Search
asep solehudin
Link Gundar
1.) WEWENANG DAN DELEGASI
Ø Pengertian Wewenang, Kekuasaan dan kunjungi forum kami
Pengaruh
- Pengertian Wewenang
Wewenang (authority) adalah hak untuk melakukan sesuatu atau
memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar
tercapai tujuan tertentu.Penggunaan wewenang secara bijaksana
merupakan faktor kritis bagi efektevitas organisasi. peranan pokok
wewenang dalam fungsi pengorganisasian, wewenang dan kekuasaan
sebagai metoda formal, dimana manajer menggunakannya untuk mencapai
tujuan individu maupun organisasi.Wewenang formal tersebut harus di
dukung juga dengan dasar-dasar kekuasaan dan pengaruh informal.
Manajer perlu menggunakan lebih dari wewenang resminya untuk
mendapatkan kerjasama dengan bawahan mereka, selain juga tergantung
pada kemampuan ilmu pengetahuan, pengalaman dan kepemimpinan
mereka.
- Pengertian Kekuasaan
Kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain untuk
Archives
mencapai sesuatu dengan cara yang diinginkan. Studi tentang kekuasaan
dan dampaknya merupakan hal yang penting dalam manajemen. Karena ► 2015 (3)
kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, maka ► 2014 (3)
mungkin sekali setiap interaksi dan hubungan sosial dalam suatu organisasi
melibatkan penggunaan kekuasaan. Cara pengendalian unit organisasi dan ► 2013 (17)
individu di dalamnya berkaitan dengan penggunaan kekuasaan. Kekuasaan ► 2012 (35)
manager yang menginginkan peningkatan jumlah penjualan adalah
▼ 2011 (6)
kemampuan untuk meningkatkan penjualan itu. Kekuasaan melibatkan
hubungan antara dua orang atau lebih. Dikatakan A mempunyai kekuasaan ▼ Desember (4)
atas B, jika A dapat menyebabkan B melakukan sesuatu di mana B tidak WEWENANG DAN
DELEGASI
ada pilihan kecuali melakukannya. Kekuasaan selalu melibatkan interaksi
sosial antar beberapa pihak, lebih dari satu pihak. Dengan demikian MOTIVASI
seorang individu atau kelompok yang terisolasi tidak dapat memiliki PENGORGANISA
kekuasaan karena kekuasaan harus dilaksanakan atau mempunyai potensi SIAN
untuk dilaksanakan oleh orang lain atau kelompok lain.
PROSES
Kekuasaan amat erat hubungannya dengan wewenang. Tetapi kedua PERENCANAA
konsep ini harus dibedakan. Kekuasaan melibatkan kekuatan dan paksaan, N
wewenang merupakan bagian dari kekuasaan yang cakupannya lebih
sempit. Wewenang tidak menimbulkan implikasi kekuatan. Wewenang ► November (1)
adalah kekuasaan formal yang dimiliki oleh seseorang karena posisi yang ► Oktober (1)
dipegang dalam organisasi. Jadi seorang bawahan harus mematuhi perintah
manajernya karena posisi manajer tersebut telah memberikan wewenang
untuk memerintah secara sah.
Sifat/ciri-ciri :
1. Organisasi kecil,
2. Jumlah pegawai sedikit,
aseepsolehudin.blogspot.com/2011/12/wewenang-dan-delegasi.html 1/43
10/14/2019 WEWENANG DAN DELEGASI ~ asep solehudin
3. Pemilik biasanya menjadi pemimpin tertinggi dalam
organisasi,
4. Hubungan kerja bersifat langsung (face to face relationship),
5. Spesialisasi yang dibutuhkan rendah,
6. Anggota organisasi saling kenal mengenal,
7. Tujuan sederhana,
8. Alat-alat sederhana,
9. Struktur organisasi sederhana,
10. Produksi yang dihasilkan belum beraneka ragam,
11. Pimpinan organisasi seorang tunggal,
12. Garis komando ke bawah kuat,
Sifat/ciri-ciri :
Ciri-ciri organisasi fungsional adalah sebagai berikut :
1. Organisasi kecil
2. Di dalamnya terdapat kelompok-kelompok kerja staff ahli
3. Spesialisasi dalam pelaksanaan tugas
4. Target yang hendak dicapai jelas dan pasti
5. Pengawasan dilakukan secara ketat
6. Tidak menjamin adanya kesatuan perintah
7. Hemat waktu karena mengerjakan pekerjaan yang sama.
aseepsolehudin.blogspot.com/2011/12/wewenang-dan-delegasi.html 2/43
10/14/2019 WEWENANG DAN DELEGASI ~ asep solehudin
kecenderungan untuk seorang pimpinan untuk bertindak
otoriter/dictator,dalam pengembangan suatu bawahan kurang
mendapat perhatian, karena mereka tidak pernah diikutsertakan
dalam pengambilan keputusan dan kurang bebas dalam
melakukan tindakan.
c. Organisasi Fungsional
Organisasi Fungsional adalah organisasi yang susunannya
berdasarkan atas fungsi-fungsi yang ada dalam organisasi
tersebut,Dalam organisasi ini seorang tenaga kerja tidak hanya
bertanggung jawab kepada satu atasan saja. Pada organisasi ini
pemimpin berhak memerintahkan kepada para tenaga kerja/para
karyawannya, selama masih dalam hubungan
pekerjaan.Sehingga seorang pekerja dapat saja diperintah oleh
lebih dari satu atasan sesuai dengan keahliannya.
Ø Delegasi Wewenang
Pendelegasian wewenang
Pendelegasian wewenang merupakan sesuatu yang vital dalam
organisasi kantor. Atasan perlu melakukan pendelegasian
wewenang agar mereka bisa menjalankan operasi manajemen
dengan baik. Selain itu, pendelegasian wewenang adalah
konsekuensi logis dari semakin besarnya organisasi. Bila seorang
atasan tidak mau mendelegasikan wewenang, maka sesungguhnya
organisasi itu tidak butuh siapa-siapa selain dia sendiri.Bila atasan
menghadapi banyak pekerjaan yang tak dapat dilaksanakan oleh
satu orang, maka ia perlu melakukan delegasi. Pendelegasian juga
dilakukan agar manajer dapat mengembangkan bawahan sehingga
lebih memperkuat organisasi, terutama di saat terjadi perubahan
susunan manajemen.
Yang penting disadari adalah di saat kita mendelegasikan
wewenang kita memberikan otoritas pada orang lain, namun kita
sebenarnya tidak kehilangan otoritas orisinilnya. Ini yang sering
dikhawatirkan oleh banyak orang. Mereka takut bila mereka
melakukan delegasi, mereka kehilangan wewenang, padahal tidak,
karena tanggung jawab tetap berada pada sang atasan. Berikut ada
tips bagaimana mengusahakan agar para atasan mau
mendelegasikan wewenang
Pendelegasian
Pendelegasian (pelimpahan wewenang) merupakan salah satu
elemen penting dalam fungsi pembinaan. Sebagai manajer perawat
dan bidan menerima prinsip-prinsip delegasi agar menjadi lebih
produktif dalam melakukan fungsi-fungsi manajemen lainnya.
Delegasi wewenang adalah proses dimana manajer
mengalokasikan wewenang kepada bawahannya.
Ada empat kegiatan dalam delegasi wewenang:
1. Manager perawat/bidan menetapkan dan memberikan tugas dan
tujuannya kepada orang yang diberi pelimpahan;
2. Manajer melimpahkan wewenang yang diperlukan untuk mencapai
tujuan;
3. Perawat/bidan yang menerima delegasi baik eksplisit maupun
implisit menimbulkan kewajiban dan tanggung jawab.
4. Manajer perawat/bidan menerima pertanggungjawaban
(akontabilitas) atas hasil yang telah dicapai.
Alasan pendelegasian :
Ada beberapa alasan mengapa pendelegasian diperlukan.
aseepsolehudin.blogspot.com/2011/12/wewenang-dan-delegasi.html 3/43
10/14/2019 WEWENANG DAN DELEGASI ~ asep solehudin
1. Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan mencapai
hasil yang lebih baik dari pada semua kegiatan ditangani sendiri.
2. Agar organisasi berjalan lebih efisien.
3. Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan dapat
memusatkan perhatian terhadap tugas-tugas prioritas yang lebih
penting.
1. Dengan pendelegasian, memungkinkan bawahan untuk tumbuh dan
berkembang, bahkan dapat dipergunakan sebagai bahan informasi
untuk belajar dari kesalahan atau keberhasilan.
Manajer perawat/bidan seharusnya lebih cermat dalam
mendelegasikan tugas dan wewenangnya, mengingat kegiatan
perawat dan bidan berhubungan dengan keselamatan orang lain
(pasen). Oleh karena itu sebelum mendelegasikan
tugas/wewenang hendaknya dipahami benar tingkat kemampuan
dari perawat/bidan yang akan diberikan delegasi.
DESENTRALISASI Vs SENTRALISASI
http://www.scribd.com/doc/10833782/Keunggulan-Dan-
Kelemahan-Sentralisasi-vs-Desentralisasi
HUBUNGAN KEKUASAAN PUSAT – DAERAH
Sentralisasi versus Desentralisasi
Berdasarkan pemikiran di atas, maka kedepan Indonesia harus
melakukan relokasi kekuasaan dari negara ke unit-unit
pemerintahan yang lebih kecil, karena itu sudah merupakan
kehendak jaman. Model sentralistis yang selama diprektekkan
oleh pemerintah tidak dapat lagi dipertahankan. Alasan-alasannya
antara lain:
Kelemahan utama konsep sentralistis adalah karena sangat kaku
(rigit) sehingga sulit berartikulasi secara optimal terhadap
dinamika lingkungan. Konsep sentralisasi sulit mengelola
berbagai sumberdaya lokal yang sangat beragan dan bervariasi,
karena konsep ini tidak memiliki instrumen yang peka terhadap
kemajemukan (diversity). Pendekatan pemerintahan dilakukan
dengana asumsi homogenitas wilayah, sehingga akan
menimbulkan kesenjangan dalam berbagai bidang atau aspek
(antar wilayah, antar lapisan dan natar golongan masyarakat).
Kebijaksanaan sentralistis secara langsung maupun tidaklangsung
telah membatasi kreativitas sumberdaya pembangunn. Masalah
yang dihadapi saat ini adalah bagaimana menemukan dan
merumuskan format yang tepat atau optimaldari relokasi
kewenangan tersebut. Pada satu sisi, sentralisasi mampu
menawarkan efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintahanm.
