Anda di halaman 1dari 20

PERUSAHAAN GODIVA

SEJARAH
Godiva Chocolatier merupakan produsen cokelat yang didirikan pada
tahun 1926 di Brussel, Belgie dan mulai merambah pasaran Amerika Serikat pada
tahun 1966. Godiva memiliki dan menjalankan lebih dari 450 butik dan toko
eceran di Amerika Serikat, Kanada, Eropa, dan Asia, dan tersedia di lebih dari
10.000 gerai. Sebagian besar produk Godiva diproduksi dalam rumah tangga,
menggunakan resep, bahan baku, dan metode produksi seperti di Brussel. Godiva
Chocolates terbuat dari cokelat murni dan bahan baku bermutu tinggi dan
kemudian amat mahal untuk permen cokelat. Godiva dimiliki oleh Yildiz
Holding of Turkiye.
Pierre Draps merupakan pendiri perusahaan chocolate atelier GODIVA. Nama ini
ia dapatkan karena terinspirasi oleh legenda kuno Lady Godiva dari Coventry dan
konon ia memiliki sikap keberanian dan kemurahan hati..
Cokelat godiva biasanya membuat bermacam-macam cokelat.
Misalnya, cokelat susu, cokelat hitam, dan cokelat putih.
Setiap tahun, chocolatiers membuat rata-rata sekitar 30 sampai 40 resep cokelat
baru dan 11 koleksi baru musiman dan mengawasi produksi cokelat sekitar 290
juta di pabrik Godiva, Brussels.
LOGO
CABANG DI INDONESIA :

http://www.bakerymagazine.com/2014/02/24/godiva-chocolatier/

Plaza Indonesia 1st Floor


Jl. M. H. Thamrin Kav. 28-30, Jakarta 10350
Bagi para pecinta cokelat, nama Godiva Chocolatier pasti sudah tidak asing lagi. Brand
cokelat asal Belgia yang sudah berdiri sejak tahun 1926 ini bahkan digadang-gadang
merupakan brand cokelat terbaik di dunia. Sejak membuka gerai pertamanya di
Indonesia di bulan Maret tahun 2013 lalu, Godiva Chocolatier bahkan telah menjadi
chocolaterie favorit bagi para penikmat cokelat di tanah air.

Beragam Pilihan Olahan Cokelat Premium


“Sebelum hadir di Indonesia, Godiva sudah sangat berkembang di Hongkong dan
Singapore. Sejak dibawa oleh MAP (Mitra Adi Perkasa, perusahaan retail branded
modern-Red) di bulan Maret 2013, respon yang kami dapat sangat beragam. Banyak
pelanggan yang sangat excited ketika Godiva pertama kali buka di sini, karena memang
kebanyakan para pelanggan Godiva di sini adalah mereka yang pernah mengkonsumsi
cokelat Godiva sebelumnya,” ungkap Fredericka Rendy, Brand Operational Manager
Godiva Chocolatier.

Diakui Dicka, panggilan akrab Fredericka, Godiva Chocolatier memang menargetkan


high premium costumers. “Karena kami buka di Plaza Indonesia, maka secara tidak
langsung pelanggan Godiva juga sudah terarah, yaitu mereka yang lebih mencari self-
indulgence dan nilai sebuah produk. Walaupun sebelumnya ada juga pengunjung mal
Plaza Indonesia yang bertanya-tanya apa sih itu Godiva, tapi karena kami buka di mal
berkelas, yang daya beli pengunjungnya cenderung kuat, jadi banyak juga yang
akhirnya coba dan jatuh cinta dengan produk-produk Godiva,” lanjut Dicka.

Sejak launching di bulan Juni 2013 lalu, Godiva kerap menjadi pilihan bagi para pecinta
cokelat karena banyaknya pilihan cokelat premium yang ditawarkan. “Kami
menawarkan beragam alternatif pilihan olahan cokelat premium, seperti praline, truffle,
hingga carres dengan kemasan ekslusif, mewah, dan elegant. Bahkan semua hal
menyangkut kemasan, termasuk box hingga ribbon yang dipakai juga diimpor dari
Belgia. Inilah yang menjadi salah satu keunggulan Godiva,” papar Dicka.
Selain beberapa pilihan praline, truffle, dan carres, diakui Dicka, Godiva Collections
juga merupakan salah satu keunggulan Godiva Chocolatier. “Kami mempunyai Godiva
Collections yang sifatnya seasonal. Semua produknya sama di seluruh dunia. Misalnya
ada edisi Natal, lalu edisi khusus Chinese New Year dan Valentine dalam waktu dekat.
Dan kemasannya pun dibuat khusus untuk setiap momen tersebut,” tutur Dicka.

Menikmati Cokelat Premium Godiva


“Sebenarnya kita bisa melihat kualitas sebuah produk cokelat, misalnya jenis Carres ini.
Ketika cokelat ini dibuka, kita akan mendapatkan tektur yang halus dan mengkilap
walaupun setelah diusap dengan jari. Cokelat yang baik mempunyai aroma cokelat
yang harum dan ketika dipatahkan ada seperti bunyi patahan yang jelas, terlebih ketika
didekatkan ke telinga,” jelas Dicka.
Menurutnya, para penikmat cokelat sejati biasanya mengadakan ‘ritual’ ini sebelum
menikmati cokelatnya. “Kebanyakan penikmat Godiva adalah orang yang
mementingkan taste and value sebuah produk. Makanya banyak dari pelanggan kami
menikmati Godiva secara perlahan dan benar-benar menikmati setiap lelehannya di
mulut,” ujar Dicka.

