Anda di halaman 1dari 6

Coklat, sebagian orang mungkin suka dengan rasa coklat yang manis dan terkadang juga ada yang

memberikan kesan sedikit pahit. Kandungan yang ada di dalam coklat pun dapat menghilangkan stress
dan menaikkan mood seseorang. Dan bagi anda yang merupakan penggemar berat coklat, mungkin anda
dapat berkunjung ke salah satu tempat di Bali yang juga merupakan salah satu surganya coklat yaitu Pod
Chocolate Bali.

Di Pod Chocolate Bali ini anda dapat merasakan berbagai jenis coklat yang unik. Selain itu anda juga
dapat menyaksikan proses pembuatan coklat, melihat-lihat kebun coklat, proses panen, mencoba
membuat coklat sendiri, dan berbagai kegiatan seru lainnya. Tidak heran kalau menyebut tempat ini
sebagai surganya pencinta cokelat di Bali.

Saat berada di Pod Chocolate Bali anda akan diajak untuk tur di pabrik di daerah berhutan di Carangsari.
Disana anda kan disambut dengan minuman hangat sebagai tanda selamat datang. Kemudian anda akan
dibawa untuk melihat proses pembuatan coklat, mulai dari pemilihan biji kakao dari perkebunan,
memanen, kemudian sampai ke proses fermentasi dan pemanggangan.

Selain melihat proses pembuatan coklat, anda juga dapat mencicipi biji kakao yang masih mentah,
kacang panggang, dan banyak lagi. Disini anda juga dapat membuato coklat sendiri untuk anda bawa
pulang dan dijadikan sebagai buah tangan. Berada di Pod Chocolate anda akan mendapatkan banyak
pengetahuan mengenai coklat.

Pod Chocolate didirikan oleh Toby Garrit yang memiliki passion untuk menciptakan coklat terbaik di
dunia. Di Pod Chocolate anda akan menjumpai macam-macam coklat yang unik yang jarang anda temui
di supermarket atau minimarket biasanya. Di Pod Chocolate ini terdapat dua style coklat yaitu klasik dan
nektar. Anda dapat menikamti produk-produk coklatnya seperti klasik bar, nektar bar, nektar poches,
berbagai macam rasa praline, dan lainnya.

Untuk klasik bar anda dapat mencicipi coklat dengan rasa seperti Peppermint dark chocolate, orange
dark chocolate, Bali 44% Milk chocolate. Kemudian untuk nektar bar anda dapat mencicipi coklat Bali
Cinnamon, Ginger & Lemongrass, Bali Chilli, Rosella flower & Casshew, Sea Salt & Casshew Nibs. Selain
coklat anda juga dapat mencicipi beraneka macam rasa praline seperti Pod Passion Fruit, Pod sea salt
caramel, Pod Bali Coffe, Pod hearts, Pod Lips, dan berbagai macam produk lainnya. Anda dapat
mengunjungi langsung Pod Chocolate karena masih banyak lagi jenis-jenis produk coklat yang unik dapat
anda temukan.

Pod Chocolate juga memiliki kafe. Kafe tersebut terletak di Sunset Road Kuta dan bandara domestik Bali.
Disana juga tersedia berbagai macam coklat serta sajian lainnya dari coklat. Anda dapat menikmati coklat
panas pod murni, berbagai macam dessert atau makanan penutup, kue-kue kering, salad organik.
Selain itu, ada pula menu lain seperti coklat frappes, makanan ringan favorit anak-anak, hidangan unik
yaitu nasi goreng kakao, Spaghetti Marinara Chocolate, serta berbagai hidangan lezat nan unik dari coklat
lainnya. Pod Shop & Cafe merupakan tempat yang pas bagi anda untuk berkumpul bersama teman-
teman atau keluarga. Anda dapat sarapan, makan siang, dan makan malam, serta jangan lupa untuk
membawa pulang produk-produk coklatnya yang lezat untuk keluarga, teman, dan orang-orang yang
anda cintai.

Dan, si beruang madu yang dapat anda peluk di Pod Chocolate. Walau beruang madu terkenal ganas,
namun beruang madu yang dipelihara di Pod Chocolate Bali telah jinak dan ramah terhadap manusia.
Konon, beruang madu milik Pod Chocolate ini diselamatkan dari pemburu ilegal. Untuk dapat memeluk
si beruang madu dan berfoto anda akan ditemani pawang.

IGAA Inda Trimafo Yudha adalah sosok di balik kesuksesan Pod Bali Chocolate Factory. Bersama suaminya
yang seorang Australia, Tobias Challenger Garitt, Inda memulai bisnis ini dari nol dengan misi
menduniakan cokelat Bali. Berikut petikan wawancara bersama beliau di Denpasar beberapa waktu lalu.

