Anda di halaman 1dari 7

JEJAK KEBUDAYAAN AUSTRONESIA DI PANTAI TIMUR SUMATERA SELATAN

Oleh: Brian Apriadi*, Dimas Setiawan*, Eva Dina Chairunisa**


*Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas PGRI Palembang
*Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas PGRI Palembang

ABSTRAK

Bangsa Austronesia mulai memasuki wilayah Indonesia disebut sebagai bangsa Proto Melayu.
Masyarakat Austronesia mulai berkembang dan bermigrasi ke Sumatera dengan tujuan Pantai Timur
Sumatera Selatan yang memiliki kontur tanah rawa rawa basah dan sangat sulit digunakan baik untuk
pertanian maupun perkebunan. Selain itu juag kebudayaan mereka di daerah pantai timur masih
dugunakan samapai dengan sekarang. Tujuan Dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk-
bentuk Kebudayaan Asutronesia Di Pantai Timur Sumatera Selatan Sebagai Sumber Pembelajaran
Sejarah. Bentuk penelitian ini deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa.
Kebudayaan austronesia di pantai timur sumatera selatan masih dipakai hingga saat ini berupa dari
sistem pengelolaan lingkungan, sistem perternkan, sistem perkapala/alat trasportasi, dan juga sistem
pengelolaan bahan makanan yang sekarang masih lestari dan masih dijaga oleh masyarakat yang ada
disana.

Kata Kunci: Kebudayaan, Austronesia, Pantai Timur Sumatera Selatan.

A. PENDAHULUAN lain yang yang dipengaruhi iklim. Angin


Indonesia adalah Negara kepulauan musim jelas berpengaruh pada pola
terbesar didunia sehingga Indonesia disebut pelayaran. Pada gilirannya ia memengaruhi
dengan Nusantara (kepulauan antara), berbagai kegiatan yang dilaksanakan
sehingga Indonesia banyak dipengaruhi dengan perahu (Poesponegoro, 2010:01).
oleh bangsa lainnya. Kepulaun Indonesia Secara garis besar Indonesia terletak
menjadi wilayah perdagangan penting pada pertemuan dua sistem Geosinklin
setidaknya sejak abad ke 7, yaitu ketika Tethys dan Geodinklin sirkum Pasifik.
kerajaan Sriwijaya di Palembang menjalin Kedua Geosinklin ini mempunyai pengaruh
hubungan agama dan perdagangan dengan penting terhadap morfologi kepulauan
Tiongkok dan India (Hadi, 2011:66). Indonesia pada zaman-zaman berikutnya
Indonesia terletak antara 50 54’ lintang Utara serta mengakibatkan Indonesia mempunyai
dan 110 lintang Selatan, serta 950 01’ bujur struktur geologi yang kompleks (Sriyono,
Timur dan 1410 02’ bujur Timur. Itulah 2014: 48).
sebabnya Indonesia termasuk daerah Sumatera adalah pulau terbesar di
khatulistiwa dan berada di daerah kawasan Hindia Timur yang membentuk
hembusan angin musim Indo-Australia. Ciri batas wilayah paling barat kepulaun
iklimnya ialah berhawa tropis dengan curah Nusantara. Mengenai nama sumatera,
hujan yang tinggi. Keadaan iklim yang yang dapat disimpulkan bahwa nama tersebut
dipengaruhi oleh angin musim tidak diketahui, baik oleh pengembara Arab
menyebabkan adanya musim kemarau dan maupun Marco polo. Kemungkinan besar
penghujan. Panjang pendek musim-musim mereka tidak dapat informasi mengenai
itu berada menurut letak daerahnya.di nama itu dari penduduk lokal primitive yang
kepulaun Indonesia. Misalnya pada pola dijumpainya (Marsden, 2013:2-11).
pertanian, pola pelayaran, dan aspek-aspek

