Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS VALUE CHAIN PADA PERUSAHAAN

RUMAH BATIK DANAR HADI

DosenPengampu : Drs. Anas Hidayat, MBA., Ph.D.

Disusun oleh :
Ita Septi Muliawati 16911021

Bintang Sulanjari 16911027

Juli Aria Kusuma 16911035

M. Naufal Sudirman 16911055

Magister Manajemen
47 B

Program PascaSarjanaFakultasEkonomi
Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta
2017
I. Pendahuluan

I.1 Latar Belakang

Di antara pertumbuhan berbagai macam industri yang berkembang pesat di Indonesia,


terdapat industri tekstil dan salah satu produknya yang bernilai seni tinggi dan semakin
digemari sampai saat ini adalah industri batik. Batik tetap eksis dan tidak lekang termakan
zaman, walau masih ada beberapa kalangan yang mengkonotasikan batik sebagai sesuatu
yang kuno dan kurang begitu menarik, dibandingkan dengan tekstil modern. Batik
merupakan salah satu industri sandang yang sifatnya padat karya, khususnya untuk batik tulis
dan batik cap. Fenomena batik sangat menarik karena tidak diketahui siapa penemunya,
hanya dapat diperkirakan seni membatik adalah teknologi kuno yang hampir setua seni
pembuatan kain itu sendiri. Banyak hal yang dapat terungkap dari seni batik, seperti latar
belakang kebudayaan, kepercayaan, adat istiadat, sifat dan tata kehidupan, alam dan
lingkungan serta cita rasa dan tingkat keterampilan.

Semenjak diresmikan oleh UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai warisan
budaya Indonesia dan bagian dari World Heritage, batik menemukan momentumnya untuk
menjadi produk tekstil andalan Indonesia. Jika UNESCO sebagai organisasi dunia sudah
mengakui batik sebagai kekayaan asli budaya bangsa Indonesia, maka sebagai bangsa
Indonesia seharusnya juga memiliki rasa memiliki, bangga dan semakin 2 mencintai batik. Ini
membuktikan bahwa batik merupakan warisan budaya bangsa Indonesia, bukan milik bangsa
lain dan tidak bisa diklaim bangsa lain. Ditinjau dari pembuatannya, disamping
mengandalkan teknologi, batik juga kaya akan unsur seni. Pada perkembangannya, batik di
Indonesia dan Pulau Jawa khususnya, dipengaruhi budaya Cina dan Persia.

Hal ini dapat ditemukan pada industri batik di sepanjang pesisir Pulau Jawa,
sedangkan pengaruh Hindu dan Budha terdapat di pusat-pusat kerajaan seperti Yogyakarta
dan Surakarta. Sebagai hasil interaksi dengan zaman dan lingkungan historis, batik dibedakan
menurut pola, motif, corak, dan warna. Batik keraton memadukan budaya Hindu yang masuk
ke keraton di Jawa pada awal abad VII melalui ornamen-ornamen yang ada pada candi Hindu
dan Budha, seperti garuda (gurda), naga, bunga, dan lain-lain. Sedangkan pengaruh batik dari
Cina masuk pada zaman Sriwijaya yang kaya ornamen oriental seperti ular, naga, singa dan
burung merak dalam warna cerah dan pastel. Kini ada pula Batik yang terpengaruh budaya
Jepang, yang biasa disebut dengan Batik Jawa Hokokai, dengan kekhasan pada motif bunga
dan burung, dengan motif yang kecil dan warna yang tidak terlalu tua dan mencolok. Salah
satu perusahaan yang bergerak di bidang industri batik yang masih eksis dan bertahan hingga
saat ini di tengah persaingan yang semakin ketat karena banyaknya pelaku pasar adalah
perusahaan batik Danar Hadi. Dalam perjalanannya, Danar Hadi telah berkembang di
berbagai wilayah di Indonesia,

kelompok usaha Batik Danar Hadi telah menjadi perusahaan manufaktur batik yang
terpadu, yang telah dikenal sebagai produsen kain batik yang halus dan bermutu tinggi.
Kemajuan ini adalah hasil kombinasi tersedianya modal usaha yang mencukupi, ketekunan,
keahlian serta manajemen yang solid. Selain itu, Danar Hadi juga amat menyadari tanggung
jawab usahanya dalam upaya melestarikan seni batik itu sendiri. Danar Hadi menaruh
perhatian besar terhadap upaya pelestarian seni tradisional ini yang diwariskan dari generasi
ke generasi sejak abad ke-17.