Tetapi pada sisi yang lain relokasi kewenangan yang dijabarkan
dalam bentukkewenangan politik dan administrasi di samping
akan menjawab berbgai kelemahan model sentralistik, juga
memiliki kelemahan yang intensitasnya sangat tergantung kepada
kemampuan penegelolaan kemajemukan yang ada. Konsep atau
model yang keliru jelas tidak mampu menghasilkan sinergi dari
berbagai komponen wilayah dan bangsa, tetapi justru akan
mendorong timbulnya perpecahan atau disintegrasi bangsa.
Ketidakmampuan merumuskan model relokasi kewenangan
dimaksud mungkin merupakan jawaban mengapa sejak
diundangkannya UU No.5/1974 tentang Pokok Pokok
Pemerintahan di Daerah, tidak pernah diikuti oleh penyusunan PP
atau Peraturan Pememerintah yang mengatur berbagai pasal dalam
UU tersebut. Model dan Proses Desentralisasi. Relokasi
kewenangan yang diwujudkan dalam bentuk pemberian otonomi
yang seluas-luasnya kepada daerah (relokasi/desentralisasi
kewenangan politik dan kewenangan administrasi) merupakan
wujud sistem manajemen pemerintahan yang sangat kondusif
terhadap pengembangan dan peningkatan kualitas Kemandirian
Lokal.
Model otonomi yang diamanahkan dalam UU No.22/1999 tentang
Pemerintahan Daerah yang meletakkan otonomi pada Daerah
Tingkat II (Kabupaten dan Kotamadya) merupakan alternatip
sesungguhnya adalah alternatip yang terbaik dibandingkan dengan
berbagai model otonomi yang lainnya, mengingat model ini lebih
mendekatkan birokrasi pemerintahan dengan masyarakatnya, dan
yang disebut sebagai masyarakat lokal hanya ada di desa dan
kabupaten. Model otonomi pada Tingkat II akan memudahkan
proses penyaluran aspirasi masyarakat secara lebih luas dan cepat
dan dengan demikian pemberdayaan dengan jalan partisipasi dapat
dengan mudah dilakukan yang pada gilirannya proses
aseepsolehudin.blogspot.com/2011/12/wewenang-dan-delegasi.html 4/43
10/14/2019 WEWENANG DAN DELEGASI ~ asep solehudin
demokratisasi sebagaimana hrapan reformasi dapat diwujudkan.
Namun persoalannya sekarang, masih banyak daerah, terutama
para perangkat pemerintahan belum sepenuhnya memahami
konsep dasar otonomi tersebut. Mereka lebih menekankannya
pada sasaran penguasaan dan pemilikan aset dan sumberdaya,
sehingga dengan mudah menimbulkan pertentangan antar wilayah
atau antardaerah. Maka dalam kaitan ini otonomi daerah masih
sangat membutuhkan peranan Tingkat I sebagai kordinator,
pengawas, dan pengarah kegiatan pelaksanaan otonomi tersebut
.Kelemahan sekaligus kekuatan UU No.22/99 terletak pada
banyak Peraturan Pemerintah yang perlu disusun dalam upaya
implementasi amanah UU tersebut. Kualitas semangat reformasi
dari penyelenggara negara akan menentukan apakah hal tersebut
akan menjadi kekuatan atau kelemahan, karena penjabaran dari
berbagai pasal kedalam Peraturan Pemerintah akanmenentukan
format sebenarnya dari model otonomi tersebut.
Dalam merumuskan beberapa Peraturan Pemerintah agar format
otonomi daerah menjadi lebih relevan maka, bebrapa hal perlu
mendapat pertimbangan, yakni: Kualitas Teknostruktur
DaerahPengalaman pemerintahan dan pengelolaan pembangunan
yang dimiliki oleh sebahagian besar aparat pemerintah di daerah
dapat dikatakan sangat minim dan kemungkinan besar tidak
mampu melaksanakan otonomi dalam arti yang sebenarnya.
Model Petunjuk Pelaksanaan yang dipraktekkan selama Orde Baru
telah menjadi budaya sehingga mematikan prakarsa dan
kreativitas masyarakat. Demikian pula halnya dengan
Kelembagaan masyarakat yang selama masa Orde Baru telah
dimandulkan secara sistematis sehingga saat ini tidak ampu lagi
melahirkan hasil yang dibutuhkan bagi peningkatan kemandirian
wilayah atau daerah.
Di samping itu kemampuan menemukan cara pengelolaan
sumberdaya lokal relatif sangat rendah, sehingga akan
menghambat pelaksanaan otonomi apabila tidak memiliki
sumberdaya yang memadai. Berdasarkan hasisl kesilapan daerah
yang disebutkan di atas, dikhawatirkan timbulnya usul
pelaksanaan otonomi daerah menjadi tertunda. Perlu dikemukakan
bahwa terdapat kecurigaan di klangan masyarakat bahwa otonomi
daerah sebagimana yang tercantum dalam UU No. 22/1999
hanyalah merupakan upaya Pemerintah Nasional untuk mengulur
waktu, karena memang tidak sepenuhnya berniat untuk
menyelenggarakan Otonomi Daerah.Hal ini juga dipandang
sebagai upaya untuk mempertahankan status quo pola
pemerintahan sentralistik yang menghambat terciptanya iklim
demokrasi serta upaya untuk menghambat transparansi
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara. Bilamana
akumulasi masalah tersebut tidak diantisipasi sedini mungkin
dalam model Otonomi Daerah, maka akan bermuara pada konflik
politik yang berkempanjangan karena dianggap tidak sejalan
dengan reformasi.
Mengacu pada hal-hal yang dikemukakan di atas, dan dengan
mempertimbangkan bahwa penyusunan UU No. 22/1999 telah
mengorbankan sumberdaya yang cukup besar, maka substansi
undang-undang tersebut tetap dipertahankan, namun perlu
melakukan beberapa penyesuaian di mana istilah daerah yang ada
dalam undang-undang tersebut diganti dari kabupaten atau
Kotamadya menjadi Propinsi. Dengan kata lain, titik berat
pelaksanaan otonomi daerah diletakkan pada daerah tingkat I atau
provinsi. Apabila pada saatnya suatu kabupaten atau gabungan
beberapa kabupaten tersebut dapat saja ditingkatkan statusnya
menjadi daerah otonom baru yang terlepas sama sekali dengan
bekas Provinsi induknya. Jika disimak akan terlihatbahwa
implementasi model ini akan bermuara pada terbentuknya
beberapa puluh daerah otonom, sesuai dengan yang dimaksud
dalam UU No.22/99, walaupun dengan menempuh proses yang
berbeda. Tetapi perlu digarisbawahi bahwa model implementasi
ini lebih realistic, khususnya bila dilihat dari sisi kemampuan
kebanyakana provinsi untuk berotonomi. Implementasi model ini
setidaknya akan menghapus kecurigaan terhadap kemungkinan
adanya keengganan Pemerintah Nasional untuk
nmenyelenggarakan otonomi. Di samping itu, peross
pembentukan daerah otonom baru akan dapat berjalan dengan baik
karena adanya Pemerintah Pusat yang memiliki kewenangan dan
aseepsolehudin.blogspot.com/2011/12/wewenang-dan-delegasi.html 5/43
10/14/2019 WEWENANG DAN DELEGASI ~ asep solehudin
kemampuan ntuk mengarahkan provinsi
untukmelaksanakanpemekaran yang dimaksud.Disadri adanya
kehawatiran bahwa potensi disintegrasi bangsa akan semakin
menguat pada masa otonomi Propinsi diterapkan, Hal ini
sebenarnya tidak beralasan mengingat berbagai pertimbangan,
misalnya: Secara empiris prima causa disinetgarsi suatubangsa
tidak terkait langsung dengan sistem pemerintahan yang dianut,
tetapi lebih terkait dengan ketidakadilan. Bubarnya Uni Sovyet,
perang yang berkepanjangan di negara-negara Balkan, dan
pemisahan diri Bangladesh dari P akistan merupakan bukti dari
hal tersebut.Pola karakter kehidupan politik nasional tidak banyak
lagi diwarnai oleh politik aliran sebagaimana yang terjadi pada
tahun 1950-an, tetapi oleh kepentingan riil, terutama ke
konomi.Sentimen ideolog, baik pada tingkat nasional maupun
global, tidak lagi mewarnai percaturan politik global. Bahkan
terjadi kecenderungan sebaliknya, yaitu integrasi ekonomi
regional seperti di Eropa dan Amerika Latin, Afrika, dan berbagai
belahan dunia lainnya yang bermuara pada sinergi kekuatan
ekonomi regional atas dasar daya saing.Perekembangan
manajemen kenegaraan moderen yang lebih mengarah kepada
pendekatan kesejahteraan masyarakat luas dan post-modernism.
Ø Sentralisasi Versus Desentralisasi
Ø Sungguh kita semua akan mendapatkan hikmah yang besar dari
bencana Longsor TPA Leuwigajah bila saja mampu mengambil
khibarNya. Ketika bangsa ini didera berbagai persoalan, kesulitan
ekonomi serta berbagai bencana besar lainnya, ada keuntungan
tersembunyi (blesing in disguise) dengan terkemukanya masalah
manajemen persampahan kota. Keberuntungan akan didapatkan
bila, pengelolaan sampah berada pada kewenangan dan
tanggungjawab yang tersebar di level Kecamatan, Kelurahan
maupun RW berdasar pada sumber penghasil itu sendiri.
2). PERSONALIA
Ø Proses Penyusunan Personalia
Manajemen sumber daya manusia, disingkat MSDM, adalah suatu ilmu
atau cara bagaimana mengatur hubungan dan peranan sumber daya
(tenaga kerja) yang dimiliki oleh individu secara efisien dan efektif serta
dapat digunakan secara maksimal sehingga tercapai tujuan (goal) bersama
perusahaan, karyawan dan masyarakat menjadi maksimal.[1] MSDM
didasari pada suatu konsep bahwa setiap karyawan adalah manusia -
bukan mesin - dan bukan semata menjadi sumber daya bisnis.[rujukan?]
Kajian MSDM menggabungkan beberapa bidang ilmu seperti psikologi,
sosiologi, dll.
Ada dua kegiatan dalam sistem perencanaan sumber daya manusia, yaitu:
penyusunan anggaran tenaga kerja (manpower budgeting), dan
penyusunan program tenaga kerja (man power programming).
