Modul KMB III PDF
Modul KMB III PDF
Kep
MODUL PRAKTIKUM
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III
Di Susun Oleh:
2015
Kata Pengantar
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Puji serta syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang elah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada saya sehingga modul praktikum
Keperawatan Medikal Bedah III ini dapat tersusun. Modul praktikum ini berisi
konsep dan panduan praktikum untuk aplikasi mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah III yang diperuntukkan bagi mahasiswa program studi D III Keperawatan
STIKes Dharma Husada Bandung.
Penulis
2
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
3
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
IDENTITAS MAHASISWA
NAMA : …………………………………………..........
NIM : ………………………………………………..
SEMESTER : ……………………………………………..…
KELAS : …………………………………….…............
4
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
b. Dasar Teori
Sistem ini terdiri dari jaringan saraf yang berada dibagian luar otak dan
medulla spinalis. Sistem ini juga mencakup saraf kranial yang berasal dari otak,
saraf spinal, yang berasal dari medulla spinalis dan ganglia serta reseptor
sensorik yang berhubungan. Merupakan bagian dari sistem saraf sadar. Dari 12
pasang saraf, 3 pasang memiliki jenis sensori (saraf I, II, VIII), 5 pasang jenis
motorik (saraf III, IV, VI, XI, XII) dan 4 pasang jenis gabungan (saraf V, VII,
5
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
IX, X). Pasangan saraf-saraf ini diberi nomor sesuai urutan dari depan hingga
belakang, Saraf-saraf ini terhubung utamanya dengan struktur yang ada di
kepala dan leher manusia seperti mata, hidung, telinga, mulut dan lidah.
Pasangan I dan II mencuat dari otak besar, sementara yang lainnya mencuat
dari batang otak.
Sistem saraf Kranial terdiri dari :
1. Nervus Olfaktori (N. I):
Fungsi: saraf sensorik, untuk penciuman
2. Nervus Optikus (N. II)
Fungsi: saraf sensorik, untuk penglihatan
3. Nervus Okulomotoris (N. III)
Fungsi: saraf motorik, untuk mengangkat kelopak mata keatas, kontriksi
pupil, dan sebagian gerakan ekstraokuler
4. Nervus Trochlearis (N. IV)
Fungsi: saraf motorik, gerakan mata kebawah dan kedalam
6
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
Snelen chart
Kapas
Penligt
Garpu tala
Jam
d. Petunjuk Umum
7
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
4. Tanyakan kepada dosen bila ada hal-hal yang tidak dipahami atau kurang
dimengerti
e. Keselamatan Kerja
2. Susun dan letakkan peralatan atau bahan pada temapat yang mudah
dijangkau
f. Langkah Kerja
point
8
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
3 Informed consent:
Menjelaskan tujuan tindakan yang
dilakukan
9
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
C III (okulomotorius)
IV(troklear)
VI (abdusen)
Fungsi saraf cranial III, IV dan VI
dalam pengaturan
gerakan-gerakan mata; SK
IIIturut dalam pengaturan gerakan
kelopak mata, kontriksi otot pada
pupil dan otot siliaris dengan
mengontrol akomodasi pupil
10
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
Pemerisaan :
Kaji rotasi ocular,
mengkonjungsikan gerakan
nistagmus kaji refleksi pupil dan
periksa kelopak mata terhadap
adanya ptosis
D V (trigeminal)
Sensasi pada wajah, reflek
kornea, mengunyah
Pemeriksaan :
Anjurkan pasien menutup kedua
mata. Sentuhkan kapas pada dahi
pipi dan dagu.Bandingkan kedua
sisi yang berlawanansesnsitifitas
terhadap nyeri pada daerah
permukaan diuji dengan
menggunakan benda runcing dan
dikahiri dengan spatel lidah yang
tumpil. Lakukan pengujian
dengan benda benda benda tajam
dan tumpul secara bergantian.
Catat masing masing gerakan dari
tusukan benda tajam dan tumpul.