Kerja keras dari seluruh elemen perusahaan selama ini telah membuahkan hasil nyata
berupa peningkatan nilai produk batik Danar Hadi yang membuka pintu ke masa depan untuk
eksistensi komoditi historis ini. Memadukan keuletan, keahlian, pengalaman dan jiwa
wiraswasta serta keterbukaan menerima perkembangan mode dan cita rasa, Batik Danar Hadi
berkembang dari sekadar usaha wiraswasta menjadi aset nasional yang kini melayani
konsumen batik menengah ke atas. Sejak 1975, Batik Danar Hadi telah melebarkan sayap
usahanya ke ibukota, Jakarta, dan kota-kota besar di seluruh propinsi Indonesia dengan
membuka Rumah-Rumah Batik serta rangkaian outlet lainnya. Prestasi yang telah ditorehkan
oleh Batik Danar Hadi antara lain dengan meraih sertifikat sebagai Superbrands 2012 yang
merupakan penghargaan 6 bergengsi bagi merek pilihan konsumen Indonesia dan lambang
jaminan kepercayaan konsumen. Kelompok usaha Danar Hadi, dengan pencapaian dalam
kualitas dan keahlian, memiliki masa depan cerah dalam industri batik. Semua itu didukung
filosofi perusahaan yang mengakar kuat pada seni tradisional yang diusungnya, fasilitas,
pengalaman dan keahlian dalam manajemen usahanya. Berpijak pada idealisme mendasar
untuk menyumbangkan sesuatu yang bernilai terhadap seni tradisional batik, pengembangan
produk Batik Danar Hadi bersifat multi dimensional yang taat asas. Secara luas batik dapat
dipresentasikan ke dalam beragam perangkat kebutuhan sehari-hari, perangkat khusus, dan
perangkat eksklusif. Batik Danar Hadi menyadari pentingnya membangun suatu etos kerja
yang profesional agar dapat konsisten melahirkan karya batik yang unggul. Memberikan yang
terbaik, itulah frase paling tepat untuk mengambarkan sikap tiap insan yang terlibat 7 dalam
segenap jajaran kegiatan Batik Danar Hadi.
Dari garis terdepan yang berhadapan langsung dengan konsumen sampai garis
belakang yang merencanakan produksi di atas lembar-lembar desain dari jajaran pelaksana
paling bawah di ujung-ujung ranting kegiatan sampai di tingkat tertinggi perusahaan. Kondisi
yang kian kompetitif di segala sektor bisnis secara otomatis akan mendorong perusahaan
untuk senantiasa menjaga kualitas produknya agar dapat bertahan di tengah persaingan.
Selain itu perusahaan juga harus meningkatkan performa dan kinerjanya dengan menjaga
eksistensinya melalui kejelian dalam melihat peluang yang dimiliki. Agar dapat bertahan
menghadapi persaingan, suatu perusahaan diharapkan memiliki strategi yang tepat dan
unggul dalam mencapai tujuan perusahaan. Suatu perusahaan dengan strategi yang baik harus
memiliki kemampuan untuk memfokuskan pelayanan yang terbaik bagi target pasarnya
sehingga loyalitas mereka tetap terjaga.

Masing-masing Rumah Batik Danar Hadi di Setiap kota diberi keleluasaan untuk
mengatur strategi maupun layout tokonya. Karena itu bisa dilihat bahwa di berbagai Rumah
Batik Danar Hadi di masing-masing kota, layout maupun desain toko disesuaikan dengan
kultur masingmasing kota. Rumah Batik di Solo, dengan yang di Jakarta, maupun di
Surabaya, akan berbeda layout serta strateginya. Ini dikarenakan Danar Hadi memandang
bahwa tiap kota memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri. Danar Hadi Surabaya memiliki
agenda rutin yang 8 membedakannya dengan Rumah Batik Danar Hadi lainnya yang berupa
fashion show yang diadakan setiap kali ada event pariwisata di Surabaya, misalnya Imlek,
hari jadi kota Surabaya, dan sebagainya. Manajemen perusahaan perlu memperhatikan setiap
perubahan yang terjadi dalam lingkungan bisnis yang mencakup faktor internal dan eksternal.
Pada faktor internal meliputi kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) sedangkan faktor
eksternal meliputi peluang (opportunity) dan ancaman (threat) dimana seluruh elemen
tersebut akan sangat membantu dalam penentuan strategi bersaing perusahaan, sejalan
dengan perencanaan strategik manajemen.