Setelah menyelesaikan kuliah di Australia, sekitar 1999-2000 saya kembali ke Bali untuk menikah dan
membangun usaha. Awalnya saya bekerja di perusahaan keluarga, True Bali Experience yang mengelola
usaha jasa wisata, seperti arung jeram, cycling tour, jungle tracking, hingga berkuda.

Pada 2005, kami dipercaya Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali sebagai salah satu
lembaga konservasi yang mengelola taman satwa di Desa Carangsari bernama Bali Elephant Camp. Saat
itu ada sekitar 60 ekor gajah yang harus dikonservasi yang tentu saja membutuhkan biaya cukup besar,
terutama pakan. Semua gajah yang dikonservasi di sini berasal dari Sumatra.

Kami menjadikan taman gajah ini untuk ekowisata yang memadukan sisi konservasi, wisata, dan budaya.
Saya percaya satwa-satwa langka seperti gajah bisa lestari selama ada resolusi ekonomi di dalamnya.
Dengan ekowisata, kita bisa melestarikan dan mengontrol supaya tidak terjadi kehancuran.

Kami pun terus berusaha mengembangbiakkan gajah-gajah ini. Sekarang ada tiga bayi gajah sumatra di
Bali Elephant Camp yang baru lahir dan salah satunya kami beri nama Saraswati, sebab lahir di pekan
perayaan Hari Saraswati di Bali.

Jadi, Pod Bali Chocolate bagian dari True Bali Experience?


Ya. Selain Pod Chocolate, bidang usaha lain yang juga kami kelola adalah Bali Elephant Camp, Ayung
River Rafting, Bali Horse Riding, Ayung Cycling, Ayung Trekking, dan Safari Go Topless!

Mengapa memilih cokelat?

Kami ingin berinovasi untuk menjamin keberlanjutan usaha. Suami saya mencoba beberapa bisnis untuk
menemukan passionnya, mulai dari yang berbasis lingkungan, agen perjalanan wisata, hingga suatu hari
kami menyadari inovasi yang selama ini kami cari ada di kampung kami sendiri, Desa Carangsari, Petang,
Kabupaten Badung.

Desa Carangsari adalah salah satu penghasil cokelat terbaik di Bali. Suatu hari saya dan suami jalan-jalan
ke Eropa, berkunjung ke pabrik dan toko cokelat yang ada di Paris. Betapa terkejutnya saya ketika
menghampiri sebuah toko yang nyaris seluruh produk cokelatnya berbahan baku kakao dari Indonesia.

Kami berpikir, Eropa sama sekali tidak memiliki kebun cokelat, tapi mengapa negara-negara di sana bisa
menjadi produsen cokelat terbaik dunia? Produk-produk cokelat Eropa semuanya berkualitas dan benua
ini memasok bahan baku dari negara-negara luar, seperti Brasil dan Indonesia.

Saya pun teringat gajah-gajah di Bali Elephant Camp setiap tur sering menginjak tanaman-tanaman
kakao yang waktu itu belum terlalu diseriusi. Saya bilang ke suami, kita harus menyeriusi cokelat-cokelat
ini agar bernilai tambah tinggi.

Kenapa tidak? Kita punya bahan baku yang pastinya jauh lebih murah. Pemerintah waktu itu juga gencar
mendorong pelaku usaha untuk meningkatkan nilai tambah produk-produk pertanian dan perkebunan.

Suami saya pun melakukan riset untuk mengolaborasikan pengolahan cokelat dengan konsep wisata
yang sudah kami geluti bertahun-tahun. Desa kami punya sumber daya manusia (SDM) cukup, seperti
komunitas petani kakao. Hal yang kurang adalah sentuhan teknologi dan alat produksi.

Langkah pertama yang diambil setelah itu?


Kami benar-benar mulai dengan trial dan error. Setelah riset, kami identifikasi mesin produksinya
bagaimana, pengolahan biji kakao sebelum diolah menjadi cokelat itu bagaimana, konsepnya jika
digabungkan dengan produk-produk wisata yang sudah dikembangkan di True Bali Experience nantinya
seperti apa.

Itulah awal mula berdirinya Pod Bali Chocolate Factory, koor bisnis kami di Desa Carangsari yang
lokasinya menyatu dengan Bali Elephant Camp. Kami memberikan pengunjung kesempatan melihat
proses pembuatan cokelat langsung mulai dari proses pemetikan di lahan perkebunan, hingga mencicipi
produk akhir. Prosesnya dari hulu ke hilir bisa dilihat di sini. Pengunjung juga bisa mengendarai gajah dan
berinteraksi dengan satwa lainnya.