Jika responnya tidak sesuai uji
sensasi suhudengan tabung kecil
yang berisi air panas atau dingin
dan gunakan saling bergantian
Pada saat pasien mellihat ke atas,
11
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
12
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
F VIII (vestibulokoklear)
Keseimbangan dan pendengaran
Uji bisikan suara dan bunyi detak
jam
Uji untuk lateralisasi (Weber)
Uji untuk konduksi udara dan
tulang (Rinne)
G IX (glosofaringeus)
Rasa kecap sepertiga lidah bagian
posterior
Pemeriksaan :
Kaji kemampuan pasien untuk
membedakan rasa gula dan garam
pada sepertiga bagian posterior
lidah
13
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
H X (vagus)
Kontraksi taring, Gerakan
simetris dari pita suara, Gerakan
simetris palatum mole , Gerakan
dan sekresi visera torakal dan
abdominal
Pemeriksaan :
Tekan spatel lidah pada lidah
posterior atau menstimulasi faring
posterior untuk menimbulkan
reflex menelan
Adanya suara serak
Minta pasien mengatakan “ah”.
Observasi terhadap peninggian
uvula simetris dan palatum mole
I XI (aksesorius spinal)
Gerakan otot stemokleidomastoid
dan trapazius
Pemeriksaan :
Palpasi dan catat kekuatan otot
trapazius pada saat pasien
mengangkat bahu sambil
dilakukan penekanan palpasi dan
cacat kekuatan otot
stemokleidomastoidpasien saat
memutar kepala sambil dilakukan
penahanan dengan tangan penguji
ke arah berlawanan
14
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
J XII (hipoglosus)
Gerakan lidah
Pemeriksaan :
Bila pasien menjulurkan lidah
keluar, terdapat deviasi atau
tremor, kekuatan lidah dikaji
dengan cara pasien menjulirkan
lidah dan menggerakan ke kiri
/kanan sambil diberi tahanan
K Pengkajian selesai, rapikan pasien
dan memberikan posisi senyaman
mungkin
L Membereskan alat
15
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
O Mencuci tangan
P Mendokumentasikan kegiatan
yang telah dilakukan
Key Point :
Catat waktu, tindakan yang
dilakukan, tanda tangan
Evaluasi Kerja
16
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
17
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
b. Dasar Teori
Sel saraf motorik merupakan bagian dari struktur dan fungsi sistem
saraf yang berfungsi Mengirim implus dari sistem saraf pusat ke otot atau
kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan.
Reseptor sensoris berupa sel-sel khusus atau proses sel yang
memberikan informasi tentang kondisi didalam dan diluar tubuh kepada
susunan saraf pusat. Indera peraba pada kulit adalah indera yang digunakan
untuk merasakan sensitivitas temperatur, nyeri, sentuhan, tekanan, getaran,
dan propriosepsi.
Jenis-Jenis pemeriksaan sensorik yang sering digunakan.
Sensibilitas eksteroseptif atau protopatik. Terdiri dari:
Rasa nyeri.
Rasa suhu
Rasa raba.
Sensibilitas proprioseptif.
rasa raba dalam.
Sensibilitas diskriminatif
daya untuk mengenal bentuk/ukuran.
daya untuk mengenal /mengetahui berat sesuatu benda dsb.
18
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
kapas.
Jarum bundel
Garpu tala
Kunci
kancing
d. Petunjuk Umum
4. Tanyakan kepada dosen bila ada hal-hal yang tidak dipahami atau kurang
dimengerti
e. Keselamatan Kerja
19
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
2. Susun dan letakkan peralatan atau bahan pada temapat yang mudah
dijangkau
f. Langkah Kerja
20
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
6 Memulai pengkajian :
A Fungsi Motorik
Amati
Gaya berjalan dan tingkah
laku.
Simetri tubuh dan
ektremitas.
Kelumpuhan badan dan
anggota gerak. dll.
21
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
a. Gerakan Volunter.
Yang diperiksa adalah gerakan
pasien atas permintaan
pemeriksa
Mengangkat kedua tangan
pada sendi bahu.
Fleksi dan ekstensi artikulus
kubiti.
Mengepal dan membuka
jari-jari tangan.
Mengangkat kedua tungkai
pada sendi panggul.
Fleksi dan ekstensi artikulus
genu.
Plantar fleksi dan dorso
fleksi kaki.
Gerakan jari- jari kaki.
b. Kekuatan otot.
Pemeriksaan ini menilai
kekuatan otot, untuk
memeriksa kekuatan otot ada
dua cara:
Pasien disuruh
menggerakkan bagian
ekstremitas atau badannya
dan pemeriksa menahan
gerakan ini.