1.2 Sejarah singkat Danar Hadi

Tahun 1967 merupakan awal dari perusahaan ini berdiri. Didirikan oleh pasangan suami
istri H. Santoesa Dullah dan Hj. Danarsih Santosa, nama Danar Hadi merupakan gabungan
dari penggalan nama ibu Hj. Danarsih dan sang ayah yang bernama H. Hadipriyono.
Sementara itu kakek buyut H. Santoesa Dullah adalah alm. H. Bakri yang merupakan salah
satu tokoh Serikat Dagang Islam yang aktif di jaman pergerakan kemerdekaan nasional.
Sejak tahun 1975 Batik Danar Hadi melebarkan sayapnya ke Jakarta dan kota-kota besar
lainnya. Tidak hanya pabrik tenun, pemintalan, dan jaringan distribusi yang melebar, Batik
Danar Hadi pun merambah furnitur, museum batik dan tempat pernikahan, serta restoran.
Danar Hadi yang awalnya usaha wiraswasta di Solo kini telah menjadi aset nasional yang
melayani kalangan menengah ke atas.

Pada mulanya PT. BATIK DANAR HADI adalah perusahaan perseorangan yang
merupakan home industri, di mana perusahaannya menyediakan bahan baku dan pengolahan.
Sedangkan para buruh perusahaan mengerjakan di rumah masing - masing. Ini di
mungkinkan karena sebagian buruh berasal dari lokasi sekitar perurahaan. Pada awalnya
perusahaan didirikan oleh Bpk. Wongso Diromo, kemudian pada tahun 1967 perusahaan di
berikan kepada cucunya yaitu Bpk.R.H Santoso. Berkat keuletan, pengalaman, keahlian dan
jiwa kewiraswastaan yang di miliki beliau, perusahaan ini mengalami perkembangan yang
pesat.. Pada tahun 1984 status perusahaan keluarga berubah menjadi perusahaan berbadan
hukum resmi dari pemerintah yang kemudian di beri nama PT. BATIK DANAR HADI.

PT. BATIK DANAR HADI di dirikan dengan akte notaris Maria Theresia Budisantoso,
SH No 17, tanggal 11 Desember 1984 dengan nama perusahaan Batik Danar Hadi. Bentuk
badan usaha dan nama perusahaan di ubah dengan akte notaris yang sama No.10, tgl 31 juli
1985 menjadi PT. BATIK DANAR HADI. Perusahaan mulai menjalankan usahanya dalam
bentuk Perseroan Terbatas sejak tanggal 1 Januari 1984.

Adapun lokasi PT. Batik Danar Hadi adalah di Jl. Dr. Rajiman No. 164 Surakarta sebagai
kantor pusat dan mendirikan cabang-cabang di Jakarta, Surabaya, Semarang, Yogyakarta,
Denpasar, Kuta-Bali, Ujung Pandang dan Batam. Berdasarkan akta pendiriannya PT. Batik
Danar Hadi bergerak dalam bidang :

 Batik atau tenun


 Tekstil atau printing
 Konveksi
 Perdagangan ekspor impor dan interinsulir yang berhubungan dengan ketiga bidang di
atas.
 Usaha-usaha lainnya yang tidak bertentangan dan tidak melanggar undang-undang
yang berlaku.
Bidang usaha yang telah dijalankan selama ini adalah industri dan perdagangan batik
melalui kantor pusatnya di Surakarta dan cabangcabangnya yang ada. Ijin-ijin yang telah
diperoleh antara lain Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) No. 69 / PBI / II. 21 / 85, tanggal
24 Juli 1985. Direktur perusahaan batik ini yang pertama kali saat berdirinya sampai sekarang
belum berubah yaitu tetap Bapak R.H. Santoso, Nyonya Danarsih Santoso, Diah Kusuma
Sari, Diana Kusuma Dewati, Dian Kusuma Hadi, Dewanta Kusuma Wibowo, Ibu Dra.
Mariam Sampoerna dan Bapak Suhendro, B.Sc. Saham-saham yang dimiliki perusahaan ini
tidak diperjualbelikan kepada pihak luar. Tanggung jawab atas perusahaan ini dipegang oleh
redaksi, demikian juga susunan pimpinan pada waktu berdiri sampai sekarang tidak
mengalami perubahan.