PENYUSUNAN PERSONALIA ORGANISASI
Ada dua sumber perolehan tenaga kerja yaitu sumber intern dan sumber
ekstern, tapi manajer lebih menyukai perolehan dari sumber intern, karena
dapat memotivasi karyawan yang sudah ada, tetapi juga manajer perlu
mencari orang yang tepat dalam menduduki suatu posisi agar pekerjaan
dapat berjalan secara efektif dan efesien dari luar organisasi
Sumber ekstern penwaran tenaga kerja dapat diperoleh antara lain dari
lamaran pribadi yang masuk, organisasi karyawan, kantor penempatan
tenaga kerja, sekolah-sekolah, para pesaing, imigrasi dan migrasi.
Saluran-saluran pegawai
1. Work in writing.
2. Employed rerfens (rekomendasi dari pegawai).
3. Iklan
4. Melalui jawatan pemerintah.
5. Agensi (agen).
6. Lembaga pendidikan.
7. Perusahaan peneliti profesi.
8. Melalui perhimpunan profesi
9. Organisasi indonesia (labour organisasi)
10. Lising temporer
11. Melalui organisasi militer.
12. Program-program latihan yang di biayai pemerintah.
13. Open house.
14. Nepotisent (nepotisme).
* Proses seleksi
* Metode seleksi
1. Keahlian.
aseepsolehudin.blogspot.com/2011/12/wewenang-dan-delegasi.html 8/43
10/14/2019 WEWENANG DAN DELEGASI ~ asep solehudin
Mencakup 3 aspek
2. pengalaman kerja.
3. Umur.
4. Jenis kelamin.
5. Keadaan fisik.
6. Perfonmance (penampilan)
7. Bakat.
8. Temperamen.
9. Karakter.
Untuk eksternal
1. penerimaan pendahuluan.
2. Test-test penerimaan.
3. Wawancara seleksi.
4. Pemeriksaan referensi.
5. Evaluasi medis (test kesehatan).
6. Wawancara kepada atasan langsung.
7. Keputusan.
1. intelegensi test.
2. Pesonality test.
3. Aptuted test (bakat).
4. Interes test.
5. Achiment test.
6. Knowledged test.
7. Fermonce test.
Tujuan
Perencanaan SDM harus mempunyai tujuan yang berdasarkan
kepentingan individu, organisasi dan kepentingan nasional. Tujuan
perencanaan SDM adalah menghubungkan SDM yang ada untuk
kebutuhan perusahaan pada masa yang akan datang untuk
menghindari mismanajemen dan tumpang tindih dalam
aseepsolehudin.blogspot.com/2011/12/wewenang-dan-delegasi.html 9/43
10/14/2019 WEWENANG DAN DELEGASI ~ asep solehudin
pelaksanaan tugas.
Perencanaan Organisasi
Perencanaan Organisasi merupakan aktivitas yang dilakukan
perusahaan untuk mengadakan perubahan yang positif bagi
perkembangan organisasi. Peramalan SDM dipengaruhi secara
drastis oleh tingkat produksi. Tingkat produksi dari perusahaan
penyedia (suplier) maupun pesaing dapat juga berpengaruh.
Meramalkan SDM, perlu memperhitungkan perubahan teknologi,
kondisi permintaan dan penawaran, dan perencanaan karir.
Kesimpulannya, PSDM memberikan petunjuk masa depan,
menentukan dimana tenaga kerja diperoleh, kapan tenaga kerja
dibutuhkan, dan pelatihan dan pengembangan jenis apa yang
harus dimiliki tenaga kerja. Melalui rencana suksesi, jenjang karier
tenaga kerja dapat disesuaikan dengan kebutuhan perorangan
yang konsisten dengan kebutuhan suatu organisasi.
Syarat – syarat perencanaan SDM
Harus mengetahui secara jelas masalah yang akan
direncanakannya.
Harus mampu mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang
SDM.
Harus mempunyai pengalaman luas tentang job analysis,
organisasi dan situasi persediaan SDM.
Harus mampu membaca situasi SDM masa kini dan masa
mendatang.
Mampu memperkirakan peningkatan SDM dan teknologi masa
depan.
Mengetahui secara luas peraturan dan kebijaksanaan perburuhan
pemerintah.
Kendala-kendala PSDM
1. Standar kemampuan SDM
Standar kemampuan SDM yang pasti belum ada, akibatnya
informasi kemampuan SDM hanya berdasarkan ramalan-ramalan
(prediksi) saja yang sifatnya subjektif. Hal ini menjadi kendala yang
serius dalam PSDM untuk menghitung potensi SDM secara pasti.
2. Manusia (SDM) Mahluk Hidup
Manusia sebagai mahluk hidup tidak dapat dikuasai sepenuhnya
seperti mesin. Hal ini menjadi kendala PSDM, karena itu sulit
memperhitungkan segala sesuatunya dalam rencana. Misalnya, ia
mampu tapi kurang mau melepaskan kemampuannya.
3. Situasi SDM
Persediaan, mutu, dan penyebaran penduduk yang kurang
mendukung kebutuhan SDM perusahaan. Hal ini menjadi kendala
proses PSDM yang baik dan benar.
B. PERAMALAN
Peramalan (forecasting) menggunakan informasi masa lalu dan
saat ini untuk mengidentifikasi kondisi masa depan yang
diharapkan. Proyeksi untuk masa yang akan datang tentu saja ada
unsur ketidaktepatan. Basanya orang yang berpengalaman mampu
meramal cukup akurat terhadap benefit organisasi dalam rencana
jangka panjang.
Pendekatan-pendekatan untuk meramal SDM dapat dimulai dari
perkiraan terbaik dari para manajer sampai pada simulasi komputer
yang rumit. Asumsi yang sederhana mungkin cukup untuk jarak
tertentu, tetapi jarak yang rumit akan diperlukan untuk yang lain.
Jangka waktu peramalan
Peramalan SDM harus dilakukan melalui tiga tahap: perencanaan
jangka pendek, menengah dan panjang.
Peramalan terhadap kebutuhan SDM (permintaan)
Penekanan utama dari peramalan SDM saat ini adalah
meramalkan kebutuhan SDM organisasi atau permintaan
kebutuhan akan SDM. Ramalan permintaan dapat berupa penilaian
subjektif atau matematis.
Metode meramalkan permintaan, yaitu:
1. Metode penilaian terdiri dari:
a. Estimasi dapat top down atau bottom up, tetapi pada dasarnya
yang berkepentingan ditanya “Berapa orang yang akan anda
butuhkan tahun depan?”
b. Rules of thumb mempercayakan pedoman umum diterapkan
pada situasi khusus dalam organisasi . Contoh; pedoman “one
operations managers per five reporting supervisors” membantu dan
meramalkan jumlah supervisor yang dibutuhkan dalam suatu divisi.
Bagaimanapun, hal ini penting untuk menyesuaikan pedoman
untuk mengetahui kebutuhan departemen yang sangat bervariasi.
Teknik Delphi menggunakan input dari kelompok pakar. Opini pakar
dicari dengan menggunakan kuesioner terpisah dalam situasi
diramalkan. Opini pakar kemudian digabungkan dan dikembalikan
kepada para pakar untuk opini tanpa nama yang kedua. Proses ini
akana berlangsung beberapa pakar hingga pakar pada umumnya
asetuju pada satu penilaian. Sebagai contoh, pendekatan ini telah
digunakan untuk meramalakan pengaruh teknologi pada
Manajemen SDM dan kebutuhan perekrutan staff.
Teknik kelompok Nominal, tidak seperti Delphi, membutuhkan
pakar untuk bertemu secara langsung. Gagasan mereka biasanya
timbul secara bebas pada saat pertama kali, didiskusikan sebagai
kelompok dan kemudian disusun senagai laporan.
2. Metode Matematika, terdiri dari:
a. Analisis Regresi Statistik membuat perbandingan statistik dari
hubungan masa lampau diantara berbagai faktor. Sebagai contoh,
hubungan secara statistik antara penjualan kotor dan jumlah
karyawan dalam rantai retail mungkin berguna dalam meramalkan
sejumlah karyawan yang akan dibutuhkan jika penjualan retail
meningkat 30 %.
b. Meode Simulasi merupakan gambaran situasi nyata dalam
bentuk abstrak sebagai contoh, model ekonometri meramalkan
pertumbuhan dalam pemakaian software akan mengarahkan
dalam meramalkan kebutuhan pengembangan software.
aseepsolehudin.blogspot.com/2011/12/wewenang-dan-delegasi.html 11/43
10/14/2019 WEWENANG DAN DELEGASI ~ asep solehudin
c. Rasio Produktivitas menghitung rata-rata jumlah unit yang
diproduksi perkaryawan. Rata-rata ini diaplikasikan untuk ramalan
penjualan untuk menentukan jumlah karyawan yang dibutuhkan,
sebagai contoh, suatu perusahaan dapat meramalkan jumlah
penjualan representative menggunakan rasio ini.
d. Rasio jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dapat digunakan
untuk meramalkan tenaga kerja tak langsung. Sebagai contoh, jika
perusahaan biasanya menggunakan satu orang klerikal untuk 25
tenaga kerja produksi, yang rasio dapat digunakan untuk
membantu estimasi untuk tenaga klerikal.
aseepsolehudin.blogspot.com/2011/12/wewenang-dan-delegasi.html 14/43
10/14/2019 WEWENANG DAN DELEGASI ~ asep solehudin
pekerjaan yang dipangkunya.
3.Berusaha untuk mendapatkan tenaga kerja tidak hanya yang cock
pada saat sekarang tetapi tenaga kerja yang memiliki potensi untuk
di kembangan di kemudian hari.
Proses seleksi
Proses seleksi di mulai salah semua lamaran memenuhi syarat dan
di terima. Proses ini melibatkan serangkaian tahap yang menambah
komplektivitas sebelum pegawai di ambil. Jadi proses seleksi
adalah Serangkaian kegiatan yang di gunakan untuk memutuskan
apakah pelamar di terima atau tidak. Langkah-langkah ini
mencakup pemanduan kebutuhan pelamar dan organisasi. Dalam
banyaknya personalia penarikan dari seleksi di gabungkan dan
disebut dengan istilah Employedment pansel.
aseepsolehudin.blogspot.com/2011/12/wewenang-dan-delegasi.html 15/43
10/14/2019 WEWENANG DAN DELEGASI ~ asep solehudin
Penempatan karyawan pada posisi manajerial atau sebagai anggota panitia
tertentu untuk jangka waktu yang di tetapkan
Metode-metode Simulasi
Diantara metode-metode simulasi yang paling umum di gunakan adalah
sebagai berikut:
1. Metode Study Kasus
Deskripsi tertulis suatu situasi pengambilan keputusan nyata disediakan.