Lebih lanjut Dicka menyebutkan bahwa tidak hanya Carres, jenis praline dan truffle juga
bisa dinikmati dengan cara yang sama. “Setelah praline dan truffle dipindahkan dari
lemari pendingin, sebaiknya didiamkan beberapa saat karena cokelat jenis ini
cenderung keras. Setelah itu cokelat ini digigit perlahan, dan dinikmati setiap
bagiannya. Begitulah cara menikmati cokelat premium Godiva ini,” kata Dicka.

Chocolixir, Minuman Cokelat dari Godiva Premium


Pada bulan Juni 2013 lalu, Godiva meluncurkan 4 jenis minuman cokelat yang terbuat
dari cokelat premium Godiva dalam rangkaian Chocolixir, antara lain Iced Dark
Chocolate, Iced Dark Chocolate Mint, Iced Dark Chocolate Raspberry, dan Iced Milk
Chocolate.

“Basic keempat rangkaian minuman cokelat ini adalah dark cokelat namun dengan
topping yang berbeda. Minuman ini sengaja tidak di-blend hingga halus, sehingga
ketika menyeruput minuman ini pelanggan dapat merasakan butiran-butiran cokelat di
dalamnya. Di bagian atasnya kami memberi topping whipped cream dan sirup yang
berbeda untuk memberikan sensasi yang lebih segar,” ungkap Dicka.
Menurut Dicka, pihaknya sempat khawatir mengingat Chocolixir memang sangat cocok
dinikmati saat panas. “Akhir-akhir ini, di Jakarta sering hujan. Kami awalnya khawatir
terhadap penjualan Godiva Chocolixir di musim penghujan seperti sekarang ini. Namun
ternyata, tidak ada perubahan yang signifikan terhadap penjualan chocolixir, bahkan
masih banyak yang mencari walaupun di luar sedang hujan,” tutup Dicka.

Ini 6 Fakta Menarik dari Cokelat Godiva


yang Populer di Dunia
https://food.detik.com/info-kuliner/d-3422292/ini-6-fakta-menarik-dari-cokelat-godiva-
yang-populer-di-dunia/5/#news

Jakarta - Cokelat dengan citarasa manis selalu melambangkan rasa cinta. Godiva,
perusahaan cokelat premium punya fakta menarik dalam ciptakan cokelat enak.

Penjualan cokelat di Amerika Serikat diperkirakan akan mencapai $22,4 miliar atau
sekitar Rp. 298 triliun di tahun 2017 dan naik $21,1 atau sekitar Rp. 281 triliun pada
tahun 2015.

Godiva merupakan salah satu perusahaan cokelat Belgia yang dibuka sejak tahun
1926. Dimulai dari sebuah studio di Brussels yang dimiliki oleh keluarga Draps, kini
Godiva memiliki 600 butik di lebih dari 100 negara di Amerika Utara, Timur Tengah,
Asia dan Eropa.

Di Jakarta, Godiva memiliki beberapa cabang yang berada di Plaza Indonesia, Mall
Kelapa Gading serta Plaza Senayan.

Tahun lalu, Godiva merayakan ulang tahun ke-90 pada bulan Februari. Setelah hampir
satu abad, sepertinya Anda perlu tahu beberapa fakta menarik dari Godiva yang dilansir
dalam Fox News (13/02). (lus/odi)

Pierre Draps merupakan pendiri perusahaan chocolate atelier GODIVA. Nama ini ia
dapatkan karena terinspirasi oleh legenda kuno Lady Godiva dari Coventry dan konon
ia memiliki sikap keberanian dan kemurahan hati.
Setiap tahun, chocolatiers membuat rata-rata sekitar 30 sampai 40 resep cokelat baru
dan 11 koleksi baru musiman dan mengawasi produksi cokelat sekitar 290 juta di pabrik
Godiva, Brussels.

Godiva masih menggunakan beberapa resep asli. Resep ini awalnya dikembangkan
oleh sang pendiri yaitu Pierre Draps, termasuk praline dan bonbons seperti Corail yang
dibuat dari coconut cream yang diisi dengan filling rum, berlapis hazelnut praline,
nougatine square dan kemudian ditutup dengan dark chocolate.

Dibutuhkan waktu sekitar setahun untuk tim Godiva membuat konsep baru, mengujinya,
siap mencicip tahap akhir dan kemudian menyiapkan resep untuk diproduksi di pabrik.

Godiva memiliki lima chef chocolatiers yang bekerjasama dalam sebuah tim untuk
meneliti dan juga mengembangkan formula cokelat terbaru. Selain itu, para chocolatiers
menemukan rasa baru dan merancang cara-cara baru untuk membuat mahakarya
cokelat.

Butik Godiva mencelupkan sekitar 16.000 strawberry per jam pada hari Valentine setiap
tahunnya.

