Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kitosan
Kitosan dengan rumus molekul (C6H11NO4)n yang dapat diperoleh dari deasetilasi
kitin. Kitosan juga dijumpai secara alamiah di beberapa organisme. Adapun struktur
kitosan:
Proses deasetilasi kitin dapat dilakukan dengan cara kimiawi atau enzimatik.
Ternyata penghilangan gugus asetil kitin meningkatkan kelarutannya, sehingga
kitosan lebih banyak digunakan daripada kitin, antara lain di industri kertas, pangan,
farmasi, fotografi, kosmetika. Selain itu kitosan juga bersifat nontoksik,
biokompatibel, dan biodegradabel sehingga aman digunakan.
Kitosan merupakan senyawa kimia yang berasal dari bahan hayati kitin, suatu
senyawa organik yang melimpah di alam ini setelah selulosa. Kitin ini umumnya
diperoleh dari kerangka hewan invertebrata dari kelompok Arthopoda sp, Molusca sp,
Coelenterata sp, Annelida sp, Nematoda sp, dan beberapa dari kelompok jamur. Selain
dari kerangka hewan invertebrate, juga banyak ditemukan pada bagian insang ikan,
trachea, dinding usus dan pada kulit cumi-cumi. Sebagai sumber utamanya ialah
cangkang Crustaceae sp, yaitu udang, lobster, kepiting, dan hewan yang bercangkang
lainnya, terutama asal laut. Sumber ini diutamakan karena bertujuan untuk
memberdayakan limbah udang (http://forum.upi.edu/v3/index.php?topic=15647.0).
Dari tabel 2.1 dibawah ini bahwa sumber kitin dan kitosan yang banyak adalah
terdapat pada udang-udangan (70%).
Kitosan juga sedikit larut dalam HCl dan HNO3 0,5%, H3PO4. Sedangkan
dalam H2SO4 tidak larut. Kitosan juga tidak larut dalam beberapa pelarut organik
seperti alkohol, aseton, dimetil formida dan dimetil sulfoksida tetapi kitosan larut
dengan baik dengan asam formiat berkonsentrasi (0,2-100)% dalam air
(Knorr,D.1987). Sifat-sifat kitosan dihubungkan dengan adanya gugus amino dan
hidoksil yang terikat. Adanya reaktifitas kimia yang tinggi dan menyumbangkan sifat
sifat polielektrolit kation, sehingga dapat berperan sebagai amino pengganti.
Perbedaan kandungan amida adalah sebagai patokan untuk menentukan apakah
polimer ini dalam bentuk kitin atau kitosan. Kitosan mengandung gugus amida 60%
sebaiknya lebih kecil dari 60% adalah kitin (Harahap,V.U. 1995).
Kitosan larut pada kebanyakan larutan asam organik (Tabel 2.2) pada pH
sekitar 4,0, tetapi tidak larut pada pH lebih besar dari 6,5, juga tidak larut dalam
pelarut air, alkohol, dan aseton. Dalam asam mineral pekat seperti HCl dan HNO3,
kitosan larut pada konsentrasi 0,15-1,1%, tetapi tidak larut pada konsentrasi 10%.
Kitosan tidak larut dalam H2SO4 pada berbagai konsentrasi, sedangkan di dalam
H3PO4 tidak larut pada konsentrasi 1% sementara pada konsentrasi 0,1% sedikit larut.
Perlu untuk kita ketahui, bahwa kelarutan kitosan dipengaruhi oleh bobot molekul,
derajat deasetilasi dan rotasi spesifiknya yang beragam bergantung pada sumber dan
metode isolasi serta transformasinya.
