan;
h. Sebab-sebab lain.
3. Penanganan yang telah dilakukan;
4. Permasalahan lain yang dihadapi pengguna jasa atau kontraktor.
Permasalahan diidentifikasi secara jujur, rinci dan lengkap dengan sehingga para pembahas
akan mendapatkan gambaran yang lengkap, jelas, senyatanya dan terkini agar pengambilan
keputusan penyelesaiannya dapat diambil secara tepat.
Identifikasi permasalahan harus telah dilakukan pembahasan terlebih dahulu dengan direksi
pekerjaan dan kontraktor.
Uji coba kemampuan kontraktor dalam meyelesaikan kontrak dilakukan sebagai berikut:
Selama uji coba, Pinpro/Pinbagpro/Kasatker melakukan pemantauan terhadap kegiatan
kontraktor.
Apabila kontraktor ada tendensi menunjukkan hasil yang tidak sesuai kesepakatan, maka
Pinpro / Pinbagpro/Kasatker mengeluarkan surat peringatan dengan tembusan
dikirimkan kepada Atasan Langsung / Atasan Pinpro / Pinbagpro/ Kasatker.
Pada akhir uji coba kemampuan dilakukan evaluasi terhadap semua pencapaian selama
uji coba kemampuan, dan bila diperlukan dapat dilakukan uji coba kemampuan lagi.
Apabila sudah jelas bahwa kontraktor tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai
dokumen kontrak, maka dapat dilakukan :
o Kesepakatan tiga pihak (three parties agrement), atau
o Pemutusan kontrak.
kontrak, maka selisih harga satuan menjadi tanggung jawab kontraktor sesuai
kesepakatan anatar pihak kontraktor dan pihak ketiga.
4. Pembayaran kepada pihak ketiga dapat dilakukan secara langsung.
5. Kesepakatan tiga pihak dituangkan dalam berita acara dan menjadi dasar pembuatan
amandemen kontrak.
6. Kesepakatan tersebut harus ditindak lanjuti dengan pembuatan amandemen kontrak
yang ditandatangani oleh para pihak (Pinpro/Pinbagpro/Kasatker, kontraktor pertama dan
kontraktor pengganti)
RANGKUMAN
RAPAT PELAKSANAN PEKERJAAN JEMBATAN
3. Rapat-rapat berkala yang dilakukan secara berkala yang dilakuakan guna membahas
kemajuan pekerjaan, permasalahan yang timbul sasat pelaksaanaan, dan sekaligu
membahas alternatif pemecahan masalah yang timbul selama pelaksanaan, sehingga
apabila terjadi penyimpangan sasat pelaksanaan dapat seger dilakukan koreksi
perbaikan.