73
Nama-nama lain yang sering juga diberikan Sriwijaya abad ke 7-13 M dan Kesultanan
terhadap pulau ini adalah Swarnabhumi, Palembang pada abad ke 17-19 M
Java Minor, pulau Perca, dan pulau (Supriyanto, 2013:01).
Andalas.Sawrnabhumi adalah nama yang Secara geografis Sumatera Selatan
diberikan oleh Adityawarman, raja berbatasan dengan Provinsi Jambi, dan
Minangkabau pada abad ke-14. Java Minor Kepulauan Bangka Belitung di Timur
adalah nama yang diberikan oleh Marco berbatasan dengan Provinsi Lampung, di
Polo dan dua nama terakhir diberikan oleh Selatan Bengkulu di Barat. Masyarakat
penduduk pribumi yang mendiami pulau ini. Sumatera Selatan sangat menjaga
Pulau Sumatera dikelilingi oleh beberapa hubungan sosial karena didasari semangat
teluk, selat, dan laut. Disebelah Utara kebangsaan, walaupun dalam kehidupan
terdapat teluk Benggala yang sehari-hari sangat mempengaruhi adat
memisahkannya dengan anak benua India. istiadat. Rumah adat dari Provinsi Sumatera
Disebelah Timur terdapat selat Malaka dan Selatan yaitu rumah limas serta suku yang
selat Bangka yang memisahkanya dengan mendiami wilayah Sumatera Selatan yaitu
Semenanjung Malaysia dan pulau Bangka suku Melayu yang terdiri dari suku Melayu
disebelah Selatan terdapat selat Sunda Palembang, Pasemah, Lematang, Musi
yang memisahkannya dengan pulau Jawa Banyuasin serta Semendo selain suku
dan sebelah Barat terhampar Samudera Melayu terdapat juga suku Jawa, Komering,
Hindia (Asnan, 2006:18). serta Sunda. Sehingga dapat kebudayaan
Bentuk dari pulau Sumatera adalah Sumatera Selatan menjadi kaya serta unik
memanjang dengan ukurannya 1.650 km (Supriyanto, 2013:31-32).
dan lebarnya antara 100-200 km dibagian Kawasan pesisir Timur pulau
Utara serta sekitar 350 km di bagian Sumatera dilihat dari sudut pandang
Selatan. Di ujung Selatan pulau Sumatera geohistoris memiliki prosisi yang sangat
terdapat dua teluk yang menjorok ke strategis dan sangat berpengaruh dalam
daratan yaitu teluk Lampung dan teluk membentuk konfigurasi persebaran situs-
Semangko. Di pantai Timur banyak sungai- situs pemukiman di Sumatera.
sungai besar mengendapkan lumpur, Kedudukannya berada di jalur pelayaran
sehingga memperluas daratan. Di sisi antara India dan Cina telah memungkinkan
sebelah Timur Sumatera terdapat pulau- daerah-daerah pesisir di wilayah ini menjadi
pulau yang berawa-rawa seperti Rupat, temapt persinggahan para pedagang dari
Bengkalis, Padang Tebing Tinggi, Rangsang barat ke timur serta sebaliknya
pulau-pulau tersebut dipisahkan oleh selat (Poeponegoro, 2010:65).
yang sempit dan dangkal (Sriyono, Pantai Timur Sumatera Selatan
2014:80). merupakan wilayah yang sangat strategis
Sumatera Selatan merupakan salah lokasinya karena berhadapan dengan jalur
satu kepulauan terbesar di Indonesia yang perdagangan kuno mulai dari masa pra-
memiliki kekayaan budaya yang beragam di Sriwijaya sampai dengan masa Kesultanan
setiap kabupaten atau kota dengan satu Palembang Darussalam. Kawasan pantai
dengan yang lainnya hampir berbeda Timur Sumatera Selatan telah menjalin
(Utomo, 2016:123). Dalam peta Sejarah hubungan dengan dunia luar. Di daerah
Indonesia, Sumatera Selatan memiliki pantai Timur Sumatera Selatan terdapat
Sejarah yang panjang. Didasarkan benda- banyak situs-situs sejarah (Siddhayatra,
benda peninggalan sejarah di Sumatera volume 19 nomor 2 2014:87).
Selatan dapat diketahui bahwa bahwa Kebudayaan merupakan suatu aspek
daerah itu telah muncul dua bentuk sistem evolusi manusia yang kemudian
kekuasaan yang menonjol yaitu kerajaan menyebabkan bahwa ia dapat lepas dari