Dengan metode kasus, karyawan dapat mengembangkan keterampilan
pengambilan keputusan
1. Role Playing
Teknik ini merupakan suatu peralatan yang memungkinkan para karyawan
(peserta latihan) untuk memainkan berbagai peran yang berbeda. Efektivitas
metode ini sangat bergantung pada kemampuan peserta untuk memainkan
peranan yang di tugaskan kepadanya
1. Business games
Business (management) game adalah suatu simulasi pengambilan
keputusan skala kecil yang di buat sesuai dengan situasi kehidupan bisnis
nyata. Tujuannya adalah untuk melatih para karyawan (manajer) dalam
pengambilan keputusan dan cara mengelola operasi-operasi perusahaan.
1. Vestibule Training
Bentuk latihan ini dilaksanakan bukan oleh atasan, tetapi oleh pelatih khusus
1. Latihan Laboratorium (Laboratory Training)
Teknik ini adlah suatu bentuk latihan kelompok yang terutama digunakan
untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan antar pribadi. Latihan ini
juga berguna untuk mengembangkan berbagai perilaku bagi tanggung jawab
pekerjaan di waktu yang akan datang
1. Program-program Pengembangan Eksekutif
Program ini biasanya diselenggarakan di universitas atau lembaga-lembaga
pendidikan lain
aseepsolehudin.blogspot.com/2011/12/wewenang-dan-delegasi.html 16/43
10/14/2019 WEWENANG DAN DELEGASI ~ asep solehudin
Sedangkan sampel diambil sebanyak 71 orang dan tehnik pengambilan
sampel menggunakan purposive sampling.
3). KEPEMIMPINAN
Ø Pengertian Kepemimpinan
Ø Menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) Pengertian
Kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang
lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada
kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain
dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
Ø Menurut Young (dalam Kartono, 2003) Pengertian
Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas
kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau
mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang
berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki
keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
Ø Moejiono (2002) memandang bahwa leadership tersebut
sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karena
pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang
membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori
sukarela (compliance induction theorist) cenderung
memandang leadership sebagai pemaksaan atau pendesakan
pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk
membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin
(Moejiono, 2002).
Ø Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
kepemimpnan merupakan kemampuan mempengaruhi
orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan
mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok,
memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang
yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan
organisasi atau kelompok.
aseepsolehudin.blogspot.com/2011/12/wewenang-dan-delegasi.html 17/43
10/14/2019 WEWENANG DAN DELEGASI ~ asep solehudin
gunakan untuk menilai leadership seorang pemimpin atau pedoman
untuk mengembangkan kader-kader pemimpin
5. ORDWAY TEAD1. Physical and nervous energy (energi jasmani dan
rokhani)2. a sense af purpose an direction (orientasi mengenai
sasaran dan tujuan)3. Enthusiasm4. Friendliness and affection (ramah
tamah dan cinta kasih pada sesamanya)5. Integrity (pribadi yang
bulat)6. Technical mastery (kecakapan teknis)7. Decisiveness
(tegas)8. Intelligence (cerdas)9. Teaching skill (pandai mengajar)10.
Faith (keyakinan)
6. GEORGE R TERRY1. Energy (energi mental dan physic)2. Emotional
stability (stabilitas emosi)3. Knowledge of human relations
(pengetahuan mengenai human relations)4. Empathy (kemampuan
memproyeksikan diri baik mental maupun emosi pada posisi orang
lain)5. Objectivity (objektif)6. Personal motivation (dorongan motivasi
yang keluar dari diri sendiri)7. Communicative skill (pantai
berkomunikasi)8. Teaching ebility (kemampuan mengajar)9. Social skill
(pandai bergaul)10. Technical competence (kemampuan tekhnis)
7. KRITIK TERHADAP TEORI1. ASUMSI • Personality bukan
pejumlahan dari sifat. • Tidak mungkin menjumlahkan seluruh sifat/ciri
yg seharusnya dimiliki seorang pemimpin, hanya akan menghasilkan
“ideal type” yg sukar ditemukan.2. METODOLOGI • Semua
menggunakan metode induksi tetapi hasilnya berbeda- beda karena
tidak menjelaskan cara menentukan sample, jumlah sample dan waktu
penyelidikan/pengamatan. • Hanya mencari pola-pola sifat tetapi tidak
menganalisanya.
8. 3. SIFAT/CIRI • Suatu sifat/ciri sering saling berkaitan dan sulit
dibedakan hingga sulit menyusun dan meneliti sifat/ciri tertentu. • Tidak
berhasil menentukan mana sifat/ciri terpenting dan tidak penting. •
Gagal membedakan mana sifat/ciri yg digunakan untuk mencapai
sukses dan mana sifat/ciri yg digunakan utk mempertahankan
kesuksesan tsb. • Tidak memberi jawaban sifat/ciri esensial yg harus
dimiliki dlm hubungan antar pemimpin
9. Kesimpulan The Great Man Theory• Terlepas dari berbagai
kekurangan pendekatan ini para ilmuwan sepakat mengenai
pentingnya human personality• Seorang pemimpin harus memiliki
kelebihan intelektual, kejiwaan/mental dan fisik• Memang ada
beberapa orang yang dilahirkan berbakat menjadi pemimpin namun
keterampilan memimpin dapat dipelajari dan pada batas tertentu dapat
ditumbuhkan
10. Situational approach to leadership
11. DASAR PENDEKATAN• Dipelopori oleh para sosiolog, anthropolog
dan sosial psikolog• Pendekatan ini tidak mempertumbuhkan teori
kepemimpinan tetapi berusaha mencari alat untuk memahami
fenomena kepemimpinan• Kelompok ini juga mengakui pentingnya
human personality dan kelompok sebagai vareabel kepemimpinan
12. SITUASI• Situasi = Perpaduan tertentu antara faktor budaya, faktor
manusia, bentuk-bentuk hubungan (asosiasi) proses hubungan-
hubungan itu, faktor lingkungan dan faktor tujuan.• Situasi dapat
mempengaruhi perilaku dan munculnya sifat-sifat tertentu• Situasi
dapat mempengaruhi timbul, tumbuh dan jatuhnya pemimpin
13. INDONESIA TAHUN 1965
14. • Kepemimpinan seringkali dibentuk dan dihancurkan oleh lingkungan•
Pemimpin adalah orang yang mampu menguasai situasi• Pemimpin
akan jatuh jika tidak mampu menguasai situasi dan tidak memiliki
kemampuan fleksiblitas untuk menyesuaikan diri
15. INDONESIA TAHUN 1998
16. • Situasi sosial adalah keseimbangan yang bergerak (moving
equilibrium) yang menuntut kemampuan dan fleksiblitas tipe dan gaya
kepemimpinan• Situasi sosial bukan gejala terisolasi tetapi merupakan
produk/hasil interaksi lingkungan dan orang-orang dalam kelompok•
Situasi selalu berada dalam situasi sosial yang lebih luas• Situasi
selalu berada dalam antar hubungan dan hubungan yang saling
mempengaruhi (multiplicity of situations)
17. LINGKUNGAN ESENSIAL ADMINISTRASI NEGARA ( John D Millet)•
LINGKUNGAN MASYARAKAT ( Perlu perubahan cepat dan moderat
serta memperhatikan “the creative minority of a society”)•
LINGKUNGAN POLITIK (mampu mewujudkan public policy, responsif
(govermental sense), political sense)• LINGKUNGAN INSTITUSIONAL
(mampu melihat organisasi secara menyeluruh, mampu mengambil
keputusan, mampu mendelegasikan wewenang dan mampu
menumbuhkan kesetiaan)
18. FOLLOWER APPROACH TO LEADERSHIP
19. • Pemimpin dan pengikut tidak dapat dipisahkan (the two sides of the
same coin)• Kepemimpinan dan kepengikutan adalah “twin born” dan
“twin developed” (anak kembar yg lahir dan tumbuh bersama)• Sikap
pemimpin dan sikap pengikut saling mempengaruhi dan berkembang
bersama
aseepsolehudin.blogspot.com/2011/12/wewenang-dan-delegasi.html 18/43
10/14/2019 WEWENANG DAN DELEGASI ~ asep solehudin
20. Faktor Pendorong KepengikutanProf.DR.H Arifin Abdulrachman :1.
Kepengikutan karena naluri dan nafsu2. Kepengikutan karena tradisi
dan adat3. Kepengikutan karena agama dan budi nurani4.
Kepengikutan karena rasio5. Kepengikutan karena peraturan
hukumGeorge R Terry :1. Faktor yang sifatnya emosional2. Faktor
yang sifatnya rasional3. Faktor yang sifatnya personality pemimpin
21. Faktor yang sifatnya EMOSIONAL• Pemimpin mempunyai
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain (ability to inspire)•
Pemimpin dianggap mengerti dan memehami mereka sepenuhnya•
Sanggup melaksanakan segala sesuatu yg bermanfaat bagi pengikut
(membantu dan melindungi)• Kondisi dan stamina fisik pemimpin•
Kata-kata dan nada suara yang menarik• Dapat menimbulkan kesan
yg baik dalam setiap pertemuan
22. Faktor yang sifatnya RASIONALPemimpin dapat mengemukakan
motif-motifyang dapat mempengaruhi banyakpengikut, oleh karena
motif-motif itumencerminkan nilai-nilai penting yang adadalam pikiran
pengikut
23. Faktor yang sifatnya PERSONALITY pemimpin• Pemimpin dipandang
memiliki sifat-sifat atau ciri- ciri dan keyakinan yang baik• Personality
pemimpin memberikan kesan bahwa ia adalah seorang yang mampu
memahami dengan sebaik-baiknya kesulitan-kesulitan pengikut,
simpati pada pengikut, dapat memberikan moral support serta dapat
mencapai tujuan yang bermanfaat bagi pengikut.
24. ECLECTIC APPROACH TO LEADERSHIPStudy kepemimpinan
Pemimpintidak lepas dari studytentangPemimpin, Pengikut Pengikut
Situasidan Situasi
25. Douglas Mc Gregor (The human side of enterprise)Kepemipinan
adalah masalah hubungan (leadership is a relationship) dimana
vareabel-vareabel utamanya adalah :1. Sifat atau ciri Pemimpin2.
