Anda di halaman 1dari 71

METODE PENDIDIKAN ANAK

MENURUT DR. ABDULLAH NASHIH ‘ULWAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Kependidikan Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Publisistik Thawalib Jakarta untuk
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Islam (S.Pd)

Oleh :
Fajrin Dzul Fadhlil

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PUBLISISTIK


THAWALIB INDONESIA
2019

1
METODE PENDIDIKAN ANAK

MENURUT DR. ABDULLAH NASHIH ‘ULWAN


Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Kependidikan Islam
Sekolah Tinggi Agama Islam Publisistik Thawalib Jakarta untuk
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Islam (S.Pd)

Oleh :
Fajrin Dzul Fadhlil

2
Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Suherman Saji, SPd, M. Pd Dr. Muhammad Faqihudin, MM. Pd

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul Metode Pendidikan Anak Menurut DR. Abdullah Nashih Ulwan telah
dipertanggung jawabkan dalam sidang munaqasah STAI Publisistik Thawalib
Indonesia pada:

Hari/Tanggal : Kamis, 31 Januari 2019


Tempat : STAI Publisistik Thawalib Indonesia
Waktu : 08.00 s/d Selesai

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kependidikan pada Jurusan Kependidikan Islam di Sekolah Tinggi Agama
Islam Publisistik Thawalib Indonesia

Jakarta, Januari 2019

Sidang Munaqasah

Ketua, Sekertaris,

…………………………… …………………………

3
Penguji

Penguji I Penguji II

…………………………… ….……………….………

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Puji syukur Kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat taufiq dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu
persyaratan menyelesaikan perkuliahan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Islam pada Prodi Kependidikan Islam Sekolah Tinggi Islam Publisistik Thawalib
Indonesia. Sholawat beserta salam semoga senantiasa disampaikan kepada Rasulullah
Muhammad SAW. Keluarga, sahabat serta para pengikutnya yang setia hingga akhir
zaman. Amiin Ya Robbal’alamin.

Skripsi ini membahas tentang “Metode Pendidikan Anak Menurut DR.


Abdullah Nashih Ulwan”. Dalam penyusunannya penulis banyak mendapat bantuan
dan bimbingan, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih terutama kepada
Bapak/Ibu:

1. Bapak Dr. Ilyas Indra DJ, SH, MH, selaku Ketua Sekolah Tinggi Islam
Publisistik Thawalib Indonesia, yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menyelesaikan pendidikan di Jenjang Sarjana
2. Bapak Drs. Syamsudin Kastoer, M.Pd, selaku Pembantu Ketua Bidang

4
Akademik Sekolah Tinggi Islam Publisistik Thawalib Indonesia yang telah
memberikan arahan dan saran dalam penulisan skripsi ini.
3. Bapak Dr. H. Suherman Saji, S.Pd, M.Pd, selaku Pembimbing I yang telah
meluangkan waktuya dan dorongan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Muhammad Faqihuddin, MM.Pd, selaku Pembimbing II yang telah
meluangkan waktuya guna memberikan bimbingan dan petunjuk yang sangat
berharga kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Kepada keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan mengorbankan
waktunya dengan ikhlas dari awal hingga akhir penulisan ini.
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu dan memberi kemudahan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Semoga amal dan budi baik mereka mendapat balasan yang sebanyak–
banyaknya dari Allah SWT. Amin . . .

Jakarta, Januari 2019

Penulis

Fajrin Dzul Fadhlil

5
MOTTO
ً‫مربتمناً مهلب لممناً إملن أملزمواَإجمناً مومذررتياًتإمناً قمترةم أملعيِمنن مواَلجمعللمناً لإللممتتإقيِمن إإمماًمما‬
"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan
keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami

imam bagi orang-orang yang bertakwa,”

(QS; Alfurqon ayat 74)

6
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode pendidikan anak dalam

Islam menurut DR. Abdullah Nashih Ulwan dalam kitab Tarbiyatul Awlad Fil Islam.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan

kualitatif jenis studi pustaka dengan menggunakan sumber pokok kitab Tarbiyatul

Awlad Fil Islam karangan DR. Abdullah Nasih Ulwan. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa metode pendidikan anak menurut DR. Abdullah Nasih Ulwan

adalah melalui keteladanan, pembiasaan, pemberian nasehat, pengawasan dan

pemberian hukuman. Selain itu setiap pembahasannya selalu didasarkan pada bukti

atau dalil Alquran, Hadis maupun pendapat ulama.

7
DAFTAR ISI

Contents
METODE PENDIDIKAN ANAK 1
MENURUT DR. ABDULLAH NASHIH ‘ULWAN 1
METODE PENDIDIKAN ANAK 2
MENURUT DR. ABDULLAH NASHIH ‘ULWAN 2
LEMBAR PENGESAHAN 3
KATA PENGANTAR 4
MOTTO 6
ABSTRAK 7
DAFTAR ISI 8
BAB I 10
PENDAHULUAN 10
A. Latar Belakang Masalah 10
B. Rumusan Masalah 12
C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 12

8
D. Tinjauan Pustaka 12
E. Metodologi Penelitian 20
F. Sistematika Penelitian 21
BAB II 22
LANDASAN TEORI 22
A. Metode 22
B. Pendidikan 25
C. Pengertian Anak 28
BAB III 36
BIOGRAFI DR. ABDULLAH NASHIH ‘ULWAN 36
A. SEKILAS KEHIDUPAN ABDULLAH NASHIH ULWAN 36
B. KEPRIBADIAN ABDULLAH NASHIH ULWAN 37
C. LATAR BELAKANG PENDIDIKAN ABDULLAH NASHIH
ULWAN 39
D. KARIR PROFESI ABDULLAH NASHIH ULWAN 41
E. KARYA-KARYA ABDULLAH NASHIH ULWAN 43
F. WAFAT ABDULLAH NASHIH ULWAN 46
BAB IV 49
ANALISA 49
A. Metode Pendidikan Anak Dalam Islam 49
1. Metode Keteladanan 50
2. Metode Pembiasaan 51
3. Metode Nasihat 53
4. Metode Perhatian / Pengawasan 56
5. Metode Hukuman 57
BAB V 60
PENUTUP 60
A. Kesimpulan 60
B. Saran 61
DAFTAR PUSTAKA 63

9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Untuk mewujudkan anak yang memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan maka dibutuhkan

metode pendidikan Islam, sebab metode merupakan komponen penting dalam

10
pendidikan serta menentukan berhasil tidaknya proses pendidikan dalam

mendidik anak. Seorang anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya,

kalbunya yang masih suci bagaikan permata yang begitu polos, bebas dari

segala macam pahatan dan gambaran, siap untuk menerima setiap pahatan

apapun, selalu cenderung pada kebiasaan yang diberikan kepadanya. Jika anak

dibiasakan untuk melakukan kebaikan, niscaya dia akan tumbuh menjadi

orang yang baik sehingga memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat, semua

itu ditentukan oleh orang tuanya sebagai pendidik. sebaliknya bila anak

dibiasakan melakukan hal-hal yang buruk dan ditelantarkan tanpa memperoleh

pendidikan dan pengajaran seperti hewan ternak yang dilepaskan, bebas

semaunya begitu saja, maka anak akan menjadi celaka dan binasa. Mengingat

begitu penting dan berat tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak,

orang tua perlu memahami metode pendidikan Islam yang berlandaskan

Alquran dan Assunah.

Metode pendidikan Islam dalam penerapannya lebih menekankan

kepada nilai-nilai keteladanan dan kasih sayang, memberikan teladan yang

baik dalam pandangan Islam merupakan metode pendidikan yang paling

membekas pada anak, ketika si anak menemukan pada diri kedua orang tuanya

teladan yang baik, misalnya shalat tepat waktu, lemah-lembut, sayang kepada

keluarga, menafkahi hasil pekerjaan yang halal, dan lain sebagainya maka

anak akan tumbuh menjadi anak yang sholeh dan berakhlak mulia.

11
Kitab Tarbiyatul awlad fil Islam ini merupakan kajian lengkap tentang

metode pendidikan yang sempurna yang patut dipedomani oleh para orangtua,

wali dan pendidik dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Uraiannya yang

aktual dan operasional serta setiap bab selalu mencantumkan dalil-dalil

Alquran menjadikan kitab ini mudah dipahami sekaligus dipraktekkan dalam

kondisi masyarakat manapun baik tradisonal, maupun modren. Penelitian ini

sendiri di maksudkan untuk mendeskripsikan dan mengkaji segala macam

metode yang telah di sebutkan oleh DR. Abdullah Nashih Ulwan Dalam

kitabnya ini yaitu Kitab Tarbiyatul awlad fil Islam.

B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah tersebut diatas, maka ada

beberapa pokok persoalan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

1.Bagaimanakah metode pendidikan menurut DR. Abdullah Nashih Ulwan?

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian


1. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Menemukan metode terbaik dalam mendidik anak yang sesuai dengan Al-

Quran dan As-Sunnah


b. Mendeskripskan lebih spesifik metode yang di jabarkan dalam Kitab

Tarbiyatul Aulad fil Islam oleh DR. Abdullah Nashih Ulwan.


2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah :

12
a. Memberikan masukan kepada guru dan orangtua mengenai metode atau

cara pengajaran bagi anak perempuan di masa kanak-kanak.


b. Menberikan konstribusi yang lebih tinggi bagi kemajuan bangsa Indonesia

pada umumnya dan pendidikan pada khususnya

D. Tinjauan Pustaka
1. JURNAL QATHRUNÂ Vol. 1 No.1 Periode Januari-Juni 2014 Metode

Pendidikan Islam: M. Kholil Asy’ari


Metode adalah seperangkat cara, jalan dan teknik yang dipakai oleh

guru (pendidik) dalam proses belajar mengajar agar siswa (murid, peserta

didik) mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi tertentu yang

dirumuskan dalam kurikulum, silabus dan mata pelajaran. Pendidikan

Islam adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara

sesuai dengan ajaran Islam untuk kebahagiaan hidup di dunia dan akherat.

Untuk melahirkan peserta didik yang berkualitas dibutuhkan metode yang

tepat dalam memberikan materi pelajaran.


2. Mar’atin Qonitah, 2009. Konsep Metode Pendidikan Islam (Studi

Pemikiran Prof. Dr. H. M. Quraish Shihab, M.A.)


Penulis mengambil pemikiran M. Quraish Shihab didasari oleh

keinginan mendalami pemikiran Quraish Shihab mengenai metode

pendidikan Islam, M. Quraish Shihab adalah tokoh yang sering berbicara

13
mengenai pendidikan. Pemikirannya selalu mengacu kepada al-Qur'an dan

senantiasa dikontekskan dengan perkembangan zaman, M. Quraish Shihab

berperan cukup besar dalam perkembangan Islam terutama di Indonesia

melalui beberapa tafsir dan hasil karya-karyanya. Rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana konsep metode pendidikan Islam menurut

Prof. Dr. H.M. Quraish Shihab, MA. Untuk memperoleh hasil penelitian,

penulis menggunakan library research dengan pendekatan deskriptif

terhadap data (primer dan sekunder) yang bersifat kualitatif, serta

menggunakan berbagai metode yaitu content analysis dan didukung

dengan metode deduktif, induktif dan komparatif. Hasil penelitian yang

diperoleh bahwa metode pendidikan Islam menurut M. Quraish Shihab

adalah metode dialog yang menghantarkan siswa untuk berani

mengemukakan pendapat kemudian pendidik yang meluruskan jawaban-

jawaban dari siswa, metode keteladanan yang menjadikan siswa merubah

perilakunya dan mencontoh segala tindakan yang dijadikan teladan bagi

siswa, metode nasihat yang menyandarkan siswa dalam setiap

tindakannya, metode kisah yang mengarahkan siswa mencari pengalaman

dan mampu mengambil hikmah dari kisah tersebut, metode pembiasaan

yang mengarahkan siswa senantiasa membiasakan perilaku baik, serta

metode sanksi yang mempengaruhi siswa menghindari segala macam

bentuk pelanggaran dan metode ganjaran yang merangsang siswa

senantiasa meningkatkan prestasinya. Semua metode tersebut selain

membangun siswa berani mengemukakan pendapat, mencari solusi tetapi

14
juga membangun karakter siswa dan pendidikan moral yang baik pada

siswa. Sementara jika melihat metode pendidikan saat ini bertolak

belakang dengan metode yang diungkap Quraish Shihab, metode sekarang

seperti metode discovery, metode brain storming, metode simulasi, metode

inquiry, metode hafalan dan lain-lain. Hanya menitikberatkan pada murid

dan guru hanya sebagai motivator dan fasilitator sehingga pembentukan

moral pada siswa terabaikan. Oleh karena itu sebagai pendidik hendaknya

mempelajari dan mempraktekkan metode pendidikan Islam yang terdapat

dalam al-Qur'an agar tujuan pendidikan tercapai secara optimal.