74
alam kehidupan mahluk primata yang lain, Hal ini menyebabkan bangsa
kebudayaan yang berwujud gagasan dan Austronesia sudah mengenal berbagai jenis
tingkah laku manusia keluar dari otak dan peralatan kehidupan untuk mendukung
tubuhnya, tidak terlepas dari keperibadian aktivitas mereka. Dalam
individu melalui suatu proses belajar yang mengembangbiakkan binatang peliharaan
panjang, menjadi milik masing-masing mereka seperti sapi, kerbau, onta dan
individu warga masyarakat yang lainnya dibutuhkan teknologi dalam
bersangkutan(Koenjaraningrat, 2009:180). perkembangan kebudayaan. Bangsa
Terutama di Indonesia memiliki austronesia yang tinggal di pantai Timur
berbagai macam budaya salah satunya Sumatera telah mengenal banyak sekali
yaiu budaya Austronesia budaya teknologi pendukung kehidupan mereka.
Austronesia merupakan kehidupan suku- Karena keadaan alam mereka yang
suku bangsa peternak berpindah-pindah memaksa mereka untuk mengembangkan
dari suatu perkemahan lain dengan teknologi seperti teknologi rumah,
mengembala ternak mereka menurut perkapalan peternakan dan teknologi
musim-musim tertentu, mereka memerah teknologi lain.
susu ternak lalu membuat menjadi mentega, Berdasarkan uraian diatas maka
keju, dan hasil olahan lain dari susu yang peneliti tertarik untuk mengetahui jejak
dapat disimpan lama. Selama berpindah- kebudayaan Austronesia yang masih ada di
pindah meraka harus menjaga ternak tempat lokasi yang akan diteliti oleh peneliti.
mereka dengan baik agar tidak dicuri oleh Dari pokok bahasan diatas maka
kelompok-kelompok ternak lainnya. Jumlah permasalahan ini bagaimanakah jejak
ternak yang mereka miliki sering kali kebudayaan Austronesia di pantai timur
mencapai ratusan ekor sapi atau domba, Sumatera Selatan sebagai sumber
kehidupan seperti itu menyababkan bahwa pembelajaran sejarah?
bangsa-bangsa peternak itu sering sangat
agresif sifatnya (Koenjaraningrat, 2009:218). B. METODE PENELITIAN
Suku-suku bangsa Austronesia Metode yang digunakan adalah
berusaha menjinakkan berbagai jenis hewan metode deskriptif kualitatif.
seperti sapi, kerbau, domba, onta, dan
rendeer (rusa kutub), adapun hewan-hewan Teknik Pengumpulan Data
yang mereka manfaatkan sebagi pembantu Pengumpulan data dapat dilakukan
pekerjaan seperti anjing, kerbau, babi, kuda dalam berbagai seting, berbagai sumber,
dan ilama. Mengembangkan hewan-hewan dan berbagai cara. Pengumpulan data
ternak mula-mula untuk kepentingan berdasarkan tekniknya yaitu melalui:
kegiatan sehari-hari dalam arti untuk observasi, dokumentasi dan wawancara .
diminum susunya dan dimakan Observasi: Mendatangi tempat lokasi
dagingnya,kemudian berkembang menjadi penelitian dan melihat apa yang menjadi
kebiasaan untuk memanfaatkan susu, permasalahan di lapangan.
mentega, keju, kulit, dan bulu hewan ternak Wawancara: Digunakan sebagai teknik
yang melengkapi peradaban bangsa pengumpulandata apabila peneliti ingin
peternak. Alam peternakan tersebut melakukan studi pendahuluan untuk
merangsang jenis keterampilan lainnya, menemukan permasalahan yang harus
seperti menemukan roda yang diteliti.
memudahkan pengangkutan (Soekmono, Dokumentasi: Dokumentasi digunakan
1973:58). untuk mendapatkan data yang ada
dilapangan seperti arsip, foto, dan dokumen
yang menyimpan tentang penelitian.