Kitosan memiliki sifat unik yang dapat digunakan dalam berbagai cara serta
memiliki kegunaan yang beragam, antara lain sebagai bahan perekat, aditif untuk
kertas dan tekstil, penjernih air minum, serta untuk mempercepat penyembuhan luka,
dan memperbaiki sifat pengikatan warna. Kitosan merupakan pengkelat yang kuat
untuk ion logam transisi.
c. Kitosan glukan, digunakan sebagai pengkelat ion logam dan agen penggumpal
sama seperti kitin, kitosan juga dapat digunakan dalam berbagai bidang,
Dewasa ini aplikasi kitin dan kitosan sangat banyak dan meluas. Dibidang industri,
kitin dan kitosan berperan antara lain sebagai kogulan polielektrolit pengolahan
limbah cair, pengikat dan penyerap ion logam, mikroorganisme, pewarna, residu
peptisida, lemak, mineral dan asam organik, gel dan pertukaran ion, pembentuk film
dan membran mudah terurai, meningkatkan kualitas kertas, pulp, dan produk tekstil.
(Sugita, P. 2009).
Serat tenun dapat dibuat dari kitin dengan cara membuat suspensi kitin dalam asam
format, kemudian ditambahkan triklor asam asetat dan segera dibekukan pada suhu
20 derajat C selama 24 jam. Jika larutan ini dipintal dan dimasukkan dalam etil asetat
Jika kitin dilarutkan dalam larutan dimetilasetamida LICI, maka dari larutan ini dapat
dibuat film untuk berbagai kegunaan. Pada industri film untuk fotografi, penambahan
tembaga kitosan dapat memperbaiki mutu film yaitu untuk meningkatkan
fotosensitivitasnya.
Kitin dan turunannya (karboksimetil kitin, hidroksietil kitin dan etil kitin) dapat
digunakan sebagai bahan dasar pembuatan benang operasi. Benang operasi ini
mempunyai keunggulan dapat diurai dan diserap dalam jaringan tubuh, tidak toksik,
dapat disterilisasi dan dapat disimpan lama.
Kitosan mempunyai sifat antimikrobia melawan jamur lebih kuat dari Kitin. Jika
Kitosan ditambahkan pada tanah, maka akan menstimulir pertumbuhan mikrobia
mikrobia yang dapat mengurai jamur. Selain itu Kitosan juga dapat disemprotkan
langsung pada tanaman. Misalnya larutan 0,4% kitosan jika disemprotkan pada
tanaman tomat dapat menghilangkan virus tobacco mozaik.
Kini telah dikembangkan produk baru shampoo kering mengandung kitin yang
disuspensi dalam alkohol. Termasuk pembuatan lotion dan shampoo cair yang
mengandung 0,5 - 6,0 % garam kitosan. Shampoo ini mempunyai kelebihan dapat
meningkatkan kekuatan dan berkilaunya rambut, karena adanya interaksi antara
polimer tersebut dengan protein rambut.
Karena sifat kitin dan kitosan yang dapat mengikat air dan lemak, maka keduanya
dapat digunakan sebagai media pewarnaan makanan. Mikrokristalin kitin jika
ditambahkan pada adonan akan dapat meningkatkan pengembangan volume roti tawar
yang dihasilkan. Selain itu juga sebagai pengental dan pembentuk emulsi lebih baik
dari pada mikrokristalin sellulosa. Pada pemanasan tinggi kitin akan menghasilkan
pyrazine yang potensial sebagai zat penambah cita rasa.
Berat molekul merupakan salah satu parameter yang dapat membedakan kitin
dan kitosan dengan adanya pengurangan berat molekul pada kitosan akibat proses
deasetilasi yang menghilangkan gugus asetil pada kitin.
Metode yang paling sederhana untuk menentukan berat molekul dari kitin dan
kitosan yaitu dengan viskometri (Kumar, 2000). Pada metoda ini berat molekul
polimer ditentukan dengan persamaan Mark-Houwink, yaitu:
[η] = K.Mα………………...…(1)
Dimana t2 adalah waktu alir larutan dan t1 adalah waktu alir pelarut ( Firman, 1991).
Asam askorbat merupakan senyawa yang mudah larut dalam air, mempunyai sifat
asam dan sifat pereduksi yang kuat. Sifat-sifat tersebut terutama disebabkan adanya
struktur enediol yang berkonjugasi dengan gugus karbonil dalam cincin lakton.