3. Tusmiati, Tusmiati (2016) Metode pendidikan perspektif Hamdani Bakran

Adz-Dzakiey. Undergraduate (S1) thesis, UIN Walisongo.


Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, adalah praktisi tasawuf, konselor,

psikoterapis, dan pendidik. Lahir di Balikpapan, 3 Mei 1960. Alumnus

Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan mengajar pada

beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta dan Surakarta, yakni Fakultas

Syariah IAIN Sunan Kalijaga, Fakultas Psikologi Universitas Islam

Indonesia, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta,

Fakultas Agama Islam dan Ekonomi Universitas Cokroaminoto, dan

Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Klaten. Pendiri sekaligus

sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Muttaqien di Babadan,

Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.


Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, banyak menaruh perhatian dengan

persoalan pendidikan, khususnya pendidikan Islam. Hal tersebut

dibuktikan dengan karya-karya yang mengupas persoalan pendidikan,

15
seperti: Psikologi Kenabian; Memahami Eksistensi Belajar, Seri 5,

(Yogyakarta: Daristy, 2015); Prophetic Intelligence, (Yogyakarta: Islamika,

2015).
Penelitian ini menggunakan-jenis penelitian kualitatif, library research

(penelitian kepustakaan), dan studi tokoh. Data Primer yaitu buku karya

Hamdani Bakran Adz-Dzakiey: 1) Psikologi Kenabian: Memahami

Eksistensi Belajar; 2) Psikologi Kenabian: Memahami Eksistensi

Kecerdasan Kenabian; 3) Metode Bersahabat dengan Para Malaikat

Berjumpa dengan Rasulullah. Data Sekunder yaitu sejumlah literatur yang

relevan dengan judul ini, di antaranya: buku-buku, kitab, artikel, internet

dan sejumlah data tertulis lainnya. Dalam pengumpulan data, peneliti

menempuh langkah-langkah melalui riset kepustakaan (library research)

yaitu penelitian kepustakaan murni. Dalam membahas dan menelaah data,

penulis menggunakan analisis isi (content analysis) adalah teknik

penelitian untuk membuat inferensi-inferensi (kesimpulan-kesimpulan)

yang ditiru (reflicable), dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya.

Analisis isi berhubungan dengan komunikasi atau isi komunikasi.


4. Lestari, Ayu Fitri (2017) METODE PENDIDIKAN ISLAM
5. (Kajian Tafsir Tematik). Undergraduate thesis, UIN Raden Intan

Lampung.
Metode pendidikan Islam adalah jalan yang dapat ditempuh untuk

memudahkan pendidik dalam membentuk pribadi muslim yang

berkepribadian Islam dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang

digariskkan oleh Al-Qur'an dan hadits. Agar individu atau manusia

berkembang menjadi seorang pribadi yang beragama (beriman, bertakwa,

16
dan berakhlak mulia) dan mengembangkan rahmatan lil alamin perlu

diberi intervensi, yang dalam hal ini adalah pendidikan Islam. Melalui

pendidikan Islam diharapkan individu dapat mengembangkan potensi

takwa kepada- Nya. Apabila potensi ini berkembang dengan baik, maka

individu akan mampu mengendalikan potensi jujur-Nya. Hal ini

dimaksudkan agar tidak terwujud dalam bentuk- bentuk perilaku yang

bertentangan dengan nilai-nilai agama yang telah tertanam dalam dirinya.

Jika kita mengamati fenomena empirik yang ada di hadapan kita,

sepertinya pendidikan Islam tampaknya terasa kurang terkait atau kurang

memperhatikan terhadap persoalan bagaimana mengubah pengetahuan

Islam yang bersifat kognitif menjadi makna dan nilai yang perlu

diinternalisasikan dalam jiwa peserta didik sehingga dapat menjadi sumber

motivasi bagi peserta didik untuk bergerak, berbuat dan berperilaku yang

baik dalam kehidupan sehari harinya. Penelitian ini bersifat kepustakaan

(Library Research), yaitu kajian pustaka dengan mengambil data-data

tertulis dari buku, jurnal, kamus, maupun berbagai literature yang terdapat

dalam perpustakaan. Lebih dari itu, penelitian ini merupakan penelitian

kualitatif, yaitu penelitian dengan data-data kualitatif berupa: ayat-ayat Al-

Qur'an, penafsiran al-Qur'an , al-hadits dan sunnah Nabi, atsar sahabat,

pendapatpendapat para ulama, riwayat, pengertian bahasa dan lafadz Al-

Qur'an, serta kaedah maupun teori ilmu pengetahuan. Dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan pendekatan kajian tematik (maudhu'i) yaitu

mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an yang mempunyai tujuan yang satu

17
yang bersama-sama membahas topik/judul tema tertentu dan

menertibkannya sedapat mungkin sesuai dengan masa turunnya, selaras

dengan sebab-sebab turunnya, kemudian memperhatikan ayat-ayat tersebut

dengan menjelaskan keterangan dengan hubungan-hubungannya dengan

ayat yang lain dan menginstinbatkannya, kemudian akan diaplikasikan

terhadap ayat-ayat yang terkait dengan metode pendidikan Islam.

Berdasarkan hasil penelitian, dalam metode pendidikan Islam terdapat

beberapa metode pendidikan Islam yang merujuk dengan kata metode

dalam Al-Qur'an yakni yang dibahas metode pembiasaan, metode

keteladanan, metode perumpamaan, metode kisah, dan metode targhib wa

tarhib.
6. Nurjannah Rianie, PENDEKATAN DAN METODE PENDIDIKAN

ISLAM (Sebuah Perbandingan dalam Konsep Teori Pendidikan Islam dan

Barat)
Kemajuan sebuah Negara sangat tergantung kepada kemajuan

pendidikannya (termasuk di dalamnya pendidikan Islam), dan dalam

pendidikan itu erat kaitannya dengan penggunaan pendekatan dan metode

yang dilakukan selama proses belajar mengajar terjadi. Pendekatan dan

metode selayaknya dikuasai oleh seorang pengajar supaya bisa mencapai

tujuan yang sudah ditetapkan. Penggunaan pendekatan dan metode yang

tepat dan sesuai dengan materi pelajaran serta situasi dan kondisi yang ada

akan mengantarkan anak didik ke dalam penguasaan isi pelajaran yang

diharapkan. Begitu pentingnya pendekatan dan metode dalam pendidikan,

maka pendidik dituntut profesionalitasnya dalam mengembangkan

18
pendekatan dan metode tersebut. Pendidik harus mengetahui keunggulan

dan kelemahan dari masing-masing pendekatan dan metode yang akan

diguna-kan serta menentukan pilihan yang paling tepat sehingga peserta

didik lebih aktif dan kritis dalam proses pembelajaran. Dan yang paling

terpenting adalah dengan pendekatan dan metode itu, peserta didik sampai

kepada tujuan yang diinginkan.

Dari kelima penelitian di atas masing masing memiliki kesamaan

dan perbedaan dengan penelitian ini. M. Khalil Asy ‘ari focus terhadap

penetapan silabus, kurikulum, dan mata pelajaran yang sesuai untuk

mengeluarkan seluruh potensi, bakat dan kemampuan masing- masing

anggota didik. Mar’atin Qonitah, menitikberatkan penelitiannya pada

pemikiran Quraish Shihab, yang mana lebih mengutamakan metode yang

membuat murid dapat mengemukakan pendapat mereka di depan guru dan

gurupun dapat membenarkannya jika terjadi kesalah pemahaman. Tusmiati

berpendapat tentang metode yangdi usung oleh Hamdani Bakran Adz

Dzakiey yang meliputi seluruh metode yang ada akan berpengaruh jika

pelaku metode tersebut pantas dan mampu menjalankan metode tersebut.

Ayu Fiitri lestari lebih menitik beratkan penelitiannya kepada studi tafsir

ayat ayat al quran yang berhubungan dengan pendidikan, memahami ayat

yang bersifatkognitif menjadi makna yang dapat diambil intisarinya dan di

praktekan dalam keseharian pendidikan. Nurjannah Rianie memfokuskan

penelitiannya dalam membandingkan Teori Pendidikan Islam dan Barat.

19
Perbedaan kelima penelitian ini dengan penelitian penulis ada dalam focus

kajian. Yaitu penelitian ini lebih menekankan pada Metode Pendidikan

Islam menurut DR. Abdullah Nashih Ulwan. Persamaannya terletak pada

pendidikannya dan prespektif keislaman.

E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian

Jenis kepenelitian ini adalah termasuk penelitian kepustakaan

(Library Research). Artinya, data-datanya berasal dari sumber-sumber

kepustakaan. Baik berupa buku ,ensiklopedi, jurnal, majalah, surat

kabar dan sebagainya.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Deskretif - Analitik, dengan menelaah dan menjelaskan masalah yang

ada dalam pokok pembahasan. Kemudian menganalisa permasala han

sehingga masalah menjadi jelas dan diketahui letak pemikirannya.

Pengumpulan data menggunakan metode studi kepustakaan yaitu

menelusuri sumber-sumber tertulis dari buku, jurnal atau hasil

penelitian. Diusahakan data-data yang dikumpulkan selengkap mungkin,

baik data primer maupun data sekunder, yaitu dengan menelaah buku-

buku yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan

pendidikan dan moralitas.

20
Keseluruhan yang digunakan dalam penelitian yang diperoleh

selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan metode analisis

Deskriptif- Analitik. Dengan metode ini diharapkan dapat dipilah secara

tegas antara perumusan suatu teori disuatu sisi dan studi terapan disisi

lain.

F. Sistematika Penelitian
Guna mempermudah membaca hasil penelitian ini, penulis membagi

penelitian ini dalam empat bab sebagai berikut:


Bab pertama, pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuaan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, landasan

teori dan sistematika pembahasan.


Bab kedua, yaitu mendeskripsikan pendidikan anak menurut perspektif

Islam. Bab dua membahas tentang tujuan pendidikan Islam, landasan

pendidikan, prinsip-prinsip, dan ruang lingkup pendidikan anak menurut

ajaran Islam.
Bab ketiga, membahas tentang biografi DR. Abdullah Nashih Ulwan,

sekilas tentang kehidupan beliau, dimana beliau dilahirkan, riwayat

pendidikan beliau, profesi beliau, karya karya beliau, dan kapan beliau wafat.
Bab keempat tentang metode yang dicanangkan oleh DR. Abdullah

Nashih Ulwan dalam bukunya.


Bab kelima, tentang kesimpulan yang dapat di ambil dari rangkaian

metode yang di canangkan oleh beliau, serta saran yang dapat penulis

sampaikan.

21
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Metode
Secara bahasa kata “metode” berasal dari bahasa Yunani yaitu

methodos, dan dalam bahasa Inggris ditulis method, yang berarti cara atau

jalan. Dalam bahasa Arab disebut Thoriqoh, dan adakalanya juga disebut

uslub. Metode pembelajaran diistilahkan dengan thoriqoh al-tadris,

sedangkan metode mengajar guru biasa juga disebut uslub al-tadris kedua-

duanya mengandung pengertian metode, cara ataupun prosedur.