Pemeriksa menggerakkan
22
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
23
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
B Fungsi sensorik
Test untuk rasa raba halus.
Permukaan diraba dengan
ujung – ujung kapas tersebut.
dari atas ke bawah/
sebaliknya.
Dibandingkan kanan dan kiri.
Yang perlu diingat:
Daerah lateral kurang peka dari
medial.
Ada daerah-daerah
erotogenik/peka : leher,
sekitar mammae, genetalia.
Test untuk rasa nyeri superficial.
jarum diletakkan tegak lurus dan
cara sama spt diatas.
Test untuk rasa suhu.
Cara pemeriksaan :
Botol botol tersebut harus
kering betul.
Bagian tubuh yang tertutup
pakaian lebih sensitif dari
bagian tubuh yang terbuka.
Pada orang tua sering dijumpai
hipestesia (perasa raba yang berkurang)
yang fisiologik.
Test untuk rasa sikap.
Tempatkan salah satu
lengan/tungkai pasien pada
24
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
25
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
garputala tersebut.
Test untuk diskriminatif.
Rasa stereognosis.
Dengan mata tertutup pasien
diminta untuk mengenal
benda – benda yang
disodorkan kepadanya.
Rasa Gramestesia.
Dengan mata tertutup pasien
diminta untuk mengenal
angka, aksara, bentuk yang
digoreskan diatas
kulit pasien, misalnya
ditelapak tangan pasien.
Rasa Barognosia.
Dengan mata tertutup pasien
diminta untuk mengenal
berat suatu benda.
Rasa topognosia.
Dengan mata tertutup pasien
diminta untuk mengenal
tempat pada tubuhnya yang
disentuh pasien.
26
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
8 Membereskan alat
9 Mengevaluasi hasil tindakan :
menanyakan respon pasien
27
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
G. Evaluasi Kerja
28
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
29
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
Pengkajian Refleksi
b. Dasar Teori
1. Alat yang digunakan adalah refleks hammer yang umumnya terbuat dari
karet.
2. Penderita harus dalam posisi yang seenak-enaknya dan santai. Bagian
tubuh yang akan diperikasa harus dalam posisi sesuai sehingga gerakan
refleks otot yang terjadi akan muncul dengan optimal.
3. Rangsangan harus diberikan secara cepat, langsung dan kerasnya tetap
dalam batas ambang, tidak perlu terlalu keras.
4. Sifat reaksi tergantung tonus otot, maka tonus yang diperiksa harus
dalam keadaan sedikit kontraksi. Jika akan membandingkan refleks kiri
dan kanan maka posisis ekstremitas harus simetris.
Penilaian hasil pemeriksaan refleks
Kriteria kuantitas yang dipakai:
0 = negatif
30
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
Refleks Hammer
d. Petunjuk Umum
4. Tanyakan kepada dosen bila ada hal-hal yang tidak dipahami atau kurang
dimengerti
e. Keselamatan Kerja
2. Susun dan letakkan peralatan atau bahan pada tempat yang mudah
dijangkau
31
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
f. Langkah Kerja
32
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
6 Memulai pemeriksaan :
Refleks Fisiologis
A . Pemeriksaan refleks biceps
Penderita duduk dengan santai
Lengan dalam keadaan lemas, lengan
bawah dalam posisi antara fleksi dan
ekstensi serta sedikit pronasi
Siku penderita diletakkan pada tangan
atau lengan pemeriksa
Pemeriksa meletakkan ibu jarinya
diatas tendo biceps, kemudian pukul
ibu jari tadi dengan refleks hammer.
(tanpa menggunakan ibu jari juga bisa,
agar rangsangan lebih terasa)
Reaksi utama adalah kontraksi otot
33
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
34
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
35
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
reinforcement
F Refleks Kremaster
Ujung tumpul palu refleks digoreskan
pada paha bagian medial
Respon: elevasi testis ipsilateral
36
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
b Hoffman
Stimulus : goresan/sentilan pada kuku
jari tengah pasien
Respons : ibu jari, telunjuk dan jari –
jari lainnya refleksi
8 Pengkajian selesai, rapikan pasien dan
memberikan posisi senyaman mungkin
9 Membereskan alat
37
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
G. Evaluasi Kerja
38
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
39
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
40
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
Tingkat IV : Luka bakar sudah sampai pada jaringan ikat atau lebih dari kulit
ari dan kulit jangat sudah terbakar
Penyebab :
1. Api dan benda panas
2. Bahan kimia :Cairan, uap.
3. Elektrik : listrik, petir.
4. Radiasi : Sinar matahari, rontgen, radium.
Akibat :
Luka bakar dapat mengakibatkan gangguan umum: Syok dan
Infeksi.