Sikap, kebutuhan dan sifat perseorangan para Pengikut3. Karateristik
organisasi, yang dapat dilihat dari tujuannya, struktur dan sifat tugas
pekerjaan yang dilaksanakan4. Milieu sosial, ekonomi dan politik
26. James J Cribbin (Effective Managerial Leadership)Dimensi
kepemimpinan manajerial :1. Personality dari leader manager2.
Personality kelompok3. Situasi dan faktor organisasi
aseepsolehudin.blogspot.com/2011/12/wewenang-dan-delegasi.html 19/43
10/14/2019 WEWENANG DAN DELEGASI ~ asep solehudin
baik kepada keadaan diri pemimpin maupun kepada keadaan
organisasi Pemimpin yang cenderung berhasil pada situasi tertentu
belum tentu berhasil pada situasi yang lain. Variabel Situasional.
Fielder mengemukakan 3 dimensi variabel situasional yang
mempengaruhi gaya kepemimpinan, yaitu
1. Hubungan pemimpin dengan bawahan (anggota) (Leaser-Member
Relations), sejauhmana pimpinan diterima oleh anggotanya.
2. Posisi kekuasaan atau Kekuatan posisi (Position Power), kekuasaan
dari organisasi, artinya sejauhmana pemimpin mendapatkan
kepatuhan dari bawahannya dengan menggunakan kekuasaan yang
bersumber dari organisasi secara formal (bukan kekuasaan yang
berasal dari kharisma atau keahlian). Pemimpimpin yang memiliki
kekuasaan yang jelas (kuat) dari organisasi akan lebih mendapatkan
kepatuhan dari bawahannya.
3. Struktur Tugas (Task Structure), Kejelasan tugas dan tanggung
jawab setiap orang dalam organisasi. Apabila tatanan tugas cukup
jelas, maka prestasi setiap orang yang ada dalam organisasi lebih
mudah dikiontrol dan tanggung jawab setiap orang lebih pasti.
Berdasarkan tiga dimensi variabel situasional tersebut, maka ada
dua gaya kepemimpinan menurut Fielder, yaitu
1. Gaya kepemimpinan yang mengutamakan tugas (task oriented), dan
2. Gaya kepemimpinan yang mengutamakan hubungan dengan
bawahan (Human relations).
Teori contijensi dari Fielder mengatakan bahwa efektivitas suatu
kelompok atau organisasi tergatung pada interaksi antara
kepribadian pemimpin dan sutuasi. Situasi dirumuskan dengan dua
karasteristik, yaitu : situasi yang sangat menyenangkan
(menguntungkan) dan situasi yang sangat tidak menyenangkan
(tidak menguntungkan).
1. Situasi sangat menyenangkan (menguntungkan), adalah situasi
dimana pemimpin menguasai, mengendalikan dan mempengaruhi
situasi.
2. Situasi sangat tidak menyenangkan (tidak menguntungkan), adalah
situasi yang dihadapi oleh manajer dengan ketidak pastian.
Dalam teori pendekatan situasional, kepemimpinan yang efektif
adalah bagaimana seorang pemimpin dapat mengetahui keadaan
baik kemampuan ataupun sifat dari anak buah yang di pimpinnya
untuk kemudian pemimpin dapat menentukan perintah atau sikap
terhadap anak buah sesuai dengan keadaa n atau pun kemampuan
anak buahnya.
Seperti yang telah di jelaskan dalam artikel yang lain tingkat
kematangan atau kemapuan anak buah ada empat macam yaitu :
intruksi, konsultasi, delegasi dan partisipasi. adapun gaya yan tepat
di terapkan dalam keempat tingkat kematanga anak buah seperti
yang telah di jelaskan oleh Miftah Thoha dala bukunya
Kepemimpinan dalam Manajemen adalah sebagai berikut.
1. Instruksi,
Yaitu perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan rendah
dukungan dirujuk sebagai instruksi karena gaya ini dicirikan dengan
komunikasi satu arah. Pemimpin memberikan batasan peranan
pengikutnya dan memberitahu mereka tentang apa, bagaimana,
bilamana, dan dimana melaksankana berbagai tugas. Inisiatif
pemecahan masalah dan pembuatan keputusan semata-mata
dilakukan oleh pemimpin. Pemecahan masalah dan keputusan
diumumkan, dan pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh
pemimpin.
2. Konsultasi
Yaitu perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan tinggi
dukungan dirujuk sebagai konsultasi, karena dalam menggunakan
gaya ini, pemimpin masih banyak memberikan pengarahan dan
masih membuat hampir sama dengan keputusan, tetapi hal ini
diikuti dengan meningkatkan banyaknya komunikasi dua arah dan
perilaku mendukung, dengan berusaha mendengar perasaan
pengikut tentang keputusan yang dibuat, serta ide-ide dan saran-
saran mereka. Meskipun dukungan ditingkatkan, pengendalian
(control) atas pengambilan keputusan tetap pada pemimpin.
3. Partisipasi
Yaitu perilaku pemimpin yang tinggi dukunagn dan rendah
pengarahan dirujuk sebagai partisipasi, karena posisi kontrol atas
pemecahan masalah dan pembuatan keputusan dipegang secara
bergantian. Dengan penggunaan gaya 3 ini, pemimpin dan pengikut
saling tukar menukar ide dalam pemecahan masalah dan pembuatan
aseepsolehudin.blogspot.com/2011/12/wewenang-dan-delegasi.html 20/43
10/14/2019 WEWENANG DAN DELEGASI ~ asep solehudin
keputusan. Komunikasi dua arah ditingkatkan, peran pemimpin
adalah secara aktif mendengar. Tanggung jawab pemecahan
masalah dan pembuatan keputusan sebagian besar berada pada
pihak pengikut. Hal ini sudah sewajarnya karena pengikut memiliki
kemampuan untuk melaksanakan tugas.
4. Delegasi
Yaitu perilaku pemimpin yang rendah dukungan dan rendah
pengarahan dirujuk sebagai delegasi, karena pemimpin
mendiskusikan masalah bersama-sama dengan bawahan sehingga
tercapai kesepakatan mengenai definisi masalah yang kemudian
proses pembuatan keputusan didelegasikan secara keseluruhan
kepada bawahan. Sekarang bawahanlah yang memiliki kontrol
untuk memutuskan tentang bagaimana cara pelaksanaan tugas.
Pemimpin memberikan kesempatan yang luas bagi bawahan untuk
melaksanakan pertunjukan mereka sendiri karena mereka memiliki
kemampuan dan keyakinan untuk memikul tanggung jawab dalam
pengarahan perilaku mereka sendiri.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan yang
efektif adalah pemimpin yanng dapat menyesuaikan gaya
kepemimpinannya sesuai dengan tingkat kematangan anak buahnya.
Hubungan antara gaya kepemimpinan dan tingkat kematangan anak
buah adalah Jika anak buah dalam kematangan yang rendah maka
gaya kepemimpinan yang efektif adalan instruksi. Jika kematangan
anak buah sedanng bergerak dari rendah kesedang maka gaya
kepemimpinan yang efektif adalah konsultasi. Jika tingkat
kematangan anak buah dari sedang ke tinggi maka gaya
kepemimpinan yanng efektif adalah partisipasi. Dan jika
kematangan anak buah adalah tinggi maka gaya kepemimpinan
yanng efektif adalah delegasi.
Menurut Wahjosumidjo (1987:219) pada dasarnya tidak ada
pemimpin yang baik yang ada adalah pemimpin yang efektif, yaitu
pemimpin yang selalu berubah-ubah perilakunya sesuai dengan
tingkat perkembangan kedewasaan bawahannya. Oleh karena itu,
seorang pemimpin dapat berperilaku efektif, akan lebih cocok
apabila pemimpin itu dapat menerapkan ajaran teori kepemimpinan
situasi. Dan teori kepemimpinan situasi sendiri pada hakikatnya
merupakan teori yang dikembangkan dari teori kepemimpinan
perilaku. Sedang teori kepemimpinan perilaku berdasarkan
perkembangannya bersumber pada ajaran-ajaran yang dihasilkan
oleh teori kepemimpinan sifat.
aseepsolehudin.blogspot.com/2011/12/wewenang-dan-delegasi.html 21/43
10/14/2019 WEWENANG DAN DELEGASI ~ asep solehudin
aseepsolehudin.blogspot.com/2011/12/wewenang-dan-delegasi.html 22/43
10/14/2019 WEWENANG DAN DELEGASI ~ asep solehudin
aseepsolehudin.blogspot.com/2011/12/wewenang-dan-delegasi.html 23/43
10/14/2019 WEWENANG DAN DELEGASI ~ asep solehudin
aseepsolehudin.blogspot.com/2011/12/wewenang-dan-delegasi.html 24/43
10/14/2019 WEWENANG DAN DELEGASI ~ asep solehudin
IYC ini diikuti oleh 144 pemuda dari 37 negara. Mereka menuangkan 32
resolusi itu dalam 'Yogyakarta Youth Declaration'.
aseepsolehudin.blogspot.com/2011/12/wewenang-dan-delegasi.html 25/43
10/14/2019 WEWENANG DAN DELEGASI ~ asep solehudin
salah informasi atau komunikasi yang jelek. Jika para
pegawai menerima fakta secara penuh dan menghilangkan
kesalahpahaman, maka perlawanan tersebut akan mereda.
Hal ini dicapai melalui diskusi perorangan, memo, presentasi
kelompok atau laporan.
Partisipasi
Orang sukar menolak suatu keputusan tentang perubahan
jika ia terlibat di dalamnya. Dengan mengasumsikan bahwa
para pegawai mempunyai keahlian untuk memberi kontribusi
yang berguna, keikutsertaan mereka dapat mengurangi
perubahan, mendapatkan komitmen, dan meningkatkan
kualitas dari keputusan mengenai perubahan.
Bantuan dan dukungan
Agen-agen perubahan dapat menawarkan sejumlah usaha
yang mendukung untuk mengurangi penolakan. Jika
ketakutan serta ketegangan dari pegawai itu tinggi, maka
konsultasi dan terapi pegawai, pelatihan ketrampilan baru,
atau liburan pendek yang dibayar dapat membantu
berlangsungnya penyesuaian.
Negoisasi
Taktik ini mengisyaratkan pertukaran suatu yang bernilai
untuk mengurangi penolakan. Misalnya jika perlawanan itu
dipusatkan pada sejumlah kecil individu yang berkuasa,
sebuah paket imbalan dapat dinegoisasikan untuk memenuhi
kebutuhan peribadi mereka.