Secara terminologi menurut Zakiah Dradjat metode adalah suatu

cara kerja yang sistematik dan umum terutama dalam mencari kebenaran

ilmiah. di dalam kamus besar Bahasa Indonesia metode ialah cara teratur

yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai

sesuaidengan yang dikendaki: cara kerja yang bersistem untuk

memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang

ditentukan. Menurut Arifin, metode diartikan sebagai salah satu cara untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Itu berarti faktor metode harus

mendapat perhatian dalam setiap penyampaian ajaran agama dalam

berbagai media dan pelembagaan.


Muhammad Athiyah al-Abrasyi mengartikan metode sebagai jalan

yang dilalui untuk memperoleh pemahaman pada peserta didik. Abd al-

Aziz mengartikan metode dengan cara-cara memperoleh informasi,

22
pengetahuan, pandangan, kebiasaan berfikir, serta cinta kepada ilmu, guru

dan sekolah.
Menurut Al-Syaibany metode pendidikan adalah segi kegiatan

yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian

mata pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri perkembangan peserta didiknya

dan suasana alam sekitarnya serta tujuan membimbing peserta didik untuk

mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki

pada tingkah-laku mereka. Pendidikan Menurut Ramayulis dan Samsul

Nizar merupakan sistem yang menungkinkan peserta didik dapat

mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam. Melalui

pendekatan ini, ia akan dengan mudah membentuk kehidupan dirinya

sesuai nilai-nilai ajaran Islam yang diyakininya.


Adapun prinsip metode pendidikan Islam adalah sesuai dengan

Q.S. an-Nahal/16: 125 yaitu dengan hikmah, melelui pengajaran yang baik

dan dengan cara perdebatan yang baik pula

‫ظاة اعللحلسنلاة لولجاِادعلهمعم اباِلبَتاعي اهلي العحلسنمن اابَن لرببَ ل‬


‫ك هملو الععللمم‬ ‫ع االلىٰ لسباعيال لربب ل‬
‫ك اباِعلاحعكلماة لواعللمعواع ل‬ ‫امعد م‬

(125:‫ضبَل لععن لسباعيلاهه لوهملو الععللمم اباِعلممعهتلادعيلن (النحل‬


‫بالمعن ل‬

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan

hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara

yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui

tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih

mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.

23
Dari penjelasan di atas sudah jelas bahwa dalam memberikan

pendidikan atau nasehat kepada anak seharusnya dengan kata-kata

yang baik dan ketika mereka berbuat salah hendaknya diberi

peringatan yang baik pula. Hal ini senada dengan Abdul Mun’in

Ibrahim didalam bukunya ia berkata bahwa orang tua harus dapat

menjauhi tindakan mencela atau memukul anak, jika sedang

melakukan kesalahan. Akan tetapi langkah yang harus ditempuh oleh

para orang tua adalah memberikan penjelasan dan pengararahan

kepada anak yang melakukan kesalahan.


Adapun prinsip metode dalam pendidikan Islam yaitu:

a) Mempermudah: metode yang digunakan oleh pendidik pada

dasarnya adalah menggunakan suatu cara yang memberikan

kemudahan bagi peserta didik untuk menghayati dan mengamalkan

ilmu pengetahuan, keterampilan dan sekaligus mengidentifikasi

dirinya dengan nilai-nilai yang terdapat dalam ilmu pengetahuan

dan keterampilan tersebut


b) Berkesinambungan: pendidik diharapkan menggunakan beraneka

macam metode yang saling berkesinambungan agar materi

pendidikan dan pengajaran dapat berjalan dengan sistematis dan

gamblang
c) Fleksibel dan dinamis: dengan kelenturan dan kedinamisan metode

tersebut, pemakaian metode tidak hanya menoton, seorang

pendidik dapat memilih salah satu dari berbagai alternatif yang

ditawarkan oleh pakar yang dianggapnya cocok dan pas dengan

24
materi, kondisi peserta didik, sarana dan prasarana, situasi dan

kondisi lingkungan serta suasana pada waktu itu.

B. Pendidikan
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut H. Fuad Ihsan (2005: 1) menjelaskan bahwa dalam pengertian

yang sederhana dan umum makna pendidikan sebagai “Usaha manusia

untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan

baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam

masyarakat dan kebudayaan”. Usaha-usaha yang dilakukan untuk

menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut serta mewariskan

kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan

kehidupan yang terjadi dalam suatu proses pendidikan sebagai usaha

manusia untuk melestarikan hidupnya.

Disamping itu Jhon Dewey (2003: 69) menjelaskan bahwa

“Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan

fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama

manusia”. Sedangkan menurut J.J. Rousseau (2003: 69) menjelaskan

25
bahawa “Pendidikan merupakan memberikan kita pembekalan yang tidak

ada pada masa kanak kanak, akan tetapi kita membutuhkanya pada masa

dewasa”.

Dilain pihak Oemar Hamalik (2001: 79) menjelaskan bahwa

“Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungan dan dengan

demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang

memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan

masyarakat”.

Menurut Feni (2014: 13) “Pendidikan merupakan bimbingan atau

pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak

untuk mencapai kedewasaanya dengan tujuan agar anak cukup cakap

melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain”.

Pendidikan Islam adalah system pendidikan yang dapat memberikan

kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-

cita Islam, karena nilai-nilai Islam telah menjiwai dan mewarnai corak

kepribadiannya. Nur Uhbiyati menyatakan, Pendidikan Islam adalah

“suatau system pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang

di butuhkan oleh hamba Allah ”. oleh karena itu Islam mempedomani

seluruh aspek kehidupan manusia muslim baik di dunia maupun di akhirat.

Sedangkan menurut Drs. Ahmad Marimba: pendidikan Islam adalah

bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam

26
menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran

Islam. Dengan pengertian yang lain sering kali beliau mengatakan

kepribadian utama dengan istilah kepribadian muslim, yaitu kepribadian

yang memiliki nilai-nilai agama Islam.

Adapun menurut Dr. Ali Ashraf, pendidikan Islam, kata saya dalam

kata pengantar crisis in muslim education-(krisis dalam pendidikan Islam)-

adalah pendidikan yang melatih sensibilitas murid-murid sedemikian rupa,

sehingga dalam perilaku mereka terhadap kehidupan, langkah-langkah dan

keputusan begitu pula pendekatan mereka terhadap semua ilmu

pengetahuan mereka diatur oleh nilai-nilai etika Islam yang sangat dalam

dirasakan.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk memberikan bimbingan atau

pertolongan dalam mengembangkan potensi jasmani dan rohani yang

diberikan oleh orang dewasa kepada anak untuk mencapai kedewasaanya

serta mencapai tujuan agar anak mampu melaksanakan tugas hidupnya

secara mandiri.

C. Pengertian Anak
a. Anak Dalam Prespektif Pendidikan Islam
Dalam kajian pendidikan islam anak sering di sebut sebagai

murid atau “Thalib”. Secara etimologi, murid berarti “orang

27
yang menghendaki”. Sedangkan menurut terminologi, murid

adalah pencari hakikat dibawah bimbingan dan arahan seorang

pembimbing spiritual.
Peserta didik (anak) adalah makhluk yang sedang

berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan menurut

fitrahnya masing-masing. Mereka perlu bimbingan dan

pengarahan yang konsisten dan berkesinambungan menuju ke

arah titik optimal kemampuan fitrahnya.11Anak (peserta didik)

merupakan individu yang belum dewasa, yang memerlukan

orang lain untuk menjadika dirinya dewasa. Anak kandung

adalah peserta didik didalam keluarga, murid adalah peserta

didik disekolah, anak-anak penduduk adalah peserta didik

masyarakat sekitar.
Islam sebagaimana yang tercermin dalam Alquran

memberikan gambaran-gambaran terkait posisi anak itu sendiri.

Adapun gambaran anak dalam Alquran adalah :

1) Anak adalah fitnah dan cobaan

‫اانبَلماَ العملوالممكعم لوالعوللمدمكعم فاعتنلةرْ نلو ل ا‬


‫ام اععنلد ه هه العجرْر لعاظعيم‬

Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah

cobaan (bagimu), dan di sisi Allah pahala yang besar.(Q.S. at-

Taghabun/64: 15)

2) Anak merupakan perhiasan

28
‫ب‬ ‫ت املن النبلسااِاء لواعلبلناعيلن لواعلقللناِاطعيار اعلممقلعن ل‬
‫طلراة املن البَذهل ا‬ ‫ب البَشهللو ا‬ ‫مزيبلن اللبَناِ ا‬
‫س مح بُ‬

‫ث ن لذلا ل‬
‫ك لملتاِع اعللحليواة البُدعنلياِ ن‬ ‫ضاة لواعللخعيال اعلمملسبَولماة لواعللعنلعاِام لواعللحعر ا‬
‫لواعلفا بَ‬

‫لو ل ا‬
‫ام اععنلدهه محعسمن اعللملاِ ا‬
‫ب‬

‫‪Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia‬‬

‫‪cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-‬‬

‫‪perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam‬‬

‫‪bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah‬‬

‫‪ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah‬‬

‫)‪tempat kembali yang baik. (Q.S. ali-Imran/3: 14‬‬

‫‪3) Anak adalah sumber rezeki‬‬

‫ق نلعحمن نلعرمزقمهمعم لواابَياِمكنعم اابَن قلعتللهمعم لكاِلن اخ ع‬


‫طـرـاِ لكباعيررا‬ ‫لولل تلعقتملمهعوا العولللدمكعم لخعشيلةل ااعملل ن ق‬

‫‪Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena‬‬

‫‪takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan‬‬

‫‪kepadamu. Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa yang‬‬

‫)‪besar.( Q.S. Al Isra 17:31‬‬

‫‪4) Anak adalah fitrah kehidupan‬‬

‫ق لا‬
‫اا‬ ‫ن‬
‫س لعللعيهلاِ لل تلعبادعيلل لالخعل ا‬ ‫ت لا‬
‫اا البَتاعي فلطللر البَناِ ل‬ ‫ك اللبدعيان لحناعيفرناِ فا ع‬
‫طلر ل‬ ‫فلاِ لقاعم لوعجهل ل‬

‫ك البدعيمن اعلقليبنمم لوللاكبَن العكثللر البَناِ ا‬


‫س لل يلععللممعونلن‬ ‫نلذلا ل‬

‫‪29‬‬
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada

agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah

menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada

perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus,

tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.( Q.S. Ar Ruum

30:30).

b. Anak Dalam Prespektif Al quran


Al-walad

Kata al-walad dengan segala bentuk divirasinya terulang

didalam Alquran sebanyak 65 kali. Di dalam bahasa Arab kata

walad jamaknya awlad, berarti anak yang dilahirkan oleh orang

tuanya, baik berjenis laki-laki maupun perempuan, besar atau kecil,

baik untuk mufrad, tatsniyah, maupun jamak. Karenanya, jika anak

belum lahir, berarti ia belum dapat disebut sebagai awlad atau al-

maulad, melainkan al-janin, yang secara etimologis terambil dari

kata janna-yajunnu, berarti sesuatu yang tertutup dan tersembunyi

(dalam rahim sang ibu), dalam Alquran, kata walad dipakai untuk

menggambarkan adanya hubungan keturunan, sehingga kata walid,

berarti ayah kandung, demikian pula kata walidah (ibu kandung).

Adapun kata walad yang terdapat dalam Alquran salah satunya

dalam Q.S.An-Nisa/4:11.Istilah ibnun berasal dari kata bana

(membuat/membangun/menopang/membentuk).Penggunaan istilah

30
ini berarti anak dibentuk/dibangun/ditopang dibuat oleh ayahnya.