Terjadinya kedua hal tersebut sangat tergantung pada tingkat dan luas luka
pada tubuh yang terbakar. dalam menghitung luas atau persentase luka bakar
pada orang dewasa digunakan “ The Rule of Nine “ atau “ Rumus 9 “ Pada
luka bakar tingkat I, bila ½ - ⅔ bagian dari permukaan kulit terbakar, dapat
mengakibatkan kematian. Bila luka tidak mendapatkan perawatan semestinya
akan mengakibatkan infeksi.
P E R T O L O N G A N
Prinsip utama pertolongan luka bakar adalah “mengakhiri dengan segera dan
cepat kontak dengan sumber panas” untuk mengurangi luas dan dalamnya
luka bakar yang terjadi. Mematikan api dengan menyelimuti dan menutup
bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen bagi api yang
menyala merupakan upaya pertama saat terbakar.
41
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
42
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
Potong dan buang pakaian dari daerah yang terbakar. Bila pakaian yang
terbakar menempel pada luka, jangan menariknya, biarkan dan potonglah
sekitarnya saja.
Cuci tangan anda dengan bersih untuk mencegah kontaminasi.
Tutup luka dengan kain kasa yang tebal, sehingga dapat memisahkan dari
udara, kontaminasi oleh debu dan mengurangi rasa sakit. Bila tidak ada
kain kasa dapat digunakan sprei atau handuk yang bersih.
Jangan pergunakan salep, minyak, tapi penggunaan anti septik topikal
dianjurkan, jangan berusaha mengganti kain penutup tersebut.
Panggil ambulans atau bawa korban ke RS terdekat.
Bila luka bakar cukup luas mengenai sebagian besar tubuh, berikanlah
pertolongan pertama untuk syok. Kalau perlu lakukan resusitasi bila
korban menunjukkan gejala syok seperti gelisah, dingin, pucat,
berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun.
Bila korban sadar, larutkan ½ sendok teh soda masak dan 1 sendok the
garam dapur dalam ¼ liter air. Minumkanlah larutan ini pada korban
sebanyak ½ gelas tiap 15 menit untuk mengganti cairan tubuhnya yang
hilang, hentikan pemberian cairan ini bila korban muntah.
43
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
- Cairan NaCl 0, 9%
- Cairan salvon 1%, peak nitrat 0, 5%
- Silet atau alat cukur
- Sarung tangan bersih
- Salep Silver Sulfa Diazine ( SSD )
- Salep antibiotic
- Gunting verban
- Korentang dalam tempatnya
- Plester
d. Petunjuk Umum
1. Cermat dalam menjaga kesterillan
2. Mengangkat jaringan nekrosis sampai bersih
3. Peka terhadap privasi pasien
4. Teknik pengangkatan jaringan nekrosis disesuikan dengan tipe luka bakar
5. Perhatikan teknik aseptik
e. Keselamatan Kerja
1. Bekerja secara sistimatis
2. Hati-hati dalam bekerja
3. Berkomonikasi dengan pendekatan yang tepat dan sesui dengan kondisi
pasien
4. Pempertahankan prinsip kerja
5. Kerjasama antara pasien dan perawat selalu dijaga
6. Tanggap terhadap respons
7. Menjaga privasi
44
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
g. Langkah Kerja
Cuci tangan
45
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
Rapikan pasien
46
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
h. Evaluasi Praktikum
47
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
b. Dasar Teori
1. Stetoskop
2. Tensimeter
48
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
3. Termometer
4. Handskun bersih
5. Penlight
6. Reflex hammer
d. Petunjuk Umum
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Baca dan pelajari dengan baik modul praktikum yang diberikan
3. Ikuti petunjuk yang terdapat dalam modul praktikum
4. Tanyakan pada dosen bila terdapat hal – hal yang kurang dimengerti
atau dipahami
e. Keselamatan Kerja
f. Langkah Kerja
49
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
3 Menjelaskan tujuan
pengkajian umum
sistem endokrin
50
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
5 Memakai hanscoen
bersih.