Manipulasi dan cooptasi
Manipulasi merujuk pada usaha untuk mempengaruhi secara
terbuka. Memutarbalikan dan mengubah fakta agar tampak
lebih menarik, menyimpan informasi yang tidak
menguntungkan atau menciptakan khabar angin yang salah
agar para pegawai menerima suatu perubahan. Cooptasi
adalah suatu bentuk manipulasi dan patisipasi. Cooptasi
berarti mencoba menyuap suatu pimpinan kelompok penolak
dengan memberikan peran penting dalam keputusan
mengenai perubahan. Saran dari mereka yang telah di
cooptasi dicari bukan untuk menghasilkan suatu keputusan
yang lebih baik tetapi hanya untuk mendapatkan persetujuan
dari mereka.
Paksaan
Ini merupakan taktik yang menerapkan ancaman atau
kekerasan langsung terhadap mereka yang menolak sperti
ancaman dipindahkan, hilangnya promosi, evaluasi prestasi
kerja yang negatif, atau surat rekomendasi yang jelek
(Robbins, 1998: 432).
Lebih lanjut Kreitner dan Kinicki memaparkan bahwa sebelum
melakukan pendekatan-pendekatan spesifik untuk mengatasi
penolakan terhadap perubahan, terdapat empat kunci
konklusi yang harus selalu diperhatian, yaitu:
1. Organisasi harus siap untuk perubahan. Seperti meja yang
selalu disiapkan sebelum makan, begitu juga organisasi harus
selalu siap untuk perubahan yang menunjukkan keefektifan
organisasi tersebut.
2. Perubahan organisasi akan gagal jika manajemen puncak
gagal dalam memberikan informasi mengenai perubahan
pada anggota organisasi.
3. Jangan berasumsi bahwa anggota organisasi melakukan
penolakan terhadap perubahan secara sadar. Manajer harus
menggunakan model sistem perubahan untuk
mengidentifikasi hambatan yang disebabkan oleh proses
implementasi.
4. Persepsi atau interpretasi anggota organisasi mengenai
perubahan secara signifikan dapat menyebabkan penolakan.
Anggota organisasi tidak akan menolak perubahan jika
mereka berpendapat bahwa keuntungan dari perubahan
dapat mereka rasakan juga (2001: 674-675).
Berdasarkan keempat hal di atas, maka para atasan,
pemegang jabatan,atau manajer dari suatu organisasi
disarankan untuk:
aseepsolehudin.blogspot.com/2011/12/wewenang-dan-delegasi.html 26/43
10/14/2019 WEWENANG DAN DELEGASI ~ asep solehudin
1. Memberikan informasi sebanyak mungkin mengenai
perubahan kepada para pegawai.
2. Menjelaskan alasan dilakukannya perubahan.
3. Mengadakan pertemuan agar para pegawai dapat bertanya
mengenai hal- hal yang berkaitan dengan perubahan.
4. Memberikan kesempatan kepada semua pegawai untuk
mendiskusikan bagaimana perubahan dapat menguntungkan
mereka. Rekomendasi- rekomendasi tersebut sangat penting
dan dapat dikomunikasikan dengan semua pegawai selama
berlangsungnya proses perubahan.
Ø Proses Pengelolaan Perubahan
Proses pengelolaan perubahan harus mencakup dua gagasan
dasar untuk mencapai efektifitas organisasi. Pertama ada
retribusi kekuasaan dalam struktur organisasi, kedua retribusi ini
dihasilkan dari proses perubahan yang bersifat pengembangan.
Tahap-tahap Proses Perubahan
1. Tekanan dan desakan
Proses ini dimulai ketika manajemen puncak mulai merasa
adanya kebutuhan atau tekanan akan perubahan. Misalnya
adanya perubahan penjualan, penurunan produktivitas dan
sebagainya.
2. Intervensi dan Reorientasi
Digunakan untuk merumuskan masalah dan dimulai proses
dengan membuat para anggota organisasi memusatkan
perhatiannya pada masalah tersebut. Pihak-pihak luar sering
digunakan, juga staff internal yang mempunyai dan dipandang
ahli serta dapat dipercaya sebagai konsultan atau pengantar
perubahan.
3. Diagnosa dan pengenalan masalah
Informasi dikumpulkan dan dianalisa mana yang penting dan
tidak penting.
4. Penemuan dan pengenalan masalah
Pengantar perubahan mencoba menyelesaikan masalah-masalah
yang diketemukan dan masuk akal dengan menghindari
“metode-metode lama yang sama”. Bawahan didorong dan
diajak untuk berpartisipasi, sehingga mereka lebih terikat pada
serangkaian kegiatan.
5. Percobaan dan hasil
Pada tahap keempat diuji dalam program-program yang berskala
kecil dan hasilnya dianalisa.
6. Pungutan dan penerimaan
Setelah diuji dan sesuai dengan keinginan, harus diterima secara
sukarela dan harus menjadi sumber penguatan dan menimbulkan
keterikatan pada perubahan.
2. PENDEKATAN TAKNOLOGI
Untuk memperbaiki prestasi organisasi F.W.Taylor dan
pengikutnya mencoba menganalisa dan memperbaiki interaksi-
interaksi pada karyawn dan mesein-mesin untuk meningkatkan
efisiensi sehubungan dengan perubahan teknologi adakalanya
perubahan yang dilakukan ternyata sering tidak cocok dengan
struktur organisasi. Hal ini dapat menciptakan ketidak senangan
dan pemuusan hubungan diantara para anggota organisasi
akibatnya terjadi penurunan produktivitas labih banyak
kecelakaan dan tingkat perputaran karyawan yang tinggi.
Penggabungan pendekatan struktural dan pendekatan tekhnologi
(teknostruktural) bermaksud memperbaiki prestasi melalui
perubahan berbagai aspek, baik struktur organisasi maupun
teknologuinya, contohnya pengenalan teknologi baru yang
diikuti pengorganisasian kembali bagiab-bagian menjadi
kelompok-kelompok lebih kecil.
Contoh-contoh pendekatan perubahan teknonsrtuktural lain
adalah perluasan jabatan dan pengembangan jabatan. Dengan
program ini, tugas-tugas yang membuat suatu jabatan, cara-cara
berbagai tugas dilaksanakan, dan hubungan-hubungan karyawan
diubah untuk memperbaiki kepuasan karyawan dan barang kali
meningkatkan produktivitas. Dalam pengembangan jabatan,
berbagai kegiatan dari suatu bagian vertikal organisasi
digabungkan menjadi satu jabatan untuk membuatnya lebih
menantang.
3. PENDEKATAN ORANG
Pendekatan orang bermaksud untuk mengubah secara langsung
perilaku karyawan melalui pemutusan pada ketrampilan sikap,
persepsi dan pengharapan mereka, sehingga dapat melaksanakan
tugas dengan lebih efektif. Ketrampilan dan sikap baru ini juga
dapat mendorong para karyawan untuk memprakarsai perubahan
dalam struktur dalam teknologi organisasi, yang mengarah pada
perbaikan prestasi organisasi.
aseepsolehudin.blogspot.com/2011/12/wewenang-dan-delegasi.html 28/43
10/14/2019 WEWENANG DAN DELEGASI ~ asep solehudin
Usaha-usaha untuk merubah perilaku dan sikap orang dapat
diarahkan kepada perseorangan, kelompok atau organisasi
sebagai keseluruhan. Teknik yang sering digunakan adalah
pengembangan organisasi.
aseepsolehudin.blogspot.com/2011/12/wewenang-dan-delegasi.html 30/43
10/14/2019 WEWENANG DAN DELEGASI ~ asep solehudin
pengambilan keputusan)
3. Unilateral (tidak melibatkan karyawan)
Sedangkan Albrecht menitik beratkan tahap implementasi pada
model “gelandang eksekutif” yaitu yang melakukan
pengembangan dalam organisasi adalah pihak eksekutif (top
manajer) dimana setiap anggota top manajer harus memberikan
perhatian dan tanggungjawab pada pelaksanaan kerja. Tugas dari
gelandang eksekutif itu sendiri adalah:
a. menyetujui agar setiap pekerjaan dapat dilaksanakan.
b. Meminta sumbangan pemikiran dari berbagai eksekutif.
D.Tahap Evaluasi
Tujuan :
1. Kesinambungan program.
2. Usaha membandingkan hasil dengan aktivitas yang dilakukan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap evaluasi:
1. Peninjauan Program.
Artinya setiap kegiatan harus dikaitkan dengan keseluruhan
program.
2. Menentukan fakta baru.
Artinya harus melihat kembali 4 komponen pendekatan sistem.
Ø Sistem sosial (menyangkut norma dan nilai yang tumbuh
dalam organisasi)
Ø Sistem teknik (menyangkut perubahan dan mencari nilai
positif dari perubahan).
Ø Sistem administrasi (berkaitan dengan informasi dari
pimpinan ke staf/karyawan atau sebaliknya apakah ada hambatan
atau tidak).
Ø Sistem strategi.
Keempatnya dikaitkan dengan meningkat atau menurunnya
produktivitas sehingga akan dapat diketahui berhasil atau
tidaknya tujuan organisasi.
3. Mementingkan yang positif.
4. Lebih memfokuskan pada hal-hal yang sedang berlangsung.
5. Menciptakan penghargaan dan keyakinan bahwa keadaan akan
menjadi baik.
aseepsolehudin.blogspot.com/2011/12/wewenang-dan-delegasi.html 32/43
10/14/2019 WEWENANG DAN DELEGASI ~ asep solehudin
Pengawasan dekat (aktif) dilakukan sebagai bentuk “pengawasan yang
dilaksanakan di tempat kegiatan yang bersangkutan.” Hal ini berbeda
dengan pengawasan jauh (pasif) yang melakukan pengawasan melalui
“penelitian dan pengujian terhadap surat-surat pertanggung jawaban yang
disertai dengan bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran.” Di sisi lain,
pengawasan berdasarkan pemeriksaan kebenaran formil menurut hak
(rechma gheid) adalah “pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah
sesuai dengan peraturan, tidak kadaluarsa, dan hak itu terbukti
kebenarannya.” Sementara, hak berdasarkan pemeriksaan kebenaran
materil mengenai maksud tujuan pengeluaran (doelma gheid) adalah
“pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah memenuhi prinsip
ekonomi, yaitu pengeluaran tersebut diperlukan dan beban biaya yang
serendah mungkin.”