75
C. HASIL DAN PEMBAHASAN oleh Robert Blust berdasarkan kajian
1. Kedatangan Bangsa Austronesia terhadap bahasa-bahasa dalam rumpun
Austronesia sebenarnya adalah Austronesia. Ia juga mengadakan kajian
ciptaan para sarjana ketika mereka harus terhadap flora, fauna dan gejala alam
menjelaskan adanya kebudayaan awal lainnya. Maka, kesimpulannya adalah
dalam masa para sejarah yang berkembang tempat asal penutur bahasa Austronesia
di kawasan Asia Tenggara. Bukti-bukti adalah Taiwan (Samanto, 2011:263).
adanya kebudayaan para sejarah yang
mempunyai kemiripan dengan Kepulauan 2. Kebudayaan Austronesia di Pantai
Indonesia, Philipina, Taiwan, Kepulauan Timur Sumatera Selatan
Pasifik hingga Kepulauan Fiji dan ke Barat Masyarakat Austronesia mulai
bukti-bukti tersebut dapat ditemukan hingga berkembang dan bermigrasi ke Sumatera
kepulauan Madagaskar di Pantai Timur dengan tujuan Pantai Timur Sumatera
Afrika (Munandar, 2012:1). Selatan yang memiliki kontur tanah rawa
Pulau-pulau yang berada di sebelah rawa basah dan sangat sulit digunakan baik
Selatan daratan Asia lazim disebut untuk pertanian maupun perkebunan. Selain
Austronesia (Austro=Selatan dan itu juga terdapat pertemuan bukit bukit yang
Nesos=pulau). Bangsa ini mendiami daerah tidak bisa dibuka tetapi digunakan sebagai
yang luas, yaitu meliputi daerah-daerah aliran air dan daerah cekungan yang tidak
yang membentang antara Madagaskar di bisa dirubah dibiarkan ditumbuhi semak
sebelah Barat, hingga pulau Paskah di belukar. Di pantai Timur Sumatera Selatan
sebelah Timur dan Formosa atau Taiwan di terdapat tradisi masyarakat yang membuat
sebelah Utara sampai Selandia Baru di suatu sistem yang memanfaatkan keadaan
Selatan (Soekmono, 1973:58). lingkungan adar tidak merusak alam disebut
Bangsa Austronesia yang memasuki Repangan. Repangan adalah sistem
wilayah Indonesia disebut sebagai bangsa pengolahan tanaman dengan cara
Proto Melayu. Mereka inilah sebagai nenek percampuran antar tanaman buah dengan
moyang langsung bangsa Indonesia tanaman hutan dengan cara pembukaan
sekarang. Itu merupakan ras campuran lahan dengan meninggalkan batang atau
antara ras Mongoloid dan Melayu, dari hasil pohon yang baik dengan nilai ekonomis
campuran tersebut kemudian lahirlah tinggi, fungsinya adalah sebagai cadangan
bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) dan untuk pembuatan rumah, kapal dan lainnya.
Deutero Melayu (Melayu Muda). Melayu Adapun campuran dari pohon hutan dan
Tua, datang pada gelombang pertama dan pohon buah adalah sebagai berikut:
menjadi suku-suku bangsa yang saat ini
tinggal di daerah pedalaman, seperti suku
Batak di Sumatera Utara, suku Dayak di Tanaman Hutan Tanaman Buah
Kalimantan, dan suku Toraja di Sulawesi.
gaharu duku
Semantara Melayu Muda datang
pulai durian
belakangan (gelombang kedua) dan menjadi
sungkai rambai
cikal bakal suku-suku Jawa, Sunda, Bali, di
leban pinang
samping sejumlah suku-suku yang
mendiami wilayah pesisr pulau-pulau basar seru rotan
di atas (Herimanto, 2012:76-77). tembesu jengkol
Pendapat yang populer adalah cempako melinjo
tentang “Out Of Taiwan” yang menyatakan pedaro geunggang
tempat asal orang Austronesia adalah langsat
Taiwan. Pendapat ini sudah di kemukakan bambau

