AWAL AKTA
AKHIR/PENUTUP AKTA
Awal akta berisi tentang: judul akta (mis: akta jual beli), kepala akta (mis: pada
hari ini, senin, tanggal duapuluh empat september duaribu delapan (24-09-2008), di
Kediri:, komparisi (mis: hotman parapat, swasta, bertempat tinggal di kota kediri, jalan
mawar 08, selanjutnya disebut: pihak kesatu), dan premis akta/recitals/sebab-sebab
mengapa akta perlu dibuat.
Isi/badan akta berisi tentang materi akta yang biasanya ditandai dengan
pencantuman pasal demi pasal.
Akhir/penutup akta berisi tentang redaksi penutup akta (mis: demikianlah akta
ini dibuat dan ditandatangani oleh para pihak, dibuat dalam rangkap dua serta
bermeterai cukup yang masing-masing rangkap mempunyai bunyi dan kekuatan
hukum yang sama), dan tanda tangan para pihak dan saksi-saksi, ditambah meterai
dan stempel.
- sp -
Penerapan pola pembuatan akta:
Pada hari ini, …… tanggal duapuluh empat September duaribu delapan (24-09-2008), di Kota
Kediri: (kepala)
Pihak Kesatu dan Pihak Kedua (selanjutnya sepakat disebut “para pihak”), terlebih dahulu
menerangkan sebagai berikut: (premis)
a. Bahwa Pihak Kesatu adalah pemilik sah yang berhak dan berwenang atas:
“ bangunan rumah gedung berdinding tembok, atap genting, lantai keramik, lengkap
dengan segala sesuatu yang menjadi hubungan dan kesatuan dengan bangunan rumah
tersebut, yang meliputi fasilitas listrik 2200 (duaribu duaratus) Watt, air bersih dari
PDAM (Pemerintah Daerah Air Minum) Kota Kediri, dan saluran telepon dari
Perseroan Terbatas PT. Telekomunikasi Indonesia (TELKOM) Kediri, nomor: 0354-….,
berdiri di atas sebidang tanah sertipikat Hak Milik Nomor: …/Sukorame, seluas 200 m2
(duaratus meter persegi), terletak di Propinsi Jawa Timur, Kota Kediri, Kecamatan
Mojoroto, Kelurahan Sukorame, dengan batas-batas sebagaimana diuraikan dalam
Gambar Situasi tanggal duapuluh sembilan Oktober seribu sembilan ratus
sembilanpuluh (29-10-1990), nomor: …., dikeluarkan oleh Kantor Pertanahan Kota
Kediri, tanggal tigapuluh Nopember seribu sembilanratus sembilanpuluh (30-11-1990),
terakhir tertulis atas nama: AMANDA, selanjutnya disebut : Bangunan Kantor “.
b. Bahwa Pihak Kedua bermaksud akan menyewa Bangunan Kantor tersebut dari Pihak
Kesatu, untuk dipergunakan sebagai kantor unit usaha Pihak Kedua selama jangka waktu
3 (tiga) tahun berturut-turut.
c. Bahwa atas maksud Pihak Kedua tersebut, Pihak Kesatu menyatakan setuju, dengan harga
sewa menyewa sebesar Rp 16.000.000,- (enambelas juta rupiah) tiap tahun, sehingga
selama 3 (tiga) tahun sebesar Rp 48.000.000,- (empatpuluh delapan juta rupiah).
Berdasarkan hal-hal sebagaimana termaktub di atas, para pihak sepakat untuk membuat dan
menAndatangani Akta Sewa Menyewa (“Sewa Menyewa“) dengan syarat-syarat dan/ atau
ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
Pasal 1
JANGKA WAKTU
(1) Dalam hal jangka waktu sewa menyewa ini berakhir, Pihak Kesatu akan memberi hak
prioritas pertama kepada Pihak Kedua untuk memperpanjang jangka waktu sewa
menyewa, dengan syarat-syarat dan/atau ketentuan-ketentuan yang akan diatur lebih
lanjut.
(2) Dalam hal Pihak Kedua tidak melanjutkan perpanjangan jangka waktu sewa menyewa
tersebut maka Pihak Kedua wajib mengosongkan Bangunan Kantor bebas dari penghuni
dan barang-barang penghuni dan selanjutnya menyerahkan Bangunan Kantor kepada
Pihak Kesatu dalam keadaan bersih dan baik, dengan biaya dan resiko semuanya menjadi
beban dan tanggung jawab Pihak Kedua.
