Anda di halaman 1dari 13

STUDI TENTANG KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL

BAGI GURU GEOGRAFI DI SMA NEGERI KABUPATEN PATI

Erni Suharini
Jurusan Geografi FIS – UNNES

Abstrak

Guru mempunyai peran yang sangat strategis dalam upaya mewujudkan tujuan pembangunan nasional,
khususnya di bidang pendidikan, sehingga perlu dikembangkan sebagai tenaga profesi yang bermartabat dan
profesional. Dengan adanya hal tersebut perlu standar kompetensi guru agar kita memiliki guru profesional yang
memenuhi standar sesuai dengan kebutuhan. Menyadari kondisi tersebut, pemerintah melakukan berbagai upaya
untuk mengembangkan standar kompetensi. Berdasarkan kondisi tersebut, peneliti ingin mengkaji : (1) Bagaimana
kompetensi pedagogik guru geografi di SMA Negeri Kabupaten Pati; (2) Bagaimana kompetensi profesional guru
geografi di SMA Negeri Kabupaten Pati. Populasi dalam penelitian ini adalah guru geografi SMA Negeri di Kabupaten
Pati. Populasi berjumlah 17 guru dari 8 SMA Negeri yang ada di Kabupaten Pati. Metode dalam pengumpulan data
adalah dokumentasi, observasi, dan wawancara. Variabel penelitiannya adalah kompetensi pedagogik dan kompetensi
profesional bagi guru geografi SMA Negeri di Kabupaten Pati. Data yang didapat diolah dengan menggunakan
metode deskriptif persentase dan analisis statistik dengan uji Mann-Whitney. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa kompetensi pedagogik yang dimiliki guru geografi adalah sebesar 68,8% termasuk dalam kriteria baik.
Namun ada satu indikator yang termasuk dalam kriteria kurang baik, yaitu pada ketepatan alat evaluasi. Hal ini
dikarenakan kurangnya kompetensi guru dalam memberikan umpan balik dan pelaksanaan penilaian selama proses
pembelajaran. Sedangkan pada kompetensi profesional yang dimiliki guru geografi adalah sebesar 70,5% termasuk
dalam kriteria baik. Ada dua indikator yang termasuk dalam kriteria kurang baik, yaitu pada indikator kemampuan
membuka pelajaran dan kemampuan mengadakan variasi pembelajaran. Hal ini dikarenakan guru kurang dalam
kemampuan memotivasi siswa untuk memulai pembelajaran, dan guru hanya menyampaikan kompetensi dasar
secara sepintas saja pada waktu memulai pelajaran sedangkan dalam kemampuan mengadakan variasi pembelajaran,
guru kurang baik dalam memilih sumber belajar, menentukan metode dan media pembelajaran. Berdasarkan penelitian
ini ada suatu hal menarik yaitu masih ada 1 sekolah yang terakreditasi B, sehingga peneliti ingin melengkapi hasil
penelitian dengan membedakan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru geografi yang mengajar di
SMA Negeri terakreditasi A dan B.

Kata kunci : Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional, Guru Geografi

Jurnal Geografi 133


PENDAHULUAN tetapi tidak memiliki tanggung jawab dalam
Perwujudan pendidikan yang berkualitas mengamalkan ilmu dan keterampilan yang
menjadi tanggung jawab semua pihak, terutama dimilikinya sehingga seringkali menimbulkan
adalah tanggung jawab pelaksana pembelajaran di masalah bagi masyarakat, menjadi beban masyarakat
sekolah. Untuk mengatasi era globalisasi dalam dan bangsa, bahkan menggerogoti keutuhan bangsa
dunia pendidikan, upaya memenuhi kebutuhan, serta dapat menggoyahkan kesatuan dan persatuan
keberadaan dan keprofesionalan guru harus terus bangsa (Mulyasa, 2007:6). Sehingga dengan adanya
menerus ditingkatkan. Guru merupakan komponen hal tersebut perlu standar kompetensi guru agar kita
paling menentukan dalam sistem pendidikan secara memiliki guru profesional yang memenuhi standar
keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, dan lisensi sesuai dengan kebutuhan. Menyadari
pertama, dan utama. Guru memegang peran utama kondisi tersebut, pemerintah melakukan berbagai
dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang upaya untuk mengembangkan standar kompetensi.
diselenggarakan secara formal di sekolah. Guru juga Faktor yang menyebabkan rendahnya
sangat menentukan keberhasilan peserta didik, kompetensi guru antara lain disebabkan oleh ; (1)
terutama dalam kaitannya dengan proses belajar masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya
mengajar. Guru merupakan komponen yang paling secara utuh. Hal ini disebabkan oleh sebagian guru
berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil yang bekerja diluar jam kerjanya untuk memenuhi
pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya kebutuhan sehari-hari, sehingga tidak memiliki
perbaikan apapun yang dilakukan untuk kesempatan untuk meningkatkan diri, baik
meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan membaca, menulis apalagi membuka internet; (2)
memberi sumbangan yang signifikan tanpa belum semua guru memiliki standar profesional
didukung oleh guru yang profesional dan sebagaimana yang dipersyaratkan; (3) kemungkinan
berkualitas. Guru mempunyai peran yang sangat disebabkan oleh adanya perguruan tinggi swasta
strategis dalam upaya mewujudkan tujuan yang mencetak guru asal jadi, atau setengah jadi,
pembangunan nasional, khususnya di bidang tanpa memperhitungkan outputnya kelak
pendidikan, sehingga perlu dikembangkan sebagai dilapangan, sehingga menyebabkan banyak guru
tenaga profesi yang bermartabat dan profesional. yang belum memenuhi etika profesinya; (4)
Guru profesional akan menghasilkan proses dan kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan
hasil pendidikan yang berkualitas dalam rangka kualitas diri karena guru tidak dituntut untuk
mewujudkan manusia Indonesia yang cerdas dan meneliti sebagaimana yang diberlakukan pada dosen
kompetitif, sebagaimana diamanatkan oleh undang- di perguruan tinggi (Mulyasa, 2007:10).
undang sistem pendidikan nasional (UU Sisdiknas). Berdasarkan kondisi tersebut, sedikitnya terdapat
Dalam perwujudannya, tanggung jawab perlu lebih dua kategori kompetensi yang akan diteliti oleh
ditekankan, dan dikedepankan, karena pada saat ini penulis, yakni (1) kompetensi pedagogik merupakan
banyak lulusan pendidikan yang cerdas, dan terampil kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik

134 Volume 6 No. 2 Juli 2009


yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, dalam prosedur dan sistem pengawasan tertentu.
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, Kompetensi diartikan dan dimaknai sebagai
evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta perangkat perilaku efektif yang terkait dengan
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi eksplorasi dan investigasi, menganalisis dan
yang dimilikinya (Mulyasa,2007:75) dan (2) memikirkan, serta memberikan perhatian dan
kompetensi profesional merupakan kemampuan mengarahkan seseorang menemukan cara-cara untuk
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien.
mendalam yang memungkinkan membimbing Kompetensi bukanlah suatu titik akhir dari suatu
peserta didik memenuhi standar kompetensi yang upaya melainkan suatu proses yang berkembang dan
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan belajar sepanjang hayat.
(Mulyasa,2007:135). Sehubungan dengan itu, sudah
Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal
sewajarnya pemerintah terus berupaya mencari
28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi
alternatif untuk meningkatkan kualitas dan kinerja
pedagogik adalah kemampuan mengelola
profesi guru. Dalam rangka peningkatan
pembelajaran peserta didik yang meliputi
kemampuan guru, perlu dilakukan uji kompetensi
pemahaman peserta didik, perancangan dan
secara berkala agar kinerjanya terus meningkat dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,
tetap memenuhi syarat profesional.
dan pengembangan peserta didik untuk
Dalam Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun mengaktualisasikan berbagai potensi yang
2005 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa: dimilikinya (Mulyasa,2007:75). Potensi tersebut
kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, adalah menguasai dalam mengelola pembelajaran,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, pemahaman guru terhadap peserta didik,
dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam perancangan pembelajaran, pelaksanaan
melaksanakan tugas keprofesionalan. Dari uraian pembelajaran yang mendidik dan dialogis, evaluasi
tersebut, nampak bahwa kompetensi mengacu pada belajar, dan pengembangan peserta didik.
kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh
Dari latar belakang masalah diatas permasalahan
melalui pendidikan. Kompetensi guru menunjuk
yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai
pada performance dan perbuatan yang rasional untuk
berikut. Bagaimana kompetensi pedagogik guru
memenuhi spesifikasi tertentu didalam pelaksanaan
geografi di SMA Negeri Kabupaten Pati ?
tugas-tugas pendidikan. Dikatakan rasional karena
Bagaimana kompetensi profesional guru geografi di
mempunyai arah dan tujuan, sedangkan performance
SMA Negeri Kabupaten Pati?
merupakan perilaku nyata dalam arti tidak hanya
dapat diamati tetapi mencakup sesuatu yang tidak Adapun dari tujuan penelitian ini adalah sebagai
kasat mata. Kompetensi merupakan komponen berikut. Untuk mengetahui kompetensi pedagogik
utama dari standar profesi disamping kode etik guru geografi di SMA Negeri Kabupaten Pati. Untuk
sebagai regulasi perilaku profesi yang ditetapkan mengetahui kompetensi profesional guru geografi