WEB RESMI GODIVA

https://www.godiva.com/

HARGA MENU DAN LOKASI CABANG

http://hargamenu.com/harga-menu-godiva-dan-lokasi-cabang/

Di seluruh dunia ada sekitar 500 outlet Godiva. Outlet tersebut tersebar di sebagian besar
negara Asia seperti Hongkong, Macau, Taiwan, Singapore, Malaysia dan juga Indonesia.
Ada juga outlet yang berdiri di Amerika dan Eropa. Hampir seluruh outlet menyajikan
seluruh produk Godiva yang meliputi Classic Piece Chocolate, Gift Box, Dipping Chocolate,
Signature Pastries, Iced Chocolixir, Ht Chocolate, Personalized Hot Chocolate, Coffee, Ice
Cream, Soft Serve atau ice cream cone dan Godiva Duette. Khusus untuk cabang Godiva
yang ada di Indonesia menyediakan Classic Piece Chocolate, Gift Box, Iced Chocolixir, Hot
Chocolate dan Soft Serve yang mirip dengan ice cream contong.

Secara fisik outlet Godiva sangat cantik. Semua produk ditata sedemikian rupa sehingga
terlihat sangt menarik dan rapi. Sekilas produk-produk tersebut mirip dengan sederet
accessories karena dikemas sangat mewah. Sayang, outlet Godiva tidak menyediakan
seating area, sehingga hanya melayani take away baik untuk produk gift box maupun iced
chocolixir atau ice cream.

Lalu bagaimana dengan harganya? Tentunya saja super premium. Mengapa demikian?
Seluruh coklat yang menjadi bahan untuk membuat produk didatangkan langsung dari
Belgia. Atau bisa dibilang coklat asli Belgia. Nah, agar makin jelas silahkan simak harga
menu Godiva dan lokasi cabang berikut ini.

MENU YANG DIREKOMENDASI

https://www.taysbakers.com/6-tempat-makan-cokelat-enak-di-jakarta/

KONSEP PEMASARAN

https://friesginawiska.wordpress.com/2014/08/14/konsep-marketing-chocolate-
wars/

MENU MENU GODIVA

http://12myfood.blogspot.com/2013/11/godiva-chocolatier.html

RAHASIA COKLAT PREMIUM

https://www.kakao-indonesia.com/index.php/news-feeds/239-ini-dia-rahasia-
dibalik-cokelat-premium
TATA CARA PRODUKSINYA KALO DI CBANG

https://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/kuliner/13/07/06/mpah11-cokelat-
premium-godiva-dari-belgia-hadir-di-jakarta (DISINI SEDIKIT DIBAHAS, BAGIAN
BWAH)
Godiva Chocolatier, Inc., is a leading manufacturer of premium-quality
chocolates, cookies, ice cream, cocoa, and flavored coffees. Its products are sold
at about 250 company-owned stores in North America and in major cities
worldwide, as well at sales counters in several thousand upscale department and
specialty stores like Marshall Field's and Barnes & Noble. Godiva also sells its
chocolates through direct-mail catalogs and via the Internet. Founded in Belgium,
the firm has been owned since the 1960s by Campbell Soup Company and is now
headquartered in the United States.

Godiva Chocolatier, Inc., adalah produsen terkemuka cokelat, kue, es krim, coklat
berkualitas tinggi, dan kopi rasa. Produk-produknya dijual di sekitar 250 toko milik
perusahaan di Amerika Utara dan di kota-kota besar di seluruh dunia, juga di konter
penjualan di beberapa ribu departemen kelas atas dan toko khusus seperti Marshall
Field's dan Barnes & Noble. Godiva juga menjual cokelatnya melalui katalog surat
langsung dan melalui Internet. Didirikan di Belgia, perusahaan ini telah dimiliki sejak
1960-an oleh Campbell Soup Company dan sekarang berkantor pusat di Amerika
Serikat.

Beginnings

Godiva Chocolatier traces its roots to 1926, when Pierre Draps started making
chocolates in Brussels, Belgium, for sale to local shops. His son Joseph began
working for the family business at the age of 14 and shortly after World War II
took control of it. When he decided to open a shop of his own, he sought a
distinctive name to give it and turned to his wife for ideas. She suggested Godiva,
after the legendary countess who had protested high taxes by riding nude
through Coventry, England, and Draps chose it for the new endeavor.

Awal

Godiva Chocolatier melacak akarnya hingga 1926, ketika Pierre Draps mulai membuat cokelat di Brussels,
Belgia, untuk dijual ke toko-toko lokal. Putranya Joseph mulai bekerja untuk bisnis keluarga pada usia 14 dan
tak lama setelah Perang Dunia II mengambil kendali. Ketika dia memutuskan untuk membuka toko sendiri,
dia mencari nama yang berbeda untuk diberikan dan menoleh istrinya untuk ide. Dia menyarankan Godiva,
setelah county legendaris yang memprotes pajak tinggi dengan mengendarai telanjang melalui Coventry,
Inggris, dan Draps memilihnya untuk upaya baru.

His shop in Brussels' Grande Place was a success, and over the next decade
several other outlets were opened around Belgium. Joseph Draps was both a
talented chocolate-maker and a skilled businessman, and under his guidance the
firm built the Godiva brand into a leader in the super-premium chocolate category
through the use of sophisticated advertising and elegant packaging, as well as by
limiting distribution to select locations.