76
rotan Selain memanfaatkan lahan untuk
enau dijadikan sebagai lahan repangan hasil dari
(Observasi lapangan nomor 1 di desa Durian Gadis 9 April repangan ini dimanfaatkan sebgai bahan
2017 pukul 10:00 WIB).
bku pembuatan kapal dengan bahan baku
kayu yang bgaus dan awet untuk dijadikan
Sebagai akibat dari pemanfaatan kapal seperti kayu unglen. Kayu unglen
lingkungan tersebut menyebabkan banyak dugunakan sebagai salah satu bahan baku
hewan asli di pantai Timur Sumatera dari pembuatan kapal karena kayu unglen
Selatan terjaga populasinya dengan baik. dipilih karena awet dan tahan lama sehingga
Banyak hewan hewan yang sekarang pun kayu unglen dipakan sebagai salah satu
masih bisa kita jumpai beberapa jenis bahan baku pembuatan kapal.
unggas dan hewan mamalia seperti elang Kerbau termasuk famili Bovidae pada
abu abu, pelatuk, sri gunting, elang bondol, awal awal keberadaannya telah diternakkan
bangau, tupai, monyet dan lain lain yang di India, Malaysia dan Mesir. Kerbau jinak
menjadi bukti bahwa masyarakat (Bubalus bubalis) berasal dari daratan
Austronesia di pantai Timur Sumatera lembah Indus berkisar 4.500 tahun yang
Selatan menjaga alam dengan baik lalu, kemudian menyebar ke Cina sekitar
(Observasi lapangan no 1 di desa Durian 3.500 tahun yang lalu. Salah satu kerbau
Gadis 9 April 2017 pukul 10:00 WIB). jinak yaitu kerbau air (Water Bufallo) di
Selain itu juga kearifan lingkungan daerah tropis dan sub-tropis dikenal dengan
oleh masyarakat Austronesia di pantai Timur beberapa nama seperti Bhains di India,
Sumatera Selatan sangat berpengaruh Karabue atau Kwai di Thailand, Carabao di
terhadap pemanfaatan lingkungan Filipina, Karbo di Malaysia dan kerbau di
mengenai sistem pembukaan lahan menjadi Indonesia (Wiradnyana, 2011:203).
sawah atau kebun. Pemanfaatan sawah Kerbau memiliki fungsi sebagai
yang masih tersisa di pantai Timur pembajak sawah untuk membantu para
Sumatera Selatan oleh masyarakat petani tetapi tidak banayak yang
Austronesia adalah sistem penanaman padi memelihara kerbau dikarenakan masyarakat
yang dikenal dengan sistem nyonor atau yang memelihara dan memiliki kerbau
sonor. Yang dimaksud sistem ini adalah berstatus sosial tinggi di masyarakat.
pemanfaatan lahan dengan menanam padi Masyarakat setiap harinya akan melepaskan
yang sangat sederhana yang dibawa oleh kerbaunya di pagi hari dan akan dijemput
masyarakat Austronesia ke pantai Timur dengan cara digiring. Tempat melepaskan
Sumatera Selatan. Sistem ini menggunakan kerbau untuk mencari makan biasanya di
lahan yang sudah dibakar terlebih dahulu padang rumput atau di sekitaran rawa rawa
agar tanah yang akan ditanam subur karena (Observasi lapangan no 2 di desa Durian
tanah di pantai Timur Sumatera Selatan Gadis 9 April 2017 pukul 08:00 WIB).
merupakan tanah rawa yang kurang bisa Adapun keunikan yang terjadi dari
dimanfaatan untuk pertanian. Dengan kerbau yaitu masyarakat menggunakan
membakar lahan akan menambah sistem campuran artinya satu kandang yang
kesuburan tanah dan dapat digunakan untuk terdiri dari 8 sampai 10 kerbau, Tetapi tidak
menanam padi. Teknik penanamannya ialah milik satu orang tetapi terdiri dari beberapa
dengan cara ditaburkan secara sembarang orang. Sekelompok kerbau terdiri dari 80
hal itu dikarenakan karena teknologi yang sampai 100 ekor kerbau. Kerbau memiliki
digunakan masyarakat Austronesia masih warna hitam dan bertanduk panjang seperti
sangat sederhana (Observasi lapangan no 2 banteng dimanfaatkan tenaganya untuk
di desa Sako14 April 2017 pukul 13:00 membajak sawah. Kandang kerbau yang
WIB). digunakan berukuran 11,5 m x 8,8 m