Jurnal Geografi 135


di SMA Negeri Kabupaten Pati. Sedangkan manfaat menutup pelajaran, Ketepatan antara waktu dan
dari penelitian ini adalah a) Manfaat praktis, hasil materi pelajaran).
penelitian ini diharapkan dapat memberikan
Metode pengumpulan data yang digunakan
masukan kepada para pendidik khususnya guru
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Metode
geografi untuk dapat mengembangkan kompetensi
Observasi. Metode observasi dilaksanakan dengan
pedagogik dan kompetensi profesional dalam
observasi langsung ke sekolah yang bersangkutan
mengajar dan menambah pengetahuan, pemahaman
dan ditujukan kepada guru geografi SMA Negeri di
materi yang akan diajarkan. b) Manfaat teoritis, hasil
Kabupaten Pati. Metode ini digunakan untuk
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
mengetahui pelaksanaan pembelajaran yang
pada Pendidikan Nasional pada umumnya dan
dilakukan guru SMA Negeri di Kabupaten Pati.
kegiatan belajar mengajar pada khususnya dalam
Penilaian pelaksanaan pembelajaran ini dilakukan
meningkatkan kompetensi.
berdasarkan lembar observasi dan penskoran yang
telah disiapkan oleh peneliti berdasar Alat Penilaian
METODE PENELITIAN
Kompetensi Guru (APKG). Metode Dokumentasi.
Populasi adalah keseluruhan dari subyek Metode dokumentasi ini untuk memperoleh data-
penelitian (Arikunto,2006:130). Populasi dalam data/dokumen dari sekolah yang bersangkutan
penelitian ini adalah guru geografi SMA Negeri di berupa rencana pembelajaran, serta memperoleh
Kabupaten Pati yang berjumlah 17 guru, yang data-data sekunder dari Depdiknas berupa daftar
memiliki karakteristik : Guru tersebut mengajar mata SMA Negeri di Kabupaten Pati yang dijadikan
pelajaran geografi dimana guru tersebut mengajar populasi. Metode Wawancara. Metode ini ditujukan
di SMA Negeri. pada obyek penelitian yaitu guru geografi dan
Kepala SMA Negeri di Kabupaten Pati yang
Variabel yang ada dalam penelitian ini adalah
diharapkan dapat memperjelas data mengenai
kompetensi pedagogik dan profesional bagi guru
kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional
geografi. Yang dijadikan indikator dalam penelitian
guru.
ini adalah : Kompetensi Pedagogik (Pemahaman
guru terhadap peserta didik, Perancangan Metode analisis data yang digunakan dalam
pembelajaran, Pelaksanaan pembelajaran yang penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan
mendidik dan dialogis, Ketepatan alat evaluasi, analisis berupa deskriptif persentase dan analisis
Kemampuan mengembangkan potensi peserta statistik dengan uji Mann-Whitney. Metode
didik). Kompetensi Profesional (Penguasaan materi, deskriptif persentase digunakan untuk mengolah
Kemampuan membuka pelajaran, Kemampuan data pada tujuan penelitian poin pertama dan kedua
bertanya, Kemampuan mengadakan variasi yang diperoleh dari jawaban-jawaban responden,
pembelajaran, Kejelasan dalam penyajian materi, melalui pemberian skor dengan kriteria tertentu
Kemampuan mengelola kelas, Kemampuan kemudian dicari dengan menggunakan bantuan
komputer program SPSS for windows release 15.

136 Volume 6 No. 2 Juli 2009


Pemberian skor atau penilaian jawaban yang Batangan memiliki 2 orang guru geografi, satu guru
diperoleh dari metode observasi dari indikator yang berasal dari guru geografi yang mengajar di SMA
diamati pada responden adalah sebagai berikut : skor Negeri 1 Juwana dan satu guru lagi masih termasuk
4 pembelajaran yang ditampilkan guru sangat baik, GTT. SMA Negeri 1 Batangan ini merupakan
skor 3 pembelajaran yang ditampilkan guru baik, sekolah yang baru berdiri tahun 2005. SMA Negeri
skor 2 pembelajaran yang ditampilkan guru kurang 1 Tayu mempunyai guru geografi sebanyak 2 orang
baik, skor 1 pembelajaran yang ditampilkan guru dan keduanya sudah termasuk Pegawai Negeri Sipil
tidak baik. yang memiliki masa kerja antara 15- 20 tahun. Dari
ke tujuh belas guru geografi tersebut, semuanya
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN menempuh pendidikan terakhir dari jurusan geografi
baik itu dari kependidikan maupun non
Kabupaten Pati memiliki 8 SMA Negeri dengan
kependidikan.
jumlah guru geografi sebanyak 17 orang. SMA
Negeri 1 Pati memiliki guru geografi sebanyak 3 Kompetensi Pedagogik Guru Geografi SMA
orang, dan dari ketiganya sudah termasuk Pegawai Negeri Kabupaten Pati
Negeri Sipil dengan masa kerja antara 20-25 tahun. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan
SMA Negeri 2 Pati memiliki guru geografi sebanyak mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi
2 orang, keduanya sudah termasuk PNS, satu guru pemahaman peserta didik, perancangan dan
sudah mempunyai masa kerja 25 tahun dan satu guru pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,
lagi baru mempunyai masa kerja selama 3 tahun. dan pengembangan peserta didik untuk
SMA Negeri 3 Pati memiliki guru geografi sebanyak mengaktualisasikan berbagai potensi yang
2 orang dan keduanya sudah termasuk PNS dengan dimilikinya. Pada indikator pemahaman guru
masa kerja 12 tahun, tetapi selain mengajar geografi terhadap peserta didik, dijabarkan menjadi tujuh
kedua guru tersebut juga mengajar mata pelajaran indikator. Indikator tersebut meliputi menentukan
sosiologi. SMA Negeri 1 Kayen memiliki guru pengalaman belajar siswa, mengarahkan siswa aktif
geografi sebanyak 2 orang dengan masa kerja selama berpartisipasi, menumbuhkan motivasi siswa untuk
10 tahun, tetapi salah satunya masih berstatus belajar, merespon secara positif keingintahuan
sebagai Guru Tidak Tetap (GTT). SMA Negeri 1 siswa, terbuka terhadap respon siswa, memantau
Jakenan memiliki guru geografi sebanyak 2 orang, kemajuan belajar setiap siswa, dan memberi
dan keduanya sudah berstatus sebagai PNS yang penguatan untuk memelihara dan meningkatkan
mempunyai masa kerja antara 20-25 tahun. SMA keterlibatan.
Negeri 1 Juwana memiliki 2 orang guru geografi,
Berdasarkan hasil penelitian dengan
keduanya berstatus PNS yang sudah mempunyai
menggunakan rumus deskriptif persentase dapat
masa kerja selama 25 tahun, tetapi salah satu guru
diketahui bahwa persentase kompetensi pedagogik
geografi di sekolah tersebut merangkap sebagai guru
guru geografi di sekolah akreditasi A adalah sebesar
geografi di SMA Negeri 1 Batangan. SMA Negeri 1