Tokonya di Grande Place di Brussels sukses, dan selama dekade berikutnya beberapa
outlet lain dibuka di Belgia. Joseph Draps adalah pembuat cokelat yang berbakat dan
pengusaha yang terampil, dan di bawah arahannya perusahaan membangun merek
Godiva menjadi pemimpin dalam kategori cokelat super-premium melalui penggunaan
iklan canggih dan kemasan elegan, serta dengan membatasi distribusi untuk memilih
lokasi.

Godiva's signature offering was a creamy "ganache," or hazelnut praline filling,


that was inserted into a molded shell of high quality chocolate. Over the years,
Draps built up a repertoire of distinctive products, many of which had been
introduced to commemorate specific events. His best-known creation was the
Comtesse, which celebrated Lady Godiva herself and was made from dark or milk
chocolate with a chocolate cream center. Another was the Autant, a hand-
decorated chocolate leaf made from coffee and chocolate creams covered in milk
chocolate, which had been made to commemorate the 1939 premiere of the film
Gone With the Wind. Other popular offerings included the Fabiola, introduced in
1958 to celebrate the engagement of Queen Fabiola to King Baudouin I of
Belgium, and the Golf Ball, which honored Draps' golf-playing friendship with
Belgium's King Leopold III. Godiva would later be named the official purveyor of
chocolate to the Belgian Royal Court.
In 1958, the first Godiva shop outside Belgium opened in Paris, and in 1966 the
company's offerings reached America with distribution to select chains of luxury
department stores. At the same time, the Draps family sold a two-thirds stake in
the firm to Pepperidge Farm, a unit of Campbell Soup Company. Later, Campbell
would acquire the remainder.

In 1972, the company opened its first American location on Fifth Avenue in New
York City, near the shops of Tiffany and Cartier. As in its European boutiques,
Godiva's products were displayed like jewels in refrigerated brass and glass
cases.

Persembahan khas Godiva adalah "ganache" kental, atau isian praline hazelnut, yang dimasukkan ke dalam
cangkang cokelat berkualitas tinggi. Selama bertahun-tahun, Draps membangun repertoar produk-produk
khas, banyak di antaranya telah diperkenalkan untuk memperingati acara-acara tertentu. Ciptaannya yang
paling terkenal adalah Comtesse, yang merayakan Lady Godiva sendiri dan dibuat dari cokelat hitam atau
susu dengan pusat krim cokelat. Yang lainnya adalah Autant, daun cokelat yang didekorasi dengan tangan
yang terbuat dari kopi dan krim cokelat yang dilapisi cokelat susu, yang dibuat untuk mengenang pemutaran
perdana film Gone With the Wind tahun 1939. Penawaran populer lainnya termasuk Fabiola, diperkenalkan
pada tahun 1958 untuk merayakan pertunangan Ratu Fabiola dengan Raja Baudouin I dari Belgia, dan Bola
Golf, yang menghormati persahabatan bermain golf Draps dengan Raja Leopold III dari Belgia. Godiva
nantinya akan dinamai pemasok cokelat resmi ke Pengadilan Kerajaan Belgia.

Pada tahun 1958, toko Godiva pertama di luar Belgia dibuka di Paris, dan pada tahun 1966 penawaran
perusahaan mencapai Amerika dengan distribusi untuk memilih rantai department store mewah. Pada saat
yang sama, keluarga Draps menjual dua pertiga saham di perusahaan itu ke Pepperidge Farm, sebuah unit
dari Campbell Soup Company. Nantinya, Campbell akan mendapatkan sisanya.

Pada tahun 1972, perusahaan membuka lokasi Amerika pertamanya di Fifth Avenue di New York City, dekat
toko-toko Tiffany dan Cartier. Seperti di butik-butiknya di Eropa, produk-produk Godiva ditampilkan seperti
perhiasan di kotak kuningan dan kaca yang didinginkan.

Rapid Growth Beginning in the Late 1970s

In 1978, the company named a new president, Albert J. Pechenik, and under his
leadership sales leapt from approximately $4 million to more than $22 million in
four years. Godiva's profile was raised by advertising in tony publications such
Gourmet magazine and Architectural Digest, along with such moves as
partnering with designer Bill Blass, who created a signature line of chocolates for
the firm. Marketing materials were improved as well, and department stores were
encouraged to set up separate Godiva counters. During this period, the firm's
chain of stores was also expanded, with shops opened in such countries as
Japan for the first time.

The customer at a Godiva boutique, as the firm termed its outlets, was treated like
a buyer at a fine jewelry store. Once a selection of chocolate pieces had been
made from the display case and weighed, the candy was placed in a golden box,
tied with imported golden string, and then put into a golden bag for transport. In
addition to chocolates by the pound (then priced at $17.50), special items like
chocolate-filled Limoges china bowls and Wedgwood dishes were also sold.
Other extravagant offerings included model kits of Porsche, Rolls Royce, and
Mercedes automobiles, which could be "glued" together by melting an included
extra piece of chocolate. The company's products were frequently purchased for
gifts, and 70 percent of Godiva's sales were made during the holiday season,
which stretched from November to Valentine's Day.

The company had by now set up a second headquarters in New York and an
American production facility in Reading, Pennsylvania, though European
customers were still supplied by a plant in Belgium. Some debated the relative
merits of Godiva chocolates from Belgium versus those made in the United
States, but the company dismissed such concerns, noting that it used the same
supplier for its raw chocolate but created unique recipes for different markets,
factoring in regional preferences for sweetness and flavorings. Additionally, laws
in some states limiting alcohol content required that American recipes omit
certain liqueur-based flavoring agents that were preferred in Europe.