II. Model Rantai Nilai (Value Chain)

Konsep Rantai Nilai Menurut Porter ( 1985 ) , konsep rantai nilai menyediakan suatu
kerangka yang sesuai untuk menjelaskan bagaimana suatu kesatuan organisasi dapat
mengelola pertimbangan yang substansial dalam mengalokasikan sumber dayanya,
menciptakan pembedaan dan secara efektif mengatur biaya-biayanya. Porter selanjutnya

Rantai nilai pada industri kreatif merupakan rantai nilai proses penciptaan nilai yang
umumnya terjadi dalam industri kreatif itu sendiri. Urutan linier dari rantai nilai:

Nilai Tambah (Value Added) Menurut Tarigan (2004) Nilai tambah suatu produk merupakan
hasil dari nilai produk akhir dikurangi dengan biaya antara yang terdiri dari biaya bahan baku
dan bahan penolong. Nilai tambah adalah nilai yang ditambahkan kepada barang dan jasa
yang dipakai oleh unit produksi dalam proses produksi sebagai biaya antara. Nilai yang
ditambahkan ini sama dengan balas jasa atas ikut sertanya faktor produksi dalam proses
produksi. Menurut Makki et al( 2001), apabila komponen biaya antara yang digunakan
nilainya semakin besar, maka nilai tambah produk tersebut akan semakin kecil. Begitu pula
sebaliknya, jika biaya antaranya semakin kecil, maka nilai tambah produk akan semakin
besar .

VCA ( Value Chain Analysis) mengklasifikasikan dalam 2 kategori :

 Aktifitas Utama : Aktivitas utama terbagi atas aktivitas logistik kedalam , aktivitas
operasi, aktivitas logistik keluar, aktivitas penjualan dan pemasaran, aktivitas jasa
(service).

 Aktivitas logistik Kedalam : semua aktivitas yang di perlukan untuk menerima,


menyimpan dan mendistribusikan masukan – masukan dan termasuk pula hubungan
dengan para pemasok.
Contoh :
 Gerai
 Outlet penjualan

a. Aktivitas Operasi : Semua aktivitas yang diperlukan untuk mentransformasikan semua


masukan menjadi keluaran ( produk / jasa)
Contoh :
 Penjualan Produk
 Penjualan bahan
 Pelayanan

b. Aktivitas Logistik Keluar : Semua aktivitas yang di perlukan untuk mengumpulkan,


menyimpan dan mendistribusikan keluaran. ( Produk/Jasa)
Contoh :
 Mitra usaha
c. Aktivitas pemasaran dan penjualan : Semua kegiatan mulai dari menginformasikan
para calon pembeli mengenai produk atau jasa, mempengaruhi mereka agar membelinya
dan memfasilitasi pembelian mereka.
Contoh :
 Iklan
 Brosur
 Website
 event ( spg )

d. Aktivitas Jasa ( Service ) : Aktivitas yang diperlukan agar produk atau jasa yang telah
di beli oleh customer tetap berfungsi dengan baik setelah produk atau jasa sampai
ketangan konsumen.
Contoh :
 Pelayanan Customer Service
 Pelayanan melalui website

e. Segmen Pelanggan Personal


Dalam memfasilitasi pelanggan personal dalam mengakses produk dan layanan, kami
menyediakan gerai dan toko- toko di menyebar di banyak tempat dengan banyak
pelayan untuk membantu mencari apa yang di butukan oleh ostemer. dan juga
menyediakan layanan melalui website kami dan aplikasi online.
f. Segmen Pelanggan Korporat
Kami mengelompokkan pelanggan korporat menjadi pelanggan business, enterprise,
wholesale dan internasional berdasarkan beberapa kriteria seperti kontribusi terhadap
pendapatan, area geografi operasi pelanggan dan tipe serta ragam produk dan layanan
yang kami tawarkan. Sebagai bagian dari strategi dalam menyediakan produk dan
layanan pelanggan yang efektif, kami memiliki tim account management dalam
mengelola hubungan dengan pelanggan.
 Program Jaminan dan Tingkat Layanan menjamin terpenuhinya layanan oleh
konsumen berdasarkan produk yang mereka pilih
 Pelanggan segmen korporat, jaminan diberikan berdasarkan kesepakatan
kontrak.
III. Analisis SWOT pada PT. Batik Danar Hadi