Jurnal Geografi 137


72.2% artinya hasil tersebut mempunyai kriteria mengatur siswa bekerja kelompok berdasarkan
baik. Baik dalam hal ini maksudnya adalah mampu kemampuan masing-masing sehingga dapat
untuk mengaplikasikan kompetensi pedagogik. berkonsentrasi membantu yang kurang dan ada yang
Sedangkan kompetensi pedagogik guru geografi di menjadi tutor, alangkah baiknya apabila ada
sekolah akreditasi B adalah sebesar 43.7% artinya penghargaan berupa nilai bagi siswa yang aktif
hasil tersebut masih dalam kriteria yang kurang baik. sehingga dapat digunakan sebagai pemicu semangat
bagi siswa yang kurang. Selanjutnya untuk guru
Pemahaman Terhadap Perserta Didik
geografi yang mengajar di sekolah dengan akreditasi
Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui B pada indikator menentukan pengalaman belajar
bahwa sebagian besar guru geografi yang mengajar siswa dan memantau kemajuan belajar siswa masih
di sekolah dengan akreditasi A sudah baik atau dalam taraf kriteria tidak baik yang dikarenakan guru
mampu dalam mengaplikasikan kompetensi hanya memberi peluang bagi siswa untuk mencari,
pedagogik. Dalam indikator pemahaman terhadap mengelola, dan menemukan sendiri pengetahuan
peserta didik, guru sudah baik dalam menentukan tanpa mendapat bimbingan dari guru. Sedangkan
pengalaman belajar siswa, mengarahkan siswa untuk untuk indikator mengarahkan siswa untuk aktif
aktif berpartisipasi, namun masih kurang baik dalam berpartisipasi mencapai kriteria kurang baik.
menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar karena
guru hanya meminta siswa untuk memulai Perancangan Pembelajaran
pembelajaran dengan ucapan atau secara verbal saja Mengenai perancangan pembelajaran,
sehingga siswa kurang tertarik. Dalam merespon berdasarkan observasi yang dilakukan dapat
positif keinginan siswa termasuk dalam kriteria baik, diketahui bahwa guru yang mengajar di sekolah
tetapi masih kurang baik dalam hal keterbukaan akreditasi A telah mampu atau sudah baik dalam
terhadap respon siswa karena sebagian besar guru merencanakan dan membuat rancangan
hanya menampung pertanyaan siswa tanpa memberi pembelajaran. Hal ini dapat dilihat pada hasil
solusi jawabannya. Guru dalam memantau kemajuan persentasi sebesar 70% yang artinya guru masuk
belajar setiap siswa dapat dikatakan seimbang dalam kriteria baik. Namun kurang dalam
karena perbandingan antara guru yang termasuk merumuskan tujuan pembelajaran,
dalam kriteria baik dan kurang baik adalah sama. mengorganisasikan materi pelajaran, menentukan
Hal ini dikarenakan ada sebagian guru yang hanya jenis kegiatan belajar, sumber belajar, dan
memberi pekerjaan rumah dan pretes saja pada menentukan penilaian. Dalam membuat rencana
waktu pelajaran, tetapi ada juga yang ditambah pembelajaran tidak disebutkan rumusan tujuan
dengan memberi kesempatan pada siswa untuk pembelajaran, walaupun ada sebagian kecil guru
menanyakan materi yang sulit dimengerti. yang merumuskan tujuan pembelajaran. Guru dalam
Selanjutnya guru dalam memberi penguatan untuk mengorganisasikan materi pembelajaran dan
memelihara dan meningkatkan keterlibatan siswa menentukan jenis kegiatan belajar hanya
masih kurang baik karena guru hanya berusaha menggunakan dua komponen saja yaitu materi hanya