Pasal 2
HARGA SEWA
(1) Sewa menyewa ini dilangsungkan dengan harga sebesar Rp 48.000.000,- (empatpuluh
delapan juta rupiah) untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun berturut-turut.
(2) Harga sewa menyewa akan dibayar lunas oleh Pihak Kedua kepada Pihak Kesatu setelah
akta ini ditandatangani, dan pembuktian bahwa Pihak Kedua telah melunasi harga sewa
kepada Pihak Kesatu hanya dibuktikan dari bukti pengiriman dan/atau validasi sah dari
Bank yang menerima pengiriman/transfer uang tersebut dari Pihak Kedua dan atas
penerimaan uang sewa tersebut maka Pihak Kesatu akan menerbitkan kuitansi
pembayarannya kepada Pihak Kedua.
Pasal 3
KEADAAN BANGUNAN KANTOR
Sebelum akta ini ditandatangani oleh para pihak, Pihak Kedua telah meneliti dengan seksama
tentang fisik dan segala sesuatunya atas Bangunan Kantor, dan Pihak Kedua menyatakan
bahwa Bangunan Kantor berada dalam kondisi baik serta bebas dari cacat-cacat tersembunyi.
Pasal 4
JAMINAN PIHAK KESATU
(1) Bangunan Kantor adalah milik sah Pihak Kesatu dan berhak serta berwenang untuk
menyewakannya kepada Pihak Kedua.
(2) Bangunan Kantor tidak berada dalam perkara apapun juga baik Pidana maupun Perdata
termasuk bebas dari sita jaminan dan/atau dijadikan sebagai jaminan Hak Kebendaan
dalam bentuk apapun juga.
(3) Tentang segala apa yang diperjanjikan berdasarkan akta ini baik sekarang maupun
dikemudian hari, Pihak Kedua tidak akan mendapat gangguan, tuntutan dan/atau
gugatan dari siapapun, baik yang mengaku mempunyai atau pemegang hak lebih dahulu
atau sebagai akibat dilaksanakannya akta ini, dan untuk itu Pihak Kesatu dengan ini
membebaskan Pihak Kedua dari segala tuntutan dan/atau gugatan dari siapapun juga.
Pasal 5
JAMINAN PIHAK KEDUA
(1) Bangunan Kantor tidak akan disewakan baik sebagian maupun seluruhnya kepada pihak
lain.
(2) Bangunan Kantor tidak akan dipinjam pakai-kan baik sebagian maupun seluruhnya.
(3) Bangunan Kantor tidak akan dipergunakan oleh pihak lain baik dalam rangka kerja sama
(joint operation) atau dengan cara dan dalih apapun juga.
Pasal 6
PERBAIKAN (-PERBAIKAN)
(1) Semua perbaikan kecil yang seluruhnya bertujuan guna merawat Bangunan Kantor
dilakukan oleh Pihak Kedua dengan biaya dan resiko berkenaan dengan perawatan
tersebut menjadi beban dan resiko serta dibayar oleh Pihak Kedua.
(2) Dengan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Pihak Kesatu, maka Pihak Kedua
diperbolehkan untuk melakukan perubahan interior dan/atau penambahan yang bersifat
permanen atau non permanen atas Bangunan Kantor, dengan biaya dan resiko
sepenuhnya ditanggung oleh Pihak Kedua, dan apabila jangka waktu sewa berakhir dan
Pihak Kedua tidak memperpanjangnya lagi maka bentuk Bangunan Kantor wajib
dikembalikan oleh Pihak Kedua dengan biaya dan resiko sepenuhnya ditanggung oleh
Pihak Kedua seperti keadaan semula.
(3) Selama jangka waktu sewa menyewa berlangsung maka tagihan atas pemakaian listrik, air
dan telepon menjadi beban dan dibayar oleh Pihak Kedua, dan apabila Pihak Kedua tidak
melaksanakan dengan baik dan teratur segala kewajiban pembayaran listrik, air dan
telepon sehingga mengakibatkan langganan aliran listrik, air dan saluran telepon tersebut
dicabut, maka Pihak Kedua harus menanggung sepenuhnya kerugian-kerugian Pihak
Kesatu yang diakibatkan oleh hal tersebut.