Dari hasil analisis terhadap faktor internal Rumah Batik dengan matriks IFE (internal
factors evaluation) serta faktor-faktor eksternal dengan matriks EFE (external factors
evaluation), maka diperoleh kondisi Rumah Batik Danar Hadi Surabaya setelah dilakukan
analisis dengan menggunakan matriks SWOT. Kemudian dengan menggunakan analisis 5
forces Porter, akan diketahui posisi perusahaan dalam industri dan dengan melakukan analisis
strategi generik akan diketahui strategi yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk
mengantisipasi posisinya di lingkungan industri, sedangkan dengan analisis rantai nilai maka
akan diketahui sumber daya yang dimiliki Rumah Batik serta kemampuannya dalam
mengelola sumber daya dalam rangka penciptaan nilai perusahaan yang akan menjadi value
added bagi perusahaan dibandingkan perusahaan lain.
Analisis SWOT salah satu langkah yang paling penting dalam memformulasikan strategi.
1. Evaluasi kekuatan organisasi ada 2 kategori:

A. Kategori kekuatan umum :

 mengembangkan industri batiknya sekaligus untuk meningkatkan kemampuan


produksi batik yang makin diminati pasar.
 mulai masuknya kain batik ke dunia mode (fashion), khususnya penggunaan kain
batik dalam pembuatan kemeja pria dan berbagai pakaian wanita mulai dari atasan,
rok/gaun, baju pesta dan lain-lain.
 Usaha batik Danar Hadi lantas merambah industri hulu pertenunan, pemintalan
benang, dan garmen. Danar Hadi menguasai produksi batik dari hulu ke hilir.

B. Kompetensi unggulan :

 Santosa juga masih terlibat banyak dalam menentukan motif batik.


 Setiap harinya harus ada desain-desain baru tanpa mengulang desain yang lama,"
prinsip Santosa.
 Tidak hanya pabrik tenun, pemintalan, dan jaringan distribusi yang melebar, Batik
Danar Hadi pun merambah furnitur, museum batik dan tempat pernikahan, serta
restoran. Danar Hadi yang awalnya usaha wiraswasta di Solo kini telah menjadi aset
nasional yang melayani kalangan menengah ke atas.
 jaringan pemasarannya yang tersebar di 20 Rumah Batik Danar Hadi di 10 kota di
Indonesia.
 memiliki divisi ekspor. Sampai saat ini, Danar Hadi telah memiliki puluhan existing
buyer dengan pangsa pasar benua Amerika, Eropa, Australia, dan Asia.
 mengembangkan bisnisnya dengan menawarkan furnitur serta piranti griya berbahan
dasar batik, serta beragam properti seperti Pop Hotels Tebet, Sampit Residence di
Melawai, dan Hotel Dinasty Solo.
 juga memiliki "House of Danar Hadi" yang merupakan kawasan wisata terpadu
yang terdiri dari Museum Batik Danar Hadi, Ndalem Wuryaningratan, serta restoran
Soga yang terletak di Solo.
 Untuk mempromosikan penggunaan kain batik untuk pakaian, Santosa pun mulai
menggelar sejumlah kegiatan peragaan busana (fashion show) yang menggunakan
kain batik seperti di sejumlah hotel di Singapura, di Hotel Indonesia dan Hotel
Borobudur Jakarta dan lain-lain.
 membuka sejumlah outlet di luar negeri, seperti di Singapura dan di Jeddah.
Kegiatan eskpor batik pun sudah digeluti Santosa sejak lama dan kini sudah ada
pembeli tetap berbagai produk batik Danar Hadi di luar negeri. Kegiatan ekspor batik
2012 dilakukan Santosa secara rutin antara lain ke Amerika
Serikat, Italia dan Jepang.
 Santosa Doellah juga memugar bangunan Dalem Wuryaningratan yang dibelinya
dan mendirikan Museum Batik Kuno Danar Hadi di sebelah timur Dalem. Kompleks
ini setelah dilengkapi Soga Resto and Café lantas dinamakan House of Danar Hadi
dan menjadi alternatif tujuan wisata di Solo.
 Sebagai bahan baku untuk menghasilkan batik yang berkualitas, kapas yang akan
ditenun menjadi benang dan kain sangat diperhatikan dan hanya kapas-kapas pilihan
yang digunakan. Setelah diperoleh kain yang berkualitas sebagaimana standart
perusahaan, maka kain-kain tersebut kemudian dicuci bersih dan dilakukan proses
penggambaran pola batik yang disebut dengan Japlak. Pola tersebut kemudian
digambar menggunakan canting dan diwarnai beberapa kali hingga memperoleh
warna dengan kualitas sesuai perusahaan. Seteleh itu kain dibasuh atau melewati
proses lorod dengan membasuhnya denagn lilin yang dicelokan pada air yang
mendidih. Setelah semua proses tersebut selesai, maka kain dijemur di bawah
matahari secara langsung hingga kering sempurna.