Pertumbuhan yang Cepat Dimulai pada Akhir 1970-an

Pada tahun 1978, perusahaan tersebut menunjuk presiden baru, Albert J. Pechenik, dan di bawah penjualan
kepemimpinannya melompat dari sekitar $ 4 juta menjadi lebih dari $ 22 juta dalam empat tahun. Profil
Godiva diangkat oleh iklan dalam publikasi tony seperti majalah Gourmet dan Architectural Digest, bersama
dengan langkah-langkah seperti bermitra dengan desainer Bill Blass, yang menciptakan garis tanda tangan
cokelat untuk perusahaan. Materi pemasaran juga ditingkatkan, dan department store didorong untuk
mendirikan gerai Godiva yang terpisah. Selama periode ini, rantai toko perusahaan juga diperluas, dengan
toko-toko dibuka di negara-negara seperti Jepang untuk pertama kalinya.

Pelanggan di butik Godiva, sebagaimana firma menyebut outletnya, diperlakukan seperti pembeli di toko
perhiasan. Begitu pilihan potongan cokelat telah dibuat dari etalase dan ditimbang, permen ditempatkan di
kotak emas, diikat dengan benang emas impor, dan kemudian dimasukkan ke dalam kantong emas untuk
transportasi. Selain cokelat per pon (kemudian dihargai $ 17,50), barang-barang khusus seperti mangkuk
Cina yang diisi cokelat dan hidangan Wedgwood juga dijual. Penawaran mewah lainnya termasuk kit model
Porsche, Rolls Royce, dan mobil Mercedes, yang dapat "direkatkan" bersama dengan melelehkan sepotong
cokelat tambahan yang disertakan. Produk perusahaan sering dibeli untuk hadiah, dan 70 persen dari
penjualan Godiva dibuat selama musim liburan, yang membentang dari November hingga Hari Valentine.

Perusahaan tersebut sekarang telah mendirikan kantor pusat kedua di New York dan fasilitas produksi
Amerika di Reading, Pennsylvania, meskipun pelanggan Eropa masih dipasok oleh pabrik di Belgia. Beberapa
memperdebatkan manfaat relatif cokelat Godiva dari Belgia versus yang dibuat di Amerika Serikat, tetapi
perusahaan tersebut menepis kekhawatiran tersebut, mencatat bahwa mereka menggunakan pemasok yang
sama untuk cokelat mentahnya tetapi membuat resep unik untuk pasar yang berbeda, dengan
mempertimbangkan preferensi regional untuk rasa manis. dan perasa. Selain itu, undang-undang di beberapa
negara bagian yang membatasi kandungan alkohol mengharuskan resep Amerika menghilangkan zat
penyedap rasa tertentu yang lebih disukai di Eropa.

In the summer of 1982, Albert Pechenik resigned as president to form a chocolate


company of his own, Gourmet Resources International, and his position was
taken by Thomas H. Fey. A disgruntled Pechenik later charged that his former
employer was trying to undermine his new operation, but Godiva countered that it
was simply being competitive.

The company continued to grow during the mid-1980s by such actions as


boosting its retail presence in the UK and adding a chocolate gift registry. By
1988, Godiva was operating 56 stores in the United States alone and taking in
revenues of approximately $100 million worldwide, with the bulk of earnings
continuing to be derived from sales to department stores and other specialty
retailers. The company had also begun issuing catalogs for mail-order sales,
though this made up only a small portion of its business. The price of Godiva's
50-plus varieties of solids, cremes, mints, caramels and cordials now stood at
approximately $22 per pound, almost twice what lower-end competitors such as
Fanny Farmer charged.
As the U.S. economy hit a serious downturn at the end of the 1980s and sales of
luxury goods fell off, Godiva found its sales in decline. In May 1991, seasoned
marketer David L. Albright was named to replace Thomas Fey as the company's
president. Albright, formerly vice-president of Pepperidge Farm's biscuit division,
refocused Godiva on its core product line of shell-molded chocolates, while also
inaugurating a new $5 million advertising campaign. A primary goal of the ads
was to increase sales beyond the holiday season by depicting the firm's
chocolates as personal indulgences rather than primarily as gift items.

Pada musim panas 1982, Albert Pechenik mengundurkan diri sebagai presiden untuk membentuk
perusahaan cokelatnya sendiri, Gourmet Resources International, dan posisinya diambil oleh Thomas H. Fey.
Pechenik yang tidak puas kemudian menuduh bahwa mantan majikannya berusaha untuk merusak operasi
barunya, tetapi Godiva membantah bahwa itu hanya menjadi kompetitif.

Perusahaan terus tumbuh selama pertengahan 1980-an dengan tindakan seperti meningkatkan kehadiran
ritelnya di Inggris dan menambah daftar hadiah cokelat. Pada tahun 1988, Godiva mengoperasikan 56 toko di
Amerika Serikat saja dan menerima pendapatan sekitar $ 100 juta di seluruh dunia, dengan sebagian besar
pendapatan terus diperoleh dari penjualan ke department store dan pengecer khusus lainnya. Perusahaan
juga mulai mengeluarkan katalog untuk penjualan pesanan melalui pos, meskipun ini hanya sebagian kecil
dari bisnisnya. Harga 50-lebih varietas padatan, creme, mint, karamel, dan korden Godiva kini berjumlah
sekitar $ 22 per pon, hampir dua kali lipat dari harga yang ditawarkan pesaing kelas bawah seperti Fanny
Farmer.