(4) Pajak bumi dan bangunan (PBB) atas Bangunan Kantor menjadi beban dan dibayar oleh
Pihak Kesatu.
Pasal 7
PENGAKHIRAN
(1) Dengan mengesampingkan ketentuan pasal 1, Pihak Kesatu berhak untuk mengakhiri
sewa menyewa ini, yakni dalam hal:
c. Musnahnya Bangunan Kantor yang disebabkan oleh keadaan di luar kehendak para
penghadap (Force Majeure).
(2) Mengenai pelaksanaan pengakhiran sewa menyewa ini, para pihak sepakat untuk
mengesampingkan pasal 1266 dan 1267 KUH Perdata Indonesia.
Pasal 8
AKIBAT PENGAKHIRAN
(1) Segera setelah diakhirinya sewa menyewa berdasarkan pasal 7, maka paling lambat 15
(lima belas) hari terhitung sejak diterimanya pemberitahuan tentang pengakhiran tersebut
dari Pihak Kesatu, Pihak Kedua harus menyerahkan Bangunan Kantor dalam keadaan
kosong, bebas dari penghuni dan barang-barang penghuni dan bersih kepada Pihak Kesatu
dengan biaya dan resiko semuanya menjadi beban dan tanggung jawab Pihak Kedua.
(2) Atas berakhirnya sewa menyewa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka Pihak Kedua
tidak dapat meminta pengembalian harga sewa menyewa baik seluruhnya maupun sebesar
jangka waktu sewa menyewa yang tersisa.
Pasal 9
FORCE MAJEURE
(1) Dalam akta ini yang masuk dalam kualifikasi Force Majeure hanyalah: gempa bumi, hura-
hara dan kebakaran.
(2) Atas peristiwa Force Majeure tersebut, maka Pihak Kesatu akan memberitahukannya
secara tertulis kepada Pihak Kedua dan sekaligus akan menegaskan tentang pengakhiran
sewa menyewa sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 kepada Pihak Kedua.
Pasal 10
PENYELESAIAN PERSELISIHAN & DOMISILI
(1) Dalam hal terjadi perselisihan antara para pihak, maka perselisihan itu akan diselesaikan
secara musyawarah, dan jika dengan cara musyawarah perselisihan tersebut tidak dapat
diselesaikan, maka hal itu akan diselesaikan melalui Pengadilan Negeri.
(3) Tentang akta ini dan akibat hukum yang timbul, para pihak memilih domisili/tempat
kedudukan di Pengadilan Negeri Kota Kediri.
Pasal 11
LAIN-LAIN
(1) Dalam hal jangka waktu sewa menyewa belum habis, tetapi Pihak Kedua bermaksud
untuk pindah, maka terhadap jangka waktu sewa menyewa yang tersisa Pihak Kedua
tidak berhak untuk meminta kembali harga sewa menyewa sebesar jangka waktu sewa
menyewa yang tersisa itu dari Pihak Kesatu.
(2) Segala sesuatu yang timbul pada saat pelaksanaan akta ini, tetapi tidak cukup diatur
dalam akta ini, selanjutnya disepakati oleh para pihak untuk diatur kemudian secara
tertulis.
(3) Untuk setiap perubahan/penambahan terhadap pasal atau ayat dari isi akta ini, para pihak
setuju untuk membuat dan menandatangani akta tambahan (amandemen atau adendum
atau adenda) yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari akta
ini.
(4) Apabila salah satu atau lebih ketentuan akta ini menjadi batal, tidak berlaku atau tidak
dapat dilaksanakan karena sebab apapun juga, maka keabsahan dan daya berlakunya dari
ketentuan lainnya dari akta ini tetap sah dan berlaku.
Demikianlah akta ini dibuat dan ditanda tangani oleh para pihak, dalam rangkap dua, masing-
masing bermeterai cukup dan mempunyai bunyi dan kekuatan hukum yang sama.
(akhir/penutup akta)
Pihak Kesatu, Pihak Kedua,
Saksi – Saksi,
1. _______________
2. _______________
- sp -
KOMENTAR HUKUM
TENTANG: TEKNIK PEMBUATAN AKTA
AWAL AKTA.