Ø Tipe-tipe Pengawasan
Tipe pengawasan menjadi tiga tipe dasar, yaitu preliminary control,
concurrent control dan feedback control. Ketiga hal tersebut
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.2 Tipe Pengawasan
http://mayarusmansyah.files.wordpress.com/2011/05/ll.jpg?
w=459&h=172
Pengawasan pendahuluan (preliminary control). Memusatkan
perhatian pada masalah mencegah timbulnya deviasi?deviasi pada
kualitas serta kuantitas sumber?sumber daya yang digunakan pada
organisasi?organisasi. Sumber?sumber daya ini harus memenuhi
syarat?syarat pekerjaan yang ditetapkan oleh struktur organisasi
yang bersangkutan. Para pegawai atau karyawan perlu memiliki
kemampuan, baik kemampuan fisik ataupun kemampuan intelektual
untuk melaksanakan tugas?tugas yang dibebankan kepada mereka.
Bahan?bahan yang akan digunakan harus memenuhi kualitas
tertentu dan mereka harus tersedia pada waktu dan tempat yang
tepat. Di samping itu, modal harus pula tersedia agar dapat dicapai
suplai peralatan serta mesin?mesin yang diperlukan. Akhirnya
sumber-sumber daya finansial harus pula tersedia dalam jumlah dan
waktu yang tepat.
Pengawasan pada saat pekerjaan berlangsung (concurrent control).
Memonitor pekerjaan yang berlangsung guna memastikan bahwa
sasaran?sasaran telah dicapai. Alat prinsip dengan apa pengawasan
dapat dilaksanakan adalah aktivitas para manajer yang memberikan
pengarahan atau yang melaksanakan supervisi.
Pengawasan feedback (feedback control). Memusatkan perhatian
pada hasil?hasil akhir. Tindakan korektif ditujukan ke arah proses
pembelian sumber daya atau operasi?operasi aktual. Tipe
pengawasan ini mencapai namanya dari fakta bahwa hasil?hasil
historikal mempengaruhi tindakan?tindakan masa mendatang.
Selain itu terdapat tiga tipe pengawasan lainnya, antara lain:
1. Pre control. Control that takes place before work is performed is
called pre control, or feed?forward control. Managers using this
type of control create policies, procedures, and rules aimed at
eliminating behavior that will cause undesirable work results … In
sum, pre control focuses on eliminating predicted problems.
2. Concurrent Control. Control that takes place as work is being
performed is called concurrent control. It relates not only to
employee performance, but also to such non human areas as
equipment performance and department appearance
3. Feedback Control. Control that concentrates on past organizational
performance is called feedback control. Managers exercising this
type of control are attempting to take corrective action by looking at
organizational history over a specified time period
Terdapat tiga fase pengawasan, yaitu (1) pengawasan awal, (2)
pengawasan tengah berjalan, dan (3) pengawasan akhir. Lebih
lanjut Maman Ukas memperjelas bahwa:
Maksud dari pada pengawasan awal yang mendahului tindakan
adalah tiada lain untuk mencegah serta membatasi sedini mungkin
kesalahan-kesalahan yang tidak diinginkan sebelum terjadi. Dengan
kata lain tindakan berjaga-jaga sebelum memulai suatu aktivitas.
aseepsolehudin.blogspot.com/2011/12/wewenang-dan-delegasi.html 33/43
10/14/2019 WEWENANG DAN DELEGASI ~ asep solehudin
Sedangkan pengawasan tengah berjalan dilakukan untuk memantau
kegiatan yang sedang dilaksanakan. Dengan cara membandingkan
standar dengan hasil kerja, sehingga perlu ada tindakan-tindakan
korektif untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan. Bukan
hanya manajer yang bertindak, tetapi bawahan pun dapat
melakukannya untuk dapat memberikan masukan pada organisasi
bagi tindakan-tindakan perencanaan yang akan berulang di masa
yang akan datang. Sebenarnya pengawasan akhir tidak berdiri
sendiri tetapi merupakan hasil kombinasi pada pengawasan awal
dan tengah.
Gambar 2.3 Lingkup Waktu Pengawasan
http://mayarusmansyah.files.wordpress.com/2011/05/graphic11.j
pg?w=445&h=204
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat diketahui bahwa
pelaksanaan pengawasan terhadap suatu aktivitas kerja dapat
dilakukan sebelumnya, sedang berjalan dan sesudah proses kegiatan
berakhir. Dengan demikian, maka sistem pengawasan harus
dirancang sesuai dengan kegiatan-kegiatan tepat pada waktunya.
Ø Pentingnya Pengawasan
Jika kita melakukan kilas balik pada tahun 2010, banyak sekali
masalah yang terjadi di Indonesia. Semua masalah ini hanya
mempunyai 1 sumber yakni pengawasan. Pengawasan memiliki
definisi yang berbeda-beda, tapi dapat dijadikan 1 arti yang dapat
mencakup semuanya. Arti luas pengawasan adalah proses dalam
mengukur kinerja dari suatu perencanaan dengan hasil yang dilihat
pada realitas.[1] Jika kita melakukan pengawasan, kita telah
memastikan hasil yang kita dapat akan memenuhi hasil yang
sudah kita rencanakan.
Pada negara-negara maju, proses pengawasan sangat dilakukan
dengan serius sehingga dapat melingkupi segala aktifitas yang
sudah direncanakan. Lain halnya dengan Indonesia, pemerintahan
di Indonesia telah merencanakan segalanya dengan sangat baik,
tetapi dikarenakan oleh kurangya pengawasan, menyebabkan
aseepsolehudin.blogspot.com/2011/12/wewenang-dan-delegasi.html 34/43
10/14/2019 WEWENANG DAN DELEGASI ~ asep solehudin
rencana yang baik itu pun gagal total. Kita dapat membuktikan hal
tersebut dengan melihat kondisi stabilitas Indonesia yang sangat
menghawatirkan akhir-akhir ini. Kekacauan terjadi disegala aspek
kehidupan, mulai dari aspek politik, social, ekonomi, kultur-
budaya, hukum dan lain sebagainya.
Salah satu dari indikasi yang mempunyai kaitan erat dengan
masalah-masalah diatas adalah semakin meningkatnya perilaku
korupsi yang terjadi disegala bidang, mulai dari lapisan lembaga
tingkat pusat sampai tingkat daerah. Bahkan yang lebih parah lagi,
tindakan tersebut dilakukan secara terbuka tanpa ada tekanan
moral yang seharusnya menjadi telah prinsip utama mereka sejak
terpilih menjadi wakil rakyat. Kasus korupsi yang paling mudah
adalah korupsi dari polisi lalu lintas kepada para pemakai jalan.
Polisi lalu lintas sering meminta uang lebih kepada pemakai jalan
yang melanggar peraturan yang sebenarnya tidak diperbolehkan
oleh pemerintah sendiri. Tetapi dikarenakan sangat minim nya
pengawasan pada para polisi lalu lintas tersebut, maka masalah
korupsi kecil ini pun tidak dapat terhindarkan.
Pada perencanaan nya, saya sangat yakin bahwa semuanya sudah
sangat sempurna, tapi pada realitanya, semua kacau.
Masalah selanjutnya mengacu pada aspek ekonomi seperti
bangkrutnya PT Bank Century Tbk. Ini merupakan berita yang
cukup menggemparkan Indonesia pada tahun 2010, juga
merupakan sebuah masalah yang menambah panjangnya daftar
masalah pada aspek ekonomi yang disebabkan oleh kurangnya
manajemen dan pengawasan di Indonesia. Mengingat besarnya
Bank Century, masalah ini tidak mungkin terjadi semudah
membalikan telapak tangan. Menurut para pengamat ekonomi,
kebangkrutan ini terjadi dikarenakan buruknya manajemen dan
kurangnya pengawasan BI. Faktor lain penyebab kebangkrutannya
adalah, Bank Century juga melakukan hal yang menyepelekan
perbankan, yaitu penempatan dana yang sembrono di pasar uang.
Kasus ini membuktikan bahwa Bank Century tidak berhati-hati
pada perbankan yang membuatnya tidak mampu membayar
hutang dan mengalami kebangkrutan. Dalam kasus perbankan,
manajemen pengawasan merupakan hal yang sangat penting dan
butuh perhatian yang cukup besar mengingat dana besar para
pemegang saham dan debitur telah dipercayakan pada Bank
Century.[2]
Keadaan semakin diperparah dengan kondisi lembaga hukum
yang juga mengalami kemerosotan yang sangat mengenaskan,
dimana rasa dan nilai-nilai keadilan semakin jauh dari lembaga
ini. Hal ini kita ditandai dengan semakin merosotnya kepercayaan
masyarakat terhadap lembaga hukum. Bukti konkrit yang mudah
terlihat adalah meningkatnya tindakan-tindakan yang menyalahi
hukum, seperti tindakan main hakim sendiri yang dilakukan
masyarakat didalam merespon pada tindakan pidana seseorang.
Selain itu, demonstrasi sering terjadi dimana-mana. Kekacauan ini
didasari oleh rasa frustasi masyarakat terhadap lembaga hukum
dan lemahnya respon pemerintah yang tidak menjalankan fungsi
dengan semestinya. Maka sekali lagi, pengawasan sangatlah
diperlukan jika kita ingin menghapus segala masalah diatas.
Fungsi pengawasan secara umum dapat mempunyai dua fungsi,
yaitu fungsi prefentif dan fungsi represif. Yang dimaksud dengan
fungsi prefentif adalah pengawasan yang dilakukan sebelum ada
kejadian dalam arti lain tindakan ini bisa disebut dengan tindakan
berjaga-jaga atau pencegahan. Sedangkan yang dimaksud dengan
aseepsolehudin.blogspot.com/2011/12/wewenang-dan-delegasi.html 35/43
10/14/2019 WEWENANG DAN DELEGASI ~ asep solehudin
aseepsolehudin.blogspot.com/2011/12/wewenang-dan-delegasi.html 36/43
10/14/2019 WEWENANG DAN DELEGASI ~ asep solehudin
aseepsolehudin.blogspot.com/2011/12/wewenang-dan-delegasi.html 37/43
10/14/2019 WEWENANG DAN DELEGASI ~ asep solehudin
Dihubungkan dengan kondisi yang dihadapi.
4) Menetapkan jaringan informasi dan umpan balik
Dimana komunikasi pengawasan didasarkan pada prinsip manajemen by
excetion yaitu atasan diberi informasi bila terjadi penyimpangan pada
standar.
5) Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi
aseepsolehudin.blogspot.com/2011/12/wewenang-dan-delegasi.html 38/43
10/14/2019 WEWENANG DAN DELEGASI ~ asep solehudin
4. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan pengawasan.
Dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VIII DPR RI tanggal
14 September 2011, disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Program dan kegiatan penguatan fungsi pengawasan untuk
mencapai target Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI pada Tahun 2011;
2. Peningkatan Program untuk penyediaan auditor sehingga sebanding
dengan kebutuhan untuk masing-masing bidang Inspektorat;
3. Prioritas program pengawasan ditujukan untuk beberapa program
yang berpotensi timbulnya penyimpangan, mengingat keterbatasan
anggaran belum mampu menjangkau semua Satuan Kerja yang
harus diawasi.
Ø Alat Bantu Pengawasan Manajerial
Alat-alat pengawasan yang paling dikenal dan paling umum digunakan
adalah :
1) Manajemen Pengecualian (Management by Exception)
Manajemen pengecualian adalah teknik pengawasan yang memungkinkan
hanya penyimpangan kecil antara yang direncanakan dan kinerja aktual
yang mendapatkan perhatian dari wirausahawan. Manajemen
penegecualian didasarkan pada prinsip pengecualian, prinsip manajemen
yang muncul paling awal pada literatur manajemen. Prinsip pengecualian
menyatakan bahwa bawahan menangani semua persoalan rutin
organisasional, sementara wirausahawan menangani persoalan
organisasional non rutin atau diluar kebiasaan.
2) Management Information System (MIS)
MIS yaitu suatu metoda informal pengadaan dan penyediaan bagi
manajemen, informasi yang diperlukan dengan akurat dan tepat waktu
untuk membantu proses pembuatan keputusan dan memungkinkan fungsi-
fungsi perencanaan, pengawasan dan operasional organisasi yang
dilaksanakan secara efektif.
MIS dirancang melalui beberapa tahap utama yaitu :
1. Tahap survei pendahuluan dan perumusan masalah.
2. Tahap desain konseptual.
3. Tahap desain terperinci.
4. Tahap implementasi akhir.
Kriteria agar MIS berjalan efektif, yaitu :
• Mengikut sertakan pemakai dalam tim perancangan
• Mempertimbangkan secara hati-hati biaya system
• Memperlakukan informasi yang relevan dan terseleksi
• Adanya pengujian pendahuluan
• Menyediakan latihan dokumentasi tertulis bagi para operator dan pemakai
system
Sedangakan criteria utama MIS efektif yaitu :
• Pengawasan terhadap kegiatan yang benar
• Tepat waktu dalam pemakainya
• Menekan biaya secara efektif
• System yang digunakan harus tepat dan akurat
• Dapat diterima oleh yang bersangkutan
3) Analisa Rasio
Rasio adalah hubungan antara dua angka yang dihitung dengan membagi
satu angka dengan angka lainnya. Analisa rasio adalah proses
menghasilkan informasi yang meringkas posisi financial dari organisasi
dengan menghitung rasio yang didasarkan pada berbagai ukuran finansial
yang muncul pada neraca dan neraca rugi-laba organisasi.
4) Penganggaran
Anggaran dalam organisasi ialah rencana keuangan yang menguraikan
bagaimana dana pada periode waktu tertentu akan dibelanjakan maupun
bagaimana dana tersebut akan diperoleh. Anggaran juga merupakan
laporan resmi mengenai sumber-sumber keuangan yang telah disediakan
untuk membiayai pelaksanaan aktivitas tertentu dalam kurun waktu yang
ditetapkan. Disamping sebagai rencana keuangan, anggaran juga
merupakan alat pengawasan.
Anggaran adalah bagian fundamental dari banyak program pengawasan
organisasi. Pengawasan anggaran atau Budgetary Control itu sendiri
merupakan suatu sistem sasaran yang telah ditetapkan dalam suatu
anggaran untuk mengawasi kegiatan-kegiatan manajerial, dengan
membandingkan pelaksanaan nyata dan pelaksanaan yang direncanakan.
o Karakteristik-karakteristik Pengawasan
Yang Efektif
aseepsolehudin.blogspot.com/2011/12/wewenang-dan-delegasi.html 40/43
10/14/2019 WEWENANG DAN DELEGASI ~ asep solehudin
Pengawasan yang efektif didasarkan pada sisitem informasi
manajemen yang efektif. sisitem informasi manajemen dapat ditetapkan
sebagi metode formal yang memberikan informas yang dibutukan oleh
manajer dalam melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien. Nilai
informasi yang diberikan bergantung pada kualitas, kuwantitas dan
relevansi data yang diberikan dengan kegiatan manejemen. Dan
informasi yang dibutukan oleh manejer berbeda – beda bertgantung pada
keadaan yang dibutuhkan.
Pengawasan yang efektif harus melibatkan semua kalangan dan
tingkatan manejer dari tingkt atas sampai tingkat bawa, dan kelompok –
kelompok kerja konsep pengawasan efektif ini mengacu pada
pengawasan mutu terpadu atau (TQC) total qualiti control.
Didalam dunia pendidikan QTC akan dapat efektif, jika pada tiap
tingkatan pendidikan mempunyai keterpaduan, kerjsama yang baik antara
kelompok kerja (guru) dan pimpinan dalam melakukan pengawasan
mutu. Partisipasi penuh setiap tingkatan atau kelompok dalam melakukan
pengawasan mutu biasanya disebut dengan gugus kendali mutu (GKM)
yang betujuan menjamin keberhasilan pengendalian mutu terpadu.
Prinsip yang digunakan adalah kontribusi setiap anggota yang berupa
saran yang dipertimbangkan dan relevan dengan program dan nilai- nilai
yang dimiliki. Dalam hal ini tidak dikenal atasan dan bawahan tetapi
dengan komitmennya demi perbaikan mutu.
Beberapa kondisi yang harus dip erhatikan jika pengawasan ini
dapat berfungsi efektif, antara lain:
1. Pengawasan harus dikaitkan dengan tujuan dan kriteria yang
dipergunakan dalam system pendidikan, yaitu relevansi, efektifitas,
efisiensi, dan produktifitas tujuan – tujuan pendidikan dalam
berbagai tingkatan, mulai dari tujuan pendidikan nasional hingga
tujuan tujuan mata pelajaran agar standar pengawasan pendidikan
berjalan efektif dan efisien semua itu harus dipahami dan
diterimaoleh setiap anggota. Sebagai contoh system EBTANAS
sebagai kendali mutu pendidkan harus dianggap normal dan perlu.
2. Ada dua standar yang dapat di capi dan harus ditentukan dalam tujan
utamanya diantaranya : 1. Untuk memotifasi dan 2. Untuk dijadikan
patoakan guna membandingkan dengan prestasi. Sehingga dapat
penulis ambil kesimpulan bahwa sebua pengawasan yang efektif
dapat memotifasi selusuh anggota untuk mencapai prestasi dan
tujuan organisasi.
3. Pengawasan hendaknya di sesuaikan dengan sifat dan tujuan serta
kebutuan organisasi.4. Banyaknya pengawasan harus dibatasi, karena bila
terlalu sering dan
terlalu ketat maka bisa menimbulkan presepsi bahwa pengawasan
tersebut adalah pengekangan.
5. System pengawasan harus fleksibel, yang dapat menunjukan kapan
dan dimana tindakan korektif tersebut harus dilakukan
6. Pengawasan hedaknya mengacu pada tindakan perbaikan, yang tidak
hanya menunjukan penyimpangan dari standar yang ada tetapi juga
menyediakan alternative perbaikan da n menentukan tindakan
perbaikan.
7. Pengawasn hendaknya mengacu pada tindakan pemecahan masalah.
Dari tujuan kondisi tersebut diatas kesemuanya harus diperhatikan
ketika kita hendak melakukan pengawasn agar dapat berjalan dengan
baik dan didukung oleh semua karyawan yang ada dan yang berkerja
dalam organisasi sekolah atau perusahaan tersebut. Yang paling penting
pengawasan harus dilakukan oleh unit organisasi yang independen
(berdiri sendiri) yang terdiri dari para orang-orang yang propesional dan
sanggup memberikan saran, jalan keluar dan pemecahan masalah baik
yang bersifat koreksi maupun yang bersifat pencegahan. Pengawasan
sedikitnya dilakukan dua kali dalam setahun agar muda mengkoreksi
semua penyimpangan dengan muda.
KOMENTAR
Pengawasan dekat (aktif) dilakukan sebagai bentuk
“pengawasan yang dilaksanakan di tempat kegiatan yang bersangkutan.”
Hal ini berbeda dengan pengawasan jauh (pasif) yang melakukan
pengawasan melalui “penelitian dan pengujian terhadap surat-surat
pertanggung jawaban yang disertai dengan bukti-bukti penerimaan dan
pengeluaran.” Di sisi lain, pengawasan berdasarkan pemeriksaan
kebenaran formil menurut hak (rechma gheid) adalah “pemeriksaan
terhadap pengeluaran apakah telah sesuai dengan peraturan, tidak
kadaluarsa, dan hak itu terbukti kebenarannya.” Sementara, hak
berdasarkan pemeriksaan kebenaran materil mengenai maksud tujuan
pengeluaran (doelma gheid) adalah “pemeriksaan terhadap pengeluaran
apakah telah memenuhi prinsip ekonomi, yaitu pengeluaran tersebut
diperlukan dan beban biaya yang serendah mungkin.”
Pendekatan orang bermaksud untuk mengubah secara langsung
perilaku karyawan melalui pemutusan pada ketrampilan sikap,
persepsi dan pengharapan mereka, sehingga dapat melaksanakan
tugas dengan lebih efektif. Ketrampilan dan sikap baru ini juga
aseepsolehudin.blogspot.com/2011/12/wewenang-dan-delegasi.html 41/43
10/14/2019 WEWENANG DAN DELEGASI ~ asep solehudin
dapat mendorong para karyawan untuk memprakarsai perubahan
dalam struktur dalam teknologi organisasi, yang mengarah pada
perbaikan prestasi organisasi
aseepsolehudin.blogspot.com/2011/12/wewenang-dan-delegasi.html 42/43
10/14/2019 WEWENANG DAN DELEGASI ~ asep solehudin
: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2133145-
pengawasan-yang- efektif/#ixzz1gPvTyi00
1 komentar:
Posting Komentar
aseepsolehudin.blogspot.com/2011/12/wewenang-dan-delegasi.html 43/43