Ketika ekonomi A.S. mengalami penurunan serius pada akhir 1980-an dan penjualan barang mewah turun,
Godiva mendapati penjualannya menurun. Pada Mei 1991, pemasar berpengalaman David L. Albright
ditunjuk untuk menggantikan Thomas Fey sebagai presiden perusahaan. Albright, yang dulunya wakil
presiden divisi biskuit Pepperidge Farm, memfokuskan kembali Godiva pada lini produk inti cokelat
cetakannya, sementara juga meresmikan kampanye iklan baru senilai $ 5 juta. Tujuan utama iklan adalah
untuk meningkatkan penjualan di luar musim liburan dengan menggambarkan cokelat perusahaan sebagai
indulgensi pribadi dan bukan terutama sebagai barang hadiah.

New Products in the 1990s

Brand-building efforts continued during 1993 with the introduction of the Café
Godiva line of gourmet coffees and a chocolate liqueur made in conjunction with
Seagram's, as well as a number of new single-serving chocolate treats and a line
of biscotti cookies. To boost sales in department stores, Godiva also began
offering them new refrigerated cases that better displayed the company's pre-
packaged boxes of chocolates.

In 1994, following a successful test at its Chicago boutique, Godiva began a


chain-wide redesign of its stores, which now numbered more than 110.
Abandoning the jewelry-store look of pink marble and black lacquer, a new Art
Nouveau-inspired combination of bleached wood floors, creamy white marble,
and richly-finished cherry wood cabinets was introduced. At the same time, the
shops were made more welcoming, with the layout changed to encourage
browsing while prices were displayed in public view. New, affordable treat items
were introduced including Bouches, single-serving chocolates priced below $3.
In 1995, the company gained Kosher certification, with most of its chocolates now
manufactured in accordance with Jewish dietary laws.

While these changes were taking place, Godiva also revamped its direct-
marketing unit, which had never heretofore turned a profit. Catalogs were
redesigned and other elements of the operation were restructured, which helped
produce profits as well as a sales increase of 15 percent in 1995 and 20 percent in
1996. The mail-order division, which still accounted for less than 10 percent of the
firm's total earnings, targeted both corporate accounts as well as the general
public. A survey done via Godiva's Web site, which had been launched in 1995,
found that a typical customer was a woman who earned $60,000 per year.

The year 1996 saw the company redesign its Web site and experiment with the
idea of creating small retail kiosks in shopping malls. Over the next year, three
such kiosks were opened, while Godiva's chain of U.S. stores, also located
primarily in malls, grew to 131. A new line of coffee products was introduced for
use by office service companies during the year as well.

Produk Baru di tahun 1990-an


Upaya membangun merek berlanjut selama tahun 1993 dengan memperkenalkan jajaran kopi gourmet Café
Godiva dan minuman keras cokelat yang dibuat bersama dengan Seagram's, serta sejumlah suguhan cokelat
baru dengan satu porsi dan sederet biscotti cookies. Untuk meningkatkan penjualan di department store,
Godiva juga mulai menawarkan kepada mereka kotak pendingin baru yang lebih baik memperlihatkan kotak
cokelat kemasan perusahaan.

Pada tahun 1994, setelah tes yang sukses di butiknya di Chicago, Godiva mulai mendesain ulang rantai toko
secara luas, yang sekarang berjumlah lebih dari 110. Meninggalkan tampilan toko perhiasan dari marmer
merah muda dan pernis hitam, kombinasi baru yang terinspirasi Art Nouveau lantai kayu diputihkan, marmer
putih krem, dan lemari kayu ceri selesai diperkenalkan. Pada saat yang sama, toko-toko dibuat lebih ramah,
dengan tata letak diubah untuk mendorong penjelajahan sementara harga ditampilkan di depan umum.
Barang-barang baru dan terjangkau diperkenalkan termasuk Bouches, cokelat sajian tunggal dengan harga di
bawah $ 3. Pada tahun 1995, perusahaan memperoleh sertifikasi Kosher, dengan sebagian besar cokelatnya
sekarang diproduksi sesuai dengan hukum diet Yahudi.

Sementara perubahan-perubahan ini terjadi, Godiva juga memperbaiki unit pemasaran langsungnya, yang
sebelumnya tidak pernah menghasilkan keuntungan. Katalog dirancang ulang dan elemen-elemen lain dari
operasi direstrukturisasi, yang membantu menghasilkan laba serta peningkatan penjualan sebesar 15 persen
pada tahun 1995 dan 20 persen pada tahun 1996. Divisi pemesanan lewat pos, yang masih menyumbang
kurang dari 10 persen dari biaya perusahaan. total pendapatan, menargetkan baik akun perusahaan maupun
masyarakat umum. Sebuah survei yang dilakukan melalui situs web Godiva, yang telah diluncurkan pada
tahun 1995, menemukan bahwa pelanggan tipikal adalah seorang wanita yang menghasilkan $ 60.000 per
tahun.