Sebagaimana telah diuraikan di muka, awal akta terdiri dari: judul, kepala,
komparisi dan premis/sebab-sebab, dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Judul
Judul akta harus dibuat secara singkat, jangan terlalu panjang. Judul akta
yang singkat misalnya:
Contoh:
AKTA SEWA MENYEWA
2. Kepala Akta
Penggunaan kepala akta, mis: Pada hari ini, selasa, tanggal duapuluh
empat september duaribu delapan (24-09-2008), di kota Kediri, bertujuan
untuk memastikan terkait hari apa, tanggal berapa dan dimana akta itu
dibuat.
Bandingkan kalau kepala akta ditulis dengan kata: “Yang bertanda tangan
di bawah ini“. Penggunaan kalimat “Yang bertanda tangan di bawah ini“
membuat tidak jelas terkait hari apa akta itu dibuat, tanggal berapa, dimana.
Memang pada akhir aktanya sering hari dan tanggalnya dibuat juga, namun
agak riskan, karena menyangkut penyakit lupa yang dapat menghinggapi
para pihak pembuat aktanya
3. Komparisi
Komparisi merupakan penerapan atas ps 1320 KUH Perdata, khususnya
syarat tentang kecakapan dan kewenangan dalam membuat akta (syarat
subyektif).
Persoalan tentang kecakapan dalam membuat akta, harus kita kaitkan
dengan pertanyaan apakah orang tersebut telah: dewasa, tidak di bawah
pengampuan atau tidak dilarang oleh UU ?
Selain batasan umur yang dapat kita jadikan sebagai patokan dalam
menentukan kedewasaan seseorang dalam membuat dan menandatangani
akta, maka faktor status perkawinan juga dapat kita jadikan sebagai
dasar/patokan yang kedua, artinya kalau dia sudah kawin maka yang
bersangkutan secara hukum dinyatakan telah dewasa sekalipun umurnya
belum genap 18 tahun.
Premis suatu akta biasanya diawali dengan kalimat seperti ini: “Para
pihak terlebih dahulu menerangkan sebagai berikut:
Bagaimana jika dalam suatu akta tidak ada premisnya, apakah hal
tersebut berarti bahwa akta itu tidak mempunyai kausa ? apakah akta
tersebut tidak sah ? Ps l336 KUH Perdata menegaskan, bahwa hal itu tidak
mengakibatkan akta tersebut menjadi tidak sah. Akta tersebut tetap sah,
sejauh apabila apa yang dimuat dalam akta itu merupakan hal-hal yang
tidak dilarang oleh undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum.
ISI AKTA
Isi akta biasanya dirumuskan dalam bentuk pasal demi pasal, dan untuk
merumuskan pasal-pasal yang relevan untuk dicantumkan dalam akta
diperlukan suatu strategi dalam merancangnya, yaitu:
- Mencari terlebih dahulu apa yang menjadi unsur esensial dari transaksi
tersebut.
Jika transaksi jual beli misalnya, maka unsur harga dan barang
harus kita masukkan dalam akta tersebut, karena jika harga dan
barang tidak kita masukkan maka transaksi tersebut tidak bisa
dikatakan sebagai transaksi jual beli, sebab esensi jual beli adalah
ada unsur harga dan barang).
a. Syarat Esensialia.
Syarat esensialia adalah suatu syarat/unsur yang wajib harus ada dimuat
dalam akta itu, yang tanpa adanya unsur tersebut akan mengakibatkan akta
menjadi cacat sehingga tidak mengikat bagi para pihak.
Contoh:
- Dalam akta jual beli, wajib dicantumkan mengenai barang dan harganya,
karena esensi jual beli adalah: barang dan harga. Jika barang dengan barang
itu masuk dalam lingkup tukar menukar, bukan jual beli.
- Dalam akta sewa menyewa, syarat esensinya adalah harga sewa, jangka
waktu sewa dan barang yang disewakan.
b. Syarat Naturalia.
Contoh:
- Jika dalam akta jual beli motor tidak diatur terkait siapa
yang menanggung biaya pengangkutan motor ke rumah
pembeli, maka berlaku hukum kebiasaan bahwa beban
biaya pengangkutan ditanggung oleh penjual.
c. Syarat Aksidentalia.
Syarat aksidentalia adalah syarat pelengkap dalam suatu akta, yang apabila
syarat tersebut tidak diatur secara tegas maka pihak-pihak yang bersangkutan
tidak wajib untuk melaksanakannya, karena dalam KUH Perdata pengaturan
hal sedemikian itu tidak diatur.