138 Volume 6 No. 2 Juli 2009


terbatas pada kemampuan yang dituntut kelas serta di sekolah dengan akreditasi A diketahui hasil
mengurutkan materi dari yang mudah ke yang sulit. persentase sebesar 76.1% yang artinya guru masuk
Sedangkan dalam menentukan sumber belajar, guru dalam kriteria baik. Lebih rincinya dalam berinteraksi
hanya mengacu pada kemutakhiran yang sesuai dengan siswa dan mengklarifikasi petunjuk dan
dengan perkembangan terakhir dalam bidangnya dan penjelasan pada siswa apabila siswa salah mengerti
keluasan materinya. Dalam menentukan penilaian, termasuk dalam kriteria baik dan indikator
guru hanya menyebutkan teknik dan bentuk menggunakan ekspresi lisan atau tulisan yang dapat
instrument tanpa melampirkan instrumennya. Jadi ditangkap siswa termasuk dalam kriteria sangat baik
dalam menentukan penilaian tidak ada contoh karena guru dapat menjelaskan materi dengan
konkrit yang terlampir. Berdasarkan hasil analisis pembicaraan yang lancar dan mudah dimengerti,
RP dan observasi yang dilakukan di lapangan, dari tulisan dipapan tulis juga dapat dibaca dengan mudah
masing-masing guru geografi dapat disimpulkan serta menggunakan isyarat dan gerak badan dengan
bahwa rencana pembelajaran yang dibuat cenderung tepat. Untuk guru yang megajar di sekolah dengan
sama dari tahun ke tahun. Dalam pembuatan rencana akreditasi B pada indikator pelaksanaan pembelajaran
pembelajaran mencapai kriteria baik tetapi masih yang mendidik dan dialogis ini hanya mencapai
perlu dibenahi dengan cara saling bertukar pendapat kriteria 50% yaitu termasuk dalam kriteria kurang
dengan guru lain yang dianggap lebih mampu agar baik. Tetapi dalam menggunakan ekspresi lisan atau
RP yang dibuat benar-benar sempurna dan bahan tulisan mempunyai kriteria yang sangat baik, ini
yang digunakan bisa lebih up to date. Sedangkan berarti bahwa guru geografi di sekolah dengan
permasalahan yang di hadapi oleh guru yang akreditasi B dianggap mampu menggunakan ekspresi
mengajar di sekolah akreditasi B pada indikator lisan atau tulisan dalan mengajar.
perencanaan pembelajarann ini hampir sama dengan
Ketepatan Alat Evaluasi
permasalahan yang dihadapi guru geografi di
sekolah akreditasi B. tetapi pada sekolah akreditasi Ketepatan alat evaluasi yang digunakan di
B ini hanya mempunyai skor akhir 50% saja yaitu sekolah akreditasi A dapat diketahui hasil
termasuk dalam kriteria kurang baik. Hal ini persentasenya sebesar 62.7%, artinya guru masuk
disebabkan pada indikator mengorganisasikan materi dalam kriteria kurang baik. Pada indikator ini,
pembelajaran dan menentukan jenis kegiatan belajar sekolah dengan akreditasi B juga tidak jauh beda
hanya mencapai kriteria tidak baik karena dalam yaitu masuk dalam kriteria tidak baik dengan
mengorganisasikan materi pembelajaran guru hanya persentase 37.5%. Hal ini dikarenakan guru dalam
mengurutkan materi dari yang mudah ke yang sulit saja. melaksanakan penilaian selama proses pembelajaran
hanya mengacu pada dua komponen saja yaitu
Pelaksanaan Pembelajaran yang Mendidik dan memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya/
Dialogis
memberi tanggapan dan melaksanakan penilaian
Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan awal serta pada waktu pembelajaran guru hanya
dialogis, dalam hal ini setelah dilakukan observasi melakukan tes lisan saja.

Jurnal Geografi 139


Kemampuan Mengembangkan Potensi Peserta pembelajaran, kejelasan dalam penyajian materi,
Didik
kemampuan mengelola kelas, kemampuan menutup
Dalam kemampuan mengembangkan potensi pelajaran, ketepatan antara waktu dan materi
siswa, berdasarkan hasil observasi diperoleh hasil pelajaran. Berdasarkan hasil observasi yang dihitung
persentase sebesar 95% yang artinya guru masuk dengan menggunakan rumus deskriptif persentase
dalam kriteria sangat baik dalam hal mengadakan dapat diketahui bahwa persentase kompetensi
program pengayaan dan remedial. Namun dalam profesional guru geografi di sekolah akreditasi A
mengarahkan keberanian siswa untuk mengajukan adalah sebesar 71.4% artinya hasil tersebut
pendapat guru dapat menciptakan suasana kelas mempunyai kriteria baik. Baik dalam hal ini
yang efektif, efisien, kondusif, terkendali tetapi maksudnya adalah mampu untuk mengaplikasikan
siswa masih pasif, jadi belum bisa tercipta interaksi kompetensi profesional. Sedangkan kompetensi
antara guru dan siswa. Sedangkan untuk guru yang profesional guru geografi di sekolah akreditasi B
mengajar di sekolah akreditasi B mempunyai skor adalah sebesar 53.1% artinya hasil tersebut masih
41.6% dengan kriteria tidak baik. dalam kriteria yang kurang baik. Dari kedelapan
indikator diatas akan dibahas sebagai berikut.
Secara keseluruhan kompetensi pedagogik yang
dicapai guru geografi di SMA Negeri se-kabupaten Penguasaan Materi
Pati, setelah dihitung lagi dengan uji Mann-
Penguasaan materi dalam observasi di sekolah
Whithney, kemampuan guru geografi yang mengajar
dengan akreditasi A pada penelitian ini diketahui
di sekolah dengan akreditasi A dan B dapat
hasil persentase 76.6% yang artinya guru masuk
dibedakan bahwa guru yang mengajar di sekolah
dalam kriteria baik. Karena guru mampu memberi
dengan akreditasi B mempunyai skor 0.025 yang
contoh-contoh konkrit dan memberi penekanan pada
berarti dibawah 0.05 sehingga diartikan ada
materi yang dianggap penting. Selain itu guru juga
perbedaan antara guru yang mengajar di sekolah
mampu dengan baik dalam mendemonstrasikan
akreditasi A dengan sekolah akreditasi B, dengan
penguasaan pembelajaran serta materi yang
kata lain guru yang mengajar di sekolah akreditasi
disampaikan berkaitan antara satu dengan materi
A mempunyai kompetensi pedagogik lebih baik dari
lain. Kemampuan guru memberikan contoh konkrit
guru yang mengajar di sekolah akreditasi B.
dalam suatu pembelajaran sangat penting karena
Kompetensi Profesional Guru Geografi SMA siswa dapat lebih mudah memahami suatu materi
Negeri Kabupaten Pati yang diajarkan. Siswa akan lebih mudah mengingat
Kemampuan guru dalam mengaplikasikan suatu materi bila materi tersebut dikaitkan dengan
kompetensi profesional dapat dibagi menjadi suatu kejadian nyata. Sedangkan guru yang mengajar
delapan bagian yaitu penguasaan materi, di sekolah akreditasi B diperoleh hasil 45.8% dengan
kemampuan membuka pelajaran, kemampuan kriteria kurang baik. Hal ini dikarenkan guru kurang
bertanya, kemampuan mengadakan variasi mampu dalam membantu siswa mengenal maksud
dan pentingnya topik karena disini guru hanya