2. Evaluasi kelemahan organisasi.

 Di awal, pembeli batik saya jarang membeli secara kontan. Mayoritas membeli lewat
sistem hutang sehingga saya jarang memegang uang cash. Itu yang membuat saya
bertanya-tanya, kenapa saya punya uang tapi uang saya tidak ada.

3 Evaluasi suatu kesempatan dan ancaman organisasi.

 Evaluasi kesempatan :
 Danar Hadi bekerja sama dengan para perancang busana Tanah Air.
 ada kalanya bahan baku menjadi kendala. Pada 1972, saya memutuskan
membuat pabrik tekstil agar kesulitan itu bisa teratasi.
 Pemakaian batik yang dulu sebatas kain panjang telah berkembang menjadi
busana sehari-hari, busana siap pakai, busana pesta, bahkan sebagai material
desain interior.
 Evaluasi ancaman:
 Pada waktu itu keluarganya di Solo juga mempunyai usaha batik, tetapi lebih
mengarah ke batik seni. Merasa kurang menjual di pasar, Santosa memberi
inovasi dan kreativitas baru dalam produk batiknya. Padahal pada waktu itu,
batik di Solo sedang lesu-lesunya, sampai banyak yang gulung tikar.

4 Strategi tingkat korporasi yang dilakukan entitas tersebut untuk dapat bertahan :

 Tahun 1981 Santosa mendirikan perusahaan tenun dan finishing PT.


Kusumahadi Santosa. Tahun 1990 ia mendirikan perusahaan pemintalan
benang katun (Spinning) PT. Kusuma Putra Santosa yang dilengkapi dengan
mesin-mesin mutakhir buatan Eropa dan Jepang. Setahun kemudian, ia
mendirikan usaha garmen PT. Kusuma Putri Santosa dan usaha furnitur Jawi
Antik.
 “saya berusaha menghasilkan batik berkualitas dan hanya dipakai orang-
orang yang mengerti batik.” Kata Santosa yang bersemangat.
 “Tiap perjalanan bisnis pasti ada gejolak, ada pasang surut namun kita harus
bisa mengatasi. Saya teringat kata-kata kakek saya di awal-awal menjalankan
bisnis batik. Kakek saya bertanya, “Bisa nggak kamu membuat motif seperti
ini?”. Lalu saya jawab, “Tidak bisa”. Kakek saya kemudian menasehati,
kendala dan keterbatasan pasti ada jalan sehingga jangan mudah mengatakan
tidak bisa. Artinya apa? Saya tidak boleh putus asa dan gampang menyerah
jika menemukan kendala atau rintangan. Kesulitan harus diatasi, tidak boleh
berdiam diri. Caranya? Lewat kreatifitas” Jelas Santosa.

5. gambaran mengenai manajemen sumber daya manusia di entitas tersebut, yang meliputi
sistem rekrutmen,penempatan,dan promosi :

Rekrutmen :
 Danar Hadi bekerja sama dengan para perancang busana Tanah Air.
 Merekrut orang-orang yang sudah terpercaya dan telah lulus uji
kompetensi.
 Merekrut pembatik yang ada di sekitar pabrik dan tempat produksi.
 Untuk pemegang tanggung jawab tinggi dari pihak pemilik sendiri.

Promosi : PT. Batik Danar Hadi menerapkan inti variabel yang ada didalam promosi
atau sering disebut bauran promosi ada 4 (empat), yaitu sebagai berikut :

a. Personal selling

b. Periklanan

Media yang digunakan oleh PT. Batik Danar Hadi dalam mengiklankan produk batiknya
adalah melalui berbagai kegiatan advertising, yaitu :
1) Pemasangan iklan di koran dan majalah (khususnya majalah kewanitaan).