51
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
6 Mengatur posisi
senyaman mungkin
7 Pasang
gorden/sampiran untuk
menjaga privasi klien
52
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
53
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
54
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
55
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
9 Leher (pembesaran
leher, simetris/tidak)
Palpasi leher : Posisi
pasien duduk / berdiri
sama saja namun
menghindari kelelahan
pasien sebaiknya posisi
duduk. Pemeriksa
berada dibagian
belakang pasien,
dengan posisi kedua ibu
jari perawat dibelakang
pasien, dengan posisi
kedua ibu jari perawat
dibelakang leher dan
keempat jari – jari ada
diatas kelenjar tiroid.
Normalnya kelenjar
tiroid tidak teraba ,
namun isthmus yang
teraba
Auskultasi : lakukan
auskultasi pada leher
diatas kelenjar tiroid
untuk mengidentifikasi
bunyi “ bruit “
Normalnya bunyi bruit
tidak terdengar
56
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
Kaji ada/tidaknya
penumpukan massa otot
berlebihan pada leher
bagian belakang sampai
bagian klavikula
(bufflow neck)
57
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
58
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
Gunakan handskun
pada saat mengkaji
genital ,amati kondisi,
ukuran , simetris /
tidaknya, konsistensi,
ada tidaknya nodul
skrotum dan penis ,
klitoris dan labia
terhadap kelainan
bentuk
Palpasi testis dengan
59
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
Melapaskan handscoen
60
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
Membereskan peralatan
yang telah digunakan
sesuai dengan prinsip PI
Mendokumentasikan
kegiatan yang telah
dilakukan
Key Point :
Catat waktu, nama obat,
cara pemberian, rute
pemberian dan reaksi
klien
61
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
g. Evaluasi Praktikum
62
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
b. Dasar Teori
Actrapid Novolet : adalah insulin short acting yang dikemas dalam bentuk
pulpen insulin khusus yang berisi 3 cc insulin.
63
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
d. Petunjuk Umum
e. Keselamatan Kerja
64
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
f. Langkah Kerja
65
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
66
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
67
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
7 Pasang gorden/sampiran
untuk menjaga privasi klien
(jika diperlukan )
68
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
10 Melakukan rotasi
tempat/lokasi penyuntikan
insulin. Lihat catatan perawat
sebelumnya.
69
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
11 Mendesinfeksi area
penyuntikan dengan kapas
alcohol/alcohol swab, dimulai
dari bagian tengah secara
sirkuler ± 5 cm.
70
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
71
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
72
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
17 Melapaskan handscoen
73
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
20 Mendokumentasikan kegiatan
yang telah dilakukan
Key Point :
Catat waktu, nama obat, cara
pemberian, rute pemberian
dan reaksi klien
g. Evaluasi Praktikum
74
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
b. Dasar Teori
Untuk mengetahui kadar glukosa darah, terdapat berbagai jenis tes yang
dapat menentukannya. Antara lain adalah tes gula darah puasa, tes gula darah dua
jam selepas makan (postprandial), tes gula darah sesewaktu dan tes toleransi
glukosa. Setiap tes ini mempunyai fungsi dan tujuan tersendiri. Tes gula darah
puasa dilakukan dengan mengambil sampel darah sekurang-kurangnya delapan
jam setelah makan, yaitu dalam keadaan perut kosong kecuali meminum air putih.
Untuk tes gula darah dua jam selepas makan, darah diambil selepas dua jam
mengkonsumsi makanan seperti sarapan atau makan tengah hari. Darah diambil
75
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
kapan saja untuk melakukan tes gula darah sesewaktu di mana tidak melihat
waktu makan.
1. Glukometer
2. Kapas Alkohol
3. Hand scone
4. Stik GDA
5. Lanset
6. Bengkok
d. Petunjuk Umum
76
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
e. Keselamatan Kerja
f. Langkah Kerja
77
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
78
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
79
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
8 Menghidupkan alat
glukometer yang sudah
terpasang stik GDA
80
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
81
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
12 Membereskan dan
mencuci alat.
13 Mencuci tangan.
g. Evaluasi Praktikum
82
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
A. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan Utama
Persendian
N y e r i
Nyeri adalah masalah yang paling umum dari gangguan
muskuloskeletal. Penting untuk mengetahui lokasi dari nyeri,
kualitas maupun tingkat keparahannya dan waktu terjadinya
83
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
Tulang
Nyeri.