140 Volume 6 No. 2 Juli 2009


memperkenalkan standar kompetensi dak pertanyaan. Sedangkan guru geografi di sekolah
kompetensi dasarnya saja tidak disertai penjelasan. akreditasi B diperoleh hasil 45.8% yang termasuk
dalam kriteria kurang baik. Hal ini disebabkan
Kemampuan Membuka Pelajaran
karena guru kurang mampu dalam hal membuat
Kemampuan membuka pelajaran, dalam pertanyaan berdasarkan analisis butir soal yang
kegiatan ini pada dasarnya merupakan kegiatan awal masih dibuat berdasar reliabilitas dan tingkat
yang harus ditempuh guru dan siswa pada setiap kali kesulitan saja.
pelaksanaan pembelajaran. Fungsinya adalah untuk
menciptakan suasana belajar yang efektif dan Kemampuan Mengadakan Variasi Pembelajaran
kondusif. Namun perlu diingat waktu untuk Mengenai kemampuan mengadakan variasi
membuka pelajaran ini relative singkat antara 5-10 pembelajaran, guru geografi di sekolah dengan
menit, sehingga diharapkan dengan waktu yang akreditasi A termasuk dalam kriteria baik dengan
singkat tersebut guru mampu membawa siswa pada persentase 63.8%. Sedangkan guru yang mengajar
suasana yang kondusif. Guru pada awal pelajaran di sekolah akreditasi B mempuyai kriteria kurang
menyampaikan apersepsi dengan cara tanya jawab baik dengan persentase 45,8%. Sumber bahan ajar
materi sebelumnya atau materi yang berkaitan yang utama hanyalah buku paket pelajaran saja.
dengan materi yang akan dibahas. Dalam hal ini Bahkan ada sekolah siswa tidak memiliki buku paket
meskipun materi apersepsi dapat dilakukan namun secara merata karena ketersediaan buku yang
kurang dalam menyampaikan kompetensi yang terbatas. Mereka hanya mengandalkan LKS dan
harus dicapai, rata-rata guru hanya menyampaikan hanya guru yang memiliki buku paket. Keterbatasan
kompetensi sepintas saja. Dari uraian tersebut sumber dan media pembelajaran itulah yang
diperoleh hasil 51.1% guru geografi yang mengajar membuat sebagian besar guru menggunakan metode
di sekolah dengan akreditasi A termasuk dalam ceramah dan dikombinasi dengan tanya jawab untuk
kriteria kurang baik. Sedangkan untuk sekolah merangsang siswa dan memberi tanggapan, apabila
akreditasi B mempunyai skor 50% dengan kriteria hanya mengandalkan metode ceramah maka siswa
kuranng baik. akan berfikir pasif dan tidak sistematik dan tidak
mengarah pada indikator hasil pembelajaran.
Kemampuan Bertanya
Berdasarkan hasil observasi di sekolah dengan Kejelasan dalam Penyajian Materi
akreditasi A dalam kemampuan bertanya diperoleh Kejelasan penyajian materi dalam hasil
data sebesar 78.8% guru yang masuk dalam kriteria observasi di sekolah dengan akreditasi A diperoleh
baik. Hanya saja guru dalam menunjuk siswa untuk data 65% yang artinya guru masuk dalam kriteria
menjawab pertanyaan termasuk dalam kriteria baik. Sedangkan guru yang mengajar di sekolah
kurang baik, karena guru hanya menunjuk siswa akreditasi B mempunyai kriteria kurang baik dengan
yang ramai saja sehingga tidak semua siswa persentase 50%. Untuk menarik minat siswa dalam
mendapat bagian yang sama dalam menjawab proses pembelajaran guru berusaha menggunakan