Dari istilah ini juga dipakai secara umu bahwa anak yang diberi

embel-embel dengan sesuatu seolah-olah dia berasal/berdasarkan

kepada hal itu. Contoh anak kampung (anak yang berasal dari

kampung), anak sekolah (anak yang dididik disekolah), anak

minang (anak yang berasal dari minang).Alquran juga

menggunakan istilah ibn pada anak, masih seakar dengan kata bana

yang berarti membangun atau berbuat baik. Secara semantis anak

ibarat sebuah bangunan yang harus diberi pondasi yang kokoh,

orang tua harus memberikan pondasi keimanan, akhlak dan ilmu

sejak kecil, agar ia tumbuh dan berkembang menjadi anak yang

memiliki prinsip dan kepribadian yang teguh.Alquran juga

menggunakan kata ibn untuk menyebut anak. Kata ibn dengan

segala bentuk variasinya terulang sampai 161 kali. Lafaz ibn

menunjuk pada pengertian anak laki-laki yang tidak ada hubungan

nasab, yakni anak angkat, contohnya adalah pernyataan tradisi

orang-orang jahiliyah yang menisbatkan anak angkatnya seolah-

olah seperti anaknya sendiri, sehingga anak angkat itu berhak untuk

mewarisi hartanya, tidak boleh dinikahi dan sebagainya. Padahal

dalam Alquran, perilaku seperti itu tidak diperbolehan. Allah swt.

Berfirman dalam Q.S.Al-Ahzab/33: 4.

Ibnun

31
Istilah ibnun berasal dari kata bana (membuat /membangun

/menopang /membentuk).Penggunaan istilah ini berarti anak

dibentuk /dibangun /ditopang dibuat oleh ayahnya. Dari istilah ini

juga dipakai secara umu bahwa anak yang diberi embel-embel

dengan sesuatu seolah-olah dia berasal/berdasarkan kepada hal itu.

Contoh anak kampung (anak yang berasal dari kampung), anak

sekolah (anak yang dididik disekolah), anak minagn (anak yang

berasal dari minang). Dan banyak contoh lain terkait itu. Alquran

juga menggunakan istilah ibn pada anak, masih seakar dengan kata

bana yang berarti membangun atau berbuat baik. Secara semantis

anak ibarat sebuah bangunan yang harus diberi pondasi yang

kokoh, orang tua harus memberikan pondasi keimanan, akhlak dan

ilmu sejak kecil, agar ia tumbuh dan berkembang menajdi anak

yang memiliki prinsip dan kepribadian yang teguh.

Alquran juga menggunakan kata ibn untuk menyebut anak.

Kata ibn dengan segala bentuk variasinya terulang sampai 161 kali.

Lafaz ibn menunjuk pada pengertian anak laki-laki yang tidak ada

hubungan nasab, yakni anak angkat, contohnya adalah pernyataan

tradisi orang-orang jahiliyah yang menisbatkan anak angkatnya

seolah-olah seperti anaknya sendiri, sehingga anak angkat itu

berhak untuk mewarisi hartanya, tidak boleh dinikahi dan

32
sebagainya. Padahal dalam Alquran, perilaku seperti itu tidak

diperbolehan. Allah swt. Berfirman dalam Q.S.Al-Ahzab/33: 4.

Al-Ghulam

Kata al-ghulam dalam berbagai bentuknya diualng 13 kali

dalam Alquran yaitu Ali-Imran/3: 40, Yusuf/12: 19, al-Hijr/15: 53,

al-kahfi/18: 80, Maryam/19: 7-8 dan 20, Al-Shaffat/37:101 dan al-

Dzariyat/51: 28. Kata ghulam berarti seorang anak muda, yang

diperkirakan umurnya 14-21 tahun. Pada fase tersebut perhatian

orang tua harus cermat. Sebab pada itulah mereka biasanya

mengalami puber, krisis identitas dan bahkan perubahan yang luar

biasa.

Bintun

Dalam Alquran ketika disebut bint, jamaknya banat berarti

merujuk pada pengertian anak perempuan. Kata tersebut

dengan berbagai macam bentuknya terulang dalam Alquran

sebanyak 19 kali.

Dzurriyah

Alquran menggunakan kata dzurriyah untuk menyebut anak

cucu atau keturunan. Kata tersebut terulang dalam Alquran

sampai 32 kali. Sebagian besar ayatnya berkaitan dengan

masalah harapan atau doa orang tua untuk memperoleh anak

33
keturunan yang baik. Sebagian lagi berkaitan dengan

peringatan Allah agar jangan meninggalkan anak-anak yang

bermasalah, sebagian lagi berkaitan dengan masalah balasan

yang akan diterima oleh orang tuua yang memeliki anak-anak

yang tetap kokoh dalam keimananya.

Hafadah

Dalam Alquran kata hafadah bentuk jamak dari hafid,

dipakai untuk menunjukkan pengertian cucu baik cucu yang

masih berhubungan kerabat atau orang lain. Kata tersebut

merupakan derivasi dari kata hafadah yang berarti berhkhidmad

(melayani) dengan cepat dan tulus. Ini memberikan isyarat

bahwa anak cucu sudah semestinya dapat berhidmad kepada

orang tuanya secara tulus, mengingat orang tualah yang

menjadi sebab bagi anak cucu terlahir kedunia. Dalam konteks

ini Alquran menyatakan dalam Q.S.An-Nahl/16: 72.

Al-shabiy

Kata tersebut terulang dua kali dalam Alquran yaitu Surah

Maryam ayat 12 dan 29. Kata al-shabiyyu dalama ayat tersebut

berarti kanak-kanak yang belum baligh.

Al-Thifl

34
Kata thifl bentuk jamaknya athfal dalam Alquran terulang

sebanyak empat kali. Kata thifl mengandung arti anak yang di

dalam ayat-ayat tersebut tersirat fase perkembangan. Dalam

fase perkembangan anak-anak mereka. Sehingga jika ada

gejala-gejala yang kurang baik (misalnya gejala autis), maka

dapat diberikan terapi sebelum terlambat. Semakin baik orang

tua memperhatikan masa perkembangan anaknya, maka insya

Allah akan semakin baik pula hasil outputnya.

Beragam defenisi anak yang diuraikan di atas memberikan

isyarat bahwa betapa Alquran sangat memperhatikan kondisi

sosial anak, baik yang menyangkut kedudukan anak, proses

pendidikan dan pemeliharaan anak, hak-hak anak, hukum-

hukum yang terkait dengan anak, maupun cara berinteraksi

yang baik.

35
BAB III

BIOGRAFI DR. ABDULLAH NASHIH ‘ULWAN

A. SEKILAS KEHIDUPAN ABDULLAH NASHIH ULWAN


Bagi yang mendalami tentang masalah pendidikan Islam (tarbiyah),

hampir pasti mengenal nama besar ulama Abdullah Nashih Ulwan. Ulwan

adalah seorang ulama, faqih, da’i dan pendidik. Beliau dilahirkan di daerah

Qadhi ‘Askar yang terletak di kota Halab, Suriah pada tahun 1347 H/1928

M. Beliau mempunyai nama lengkap Abdullah Nashih Ulwan. Beliau putra

Said Ulwan, pada umur 15 beliau sudah menghafal al-Qur'an dan menguasai

ilmu Bahasa Arab dengan baik. Beliau dibesarkan di dalam keluarga yang

berpegang teguh pada agama dan mementingkan akhlak Islam dalam

pergaulan dan muamalat sesama manusia.

Ayah DR. Abdullah Nashih Ulwan, Said Ulwan adalah seorang yang

dikenali di kalangan masyarakat sebagai seorang ulama dan tabib yang

disegani. Selain dari menyampaikan risalah Islam di seluruh pelosok kota

Halab, beliau juga menjadi rujukan untuk mengobati berbagai penyakit

dengan ramuan akar kayu. Ketika merawat orang yang sakit, beliau

senantiasa membaca al Quran dan menyebut nama Allah. Said Ulwan

senantiasa mendoakan semoga anak-anaknya lahir sebagai seorang ulama

‘murabbi’ yang dapat memandu masyarakat.3 Allah memperkenankan doa

beliau dengan lahirnya Ulwan sebagai ulama ‘murabbi’ pendidik rohani dan

36
jasmani yang disegani.

DR. Abdullah Nashih Ulwan sangat cemerlang dalam pelajaran dan

selalu menjadi tumpuan rujukan teman-temannya di madrasah. Beliau adalah

orang yang pertama kali memperkenalkan mata pelajaran Tarbiyah Islamiyah

sebagai pelajaran dasar di sekolah. Pada perkembangan selanjutnya, pelajaran

Tarbiyah Islamiyah ini menjadi mata pelajaran wajib yang harus dipelajari

murid-murid di sekolah menengah di seluruh Suriah.

DR. Abdullah Nashih Ulwan meninggal dalam usia 59 tahun. Pada

tanggal 29 Agustus 1987 M, bertempatan dengan tanggal 5 Muharram 1408

H. Pada hari Sabtu jam 09.30 pagi di rumah sakit Universitas Malik Abdul

Aziz Jeddah Arab Saudi. Jenazahnya di bawa ke Masjidil Haram untuk

dishalati dan dikebumikan di Makkah.4

B. KEPRIBADIAN ABDULLAH NASHIH ULWAN

DR. Abdullah Nashih Ulwan mendasarkan segala ide dan

pemikirannya pada al-Qur'an dan hadits Rasulullah, kemudian memberikan

ilustrasi penjelasannya pada apa yang diperbuat Rasulullah, para sahabatnya

dan para salaf yang shahih.

Sebagai seorang penganut Sunni dan aktifitas dalam organisasi

Ihwanul Muslimin, beliau tidak mengambil referensi para pemikir Barat,

37
kecuali dalam keadaan tertentu. Pada waktu itu berkembang aliran Alawi

yang ada di Suriah. Aliran tersebut pada sistem keagamaan dan kepercayaan,

pesta dan adat istiadat telah dipengaruhi oleh agama Kristen, hal ini

disebabkan karena Suriah pernah dijajah oleh nergara-negara Barat, dimana

pemeluk agama Kristen telah hidup berabad-abad di Suriah. Ulwan tidak

terpengaruh oleh aliran tersebut, justru pemikirannya banyak dipengaruhi

oleh pemikiran Ihwanul Muslimin, yang dapat dari Mesir.

DR. Abdullah Nashih Ulwan hidup pada masa Suriah berada di bawah

kekuasaan asing sampai tahun 1947. Beliau dikenal sebagai orang yang

berani menyatakan kebenaran, tidak takut dan gentar kepada siapapun,

termasuk pemerintah. Beliau sering mengkritik sistem yang dijalankan oleh

pemerintah Suriah di bawah pimpinan pemerintahan rezim Sunni dan

pemerintahan kaum Alawi. Pemerintah pada masa itu telah terkontaminasi

oleh ajaran barat yang telah menjajahnya. Beliau berulang kali meminta

kepada pemerintah untuk kembali kepada kaidah-kaidah Islam. Beliau selalu

menyerukan kepada masyarakat untuk kembali kepada sistem islam, karena

Islam adalah juru penyelamat. Hal inilah yang menyebabkan DR. Abdullah

Nashih Ulwan terpaksa meninggalkan Suriah menuju Jordan.

DR. Abdullah Nashih Ulwan terkenal di kalangan masyarakatnya

sebagai seorang yang berbudi luhur. Karena beliau dibesarkan dalam

keluarga yang berpegang teguh pada agama dan mementingkan akhlak Islam

dalam pergaulan dan hubungan antar sesama.

38
Keluhuran budinya membuat banyak orang mencintainya, kecuali

orang- orang yang anti-Islam. Beliau juga menjalin hubungan baik dengan

orang lain, rumahnya banyak dikunjungi warga. Muḥammad Walid, salah

satu sahabatnya mengatakan bahwa DR. Abdullah Nashih Ulwan adalah

orang yang sangat peramah, murah senyum, halus tutur katanya, nasehatnya

mudah dipahami dan tegas dalam menerapkan prinsip Islam. Wahbi Sulaiman

al-Gawiji al-Albani juga mengatakan bahwa beliau adalah seorang mukmin

yang intelek, penuh perhatian, enerjik, penyayang dan aktif. Beliau adalah

laki-laki mukmin yang hidup dimana pada kedua mata, hati, dan darahnya

melekat kuat sabda Rasulullah saw:

”Barang siapa yang bangun dipagi hari namun tidak memikirkan

urusan kaum muslimin, maka ia bukan bagian dari mereka”.

DR. Abdullah Nashih Ulwan sangat membenci perpecahan di kalangan

umat. Beliau tidak pernah lelah dalam mengkampanyekan persatuan dan

kesatuan atas nama Islam untuk membina kekuatan yang semakin pudar, air

matanya selalu tumpah jika berbicara tentang persatuan dan kesatuan umat

Islam.