Pada fraktur karakteristik nyeri tajam dan keluhan semakin
parah jika ada pergerakan. Meskipun demikian keluhan nyeri
pada tulang biasanya tumpul dan dalam yang juga
mengakibatkan gangguan pergerakan.
Deformitas
84
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
85
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
B. DATA OBJEKTIF
a. Pemeriksaan Fisik,
1. Persiapan klien
Persiapkan ruangan senyaman mungkin. Berikan informasi yang jelas
kepada klien tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan, bila perlu
86
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
87
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
88
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
89
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
Klien menjaga tahanan tersebut agar tetap ada sampai diminta untuk
menghentikannya.
Sendi seharusnya bergerak saat pemeriksa memberi variasi kekuatan
tenaga dorong terhadap kelompok otot tersebut.
Bila kelemahan otot terjadi, periksa ukuran otot dengan
menempatkan pita pengukur di sekitar lingkar otot tubuh tersebut
dan membandingkannya dengan sisi yang berlawanan.
90
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
pergelangan tangan, dan sekitarnya. Ini juga dapat ditemukan pada “ Carpal
Tunnel Syndrome “.
Tanda bulge ( Bulge Sign )
Lakukan gerakan (seperti masase) dengan agak kuat pada bagian medial
paha bagian dalam ke arah lutut lebih kurang 2-3 kali, kemudian tahan.
Tangan yang lain menahan pada sisi yang berlawanan. Perhatikan bagian
tengah dari lutut pada daerah yang agak cekung terhadap adanya tonjolan
yang jelas dari gelombang cairan. Normalnya tonjolan tersebut tidak ada (
“Bulge Sign” negative ).
Pemeriksaan ballotemen
Pemeriksaan ini dapat digunakan apabila terdapat sejumlah cairan pada area
patela. Gunakan tangan kiri untuk menekan rongga suprapatelar. Dengan
jari tangan kanan dorong patella dengan tajam ke arah femur. Apabila tidak
terdapat cairan maka patella yang terdorong akan kembali ke posisi semula.
Pemeriksaan McMurray ( McMurray’s test )
Pemeriksaan ini dilakukan apabila klien melaporkan adanya riwayat trauma
yang diikuti dengan rasa nyeri pada lutut dan kesulitan dalam
menggerakkannya. Klien dibaringkan dengan posisi supine, dan pemeriksa
berdiri di sisi klien pada bagian yang akan diperiksa. Sokong tumit kaki dan
fleksikan lutut dan pinggul. Tangan yang lain memegang lutut. Kemudian
rotasikan kaki dari dalam ke luar dan sebaliknya, lalu sambil menahan tumit
kaki dan memegang lutut dorong tumit tersebut kea rah kepala. Setelah itu
secara perlahan lutut diluruskan. “McMurray’s test” positif apabila
terdengar atau terasa bunyi “klik“ pada lutut. Normalnya kaki dapat
diluruskan kembali dengan lembut tanpa kekakuan dan tanpa nyeri.
Pemeriksaan LaSegue ( LaSegue’s test )
Berikan posisi supine pada klien, kemudian angkat salah satu tungkai
bawah dan tungkai yang lain tetap lurus di atas tempat tidur. Lalu
dorsofleksikan telapak/ pergelangan kaki. Dilakukan pada kedua kaki
91
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
92
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
CT-ScaN
Computed Tomography digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan
luasnya cedera yang sulit teridentifikasi oleh pemeriksaan lain. Sehingga
CT Scan mempunyai tujuan untuk mengevaluasi cedera ligament, tendon
dan tulang serta dapat mengetahui adanya tumor secara spesifik. Bagi klien
yang diamputasi pemeriksaan ini berfungsi untuk mengidentifikasi lesi
neoplastik , osteomielitis dan pembentukan hematoma.
Pemeriksaan ini dapat atau tidak menggunakan zat kontras. Waktu yang
digunakan kurang lebih 60 menit.
Yang perlu diperhatikan oleh perawat selama prosedur pelaksanaan
adalah:
Jelaskan tujuan dan gambaran tindakan, seperti klien akan dibaringkan
di medan magnet, kemudian dimasukkan dalam sebuah tabung.