Jurnal Geografi 141


sumber belajar seadanya, yaitu terbatas pada buku Dalam hal ini kemampuan menutup pelajaran guru
paket ataupun LKS dan hanya pada sekolah-sekolah geografi di sekolah akreditasi A termasuk dalam
tertentu yang dalam pembelajarannya mampu kriteria baik dengan persentase 77.7%. Selanjutnya
menampilkan gambar yang diambil dari internet. mengenai guru geografi yang mengajar di sekolah
Dengan media yang tersedia guru berusaha dengan akreditasi B mempunyai kriteria baik dengan
maksimal agar semua siswa dapat menggunakan persentase 66.6%.
walau kenyataannya hanya sebagian siswa yang
Ketepatan Antara Waktu dan Materi Pelajaran
dapat menggunakan.
Mengenai ketepatan antara waktu dan materi
Kemampuan Mengelola Kelas pelajaran guru geografi di sekolah akreditasi A
Dalam kemampuan mengelola kelas, guru termasuk dalam kriteria sangat baik dengan
geografi di sekolah dengan akreditasi A termasuk persentase 82.7%. Sedangkan untuk guru geografi
dalam kriteria baik dengan hasil persentase 75.5%. yang mengajar di sekolah dengan akreditasi B
Sedangkan guru yang mengajar di sekolah dengan mempunyai kriteria baik dengan persentase 70.8%.
akreditasi B mempunyai kriteria kurang baik dengan Pada indikator mengatur penggunaan waktu dan
persentase 50%. Ada beberapa guru yang masih menggunakan waktu pembelajaran secara efisien
kurang baik dalam hal memelihara keterlibatan termasuk dalam kriteria baik Hal ini menunjukkan
siswa dalam pembelajaran karena pada waktu bahwa sebagian besar guru dalam memulai pelajaran
pembelajaran sebagian besar guru belum bisa tepat waktu, tidak ada waktu yang terbuang sia-sia,
membantu siswa untuk mengingat kembali dan meneruskan pelajaran sampai habis waktu yang
pengalaman atau pengetahuan yang telah diperoleh telah dialokasikan. Sehingga guru masuk dan keluar
pada materi yang telah lalu. Selain itu guru kurang kelas sesuai dengan waktu/jam pelajaran yang telah
memperhatikan siswa yang pasif sehingga siswa ditentukan. Dalam hal menggunakan waktu
yang menjawab pertanyaan dari guru hanya siswa pembelajaran secara efisien sebagian besar guru
yang sama. Seharusnya guru mampu membantu melakukan pembelajaran sesuai materi yang
siswa dalam mengingat suatu materi dengan direncanakan, menghindari penundaan kegiatan
memberikan suatu kata kunci sehingga siswa dapat selama pembelajaran, dan menghindari
mengingat kembali materi tersebut. penyimpangan selama pembelajaran. Sedangkan
dalam hal menentukan alokasi waktu, guru
Kemampuan Menutup Pelajaran
mengalokasikan waktu sesuai jam pelajaran yang
Mengenai kemampuan menutup pelajaran, pada ditentukan.
dasarnya hanya memiliki waktu yang relative singkat
Secara keseluruhan kompetensi profesional
sehingga guru harus mampu memanfaatkan waktu
yang dicapai guru geografi di SMA Negeri se-
seefisien mungkin. Secara umum kegiatan menutup
kabupaten Pati perlu dibedakan lagi antara
pelajaran ini adalah adanya pemberian tindak lanjut,
kemampuan guru geografi yang mengajar di sekolah
menarik kesimpulan, dan memberi penilaian akhir.

142 Volume 6 No. 2 Juli 2009


dengan akreditasi A dan B, dapat dihitung lagi indikator yang termasuk dalam kriteria kurang baik,
dengan menggunakan uji Mann-Whithney yang yaitu pada indikator kemampuan membuka
menyatakan bahwa pada sekolah dengan akreditasi pelajaran. Hal ini dikarenakan guru kurang dalam
B mempunyai skor 0.030 yang berarti dibawah 0.05 kemampuan memotivasi siswa untuk memulai
sehingga diartikan ada perbedaan antara guru yang pembelajaran dan guru hanya menyampaikan
mengajar di sekolah akreditasi A dengan sekolah kompetensi dasar secara sepintas saja pada waktu
akreditasi B, dengan kata lain guru yang mengajar memulai pelajaran. Sedangkan untuk kompetensi
di sekolah dengan akreditasi A mempunyai profesional yang dimiliki guru geografi SMA Negeri
kompetensi profesional lebih baik dari guru yang akreditasi B di Kabupaten Pati termasuk dalam
mengajar di sekolah dengan akreditasi B. kriteria kurang baik dengan persentase 53.1% karena
dari hampir semua indikator hanya mencapai kriteria
SIMPULAN DAN SARAN kurang baik. Tetapi ada dua indikator yang mampu
mencapai kriteria baik yaitu pada indikator
Simpulan kemampuan guru menutup pelajaran dan ketepatan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan antara waktu dan materi pelajaran. Kompetensi
pada bab IV, bahwa secara umum kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional yang dimiliki
pedagogik dan kompetensi profesional guru geografi antara guru geografi yang mengajar di sekolah
SMA Negeri di Kabupaten Pati dalam kriteria baik. akreditasi A dengan sekolah akreditasi B adalah ada
Kompetensi pedagogik yang dimiliki guru geografi perbedaan. Sekolah dengan akreditasi Bpada
SMA Negeri akreditasi A di Kabupaten Pati kompetensi pedagogik mempunyai skor 0.025 yang
termasuk dalam kriteria baik dengan persentase berarti dibawah 0.05 sehingga diartikan ada
72.2%. Namun ada satu indikator yang termasuk perbedaan antara guru yang mengajar di sekolah
dalam kriteria kurang baik, yaitu pada ketepatan alat akreditasi A dengan sekolah akreditasi B, dengan
evaluasi. Hal ini dikarenakan kurangnya kompetensi kata lain guru yang mengajar di sekolah akreditasi
guru dalam memberikan umpan balik dan A mempunyai kompetensi pedagogik lebih baik dari
pelaksanaan penilaian selama proses pembelajaran. guru yang mengajar di sekolah akreditasi B.
Sedangkan untuk kompetensi pedagogik yang Sedangkan untuk kompetensi profesional, sekolah
dimiliki guru geografi SMA Negeri akreditasi B di dengan akreditasi B mempunyai skor 0.030 yang
Kabupaten Pati termasuk dalam kriteria kurang baik berarti dibawah 0.05 sehingga diartikan ada
dengan persentase 43.7% karena dari hampir semua perbedaan antara guru yang mengajar di sekolah
indikator hanya mencapai kriteria kurang baik. akreditasi A dengan sekolah akreditasi B, dengan
Kompetensi profesional yang dimiliki guru geografi kata lain guru yang mengajar di sekolah akreditasi
SMA Negeri akreditasi A di Kabupaten Pati A mempunyai kompetensi profesional lebih baik
termasuk dalam kriteria baik, dengan persentase dari guru yang mengajar di sekolah akreditasi B.
71.4%. Pada kompetensi profesional ini ada satu Berdasarkan hasil analisis bahwa sekolah dengan
akreditasi A lebih baik dari sekolah dengan akreditasi