Dalam persahabatan, beliau menjalinkan hubungan dengan siapa saja

serta senantiasa bersilaturrahim kepada teman-temannya. Meski hanya

sekedar menanyakan kabar serta mementingkan ikatan ukhuwwah Islamiah

yang terjalin. mengulurkan bantuan dan pertolongan sekalipun sesulit

apapun.

39
C. LATAR BELAKANG PENDIDIKAN ABDULLAH NASHIH
ULWAN
Sebagai seorang pemerhati masalah pendidikan, DR. Abdullah Nashih

Ulwan senantiasa berusaha menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh demi

masa depan generasi bangsa yang menjadi cita-citanya. Jenjang pendidikan

yang dilaluinya yakni, beliau menyelesaikan Sekolah Dasar dan Sekolah

Menengah, setelah itu beliau melanjutkan ke Sekolah Atas Syariah di Halab

pada tahun 1943. Beliau belajar kepada guru-guru besar seperti, Raghib Ath-

Thabbakh, Ahmad Asy-Syama, dan Ahmad Izzuddin Al-Bayanuni. Di sana

beliau pun bertemu dengan Musthafa As- Siba’i. Beliau dikenal sebagai

seorang yang sangat berani pada kebenaran serta mempunyai kemahiran

dalam pergaulan dan dakwah. Saat usia remaja beliau sudah terkesan dengan

bacaan tulisan ulama Mustafa As-Siba’i.

DR. Abdullah Nashih Ulwan dikenal sebagai murid yang cerdas dan

aktif. Nilai-nilai sekolahnya bagus dan beliau juga aktif dalam organisasi

serta pandai berpidato.

Minat besarnya dalam dakwah membuatnya diangkat menjadi

pimpinan redaksi di sebuah penerbit di kotanya. Beliau mendapatkan ijazah

Sekolah Atas Syariah pada tahun 1949.

Setelah mendapat ijazah Sekolah Menengah Atas Syariah. DR.

Abdullah Nashih Ulwan melanjutkan di Al-Azhar University (Mesir)

mengambil Fakultas Ushuluddin, yang selesai pada tahun 1952, dengan gelar

sarjana. Melanjutkan S-2 lulus pada tahun 1954 dan menerima ijazah

40
spesialis bidang pendidikan, setaraf dengan Master of Arts (MA). Selama di

Mesir, beliau banyak menghadiri majelis-majelis para ulama dan dekat

dengan gerakan Ikhwanul Muslimin. Pada tahun yang sama (1954) DR.

Abdullah Nashih Ulwan belum sempat meraih gelar doktor pada perguruan

tinggi tersebut, karena diusir dari negeri Mesir karena beliau seorang aktivis

dalam organisasi Ikhwanul Muslimin yang dikenal ajarannya radikal. Beliau

bergabung dengan gerakan Ikhwanul Muslimin seangkatan ‘Abd Qadir

‘Audah dan Sayyid Qutb. Gerakan ini dianggap mengancam terhadap

eksistensi pemerintah Mesir pada waktu itu, karena Ikhwanul Muslimin

semakin hari semakin kuat sehingga para aktivis gerakan ini menjadi musuh

pemerintah.

Kemudian beliau melanjutkan Pendidikan S-3 dan berhasil

memperoleh ijazah Doktor di Universitas Al-Sand Pakistan pada tahun 1982

dengan desertasi “Fiqh Dakwah wa Daiyah”. Setelah berhasil menuntut ilmu,

beliau ingin mengabdikan dirinya kepada umat yakni dengan menjadi tenaga

pengajar. Beliau mengkhususkan pada bidang Pendidikan Islam.

D. KARIR PROFESI ABDULLAH NASHIH ULWAN


Sekembalinya dari Al-Azhar, DR. Abdullah Nashih Ulwan memilih

berkiprah sebagai pengajar dan pendakwah di kota kelahirannya, Bandar

Halb, beliau juga banyak mengajar di berbagai universitas di seluruh negeri.

DR. Abdullah Nashih Ulwan sering mendapat undangan sebagai dosen tamu,

41
termasuk di Universitas Suriah. Beliau juga memiliki hubungan yang erat

dengan ulama-ulama Suriah serta menjadi anggota Majelis Ulama Suriah.

Dalam lembaga pendidikan madrasah, beliau merupakan orang yang pertama

kalinya menerapkan mata pelajaran Tarbiyyah Islamiyyah sebagai materi

pokok, yang kemudian menjadi materi pokok yang wajib diampu oleh pelajar

madrasah tingkat menengah di seluruh Suriah.

Beliau tidak pernah mengenal penat dan letih untuk menyebarkan

risalah Allah. Semasa hidupnya hanya diabdikan untuk menyampaikan kuliah

dan dakwah Islamiyah. Masjid-masjid di Halab selalu penuh didatangi orang-

orang hanya untuk mendengar kuliahnya. Beliau menyampaikan kuliah umum

dan ceramah Islam di berbagai kota. Masjid ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz

dijadikannya basis untuk mendidik generasi muda Islam Suriah. Beliau rutin

menyampaikan kuliah fiqih, tafsir dan sirah (sejarah) di masjid ini, beliau juga

mendidik para pemuda itu tentang ilmu retorika dan dakwah, dan banyak

aktifis dakwah yang lahir dari asuhan beliau di masjid ini.

Beliau telah meletakkan pondasi yang sangat penting dalam mendidik

generasi bangsa yang akan datang. Prinsip yang digunakan ialah guru sebagai

orang tua, mendidik mereka seperti mendidik anak-anak sendiri. Beliau telah

meletakkan pondasi yang sangat kuat dalam pendidikan, yaitu membawa dan

membimbing pelajar ke arah mencintai Islam dan beramal dengannya serta

sanggup melakukan apa saja untuk mempertahankan Islam.

DR. Abdullah Nashih Ulwan turut berjuang menghapus pemahaman

42
jahiliyyah dalam pemikiran masyarakat dengan menyajikan cahaya hidayah

rabbani. Ulwan telah mendidik pemuda-pemuda dengan kemahiran berpidato

dan penulisan serta kemahiran berdakwah. Hasil pengabdian ini, lahirlah

ratusan generasi muda yang berakhlak mulia dan menjadi agen penggerak

dakwah Islamiyah di Suriah.

Namun, aktivitasnya itu tidak disukai oleh peguasa Suriah yang

sekuler dan tidak menyukai aktivitas Islam yang mengarah pada gerakan

massa, apalagi politik. Sehingga beliau pun mulai mendapat tekanan dan

akhirnya dengan berat hati beliau memutuskan untuk pindah ke Yordania

pada tahun 1979. Saat berada di negeri Suriah, beliau tetap giat memberikan

kuliah dan berdakwah. Setahun kemudian beliau pindah ke Jeddah, Arab

Saudi setelah ditawari untuk mengajar di Universitas Malik ‘Abdul ‘Azīz.

Beliau mengajar di universitas tersebut sampai akhir hayatnya tahun 1987.

E. KARYA-KARYA ABDULLAH NASHIH ULWAN

Sebagai seorang ulama dan cendikiawan muslim, beliau telah banyak

menulis buku, termasuk penulis yang produktif, untuk masalah-masalah

dakwah, syari’ah dan bidang tarbiyah. Sebagai spesialisasinya ia dikenal

sebagai seorang penulis yang selalu memperbanyak fakta-fakta Islami, baik

43
yang terdapat dalam Al-Qur’an, as-Sunnah, dan atsar-atsar para salaf yang

saleh terutama dalam bukunya yang berjudul “Tarbiyatul Aulad fil Islam”.

Hal ini sesuai dengan pendapat Syaikh Wahbi Sulaiman al-Ghawaji al-Albani

yang berkata bahwa Ulwan adalah seorang mukmin yang alim dan pandai.

Pemikiran beliau sarat dengan ide-ide yang berkenaan dengan upaya

menanamkan nilai kepribadian dan etika atau moral dalam anak. Ini sesuai

dengan maksud “pendidikan nilai”, yakni penanaman dan pengembangan

nilai- nilai dalam diri seseorang. Sementara nilai itu sendiri adalah ide atau

konsep yang menyebabkan seseorang memandang sesuatu itu penting dalam

hidupnya.

Nilai moral menjadi standar perbuatan dan sikap yang menentukan

“status” seseorang dan cara hidupnya, sehingga nilai yang baik itu akan

menjadikan orang baik. Penentuan baik-tidaknya seseorang tidak hanya

persoalan fakta dan kebenaran ilmiah rasional, tetapi berkaitan dengan

penghayatan dan pemaknaan yang lebih bersifat afektif daripada kognitif.

Fungsi utama pendidikan adalah menumbuhkan kreativitas peserta didik dan

menanamkan nilai moral yang baik tersebut.

DR. Abdullah Nashih Ulwan telah menulis beberapa karya ilmiah

yang dapat dikaji dan dipelajari oleh para generasi muda Islam dan umat

Islam pada umumnya. Kebanyakan karya tulisnya berkisar pada masalah

dakwah dan pendidikan. Diantara karya-karya beliau adalah:

Karya yang berkisar pada masalah dakwah dan pendidikan sebagai

berikut :

44
1. At-Takaful Al-Ijtima’i fi Al-Islam (Jaminan Sosial Dalam Islam)

2. Ta’addud Az-Zaujah fi Al-Islam wa Hikmah Ta’addud Zaujah An-

Nabi (Poligami Dalam Islam)

3. Sholahuddin al-Ayyubi Bathal Hithin wa Muharrir Al-Quds min

Ash- Shalibiyyin

4. Hatta Ya’ Lama Asy-Syabab (Hingga Para Pemuda Mengetahui)

5. Tarbiyatul Al-Aulad fi Al-Islam (Pendidikan Anak Dalam

Karya yang menyangkut kajian Islam (Studi Islam) :

1. Ila Kulli Abin Ghayyur Yu’min Billah (Pada Setiap Ayah Yang

Besemangat Yang Beriman Kepada Allah SWT)

2. Fadha’il Ramadhan wa Ahkamuhu (Keutamaan Puasa Ramadhan

dan Hukum-hukumnya)

3. Hukm Al-Islam fi At-Ta’min (Hukum-hukum Asuransi Dalam Islam)

4. Ahkam Az-Zakah ‘Ala Dhau’ Al-Madzhab Al-Arba’ah (Hukum-

hukum Zakat Empat Madzhab)

5. Syubhat wa Rudud Haula Al-Aqidah Ar-Rabbaniyah a Ashl Al-

Insan (Keragu-raguan dan Berbagai Sanggahan)

6. Aqabat Az-Zawaj wa-Thuruq Mu’alajtiha (Tahapan Pernikahan dan

Cara Menempuhnya Perspektif Islam)

7. Mas’uliyatul al-Tarbiyah al-Jinsiyah (Tanggung Jawab Pendidikan

Seks)

8. Illa Warasati lA-Anbiya’ wa Ad-Du’ah ilallah (Kepada Pewaris

45
Nabi)

9. Huku’l Islam fi Wasa’ Ilil I’Lam (Hukum Islam Tantang Media

Informasi)

10. Muhadarah Takwin Asy-Syahkhsiyah Al-Insaniyah fi Nazar Al-

Islam (Pembentukan Kepribadian Manusia Perspektif Islam)

11. Adab Al-Khitbah wa Az-Zifaf wa Huquq Az-Zaujaini (Tata Krama

Melamar dan Pesta Perkawinan dan Hak-hak Suami)

12. Ma’alim Al-Hadzarah fi Al-Islam wa Atsaruha fi An-Nahdhah Al-

Urubiyyah (Panji-panji Islam Peradaban Islam dan Pengaruhnya

terhadap Kebangkitan eropa)

13. Nizham Ar-Rizqi fi Al-Islam (Tata Aturan Rizqi Dalam Islam)

14. Hurriyah Al-I’tiqad fi Asy-Syari’ah Al-Islamiyah

(Kebebasan Berkeyakinan /Berdialog Dalam Syariat Islam)

15. Al-Islam Syari’at Az-Zaman wa Al-Makan (Islam Syariat Segala

Zaman)

16. Al-Qoumiyyah fi Mizan Al-Islam (Nasionalisme Dalam Perspektif

Islam)

Setiap tulisan yang dihasilkan oleh DR. Abdullah Nashih Ulwan

bukanlah sekedar tulisan biasa. Ia adalah tulisan yang lahir dari hati yang

ikhlas kepada Allah SWT, tulisan yang mempunyai nilai tarbiyah yang sangat

tinggi. Nashih Ulwan mempunyai kredibilitas yang tinggi dalam hal

penulisan. Yusuf al Qardhawi menyatakan bahwa DR. Abdullah Nashih

46
Ulwan adalah seorang ulama yang sangat dikagumi dari sudut perjuangan

dan tulisannya, apa yang ditulis menggambarkan peribadinya yang sangat

luhur dan murni.