Bentuk asam askorbat yang ada di alam terutama adalah L-asam askorbat. D-asam
askorbat jarang terdapat di alam dan hanya memiliki 10 persen aktivitas asam
askorbat. Biasanya D-asam askorbat ditambah ke dalam bahan pangan sebagai
antioksidan, bukan sebagai sumber asam askorbat (Andarwulan, N. 1992).
HO C
HO C O
HC
HOCH
CH 2 OH
(Poedjiadi, A. 2006)
Asam askorbat dalam bentuk murni merupakan kristal putih tidak berwarna, tidak
berbau, dan mencair pada suhu 190-1920C. Senyawa ini bersifat reduktor kuat dan
mempunyai rasa asam. Asam askorbat sangat mudah larut dalam air ( 1 gram dapat
larut sempurna dalam 3 ml air), sedikit larut dalam alkohol (1 gram dalam 50 gram
alkohol absolute atau 100 ml gliserin) dan tidak larut dalam benzene, eter, kloroform,
minyak dan sejenisnya. Walaupun asam askorbat stabil dalam bentuk kristal tetapi
mudah rusak atau terdegradasi jika berada dalam bentuk larutan, terutama jika
terdapat udara, logam-logam sepeti Cu dan Fe. Sifat yang paling utama dari asam
askorbat adalah kemampuan mereduksi logam, terutama Cu dan Ag (Andarwulan, N.
1992).
Asam askorbat pada umumnya hanya terdapat di dalam pangan nabati, yaitu sayur dan
buah terutama yang asam, seperti jeruk, nenas, rambutan, pepaya, gandaria, dan tomat.
Asam askorbat juga banyak terdapat di dalam sayuran daun-daunan dan jenis kol.
(Almatsier, S. 1998)
(http:www.sobatsehat.com/2010/03/21/sejuta-manfaat-vitamin-c-yang-wajib-anda-
ketahui/)
Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang interaksi antara
materi dengan radiasi elektromagnetik (REM). Interaksi yang terjadi dalam
spektroskopi inframerah ini merupakan interaksi dengan REM melalui absorbansi
radiasi. Pancaran inframerah pada umumnya mengacu pada bagian spektrum
elektromagnetik yang terletak diantara daerah tampak dan gelombang mikro. Molekul
menyerap radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang yang khusus.
Absorbansi cahaya ultraviolet mengakibatkan pindahnya sebuah elektron ke orbital
dengan energi yang lebih tinggi. Radiasi inframerah tidak cukup mengandung energi
untuk melakukan eksitasi tersebut, absorbsinya hanya mengakibatkan membesarnya
amflitudo getaran atom-atom yang terikat satu sama lain (Sudarmadji, 1989).
Perubahan ini sangat spesifik dan merupakan sidik jari suatu molekul dengan
membandingkan spektogram yang dihasilkan oleh bahan yang diuji terhadap bahan
yang sudah diketahui secara kualitatif. Penerapan secara kualitatif dapat dilakukan
dengan membandingkan fungsi puncak pada panjang gelombang terkait yang
dihasilkan ole zat-zat yang diujikan dan zat standart. Spectra infra merah ditujukan
terutama untuk senyawa organik yaitu analisis gugus fungsi yang dimiliki oleh
senyawa tersebut (Mulja, M. 1995).
Jumlah energi yang diserap juga bervariasi untuk setiap ikatan. Hal ini
disebabkan karena terjadinya perubahan momen ikatan sewaktu absorbsi. Ikatan
nonpolar (C-H atau C-C) pada umumnya memberikan absorbsi lemah, sedangkan
ikatan polar (C-O) akan terlihat sebagai absorbsi yang kuat.
Dimana:
A1655 = absorbansi pada bilangan gelombang 1655 cm-1
A3450 = absorbansi pada bilangan gelombang 3450 cm-1
1,33 = tetapan yang diperoleh dari perbandingan A1655/A3450 untuk kitosan dengan
asetilasi penuh
I
Transmintan (T) = ………………….. (1)
Io
I Io
A = - log = log ………..……(2)
Io I