Contoh:
Terkait harga barang dalam tranksaksi jual beli, maka harus diperjanjikan
secara detil dan tuntas tentang bagaimana cara pembayaran harga barang.
(apakah sekaligus atau bertahap, tanggal berapa, dimana, dengan cara apa,
dan seterusnya), sebab kalau tidak diatur seperti itu akan timbul
permasalahan tersendiri nantinya, karena KUH Perdata tidak mengatur
tentang cara/teknis pembayaran harga barang apakah mesti sekaligus atau
bertahap dalam pembayarannya.
Tebal tipisnya suatu akta, sangat banyak dipengaruhi oleh faktor syarat
aksidentalia ini, karena Anda harus merumuskannya secara khusus bahkan
sampai detil mengenai segala sesuatu, hal mana kalau tidak Anda tulis dalam akta
sudah pasti ketentuan tersebut tidak akan berlaku bagi para pihak. Jadi Anda
mutlak harus menulisnya , biar berlaku bagi para pihak.
Dalam transaksi bisnis, inti pembuatan akta adalah penuangan hak dan
kewajiban bagi para pihak, jika bagi Pihak Kesatu hal tersebut merupakan
hak, maka hal itu jelas merupakan kewajiban bagi Pihak Kedua, demikian
sebaliknya, jadi Anda harus menuangkannya sedetil mungkin mana yang
menjadi hak dan kewajiban para pihak, karena itulah hakekat dari suatu
hubungan hukum menurut Putusan Mahkamah Agung RI No. 374
K/Pdt/2005, tanggal 13 Maret 2007.
Contoh:
Pasal 8
PERNYATAAN & JAMINAN
Para pihak (kreditur dan debitur) dengan ini saling menyatakan dan menjamin hal-hal
sebagai berikut:
(1) Yang menandatangani akta kredit dan pemberian jaminan berdasarkan akta ini
adalah pihak yang mempunyai wewenang dan sah untuk mewakili kreditur dan
debitur.
(2) Anggaran dasar kreditur dan debitur serta semua perubahannya adalah benar,
yakni sebagaimana termaktub di dalam bagian komparisi akta kredit ini.
Selama berlakunya akta ini, debitur wajib melakukan hal-hal sebagai berikut:
(1) Debitur harus menyerahkan kepada kreditur laporan keuangan tahunan yang
telah diaudit oleh akuntan publik.
(2) Memberitahukan kepada kreditur apabila ada perubahan susunan anggota direksi,
anggota dewan komisaris atau pemegang saham dan perubahan anggaran dasar
debitur.
Tanpa persetujuan tertulis dari kreditur, debitur dilarang melakukan hal-hal sebagai
berikut:
(1) Menjaminkan kembali harta kekayaan debitur yang telah diserahkan kepada
kreditur sebagai jaminan atas kredit yang telah diterima oleh debitur kepada pihak
lain.
- Jika terjadi suatu keadaan yang mengakibatkan salah satu ketentuan dalam
akta bertentangan atau tidak dapat dilaksanakan berdasarkan hukum yang
berlaku, maka ketentuan tersebut dianggap tidak berlaku, sedangkan
ketentuan-ketentuan lain dalam aktanya tetap berlaku sebagaimana
mestinya.
Contoh:
Pasal 8
AKIBAT PENGAKHIRAN
(1) Segera setelah diakhirinya sewa menyewa berdasarkan pasal 7, maka paling
lambat 15 (lima belas) hari terhitung sejak diterimanya pemberitahuan tentang
pengakhiran tersebut dari Pihak Kesatu, Pihak Kedua harus menyerahkan
Bangunan Kantor dalam keadaan kosong, bebas dari penghuni dan barang-
barang penghuni dan bersih kepada Pihak Kesatu dengan biaya dan resiko
semuanya menjadi beban dan tanggung jawab Pihak Kedua.
(2) Atas berakhirnya sewa menyewa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka
Pihak Kedua tidak dapat meminta pengembalian harga sewa menyewa baik
seluruhnya maupun sebesar jangka waktu sewa menyewa yang tersisa.
Contoh :
Pasal 21
KEPATUHAN PADA HUKUM
(1) Apabila salah satu ketentuan dalam akta ini bertentangan dengan atau tidak
dapat dilaksanakan berdasarkan hukum yang berlaku, maka ketentuan tersebut
dianggap tidak berlaku, sedangkan ketentuan-ketentuan lain dalam akta ini
tetap berlaku sebagaimana mestinya.