Tahun 1996 melihat perusahaan mendesain ulang situs Web-nya dan bereksperimen dengan ide membuat
kios ritel kecil di pusat perbelanjaan. Selama tahun berikutnya, tiga kios seperti itu dibuka, sementara rantai
Godiva di A.S., yang juga berlokasi terutama di mal, bertambah menjadi 131. Garis produk kopi baru
diperkenalkan untuk digunakan oleh perusahaan layanan kantor selama tahun itu juga.

In 1997, Godiva launched a new promotional campaign to boost sales for


Valentine's Day. The company placed three certificates redeemable for one-carat
diamond rings valued at $10,000 in boxes of its Love in Bloom chocolate
collection, which retailed for $18 or more per box. The successful giveaway
brought the company significant media attention, and it was reprised and
expanded each year thereafter.

In the fall of 1998, president Craig Rydin, who had been running the company
since 1996, was moved up in the Campbell organization, and his place taken by
Archbold van Beuren. At this time Godiva was also introducing a new line of
cookies (known in the industry as biscuits), which included such flavors as
Hazelnut Belgique and Chocolate-Dipped Pirouette.

In 1999, Godiva introduced a line of ultra-premium ice cream in conjunction with


Dreyer's/Edy's Grand Ice Cream, which initially consisted of six flavors. A 12.5
ounce container retailed for $3.19, making it more expensive than established
premium brands such as Ben & Jerry's. Within six months of its introduction in
March 1999, the line had come to account for 7 percent of the super-premium
category's sales, with annual revenues projected to reach $20 million or more.
The year had also seen the most lavish Chocolates & Diamonds Valentine's
promotion to date, featuring prizes of 100 diamond earring sets and a 7.2 carat
diamond ring valued at $125,000, courtesy of DeBeers.

Pada tahun 1997, Godiva meluncurkan kampanye promosi baru untuk meningkatkan penjualan untuk Hari
Valentine. Perusahaan menempatkan tiga sertifikat yang dapat ditukarkan dengan cincin berlian satu karat
senilai $ 10.000 dalam kotak koleksi cokelat Love in Bloom, yang dijual seharga $ 18 atau lebih per kotak.
Pemberian yang berhasil membawa perhatian media yang signifikan kepada perusahaan, dan itu dihapus dan
diperluas setiap tahun sesudahnya.

Pada musim gugur 1998, presiden Craig Rydin, yang telah menjalankan perusahaan sejak tahun 1996,
dipindahkan ke organisasi Campbell, dan tempatnya diambil oleh Archbold van Beuren. Pada saat ini Godiva
juga memperkenalkan lini cookie baru (dikenal di industri ini sebagai biskuit), yang mencakup rasa seperti
Hazelnut Belgique dan Chocolate-Dipped Pirouette.

Pada tahun 1999, Godiva memperkenalkan sederet es krim ultra-premium bersamaan dengan Dreyer's /
Edy's Grand Ice Cream, yang awalnya terdiri dari enam rasa. Kontainer 12,5 ons dijual seharga $ 3,19,
membuatnya lebih mahal daripada merek-merek premium yang sudah mapan seperti Ben & Jerry's. Dalam
waktu enam bulan sejak diperkenalkan pada bulan Maret 1999, saluran tersebut telah mencapai 7 persen
dari penjualan kategori super-premium, dengan pendapatan tahunan yang diproyeksikan mencapai $ 20 juta
atau lebih. Tahun itu juga telah menyaksikan promosi Valentine Chocolates & Diamonds yang paling mewah
hingga saat ini, menampilkan hadiah 100 set anting-anting berlian dan cincin berlian 7,2 karat senilai $
125.000, milik DeBeers.

During the late 1990s, the company experienced a drop in sales to Asia due to an
economic downturn in that region, but its business in Japan and Hong Kong
continued to grow, and distribution there was expanded despite the financial
crisis. By the latter half of 2000, Godiva chocolates were being sold in 37
countries at 232 company-owned stores and at more than 2,500 counters in
specialty and department stores such as Marshall Field's and Barnes & Noble. To
help its customers find the nearest location, the company introduced a free
service to users of cell phones and wireless handheld devices which offered
downloadable maps.

Selama akhir 1990-an, perusahaan mengalami penurunan penjualan ke Asia karena penurunan ekonomi di
wilayah itu, tetapi bisnisnya di Jepang dan Hong Kong terus tumbuh, dan distribusi di sana meningkat
meskipun terjadi krisis keuangan. Pada paruh kedua tahun 2000, cokelat Godiva dijual di 37 negara di 232
toko milik perusahaan dan di lebih dari 2.500 konter di toko khusus dan department store seperti Marshall
Field's dan Barnes & Noble. Untuk membantu pelanggannya menemukan lokasi terdekat, perusahaan
memperkenalkan layanan gratis kepada pengguna ponsel dan perangkat genggam nirkabel yang
menawarkan peta yang dapat diunduh.

2000 and Beyond

The fall of 2000 saw the firm introduce Palets D'Or, dark chocolate pieces whose
smooth centers featured such flavors as tea, lemon, and red wine. Godiva also
took advantage of the promotional opportunity afforded by Miramax Films' hit
Chocolat, giving holders of tickets to the movie free samples and sponsoring a
contest which offered the winner a trip for two to Brussels.