2) Penyiaran iklan di beberapa stasiun TV dan radio.

3) Pembuatan kalender.

4) Pembuatan dan penyebaran barang-barang cetak, seperti : brosur (discount atau informasi
produk), kartu (lebaran, tahun baru), dan undangan show.

5) Spanduk yang dipasang dalam rangka : memberikan informasi (event discount, bonus
penjualan dan produk baru), sebagai sponshorship murni dan sosial (yang bersifat ke-
Islaman).

IV. Strategis yang di terapkan Rumah Batik Danar Hadi

a. Pengembangan Produk
 Jenis bahan batik :
 Sutra
 Sutra ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin)
 Katun
 Poliester
 Tenun
 Ikat
 Serat nanas
b. Batik menurut pembuatannya
 Tulis
 Cap
 Printing
 Kombinasi
c. Warna Produk Batik mengacu pada warna tradisional dan modem T
 radisional : hitam. putih, bim tua. sogan (coklat). Kuning
 Modern : merah. biru. hijau. Oranye
d. Desain Produk Untuk menjaga keeksklusifan serta image Danar Hadi sebagai produsen
batik ternama, produk yang ada di Rumah Batik Danar pada produk fashion, merupakan
hasil karya dari desainer di Jakarta agar dapat selalu menyesuaikan dengan tren yang ada.
Desainer tersebut antara lain Penta Monintja (koleksi ready to wear), Hutama Adhi
(busana wmitaJdress), Deni M.Pribadi (koleksi casual wear). Keseluruhan proses desain
disesuaikan dengan perkembangan mode tanpa melupakan kesakralan nilai batik itu
sendiri.
e. Mutu pada batik menyangkut tentang penggunaan bahan dasar. Proses pembatikan dan
proses pewarnaan. Proses pembatikan dan pewarnaan melibatkan penggunaan bahan-
bahan kimia, apabila penggunaan bahan tidak dipilih yang berkualitas dan pencampuran
warna tidak tepat, maka hasil akhir dapat merusak bahan dasar atau lembar kain dimana
batik dibuat. Disamping itu juga merusak kualitas warna karena warna menjadi mudah
luntur. Mutu produk ditentukan oleh 4 proses pembatikan, secara bemmt semakin
kebawah semakin rendah mutumya.:
• Tulis : menuliskan malam yang sudah cair pada kain dengan canting •
Kombinasi tulis dan cap
• Cap : menstempel kain dengan cap yang sudah dilumuri malam yang
alatnya menyerupai stempel dari perunggu dimana bagian dasarnya
tercetak motif batik.
• Printing: sama dengan sablon tapi alat penyablonnya lebih lebar. 4.1.7
Harga Harga batik ditentukan oleh bahan dan cara pembuatan.

Semakin tinggi kualitas bahan dan kemmitan proses pembuatan. maka harganya akan
semakin mahal pula.

f. Saluran Distribusi dan Perluasan Usaha Dalam rangka memperluas cakupan pasarnya
Danar Hadi memiliki 7 Rumah Batik, disamping berbagai outlet yang terdapat di
berbagai mall dan toserba di Indonesia (Pasaraya, Sogo, dan sebagainya). Ketujuh
Rumah Batik tersebut berada di 7 kota antara lain Solo (pusat), Jakarta, Surabaya,
Yogyakarta, Bandung, Medan, Semarang. Sejalan dengan ekspansi bisnis yang sedang
dijalankannya, sejak 1976 Danar Hadi mencoba memasuki pasar internasional, antara
lain Australia, Italia, Jerman, Perancis, Spanyol, Yunani. Jepang dan Amerika mempakan
importir terbesar produk Danar Hadi hingga kini, selain itu juga masih mencoba untuk
ekspansi ke pasar Singapura dan Malaysia sebagai negara tetangga.
Produk utama ekspor adalah bahan batik dan garmen siap pakai (laki-laki,
perempuan, anak), sarung dan produk lain seperti sandal, tas, topi, taplak, gorden dan
sebagainya. Dengan semakin berkembangnya usaha. sejak tahun 1981 dilakukan
perluasan secara integral baik ke arah hulu maupun hilir, dengan mendirikan beberapa
unit usaha : • PT Kusumahadi Santosa, 1981, suatu industri pertenunan dan finishing
dengan permesinan modern di daerah Karang Anyar, Surakarta. 1990, industri
pemintalan integral dengan mesin-mesin super canggih di lokasi yang berdekatan dengan
PT Kusumahadi Santosa. Kapasitas spinning ± 2500 bal/bulan. • PT Kusumaputri
Santosa, 1995, industri garmen sebagai pengembangan integral dari unit usaha garmen
yang sudah ada. Kapasitas produksi kemeja ± 25.000 potong/bulan, gaun ± 20.000
potong/bulan. • Sentra Pasar Batik Danadi, 1997, untuk menjangkau dan melayani
distribusi ke pasar menengah yang lebih luas.