Jurnal Geografi 143


B yaitu karena guru-guru yang mengajar di sekolah DAFTAR RUJUKAN
dengan akreditasi A sudah mempunyai pengalaman Anonim, 2007. Akreditasi Sekolah. http://
mengajar yang cukup lama, dan sudah lama terjun files.wordpress.com. (11April 2009)
dalam forum MGMP maupun mengikuti seminar
Anonim, 2008. Pedoman PPL UNNES. Semarang:
sehingga banyak bertukar pendapat dengan guru- UPT UNNES Press.
guru lainnya. Sedangkan sekolah dengan akreditasi
B dikatakan kurang baik dengan alasan sekolah Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian
tersebut baru berdiri kurang dari 5 tahun sehingga Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
fasilitas belum mendukung dan guru yang mengajar
masih termasuk sebagai guru baru serta pengalaman Aqib, Zainal. 2007. Membangun Profesionalisme
mengajar yang masih kurang. Guru dan Pengawas Sekolah. Bandung:
Yrama Widya.
Saran
Hikmah, Ainun. 2006. Hubungan Antara
Adanya perbedaan antara kompetensi pedagogik Profesionalisme Guru Pengetahuan
dan kompetensi profesional yang dimiliki guru Sosial Geografi Dengan Prestasi
geografi di sekolah dengan akreditasi A dan sekolah Belajar Pengetahuan Sosial Geografi
Siswa Kelas VIII SMP Di Kecamatan
akreditasi B yang dijumpai dalam penelitian ini,
Grobogan Tahun Ajaran 2006/2007.
maka perlu adanya usaha-usaha untuk mengatasinya. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri
Usaha atau upaya untuk mengatasi hal tersebut Semarang.
antara lain : Untuk guru diharapkan dapat
Mangkuatmodjo, Soegyarto. 2004. Statistik
menggunakan variasi pembelajaran yang menarik
Lanjutan. Jakarta: Rineka Cipta.
agar siswa tidak merasa jenuh, misalkan dengan
memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber Mulyasa. 2002a. Kurikulum Berbasis Kompetensi.
belajar, sehingga tidak terfokus di dalam kelas. Bandung: Rosda.
Diharapkan kepada pihak sekolah untuk menambah
——- 2008b. Menjadi Guru Profesional. Bandung:
media pembelajaran seperti media audio visual Remaja Rosdakarya.
ataupun VCD pembelajaran geografi karena tidak
semua sekolah memiliki secara lengkap media ——-2007c. Standar Kompetensi dan Sertifikasi
Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya..
tersebut sehingga dengan tersedianya beraneka
media dapat menumbuhkan semangat belajar siswa Rusminarsih, Atik. 2006. Kompetensi Guru
yang nantinya juga dapat meningkatkan prestasi Sosiologi Menurut Persepsi Siswa
belajar siswa. Kelas X SMA Negeri 1 Purwodadi
Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran
2005/2006. Sripsi. Semarang:
Universitas Negeri Semarang

144 Volume 6 No. 2 Juli 2009


Samani, Muchlas, dkk. 2008. Pedoman Penyusunan
Portofolio. Departemen Pendidikan
Nasional.

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran.


Jakarta: Kencana..

Sudjana, Nana. 2002. Metode Statistika. Bandung:


Tarsito.

Sudrajat dan Subana. 2005. Dasar-Dasar Penelitian


Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia.

Sugandi, Achmad. 2004. Teori Pembelajaran.


Semarang: UPT UNNES Press.

Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian.


Bandung: Alfabeta.

Sumaatmadja. Nursid. 2001. Metode Pengajaran


Geografi. Jakarta: Bumi Aksara.

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam


Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi
Pustaka.

Trianto, dan Tutik, Titik Triwulan. 2007. Sertifikasi


Guru. Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher.

Yamin, Martinis. 2005. Strategi Pembelajaran


Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung
Persada Press.

Jurnal Geografi 145

Anda mungkin juga menyukai