77
dengan tinggi 3,5 m. kayu yang digunakan sebagai alat transportasi perahu juga dapat
untuk pembuatan kandang kerbau adalah dibuat dari bermacam bahan seperti batang
kayu Leban sebagai pondasi yang kayu, bambu. Bentuk perahu yang paling
merupakan kayu asli di pantai timur sederhana rupanya yaitu perahu lesung.
Sumatera Selatan dan kayu Gelam sebagai perahu ini terdiri dari sebuah balok kayu
rangkanya, selain itu juga atapnya yang dibelah, kemudian dikeruk dalamnya.
mnggunakan Ijuk dan daun Kelapa Perahu-perahu kecil semacam itu tentu
(Wawancara No 1 Tanggal 9 Februari 2017 hanya dapat dipergunakan di sungai,
Pukul 08:30 WIB). walaupun demikian ada suku-suku bangsa
Kerbau memiliki makna salah satunya yang telah mencapai suatu kepandaian
terdapat unsur didalam sistem dualisme untuk menggunakannya hingga jauh ke laut
dimana alam semesta ini dibagi atas dua hal suku-suku bangsa penduduk kepulauan di
atau dua golongan yang saling bertentangan lautan Teduh malahan mampu
satu sama lainnya, antara lain dunia bawah menyeberangi lautan dari satu pulau ke
dan atas, laki laki dan wanita, alam nyata pulau lain, dengan jalan memasang cadik
dan maya dan sebagainya. Begitu juga pada perahu-perahu lesungnya, ada suku-
dengan cara pandang masyarakat masa lalu suku bangsa yang memakai sebuah dan
terhadap kerbau yaitu kerbau dipandang kadang kadang dua sayap bercadik. Cadik-
dari dua sisi yaitu sisi fisik dan non fisik. cadik tersebut memang memberi
Dalam kaitannya dengan sisi fisik kerbau keseimbangan pada perahu sehingga tidak
lebih banyak bermakna sosial ekonomis mudah terbalik oleh ombak besar
sedangkan dalam sisi non fisik kerbau (Koenjaraningrat, 2009:273-274).
memiliki makna simbolis. Mengingat kerbau Selain pembuatan kapal ada juga
memiliki peran yang penting maka bentuk teknik pembuatan gerobak. Gerobak
binatang kerbau digunakan dalam berbagai digunakan sebgai salah satu alat trasportasi
aspek diantaranya sosial ekonomi, hukum, yang digunakan untuk mengangkut hasil
religi, dan sebagainya. Sejalan dengan itu dari perkebunan yang diangkut melalui jalan
berkembang suatu konsepsi terhadap darat di pantai Timur Sumatera Selatan,
kerbau sebagai binatang suci dan sumber masih ada gerobak tradisional yang
kekuatan magis, menolak kekuatan jahat diguanakan oleh masyarakat disana sebagai
sehingga kerbau dipakai sebagai hewan salah satu alat trasportasi darat gerobak
kurban untuk upacara persembahan juga digunakan untuk mengangkut hasil
maupun kematian (Wiradnyana, 2011:209). komoditas yang laku diperjual belikan.
Sistem teknologi atau cara-cara Gerobak ditarik menggunakan tenaga
memproduksi, memakai, dan memelihara kerbau untuk menariknya sehingga dapat
segala peralatan hidup dari suku bangsa berjalan dengan baik. Perkembangan
dalam karangan etnografi, cukup membatasi penggunaan gerobak sebagai alat angkut
dri terhadap teknologi yang tradisional, yaitu mengalami perubahan hanya sedikit yaitu
teknologi peralatan hidupnya yang tidak dibagian roda yang awalnya dari kayu
atau hanya secara terbatas di pengaruhi kemudian menjadi ban mobil. Tetapi untuk
oleh teknologi yang berasal dari bentuknya masih mempertahankan bentuk
kebudayaan barat (Koenjaraningrat, aslinya dengan bahan kayu (Observasi
2009:263). lapangan no 3 tanggal 9 April 2017, pukul
Kapal sebagai salah satu alat 14.30 WIB).
transportasi yang terbilang tua yang telah Pantai Timur Sumatera Selatan yang
banyak dikenal oleh suku bangsa di dunia nota bene daerah rawah gambut, yang
terutama bangsa Autronesia. Bentuk perahu menyebabkan hasil dari sumber daya
yang sederhana inilah yang digunakan alamnya yang melimpah terutama hasil