F. WAFAT ABDULLAH NASHIH ULWAN


Setelah pulang dari menghadiri dakwah di Pakistan, DR. Abdullah Nashih

Ulwan merasa sakit di bagian dada. Dokter telah menyatakan bahwa beliau

mengalami penyakit di bagian hati dan paru-paru. Beliau dimasukkan ke

rumah sakit untuk mendapatkan perawatan dari dokter. DR. Abdullah Nashih

Ulwan mendapat perawatan sedikit lama di rumah sakit. Setelah beliau keluar

dari rumah sakit. Beliau tetap mengajar walaupun dalam keadaan sakit,

kegiatan ini tetap dilakukan oleh beliau dengan penuh semangat. Sakit pada

paru-paru dan hati tidak menghalangi DR. Abdullah Nashih Ulwan untuk

terus aktif menyampaikan kuliah di Universitas dan majlis- majlis dakwah

dan seminar. Beliau melupakan rasa sakit yang dialami demi Generasi Islam.

DR. Abdullah Nashih Ulwan kemudian kembali masuk rumah sakit

dikarenakan penyakitnya yang semakin parah. Saat dirawat di rumah sakit

beliau banyak menulis bahan ilmiah sebagai ganti mngajar kuliahnya dan

membaca kitab-kitab.

Dokter dan para sahabat DR. Abdullah Nashih Ulwan menasehatinya

supaya berhenti membaca dan menulis, karena menghambat perawatan dan

menambahkan sakit yang dialami, tetapi DR. Abdullah Nashih Ulwan hanya

47
tersenyum dan berterima kasih atas keprihatinan mereka serta menyatakan,

selagi tangan, mata dan nadinya masih berdenyut, selagi itulah sumbangan

kepada dakwah Islamiyah wajib diteruskan. Selagi tangannya mampu

memegang pena, selagi itulah dia akan terus menulis.

DR. Abdullah Nashih Ulwan meninggal dunia dalam usia 59 tahun pada

hari Sabtu Pukul 9.30 Pagi, 5 Muharram 1408 H, bertepatan dengan 29

agustus 1987 M di rumah sakit Universitas Malik Abdul Aziz, Jeddah, Saudi.

Jenazahnya dibawa ke Masjidil Haram untuk di shalatkan dan dikebumikan

di Makkah. Shalat jenazahnya dilaksnakan setelah Shalat Ashar.

Dunia kehilangan ulama murabbi yang benar-benar ikhlas dalam

perjuangan menegakkan Islam. Dia telah menyerahkan jiwa raga untuk Islam

dengan pengorbanan dan jihad yang sangat besar. Walaupun dia sudah pergi

menemui Allah SWT tetapi dakwahnya tetap berterusan melalui buku dan

kitab yang dihasilkan.

48
BAB IV

ANALISA

A. Metode Pendidikan Anak Dalam Islam


Betapa gembira jika orang tua dan para pendidik mendapati anak anak

mereka tumbuh menjadi insan yang sesuai dengan nafas keislaman secara

49
akhlak, adab, aqidah, dan pemikiran. Betapa beningnya mata mereka dan

tentramnya hati mereka melihat anak anak didik mereka menjadi malaikat

yang berjalan di muka bumi dan mushaf yang bergerak di tengah tengah

manusia.

Orangtua dan pendidik akan selalu mencari metode pendidikan yang

terbaik untuk anak anak mereka, tentu metode pendidikan yang mereka

inginkan adalah metode pendidikan yang berpengaruh besar terhadap

pembetukan Akhlak, Adab, dan Aqidah, serta juga dalam pembentukan

pengetahuan, mental, karakter dan juga sosialnya. Sehingga anak anak dapat

mencapai ciri ciri kesempurnaan Agamanya jauh lebih matang dan juga

menonjol ciri ciri kedewasaan serta keseimbangan emosinya.

DR. Abdullah Nashih Ulwan menuliskan 5 tahapan metode yang

saling berkesinambungan satu sama lain dengan tujuan dapat mencapai

semua hasil yang telah di jabarkan di atas metode metode tersebut adalah :

1. Metode keteladanan

2. Metode pembiasaan

3. Metode nasihat

4. Metode perhatian

5. Metode hukuman

50
1. Metode Keteladanan

‫ال لواعليلعولم ا ع للاخلر لولذلكلر ل ا‬


‫ال لكثاعيررنا‬ ‫اا امعسلوةرْ لحلسنلةرْ لبلمعن لكاِلن يلعرمجوا ل ا‬
‫للقلعد لكاِلن للمكعم فاعي لرمسعوال ل ا‬

Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu

(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari

Kiamat dan yang banyak mengingat Allah (Al Ahzab : 21)

Keteladanan dalam dunia pendidik merupakan cara yang paling

efektif dalam mendidik dikarenakan orangtua dan pendidik adlah idola atau

panutan dalam pandangan anak. Anak akan mengikuti dan mencontoh

seluruh perbuatan tingkah laku dari orangtua atau pendidik, baik disadari

ataupun tidak. Akan terpatri dalam sanubari sang anak seluruh perkataan

orangtua atau pendidiknya dan menjadi bagian dari dirinya diketahui ataupun

tidak.

Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh

dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek

moral, spritual dan etos sosial anak. Mengingat pendidik adalah seorang figur

terbaik dalam pandangan anak, yang tindak-tanduk dan sopan-santunnya,

disadari atau tidak, akan ditiru oleh mereka. Bahkan bentuk perkataan,

perbuatan dan tindak tanduknya akan senantiasa tertanam dalam kepribadian

anak.

51
Jika pendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani dan

menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama,

maka si anak akan tumbuh dalam kejujuran, terbentuk dengan akhlak mulia.

Begitu pula sebaliknya jika pendidik adalah seorang pembohong, penghianat,

orang yang kikir, penakut, dan hina, maka si anak akan tumbuh dalam

kebohongan, khianat, durhaka, kikir, penakut dan hina.

Pernyataan ini diperkuat dengan pendapat Athiyah al-Abrasyi

mengatakan, anak berbahasa dengan bahasa ibu, apabila bahasa yang

digunakan orang tua baik maka anak akan berbahasa dengan baik dan benar.

Seorang anak bagaimanapun besarnya usaha yang dipersiapkan untuk

kebaikannya, bagaimanapun sucinya fitrah, ia tidak akan mampu memenuhi

prinsip-prinsip kebaikan dan pokok-pokok pendidikan utama, selama ia tidak

melihat sang pendidik sebagai teladan dari nilai-nilai moral yang tinggi.

2. Metode Pembiasaan

‫ك البدعيمن اعلقليبنمم‬ ‫ق لا‬


‫اا نلذلا ل‬ ‫ن‬
‫س لعللعيهلاِ لل تلعبادعيلل لالخعل ا‬ ‫ت لا‬
‫اا البَتاعي فلطللر البَناِ ل‬ ‫طلر ل‬ ‫ك اللبدعيان لحناعيفرناِ فا ع‬
‫فلاِ لقاعم لوعجهل ل‬
‫س لل يلععللممعولنن‬ ‫لوللاكبَن العكثللر البَناِ ا‬
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada

agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah

menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada

perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus,

tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.(Ar Rum: 30)

52
Pembiasaan adalah metode yang paling memungkinkan dilakukan

dilingkungan keluarga dibanding lingkungan sekolah dan masyarakat.

Kebiasaan terbentuk dengan menegakkannya dan membuatnya permanen.

Kebiasaan terjadi karena pengulangan-pengulangan tindakan secara konsisten

seperti ibadah shalat, tadarus Alquran, infaq dan sadaqah serta pengalaman

beragama laiinya perlu dikokohkan dengan pembiasaan. Pernyataan ini

diperkuat oleh Sayyid Sabiq menyatakan ilmu diperoleh dengan belajar,

sedangkan sopan santun dan akhlak utama diperoleh dari latihan serta

pembiasaan-pembiasaan.
Abdullah Nashih Ulwan mengatakan ada hal-hal penting yang harus

diketahui oleh para pendidik dalam hal mengajarkan kebaikan kepada anak-

anak dan membiaskan mereka berbudi luhur, yaitu mengikuti sistem stimulasi

kepada anak-anak dengan kata-kata baik dan pemberian hadiah. Sewaktu-

waktu menggunakan metode targhib (pemberian stimulus berupa pujian atau

sesuatu yang disenangi), dan dengan metode tarhib (pemberian stimulus

berupa peringatan atau sesuatu yang ditakuti), para pendidik pada kesempatan

tertentu terpaksa harus memberikan hukuman, jika dipandang terdapat

maslahat untuk anak dalam meluruskan penyimpangannya.


Semua metode tersebut sangat bermanfaat dalam upaya membiasakan

anak dengan mendidik jiwa, akhla dan etika sosialnya sehingga anak akan

menjadi manusia mulia, disegani, dan dicintai oleh masyarakat dan bagi

siapapun yang mengenalinya. Sebagaimana Rasulullah sangat dicintai oleh

setiap mata yang memandangnya, hati merasa tentram ketika berhadapan

53
‫‪dengannya, dan beban terasa ringan ketika mendengar tutur katanya. Seperti‬‬

‫‪itulah karakter yang ditunggu-tunggu untuk generasi selanjutnya.‬‬


‫‪Pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan yang sangat‬‬

‫‪penting terutama anak-anak, mereka belum menginsafi apa yang disebut baik‬‬

‫‪buruk dalam arti susila. Mereka juga belum mempunyai kewajiban-kewajiban‬‬

‫‪yang harus dikerjakan seperti orang dewasa. Sehingga mereka perlu dibisakan‬‬

‫‪dengan tingkah laku, keterapilan, kecakapan dan pola pikir tertentu. Anak‬‬

‫‪perlu dibiaskan pada sesuatu yang baik. Lalu mereka akan mengubah seluruh‬‬

‫‪sifat-sifat baik menjadi kebiasaan, sehingga jiwa dapat menuanikan kebiasaan‬‬

‫‪itu tanpa terlalu payah, tanpa kehilangan banyak tenaga, dan tanpa‬‬

‫‪menemukan banyak kesulitan.‬‬

‫‪3. Metode Nasihat‬‬

‫صــعيلناِ ا ع العنلســاِلن بالوالاــلدعيهاه‬ ‫ي لل تمعشارعك اباِ ل الا ناابَن البشعر ل‬


‫ك للظمعلرْم لعاظعيــرْم ‪ 13‬لولو بَ‬ ‫لوااعذ لقاِلل لمعقلممن العبناهه لوهملو يلاعظمهه ليبمنل بَ‬

‫ك لعلله ىٰ‬ ‫ي اعللم ا‬


‫صعيمر‪ 14‬لوااعن لجاِلهـلد ل‬ ‫ك االل بَ‬ ‫لحلمللعتهم امبُمهه لوعهرناِ لعللىٰ لوعهقن بَوفا ل‬
‫صاِلمهه فاعي لعاِلمعيان الان اعشمكعر لاعي لولالوالالدعي ن ل‬

‫ب االلــ ه بَ‬
‫ي ثمــبَم‬ ‫ك باهه اععلرْم فللل تماطععهملماِ لو ل‬
‫صاِاحعبهملماِ افىٰ البُدعنلياِ لمععمرعورفاِ بَواتبَباعع لسباعيلل لمعن النلــاِ ل‬ ‫س لل ل‬ ‫العن تمعشار ل‬
‫ك باعي لماِ للعي ل‬