(2) Apabila salah satu pihak mengetahui bahwa berdasarkan hukum atau ketentuan
perundang-undangan yang berlaku, ada suatu tindakan yang wajib dilakukan
oleh salah satu pihak atau setiap pihak dalam akta ini, hal mana bila tidak
dilakukan akan mengakibatkan pelanggaran hukum, maka pihak tersebut akan
segera memberitahukan hal itu kepada pihak yang lain.
(3) Dalam hal-hal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) tersebut di
atas, atau jika terjadi perubahan hukum selain dari perubahan keuangan atau
moneter negara Indonesia, maka pihak yang dirugikan oleh hal-hal tersebut
akan segera mengusulkan perubahan dari ketentuan-ketentuan yang
bersangkutan dalam akta ini sehingga perubahan tersebut dapat mengatasi
kerugian yang dapat terjadi sebagai akibat hal-hal tersebut, dan tidak
menciptakan kerugian bagi pihak lain.
(4) Apabila usul perubahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) tersebut di atas
tidak disetujui oleh pihak yang lain maka akta ini dapat diakhiri.
Pasal
JANGKA WAKTU
Pasal 7
PENGAKHIRAN
(2) Mengenai pelaksanaan pengakhiran sewa menyewa ini, para pihak sepakat
untuk mengesampingkan pasal 1266 dan 1267 KUH Perdata Indonesia.
Pasal 10
SANKSI
(1) Dalam hal Pihak Pertama sama sekali tidak melaksanakan kewajibannya
sebagaimana diatur dalam akta ini, hal mana tidak perlu dibuktikan melalui
atau lewat pengadilan, melainkan cukup bilamana Pihak Kedua mengetahui
terjadinya hal tersebut, maka Pihak Kedua berhak untuk
mengakhiri/membatalkan akta ini dan sebagai akibatnya Pihak Pertama
wajib mengembalikan kepada Pihak Kedua harga pekerjaan yang telah
diterimanya ditambah dengan pembayaran ganti rugi sebesar 20 %
(duapuluh persen) dari harga pekerjaan.
(2) Dalam hal Pihak Pertama melaksanakan kewajibannya tetapi tidak sesuai
dengan yang ditentukan dalam akta ini, hal mana tidak perlu dibuktikan
melalui atau lewat pengadilan, cukup bilamana Pihak Kedua mengetahui
terjadinya hal tersebut, dan karenanya Pihak Pertama wajib
memperbaiki/melengkapi pekerjaan pada saat diperingatkan Pihak Kedua
atau pada saat diketahuinya kerusakan/ketidaklengkapan tersebut.
Contoh:
Pasal 9
FORCE MAJEURE
7. Pengalihan (assignment)
Contoh:
Pasal 15
PENGALIHAN HAK DAN TANGGUNG JAWAB
Contoh:
Pasal 17
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
12. Yurisdiksi
Dengan demikian, jika ada akta yang para pihaknya ternyata orang
Indonesia dan objek barangnya pun terletak di atas, maka sangatlah
berlebihan jika Anda merumuskan klausula Yurisdiksi ini dalam
aktanya, sekalipun dengan alasan demi detilnya pembuatan akta itu,
sebab perumusan klausula akta sampai yang sedetil-detilnya mesti
juga dibarengi dengan pemilahan objektif kira-kira mana yang cocok
untuk Anda masukkan dalam aktanya.
Akhir akta berisi: redaksi penutup akta, tanda tangan, ditambah meterai dan
stempel, dengan penjelasan sebagai berikut:
Apakah redaksi penutup akta harus ada ? Tidak, namun seperti halnya
sebuah kata sambutan atau khotbah, agak janggal rasanya jika tidak diakhiri
dengan kata-kata penutup, Anda bisa bayangkan jika suatu kata sambutan
tiba-tiba ditutup dengan kata: Sekian dan Terima Kasih, atau khotbah yang
tiba-tiba ditutup dengan kata: Amin, tanpa didahului dengan salam penutup,
misalnya Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”.
“ Demikianlah akta sewa menyewa ini dibuat dan ditandatangani oleh para
pihak, dibuat dalam rangkap dua serta bermeterai cukup yang masing-masing
rangkap mempunyai bunyi dan kekuatan hukum yang sama ”.
2. Tanda Tangan