Bagian tersulit ketika pertama kali menjalankan usaha?

Kami cukup kesulitan merangkul petani. Kebanyakan mereka trauma dengan tengkulak. Mereka pernah
menjual cokelat hanya Rp 10 ribu per kilogram (kg), sedangkan tengkulak bisa menjualnya hingga Rp 30
ribu per kg.

Petani-petani Carangsari alhasil waktu itu banyak yang menelantarkan kebun cokelatnya. Itu karena
mereka secara hitung-hitungan tidak untung. Harga cokelat murah, sementara pemeliharaan tanaman
dari hama dan pemupukan berbiaya mahal.

Kami pun akhirnya mengambil satu contoh kebun petani yang kemudian dikelola dan diintensifkan untuk
paket wisata Pod Chocholate Tour. Ketika program ini berjalan cukup baik, barulah petani-petani yang
tadinya enggan menjadi tertarik. Kami mulai menggerakkan mereka untuk merawat kebun dan menjual
hasil kakaonya ke pabrik.

Cara memberdayakan petani ke depannya?

Kami akan membentuk koperasi tani cokelat agar hasil pertanian petani-petani di desan kami semakin
tertampung dan lebih didukung pemerintah. Basisnya tetap agrowisata, ekowisata, dan konservasi.
Kapasitas produksi?

Kapasitas pabrik di lokasi True Bali Experience tak lagi mencukupi, hanya lima ton per produk per bulan.
Kami membutuhkan pabrik baru lebih besar yang akhirnya dibangun di Mengwi, Badung Tengah, sekitar
2016. Kapasitas produksinya sembilan kali lebih besar dari pabrik pertama.

Lokasinya juga strategis karena berada di jalan lintas Denpasar-Bedugul. Banyak spot wisata yang dilalui,
sehingga tamu tidak akan bosan.

Jenis-jenis produk yang diproduksi Pod?

Kami memiliki cokelat batangan (chocolate bar) 22 rasa. Secara umum kami mengelompokkannya ke
dalam classic bar, nectar bar, nectar pouches, pod cubes, truffles & pralines, dan for chocolatiers &
patissiere.

Classic bar dibagi lagi menjadi 80 persen extra dark chocolate tanpa susu. Ini adalah produk healthy
living yang juga bagus untuk kaum vegan. Ada juga 64 persen dark chocolate, 44 persen milk chocolate,
dan 29 persen white chocolate.

Nectar bar kami ramu dengan tambahan komposisi rempah khas Indonesia, seperti kayu manis, daun
mint, jahe, kunyit, cabai, bahkan pisang dan rosella yang seluruhnya diproduksi di Bali. Kami juga
memproduksi chocnut spread.

Pemasarannya seperti apa?

Awalnya kami memasarkan cokelat pod ke hotel-hotel berbintang, seperti Alila dan Ritz Carlton.
Berikutnya kami berkembang ke commercial kitchen, dan terus mengembangkan rasa dengan campuran
komposisi hasil bumi Indonesia.

Selain di Carangsari dan Mengwi, Pod Shop & Café juga ada di Sunset Road dan Bandara Internasional I
Gusti Ngurah Rai. Bali cokelat juga bisa ditemukan di Carefour Bali, Pepito Canggu, Popular Hayam
Wuruk, Pepito Express Bualu, serta di Dufry Duty Free Bandara Ngurah Rai.
Profit bisnis perusahaan?

Profit kami masih belum terlalu besar, rata-rata Rp 10 miliar per tahun, ini angka tahun lalu. Tahun ini
perekonomian sedikit lesu yang ikut memengaruhi kinerja industri juga properti. Harapannya kondisi
segera membaik.

Kunci mengembangkan usaha?

Kunci utama yang perlu diperhatikan adalah keberlanjutan (sustainability), produk, pelayanan, dan
pemasaran.

SDM adalah aset terbesar. Kami sebagai pemilik hanya mengonsep dan mengevaluasi. Perusahaan ini tak
akan berjalan sendiri tanpa SDM. Secara keseluruhan bisnis yang dijalankan harus ada class and taste
sehingga pod menjadi salah satu leading product.

Target ke depan?

J: Ekspor. Saya bermimpi Pod Bali Chocolate menjadi ikon produk Bali yang lebih mendunia. Kami saat ini
tengah mengurus perizinan dari pihak berwenang.

Anda mungkin juga menyukai