‫ك امعثلقاِلل لحببَقة بمعن لخعرلدقل فلتلمكعن فاعي ل‬


‫صـعخلرقة العو فاــىٰ‬ ‫ي لمعراجمعمكعم فلاِ منلببئممكعم بالماِ مكعنتمعم تلععلملمعولن‪ 15‬ليبمنل بَ‬
‫ي اانبَلهاَ ااعن تل م‬ ‫االل بَ‬

‫صللوةل لوعأممعر اباِعللمععمرعو ا‬


‫ف لواعنــهل لعــان‬ ‫ي القاام ال بَ‬ ‫ام ناابَن ل ا‬
‫ال للاطعي رْ‬
‫ف لخباعيرْر‪ 16‬ليبمنل بَ‬ ‫ت بالهاِ ل ا‬
‫ض يلأع ا‬
‫ت العو افىٰ اعللعر ا‬
‫البَسلملو ا‬

‫ك اللبَنـاِ ا‬
‫س لولل تلعمـ ا‬
‫ش افـىٰ‬ ‫ك اابَن لذالـ ل‬
‫ك امـعن لعـعزام اعلمممــعوار‪ 17‬لولل تم ل‬
‫صـبععر لخـبَد ل‬ ‫صباعر لعللىٰ لمـاَ ال ل‬
‫صـاِبل ن ل‬ ‫اعلممعنلكار لوا ع‬

‫صــعوتا ن ل‬
‫ك اابَن العنلكــلر‬ ‫ض امــعن ل‬ ‫ك لواعغ م‬
‫ضــ ع‬ ‫ب مكبَل ممعخلتاِقل فلمخعوهقر‪ 18‬لواعق ا‬
‫صعد فاعي لمعشــيا ل‬ ‫ض لملررحناِ اابَن ل ا‬
‫ال لل يماح بُ‬ ‫اعللعر ا‬

‫ت اعللحامعيار‪19‬‬ ‫ت لل ل‬
‫صعو م‬ ‫اعلل ع‬
‫صلوا ا‬

‫)‪Dan (ingatlah‬‬ ‫‪ketika Lukman berkata kepada‬‬

‫‪anaknya,‬‬ ‫‪ketika‬‬ ‫‪dia‬‬ ‫‪memberi‬‬ ‫‪pelajaran‬‬ ‫‪kepadanya,‬‬

‫‪54‬‬
”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan

Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah

benar-benar kezaliman yang besar.”13 Dan Kami

perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada

kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam

keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan

menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah

kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya

kepada Aku kembalimu.14 Dan jika keduanya

memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan

sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu,

maka janganlah engkau menaati keduanya, dan

pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah

jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya

kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku

beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.15

(Lukman berkata), ”Wahai anakku! Sungguh, jika ada

(sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam

batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan

memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Mahahalus,

55
Mahateliti.16 Wahai anakku! Laksanakanlah salat dan

suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah

(mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap

apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu

termasuk perkara yang penting.17 Dan janganlah kamu

memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan

janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh,

Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan

membanggakan diri.18 Dan sederhanakanlah dalam

berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya

seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”19 ( Luqman :

13\19)

Metode pendidikan yang cukup berhasil dalam pembentukan akidah

anak dan mempersiapkannya baik secara moral, emosional, maupun sosial

ialah pendidikan anak dengan petuah-petuah dan memberikan kepadanya

nasehat-nasehat. Karena nasehat dan petuah memiliki pengaruh yang cukup

besar dalam membuka mata anak-anak kesadaran akan hakikat sesuatu,

mendorong mereka menuju harkat dan martabat yang luhur, menghiasinya

dengan akhlak yang mulia, serta membekalinya dengan prinsip-

56
prinsipIslam.

Dalam memberikan metode nasehat hal-hal yang harus diperhatian

ketika menggunakan metode nasehat menurut Abdullah Nashih Ulwan yaitu:

1. Metode berkisah
2. Metode dialog dan bertanya ( yang menuntut
jawaban)
3. Memulai penyampaian nasihat dengan bersumpah
dengan nama Allah
4. Menyisipkan canda dalam penyampaian nasihat
5. Mengatur pemberian nasihat untuk menghindari
rasa bosan
6. Menjadikan nasihat yang sedang di berikan
dapatmenguasai pendengar
7. Menyampaikan nasihat dengan memberi contoh
8. Menyampaikan nasihat dengan peragaan tangan
9. Menyampaikan nasihat melalui media gambar dan
penjelasan
10. Menyampaikan nasihat dengan memanfaatkan
momen / kesempatan
11. Menyampaikan nasihat dengan mengalihkan
kepada yang lebih penting
12. Menyampaikan nasihat dengan menunjukkan
perkara yang di haramkan

4. Metode Perhatian / Pengawasan

Abdullah Nashih Ulwan mengatakan bahwa Pendidikan dengan

perhatian adalah senantiasa mencurahkan perhatian penuh dan mengikuti

perkembangan aspek akidah dan moral anak, mengawasi dan memperhatikan

57
kesiapan mental sosial, di samping selalu bertanya tentang situasi pendidikan

jasmani dan kemampuan ilmiah.

Abdullah Nashih Ulwan mengatakah bahwa hal-hal yang mesti

diperhatikan oleh pendidik ialah :

1. Pendidikan Keimanan Anak


2. Pendidikan Aqidah Anak
3. Pendidikan Akhlak Anak
4. Pendidikan Mental Anak
5. Pendidikan Pengetahuan Umum
6. Pendidikan Social Anak
7. Pendidikan Jasmani Anak

Ketujuh aspek perhatian diatas merupakan hal hal yang sangat penting

dan harus selalu berada dalam pengawasan orangtu atau pendidik guna

mencapai tujuan menciptakan generasi berakhlak Qurani seperti apa yang

sudah di contohkan Rasulullah kepada para sahabat.

5. Metode Hukuman
Anak adalah belahan hati kita, hiasan kita di dunia dan simpanan kita

di akhirat. Hal ini akan terwujud nyata jika kita mengikuti cara-cara Islam

yang benar dalam mendidik anak dan menumbuhkannya pada akhlak yang

mulia serta sifat-sifat yang terpuji.

Tetapi banyak di antara kita yang melakukan kesalahan dalam masalah

ini, sehingga perlu ada pembenahan. Sebab tabiat anak berbeda-beda antara

yang satu dengan yang lain. Maka dari itu kita harus mengikuti cara-cara

58
Islam yang benar dalam meluruskan penyimpangan anak dan juga dalam

menghukumnya.

Hukuman merupakan cara terakhir yang dilakukan manusia, tatkala

anak menyimpang dari jalan yang semestinya atau melanggar batasan

kebebasannya. Sebagian pakar berpendapat bahwa hukuman tidak diperlukan

dalam pendidikan. Tetapi mayoritas mereka menyuruh memberi hukuman

sebagai sarana sosial untuk masyarakat dan menjamin terciptanya kehidupan

yang baik baginya pada masa mendatang. Anak yang meremehkan batasan

kebebasan dan kewajibannya serta mengabaikan pemberian hukuman

kepadanya, justru menyeretnya kepada kerusakan. Tetapi tekanan yang terlalu

kaku terhadap anak juga bisa membuatnya bersikap memberontak,

membangkang dan anarkis.

Orang tua yang terlalu banyak memerintah dan melarang dengan

berdalih atas nama tatanan, aturan, adab dan pendidikan, justru membuat anak

sebagai pembangkang tatanan masyarakat, atau menciptakan anak sebagai

seorang penakut dan menyangsikan dirinya sendiri. Dia tidak mempunyai

inisiatif dan hanya menunggu perintah dari orang lain, takut melakukan

sesuatu karena takut akan dicegah.

Berikut ini adalah cara cara yang di tulis DR. Abdullah Nashih Ulwan

dalam menghukum anak menurut pandangan Islam :

1. Bersikap Lemah lembut merupakan hal yang pokok dalam

mendidik anak.

59
2. Memperhatikan karakter anak yang melakukan kesalahan dalam

memberi hukuman.

3. Memberi hukuman secara bertahap, dari yang ringan sampai yang

keras.

Rasulullah telah meletakkan cara cara yang jelas dalam mengatasi

penyimpangan anak, mendidiknya, meluruskan kesalahannya dan

membentuk akhlak serta mentalnya. Sehingga saat ini para orangtua

dan pendidik hanya perlu mengkaji dan mencontoh lalu menerapkan

apa yang sudah Rasulullah Contohkan sesuai dengan kondisi masalah

anak.

Berikut ini adalah car acara yang di gunakan Rasulullah :

1. Menunjukkan kesalahan dengan mengarahkannya

2. Menunjukkan kesalahan dengan lemah lembut

3. Menunjukkan kesalahan dengan isyarat

4. Menunjukkan kesalahan dengan menegur

5. Menunjukkan kesalahan dengan menjauhinya

6. Menunjukkan kesalahan dengan memukul

7. Menunjukkan kesalahan dengan hukuman yang dapat

menyadarkan.

60
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Metode Pendidikan yang di canangkan oleh DR. Abdullah Nashih

Ulwan dalam Kitab Tarbiyatul Awlad Fil Islam Adalah

Mendidik dengan keteladanan :

Anak dapat memperoleh sifat sifat yang baik dan akhlak yang mulia. Tanpa itu

tidak mungkin anak dapat terpengaruh dengan nasihat.

Mendidik dengan kebiasaan :

Anak dapat memperoleh hasil pendidikan dengan hasil yang sangat baik.

Karena pendidikan bertumpu pada factor pembiasaan yang merupakan pondasi

61
daripada karakter seorang anak tanpa pembiasaan seorang anak tidak akan mencapai

karakter yang sesuai dengan yang di inginkan.

Mendidik dengan nasihat :

Anak dapat terpengaruh hanya dengan kata kata yang penuh ketenangan,

nasihat yang baik, kisah kisah yang menarik dan mengandung pelajaran, dialog yang

membangun, dan juga arahan arahan yang efektif. Tanpa itu semua kita tidak akan

bisa meraih hati anak, dan menggerakkan emosinya.

Mendidik dengan perhatian dan pengawasan :

Dengan perhatian dan pengawasan yang baik anak dapat tumbuh menjadi anak

yang shalih dan berakhlak di tengah tengah ummat. Dan juga dapat berguna bagi

bangsa dan negara.

Mendidik dengan hukuman :

Dengan adanya hukuman anak akan tercegah dan tertahan dari akhlak yang

buruk serta sifat tercela, ia menjadi memiliki perasaan jera dalam mengikuti

syahwatnya dan melakukan hal hal haram.

B. Saran
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, penulis merasa perlu

memberikan saran saran sebagai berikut :

1. Bagi Orangtua dan Pendidik

a. Hendaknya selalu bekerjasama dalam memberikan pendidikan

yang terbaik bagi putra putri kita.

62
b. Selalu menjadikan Rasulullah sebagai panutan dalam mendidik

anak

c. Mengiringi setiap langkah anak kita dengan doa dan pendidikan

terbaik.

2. Untuk Anak

a. Selalu menaati dan mengikuti arahan Orang tua dan Pendidik.

b. Bercita cita menjadi anak yang shaleh yang selalu mendoakan

orangtua

3. Untuk Peneliti

Untuk peneliti selanjutnya agar melengkapi pembahasan yang

sudah ada, dan membahas tentang pendidikan anak setelah dewasa

karena hakikatnya pendidikan itu selamanya tidak akan luntur oleh

waktu.