In January 2001, Godiva began its 75th anniversary year by announcing that the
annual Valentine's Day giveaway would include a 7.5 carat diamond ring and 75
diamond bracelets worth $3,500 each. During the year, the company also
introduced a number of new chocolates, including the Romaine, Noix Macadamia,
Nippon, and Creole pieces, each of which contained a unique combination of
chocolate, praline, and other flavors.
In 2003, the company's Valentine's Day promotion shifted away from diamonds to
feature 50 five-day trips for two to a Marriott resort in Arizona, with a pair of "his
and hers" BMW Z4 automobiles as the Grand Prize. That same year also saw the
Starbucks coffee chain begin test-marketing Godiva products at 50 of its stores in
New York, Chicago, and Seattle. In the fall, Godiva introduced new items for the
holiday gift season, including the G Collection of hand-decorated chocolates
created by pastry chef Norman Love, which retailed for close to $100 per pound.
Other offerings included a new collection of deluxe caramels and a limited-edition
music box filled with chocolates, which was produced in conjunction with
Steinway & Sons.

2000 dan Selanjutnya

Musim gugur tahun 2000 melihat perusahaan memperkenalkan Palets D'Or, potongan-potongan cokelat
hitam yang pusat-pusatnya halus menampilkan rasa seperti teh, lemon, dan anggur merah. Godiva juga
mengambil keuntungan dari peluang promosi yang diberikan oleh hit Miramax Films 'Chocolat, memberikan
pemegang tiket untuk sampel gratis film dan mensponsori kontes yang menawarkan pemenang perjalanan
untuk dua orang ke Brussels.

Pada Januari 2001, Godiva memulai tahun ulang tahunnya yang ke-75 dengan mengumumkan bahwa hadiah
Hari Valentine tahunan akan mencakup cincin berlian 7,5 karat dan 75 gelang berlian masing-masing senilai $
3.500. Selama tahun ini, perusahaan juga memperkenalkan sejumlah cokelat baru, termasuk potongan
Romaine, Noix Macadamia, Nippon, dan Creole, yang masing-masing berisi kombinasi unik cokelat, praline,
dan rasa lainnya.

Pada tahun 2003, promosi Valentine's Day perusahaan bergeser dari berlian ke fitur 50 perjalanan lima hari
untuk dua ke resor Marriott di Arizona, dengan sepasang mobil BMW Z4 "miliknya" miliknya sebagai Grand
Prize. Pada tahun yang sama juga melihat rantai kopi Starbucks memulai uji pemasaran produk Godiva di 50
tokonya di New York, Chicago, dan Seattle. Pada musim gugur, Godiva memperkenalkan item baru untuk
musim hadiah liburan, termasuk Koleksi G cokelat buatan tangan yang dibuat oleh koki pastry, Norman Love,
yang dijual dengan harga hampir $ 100 per pon. Penawaran lainnya termasuk koleksi baru karamel deluxe
dan kotak musik edisi terbatas yang diisi dengan cokelat, yang diproduksi bersama dengan Steinway & Sons.

More than three-quarters of a century after the Draps family first started making
chocolates in Belgium, Godiva Chocolatier, Inc. had evolved into the preeminent
luxury chocolate company in the world. The combination of innovative, high-
quality products, finely tuned marketing, and the powerful backing of Campbell
Soup had helped make the name Godiva synonymous with indulgence and
pleasure.
Principal Subsidiaries: Godiva Brands, Inc.; Godiva Belgium N.V. QSA (Belgium);
Godiva Chocolatier (Asia) Ltd. (Hong Kong); Godiva Chocolatier of Canada Ltd.
(Canada); Godiva France S.A. (France); Godiva Japan Inc. (Japan); Godiva U.K.
Ltd. (United Kingdom)

Principal Competitors: Russell Stover Candies, Inc.; The Ghirardelli Chocolate


Company; Hershey Foods Corporation; Nestlé S.A.; Mars, Inc.; Cadbury
Schweppes plc.

Lebih dari tiga perempat abad setelah keluarga Draps pertama kali mulai membuat cokelat di Belgia, Godiva
Chocolatier, Inc. telah berkembang menjadi perusahaan cokelat mewah terkemuka di dunia. Kombinasi
produk-produk inovatif, berkualitas tinggi, pemasaran yang disesuaikan dengan baik, dan dukungan kuat dari
Campbell Soup telah membantu menjadikan nama Godiva identik dengan kesenangan dan kesenangan.

Anak Perusahaan Utama: Godiva Brands, Inc .; Godiva Belgium N.V. QSA (Belgia); Godiva Chocolatier (Asia)
Ltd. (Hong Kong); Godiva Chocolatier of Canada Ltd. (Canada); Godiva France S.A. (Prancis); Godiva Japan Inc.
(Jepang); Godiva U.K. Ltd. (Inggris Raya)

Pesaing Utama: Russell Stover Candies, Inc .; Perusahaan Cokelat Ghirardelli; Perusahaan Makanan Hershey;
Nestlé S.A.; Mars, Inc .; Cadbury Schweppes plc.

http://www.managementparadise.com/forums/elements-logistics/212200-supply-chain-
management-godiva-chocolatier-inc.html

Anda mungkin juga menyukai