Informasikan pada klien, prosedur ini tidak menyebabkan rasa nyeri,
tetapi mungkin merasa kurang nyaman terhadap papan pemeriksaan
yang keras dan dingin.
93
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
94
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
Angiography
Merupakan teknik pemeriksaan untuk mengetahui kondisi struktur
vaskuler. Arteriografi dilakukan dengan cara memasukkan zat kontras
radioopak melalui arteri. Setelah diinjeksi area tersebut di foto rongent.
Hal ini untuk mengetahui sirkulasi/ perfusi jaringan apakah masih baik
atau buruk. Biasanya dilakukan untuk mengetahui perfusi jaringan pada
area yang akan diamputasi. Setelah dilakukan tindakan klien dianjurkan
95
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
Atroscopy
Dapat digunakan untuk mengetahui adanya robekan pada kapsul sendi atau
ligament penyangga lutut, bahu, tumit, pinggul, pergelangan tangan dan
temporomandibular. Pemeriksaan ini merupakan tindakan endoskopi yang
memungkinkan pandangan langsung ke dalam ruang sendi. Setelah
dilakukan pemeriksaan ini, klien dianjurkan istirahat kurang lebih 12 – 24
jam dan diberikan bebat elastis pada area pemeriksaan. Sebelum dilakukan
prosedur ini, terutama bila pemeriksaan pada bagian sendi ekstremitas
bawah, pastikan klien mampu menggunakan alat Bantu jalan seperti
crucht. Crucht digunakan oleh klien hingga klien mampu menunjukkan
kemampuan berjalan tanpa pincang. Setelah dilakukan pemeriksaan ini
maka yang perlu diperhatikan perawat adalah pengkajian TTV, status
neurovaskuler pada area kaki : cek pulse, warna, temperature, dan sensasi
serta observasi tanda-tanda infeksi, termasuk panas, bengkak, nyeri,
kemerahan dan pengeluaran cairan. Potensial komplikasi yang dapat
ditimbulkan oleh pemeriksaan ini adalah:
Infeksi (tindakan ini harus dilakukan dengan steril dan di kamar
operasi).
Tromboplebitis yang dapat disebabkan oleh karena immobilisasi yang
lama.
Hemartrosis (perdarahan dalam sendi) yang dapat disebabkan oleh
aspirasi karena jarum.
Cedera sendi oleh karena pembedahan.
Rupture sinovial.
Hal-hal yang harus diketahui oleh perawat adalah :
96
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
Bone Densitometry
97
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
98
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
oleh tulang. Ini disebut BMC = Bone Mineral Content. BMD ( Bone
Mineral Density ) mempunyai rumus : BMD = BMC (gm/ cm³) /
permukaan area tulang. Kemudian dari data tersebut akan dianlisa
oleh ahli radiology. Nilai Normal : – 1.0 )
Osteopenia : 1.0 –2,5 ( SD di bawah normal – 1.0 – 2.5 )
Osteoporosis : > 2,5 ( SD di bawah normal 12 mg/ dl
Asam urat urine 250 – 750 mg / hari atau 1,48 – 4,43 mmol/ hari
Pada kasus Gout dan artritis akan megalami peningkatan dari nilai
normal
SGOT 10 – 40 / ml (SI : 0,08 – 0,32 mol –1/ l ) Meningkat
akibat kerusakan otot.
Hb Darah LK : 13 – 18 mg/ dl PR : 12 – 16 mg/ dl Menurun bila
terjadi perdarahan akibat trauma.
Leukosit 4300 – 10.800/ mm3 Meningkat
Kalsium Serum 8,5 – 10,5 mg /dl Menurun pada Osteomalacia,
Paget, tumor tulang yang telah metastase serta klien yang
immobilisasi lama,
Kreatinin Kinase ( CK ) < 100 mg/ hari Meningkat akibat
kerusakan otot
Hormon Paratiroid < 10 l equiv / ml (SI : < 10 ml equiv/ l )
Meningkat
Tiroid ( TSH ) 0,5 – 3,5 u / ml (SI : 0,5 – 3,5 mU/l) Meningkat
Fosfor 3,0 – 4,5 mg/ dl Meningkat
99
[MODUL PRAKTIKUM KMB III] Ns. Arie Sulistiyawati, M.Kep
DAFTAR PUSTAKA
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisologi untuk Pemula. Jakarta : EGC
100