63
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Kitab
Al-Qur’an al-Karim, Terjemahan Departemen Agama R.I. 2009 M.
Ahmad. Musnad Imam Ahmad, jilid 42, cet. ke-1, Kairo, Muasasah Ar-Risalah,

2001M.
Baihaqi, Al-. Sunan Al-Kubro Li Al-Baihaqi, jilid 8, cet. ke-3, Bairut: Dar Al-Kutub

Al-Ilmiyah, 2003 M.
Bin, Baz-. Abdullah. Majmu’ Fatawa Al-Alamah Abdul Aziz bin Baz, Ar-Riasah

Al-‘Aamah Lil Buhust Al-Ilmiyah wal Ifta’


Bukhari, Al-. Shahih Bukhari, jilid 1, Damaskus, Dar Thuqu An-Najah, 1422 H.
Daud, Abu. Sunan Abu Daud, jilid 1, cet. ke-1, Kairo, Dar Ar-Risalah Al-Alamiyah,

2009 M.
Fauzan, Al-. Shaleh bin Fauzan , Al-Mulakhas Al-Fiqhiyah, Riyadh: Darul ‘Ashimah,

1423 H.
Katsir, Ibnu. Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim, jilid 4, cet. ke-1, Iskandariyah: Dar Al-

Aqidah, 2008 M.

64
Maghribi, Al-. Kaifa Turabbi Waladan Shalehan Begini Seharusnya Mendidik Anak,

terj. Zainal Abidin, cet. ke-1, Jakarta: Darul Haq, 2004 M.


Malik. Muatha’ Al-Imam Malik, jilid 1, Bairut, Dar Ihya’ At-Turost Al-‘Arabi,
1958 M.
Muslim, Shahih Muslim. Kairo: Dar Al-Ibnu Al-Jauzi, 2010 M.

Nawawi, An-. Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Al Hajaj, jilid 4, Bairut: Dar Ihya’

At-Turost Al-Arabi, 1392 H.


Qahtani, Al-. Sa’id, Shalatul Mukmin. Al-Qashb: Markas Dakwah wal Irsyad, 1431

H./2010 M.
Qudamah, Ibnu. Al-Mughni, Jilid 2, Kairo: Darul Ibnu Al-Jauzi, 1426 H./2015 M.

Rajab, Ibnu. Fathul Baari Syarh Shahih Bukhari, Jilid 5, Madinah:

Maktabah Al-Ghuroba’ Al-Atsariyah, 1417 H./1996 M.

Sa’di, As-. Abdurrahman, Tafsir As-Sa’di. Damaskus: Muasasah Ar-Risalah Nasyirun.

1434 H/ 2013 M.
Salim, Sayid, Sahih Fiqh Sunnah. Kairo: Dar At-Taufiqiyah Li Turost, 1721 H./2010

M.
Tirmidzi, At-. Al-Jami’ Al-Kabir Sunan At-Tirmidzi. Juz 4, Bairut, Dar Al-Ghorb Al-

Islami: 1998 M.
___________. Sunan At-Tirmidzi. Mesir: Syarikah Maktabah wa Maktabah Musthofa

Al-Bani Al-Halabi, Jilid 5, 1395 H/1975 M.


Utsaimin, Al-. Muhammad bin Shaleh. Syarh Riyadhu As-Shalihin. Riyadh: Dar Al-

Wathon Li Nasyri, 1426 H.


Zuhaili, Az-. Wahbah. Fikih As-Syafi’i Al-Muyasar. Damaskus : Darul Al-Fikr, 2008
__________.Wahbah, Al-Wajiz fil Fiqhi Al-Islami. Damaskus: Dar Al-Fikr, 2006 M.

Sumber Buku Terjemahan

65
Abdurrahman, Jamal. Athfalul Muslimin Kaifa Rabahumun Nabiyyul Amin Islamic

Parenting terj. Agus Suwandi, Solo : AQWAM, 2016 M.

Abul Ma’athi, Musthofa. Kaifa Nurabbi Auladana Alas Shalah Membimbing Anak

Gemar Shalat, terj. Abu Abdullah, Solo: Insan Kamil, 2008 M.

Adawi, Al-. Adawi. Fikih Tarbiyatul Abna’ Bagaimana Nabi Mendidik Anak, terj.

Ahmad Hamdani,Yogyakarta: Pustaka Al-Haura, 2005 M.

Bin Ibrahim, Muhammad dkk. At-Taqshir Fi Tarbiyatil Aulad Koreksi Kesalahan

Mendidik Anak, terj. Muhammad Muhtadi, cet. ke-1, Solo: Nabawi

Publishing, 2011M.

Bin Jamil Zainu, Muhammad. Nidaaun Ilal Murabbiyin wal Murabbiyat Seruan

Kepada Pendidik dan Orang tua, terj. Abu Hanan, Ummu Dzakiyya,

Solo: Pustaka Barokah, 2005 M.

Bin Madhi, Salim. Smart Creative Parenting, terj. Abu Ahmad Effendi, Sukoharjo:

Assalam Pubhlisihing, 2016 M.

Nashih ‘Ulwan, Abdullah. Tarbiyatul Aulad Fil Islam Pendidikan Anak Dalam Islam,

terj. Arif Rahman Hakim, Solo: Insan Kamil, 2016 M.

Ramadi, Ar-. Amani .Athfaluna wa Hubbullah, Hubburrasul, Hubbul Islam Kaifa

Nuraghibuhu Auladuna ilas Shalat Banatuna wal Hijab Pendidikan

Cinta Untuk Anak, terj. Fauziah Nur Faridah, Solo: AQWAM, 2016 M.

66
Albani, Muhammad. Mencetak Anak Penyejuk Hati, cet. ke- 2, Solo: Kiswah Media,

2016

Buku Karangan Berbahasa Indonesia

Ihsan,Ummu, dkk. Mencetak Generasi Rabbani, cet. ke-3, Jakarta: Pustaka Imam

Asy-Syafi’i, 2016 M.

Muhcthar, Heri Jauhari. Fikih Pendidikan, cet. ke-1, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2005 M.

Ramayulis. Metodologi Pengajaran Agama Islam, cet. ke- 3, Jakarta : Kalam Mulia,

2001M.

Rosdiani, Dini. Perencanaan Pembelajaran dalam Pendidikan Jasmani dan

Kesehatan, cet. ke- 1, Bandung : CV. Alfabeta, 2013 M.

Sudjana, Nana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, cet. ke- 1, Bandung : C.V.

Sinar Baru, 1988 M.

Sumantri, Mohamad Syarif. Strategi Pembelajaran, cet. ke- 1, Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada, 2015 M.

Supriadie, Didi, dkk. Komunikasi Pembelajaran, cet. ke-1, Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya: 2012 M.

Suryosubroto. Proses Belajar Mengajar di Sekolah, cet. ke-1, Jakarta : Rineka Cipta,

2009 M.

67
Suwaid, Muhammad. Manhaj At-Tarbiyah An-Nabawiyah Li Tifli Mendidik Anak

Bersama Nabi, terj. Salafuddin Abu Sayyid, Solo: Pustaka Arafah,

2003M.

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan, cet. ke-18, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2013 M.

Tarazi, Norma. The Child in Islam A Muslim Parent’s Handbook Wahai Ibu Kenali

Anakmu, terj. Nawang Sri Wahyuningsih, cet. ke-1,Yogyakarta: Mitra

Pustaka, 2001M.

Zuhdi, Muhammad Najmuddin, dkk. Studi Islam 2 , cet. ke-1, Surakarta : 2008 M.

Jurnal

Aryani, Nini. Konsep Pendidikan Anak Usia Dini dalam Perspektif Pendidikan Islam,

Jurnal Potensia, Vol. 14, No. 14, 2015 M.

Dhin, Cut Nyak. “Pendidikan Anak Pada Masa Pubertas Dalam Islam,” Jurnal

Ilmiah Didaktika, Vol. 14, No. 1, 2013 M.

Falah, Nailul. “Aplikasi Teori Modeling Dalam Pembinaan Shalat Pada Anak”,

Aplikasia, Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, Vol. V , No. 1, 2004 M.

Hairuddin. Pendidikan Itu Berawal Dari Rumah, Jurnal Irfani, Vol. 10, No. 1, 2015M.

Hidayat, Nurul. “Metode Keteladanan Dalam Pendidikan Islam”, Jurnal Ta’allum,

Vol. 03, No. 02, 2015 M.

68
Janna, Sitti Riadil. Konsep pendidikan Anak Dalam Perspektif Al-Ghazali, Jurnal At-

Ta’dib, Vol. 6, No. 2, 2013 M.

Lismijar.“ Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak Dalam Perspektif

Surat At-Tahrim Ayat 6,” Islamic Studies Jurnal, Vol. 3, No. 2, 2015

M.

Lukman, Asaduddin. “Pengembangan Pendidikan Karakter Melalui Metode

Pembiasaan Dan Keteladanan”, Jurnal Cendikia, Vol. 12, No. 1, 2014

M.

Mardeli, “Konsep Al-Qur’an Tentang Metode Pendidikan Islam,” , Jurnal At-Ta’dib,

Vol. 16, No. 1, 2011M.

Musli. “ Metode Pendidikan Akhlak Bagi Anak,” Jurnal Media Akademika, Vol. 26,

No. 2, 2011M.

Rakhmawati, Istina. “Peran Keluarga Dalam Pengasuhan Anak, Jurnal Bimbingan

Konseling Islam, “ , Vol. 6, No. 1, 2015 M.

Rianie, Nurjannah, Pendekatan Dan Metode Pendidikan Islam, Jurnal : Management

of Education, Vol. 1, Issue 2, ISSN 977-2442404

Saputro, Riyayan Dwi. Pendidikan Karater Anak Pada keluarga TKW, Jurnal

Pancasila Dan Kewarganegaraan, Vol. 4, No. 2, 2016 M.

Taubah, Mufatihatut. “Pendidikan Anak Dalam Keluarga Perspektif Islam”, Jurnal

Pendidikan Agama Islam, Vol. 03 No. 1, 2005 M.

69
Skripsi

Abshor, Muhammad Khoirul. Skripsi Pengaruh Pendidikan Shalat Pada Masa Anak-

anak Dalam Keluarga, Skripsi S1, Semarang: IAIN Walisongo, 2008

M.
Aribowo, Fajar. “Pengaruh Keteladanan Beribadah Orang Tua Terhadap Kedisplinan

Shalat Remaja”, Skripsi S1, Salatiga: STAIN, 2014 M.


Fanani, Zain. Tafsir Surat An-Nahl Ayat 125 (Kajian Tentang Metode Pembelajaran),

Skripsi S1, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2014 M.


Jannah, Wardatul. “Metode Mendidik Anak Menurut Pemikiran Abdullah Nashih

‘Ulwan”, Skripsi S1, Banjarmasin: IAIN Antasari, 2016 M.


Kusmawanti,Yanti. Fungsi Ibadah Shalat Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan

Rohani Muslim”, Skripsi S1, Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, 2008 M.
Santo, Ahmad Nur. Skripsi Menanamkan Kegemaran Shalat Pada Anak dalam

Keluarga, Skripsi S1, Tulung Agung: STAI Tulung Agung, 2011M.

Tri mario Adi, Muhammad Bagus. “Pemikiran Abdullah Nashih ‘Ulwan Tentang

Pendidikan Seks”, Skripsi S1, Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2016 M.


Yusrina, Jihan Avie. “Studi Analisis Hadist Nabi Tentang Perintah Shalat Pada Anak

Usia Tujuh Tahun Dalam Perspektif Pendidikan Islam,” Skripsi S1,


Semarang: IAIN Walisongo, 2014 M.
Kamus
Echols, Jhon Michael, dkk. Kamus Inggris Indonesia, cet. ke-24, Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2000 M.


Jumhuriyatu Misra Al-‘Arabiyah, Al-Mu’jam Al-Wasith, cet. ke- 5, Mesir : Maktabah

Asy-Syuruq Ad-Dauliyah, 2011 M.


Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir Kamus Arab Indonesia, cet. ke- 14,

Surabaya : Pustaka Progressif ,1997 M.

70
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008 M.


Yunus, Mahmud, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: PT. Mahmud Yunus wa Dzurriyah,

2010 M.
Internet

http://id.wikipedia.org

http://www.kompasiana.com/alesmana/definisi anak_55107a56813311573bbc6520.

www. Referensi makalah.com.


www. Jejak Pendidikan.com.
http://dunkdaknyonk.blogspot.co.id/2011/03/pengertian-anak-menurut-beberapa-

uu.html.

71

Anda mungkin juga menyukai