g. Pelayanan : Untuk mengukur serta menjaga kualitas pelayanannya, pihak Rumah Batik
senantiasa memberikan angket kepada pengunjungnya berupa pertanyaan seputar
pelayanan yang telah diberikan. Dengan angket tersebut. manajemen Danar Hadi dapat
menilai kinerjanya dan melakukan pengembangan serta perbaikan terhadap kualitas
pelayanannya. Selain itu, untuk mempermudah konsumen dalam melakukan transaksi
pembayaran. Danar Hadi juga menerima sistem pembayaran dengan credit card agar
konsumen tidak menemui kesulitan dalam membawa uang tunai dalam jumlah banyak.
Semuanya dilakukan agar konsumen merasa nyaman dan memperoleh kesan yang
mendalam pada saat berbelanja.
Ini sangatlah penting karena pengalaman pada saat pembelian akan
berpengaruh terhadap terjadinya pembelian ulang (repurchase).

h. Promosi : Sebagai sarana untuk memperkenalkan produk-produk fashion terbarunya serta


sebagai sarana komunikasi dengan konsumen, pihak Rumah Batik mengadakanfashion
show pagelaran busana yang diadakan setiap 3 bulan sekali. Pagelaran ini dihadiri oleh
kalangan umum maupun para relasi dan kolega Danar Hadi dengan model dari kota-kota
besar. Adapun undangan khusus pada pagelaran ini adalah konsumen yang tercatat dalam
database pelanggan Danar Hadi dengan nilai transaksi diatas 1juta rupiah. Danar Hadi
selalu memberikan diskon sebesar 20% untuk segala jenis barang yang tersedia di Rumah
Batik. Program promosi lainnva adalah Layanan Privilege Card Danar Hadi berupa kartu
anggota eksklusif bagi para konsumen. Konsumen dapat memperolehnya dengan
pembelanjaan minimal 2 juta rupiah (silver card) dan 5 juta rupiah (gold card) serta
mengisi form keikutsertaan. Adapun keuntungan yang didapat antara lain :
• Mendapatkan special promo bempa potongan harga
• Memperoleh buletin selama news tiga bulanan
• Memperoleh diskon khusus di merchant partner Danar Hadi
• Konsumen akan mendapat point reward yang diakumulasikan dari total
pembelanjaan
Dalam rangka peningkatan pelayanan terhadap konsumennya dan menjangkau
lingkup yang lebih luas, Danar Hadi juga telah memiliki sebuah website
(www.danarhadibatik.com). Dengan website ini diharapkan segala info mengenai Danar
Hadi dapat denganmudah diakses dan dijangkau konsumennya kapanpun dan
dimanapun. Ini juga merupakan perwujudan komitmen Danar Hadi terhadap
perkembangan uuma ui era aioual.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, 2014. Surakarta dalam Angka Tahun 2014, Surakarta:BPS
Basu Swastha DH, Irawan MBA. 2005. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta :
Liberty
Hadari Nawawi dan Mimi Martini. 1996. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada Press.
R.A. Supiyono. 1990. Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis. Edisi Pertama. Yogyakarta:
BPFE.
Rina Rachmawati, 2010., “Analisis inovasi produk, customer value, dan merek yang
berpengaruh terhadap keunggulan bersaing usaha konveksi (konveksi wedi klaten),
Penelitian DIPA Unnes 2010.
Michael E. Porter (1980):”Competitive Stategy” Techniques for Analysing Industries and
Competitors., New York: Free Press.

Anda mungkin juga menyukai