78
tangkapan ikan. Ikan sebagai salah satu Begitu juga dengan cara pandang
hewan yang termasuk kedalam kebutuhan masyarakat masa lalu terhadap kerbau yaitu
pokok manusia. Sistem pengelolaan kerbau dipandang dari dua sisi yaitu sisi fisik
makanan yang terdapat di daerah pantai dan non fisik.
Timur Sumatera adalah sistem pengelolaan
makanan berupa pengawetan bahan DAFTAR PUSATAKA
makanan yang berfungsi sebagai cadangan Asnan, Gusti. 2006. Dunia Maritim Pantai
makanan yang dikemudian hari sewaktu- Barat Sumatera. Yogyakarta: Ombak.
waktu persediaan makan menipis seperti Hadi, Miftahul Ilmi. 2012. Pengenalan Benua
pengelolaan ikan asin, ikan sale, bekasam, Di Asia. Bandung: Mitra Utama.
rusip dan lain-lain. Itu sebagai salah satu Herimanto. 2012. Sejarah Indonesia Masa
contoh sistem pengelolaan makanan Pra Aksara. Yogyakarta: Ombak
tradisional yang sudah ada sejarak zaman Koenjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu
dahulu. Makanan serupa dijumpai di Tailand Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
dengan berbeda penyebutan. Marsden, William. 2013. Sejarah Sumatera.
Selain ikan ada juga pemanfaatan Jakarta: Komunitas Bambu.
susu kerbau menjadi bahan makanan yang Munandar, Agus Aris. 2012. Kebudayaan
dibuat seperti keju. Yaitu gula puan, gula Austronesia Sebagai Akar Peradaban
puan merupakan makanan yang kelak pada Nusantara: Ornamen Pada Nekara
zaman kesultanan Palembang Darussalam Dan Artefak Perunggu Lainnya.
itu menjadi makanan favorit para raja Depok: Departemen Arkeologi FIB UI.
Palembang dan harganya sekarang Pusponegoro, Marwati Djoened.dkk. 2010.
lumayan mahal makanan tersebut dibuat Sejarah Indonesia II. Jakarta: Balai
dari bahan baku susu kerbau yang dimasak Pustaka.
dengan cara di aduk dan setelah matang itu Samanto. Ahmad Y. Dan Abdurahman,
warna berubah menjadi kecoklatan dan Oman. 2011. Peradaban Atlantis
rasanya pun manis. Dari kedua uraian Nusantara. Jakarta: UFUK Perss.
tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa Soekmono. 1973. Pengantar Sejarah
sistem pengelolaan makanan di daerah Kebudayaan 1. Yogyakarta: Kanisius.
pantai Timur Sumatera Selatan salah satu Sriyono. 2014. Geologi dan Geomorfologi
termasuk dari budaya Austronesia dari segi Indonesia. Yogyakarta: Ombak.
pengelolaan makanan yang diawetkan Supriyanto. 2013. Pelayaran dan
secara tradisional yang sudah di bawa oleh Perdagangan Di Pelabuhan
bangsa Austronesia ke pantai Timur Palembang. Yogyakarta: Ombak.
Sumatera Selatan dan sampai sekarang Siddhayatra, 2014. Volume 19 nomor 2.
tradisi tersebut masih digunakan. Palembang: Balai Arkeologi Sumsel.
Utomo, Bambang Budi. 2016. Peradaban
D. SIMPULAN Masa Lalu Sumatera Selatan.
Budaya Autronesia yang terdapat di Palembang: Balai Arkeologi Sumsel.
pantai Timur Sumatera Selatan berupa Wiradnyana, ketut. 2011. Pra Sejarah
peternakan kerbau, ladang, dan teknologi Sumatera Bagian Utara Kontribusinya
perkapalan, kerbau memiliki makna salah Terhadap Kebudayaan Hindhu.
satunya terdapat unsur didalam sistem Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
dualisme dimana alam semesta ini dibagi Indonesia.
atas dua hal atau dua golongan yang saling
bertentangan satu sama lainnya, antara lain
dunia bawah dan atas, laki laki dan wanita,
alam nyata dan maya dan sebagainya.

79

Anda mungkin juga menyukai