Laporan Susu Kelompok 8
Laporan Susu Kelompok 8
Disusun Oleh :
Kelompok/Kelas : 8/ THP C
Anggota : Tata AnggiArianti (17-1010)
Puja DwiJayanti (17-1110)
Rosa FahiraArfinda (17-1112)
Thilal Nafis Lukito (17-1120)
Acara : Susu
Kedelai
Pencucian
Penyaringan Ampas
Pengamatan
3.2.2 Fungsi Perlakuan
Pada proses pembuatan susu kedelai dapat dilakukan dengan beberapa tahap. Tahap
pertama yaitu proses pencucian dan perendaman biji kedelai selama ± 12 jam, proses ini
bertujuan untuk melunakkan biji kedelai. Kemudian dilakukan pencucian untuk
menghilangkan kotoran yang masih menempel. Tahap selanjutnya adalah perebusan selama
30 menit dan pengupasan kulit ari dari biji kedelai. Tahap selanjutnya adalah proses ekstraksi
menggunakan air panas dengan perbandingan 1:4 menggunakan blender, tujuannya untuk
mendapat sari biji kedelai yang kemudian direbus selama 30 menit. Hasil rebusan kemudian
disaring menggunakan kain saring rangkap dan ampasnya dipisahkan. Selanjutnya dilakukan
pencampuran susu kedelai dengan garam dan gula hingga merata. Susu yang telah tercampur
dibagi menjadi 2 bagian, bagian pertama tanpa diberi penstabil, bagian kedua diberi penstabil
0,1%. Fungsi dari penstabil adalah untuk mencegah terjadinya pemisahan fraksi dan
mencegah terjadinya pengendapan dari susu kedelai. Kemudian masing-masing susu
dimasukkan dalam beaker glass (masing-masing 50 ml). Tahap terakhir adalah pasteurisasi
pada suhu 90oC selama 10 menit kemudian diamati stabilitas emulsinya.
BAB 4. HASIL PENGAMATAN
2. Kenampakan
Non-CMC Encer, tidak
Susu Kedelai terdapat gumpalan,
tidak mengalami
pemisahan, warna
putih kekuningan.
CMC Agak kental,
terdapat gumpalan,
mengalami
pemisahan, warna
putih tulang.
Susu Sapi Non-CMC Encer, sedikit
terdapat gumpalan,
tidak mengalami
pemisahan, warna
putih tulang.
5.1 Warna
Pada praktikum konsumer produk susu ini menggunakan tiga sampel yang berbeda,
sampel yang digunakan yaitu sebagai berikut, menggunakan susu sapi, menggunakan susu
kedelai dan menggunakan susu edamame dan setiap sampel terdapat dua perlakuan
praktikum yaitu dilakukan penambahan CMC dan non CMC. Penambahan CMC ini
berfungsi mempertahankan kestabilan minuman agar partikel padatannya tetap terdispersi
merata ke seluruh bagian sehingga tidak mengalami pengendapan (Prasetyo, et al., 2015).
CMC juga berperan sebagai pengikat air, pengental, stabilisator emulsi, dan tekstur gum.
CMC mampu menggantikan produk-produk seperti gelatin, gum arab, agar agar, karageenan
dan tragacanth. Sebagai pengemulsi, CMC sangat baik digunakan untuk memperbaiki
kenampakan tekstur dari produk berkadar gula tinggi (Pitaloka, 2015).
CMC (Carboxymethycellulose) merupakan salah satu hidrokoloid turunan
polisakarida tumbuhan yang memiliki kelarutan yang baik dalam air panas dan dapat
membentuk gel yang bersifat reversibel bila dipanaskan pada suhu 50-60ºC dan berfungsi
sebagai agen pembentuk tekstur elastis. Selain itu juga berfungsi untuk mencegah
terbentuknya buih saat pendinginan. CMC memiliki sifat larut pada air hangat yang
berpotensi meningkatkan kepekatan pada larutan dan bersifat anionik (Lersch, 2010).
Dari hasil praktikum pembuatan susu didapatkan hasil yaitu pada susu sapi tanpa
penambahan CMC memiliki warna asli susu yaitu putih susu sedangkan dengan penambahan
CMC warna susu berubah menjadi putih kekuningan. Pada susu kedelai tidak ditambahkan
CMC berwarna putih cerah, sedangkan ditambahkan CMC warna susu kedelai menjadi putih
kekuningan. Pada susu edamame tanpa penambahan CMC berwarna hijau pucat dan dengan
penambahan CMC berwarna hijau cerah. Perubahan warna pada semua sampel susu saat
ditambahkan CMC menjadi lebih kekuningan yaitu dikarenakan CMC merupakan salah satu
golongan karbohidrat, menurut Andarwulan et al. (2011), karbohidrat mengandung gula
pereduksi yang berperan dalam reaksi pencoklatan non enzimatis (Maillard) apabila bereaksi
dengan senyawa yang memiliki gugus amino seperti protein. Hal tersebut yang menyebabkan
warna susu menjadi lebih kekuningan.
5.2 Kestabilan Emulsi
Penggunaan CMC (Carboxyl Metil Cellulose) pada pembuatan susu memiliki sifat
sebagai zat pentabil yang cukup baik (Kamal, 2010). Setiap produk susu yang menggunakan
CMC sebagai bahan pengemulsi memiliki tingkat kestabilan yang cukup baik dibandingkan
dengan produk susu tanpa menggunakan CMC sebagai bahan penstabil. Produk susu tanpa
CMC memiliki tingkat kestabilan yang lebih rendah, hal tersebut dapat dilihat dari
kenampakan yang dihasilkan dari setiap produk. Kenampakan produk susu tanpa CMC
memiliki partikel padatan yang terpisah dengan larutan susu atau bisa disebut dengan
endapan.
Tujuan penggunaan CMC pada produk susu terutama produk susu yang bukan dari
hewani yaitu sebagai bahan untuk meningkatkan kestabilan produk supaya partikel
padatannya tetap terdispersi merata keseluruh bagian, sehingga produk susu tidak akan
mengalami pengendapan dalam waktu yang cukup lama. Hal lain yang menjadikan produk
susu dengan penambahan CMC sebagai bahan penstabil yaitu karena gugus hidroksil pada
CMC yang merupakan penentu sifat kelarutan CMC dalam air, sehingga produk susu yang
ditambahkan CMC memiliki kestabilan yang cukup baik (Ferdiansyah dkk, 2016).
5.3 Kekentalan
Pada praktikum konsumer produk susu ini menggunakan tiga sampel yang berbeda,
sampel yang digunakan yaitu sebagai berikut, menggunakan susu sapi, menggunakan susu
kedelai dan menggunakan susu edamame dan setiap sampel terdapat dua perlakuan
praktikum yaitu dilakukan penambahan CMC dan non CMC. Penambahan CMC ini
berfungsi mempertahankan kestabilan minuman agar partikel padatannya tetap terdispersi
merata ke seluruh bagian sehingga tidak mengalami pengendapan (Prasetyo, et al., 2015).
CMC juga berperan sebagai pengikat air, pengental, stabilisator emulsi, dan tekstur gum.
CMC mampu menggantikan produk-produk seperti gelatin, gum arab, agar agar, karageenan
dan tragacanth. Sebagai pengemulsi, CMC sangat baik digunakan untuk memperbaiki
kenampakan tekstur dari produk berkadar gula tinggi (Pitaloka, 2015).
CMC (Carboxymethycellulose) merupakan salah satu hidrokoloid turunan
polisakarida tumbuhan yang memiliki kelarutan yang baik dalam air panas dan dapat
membentuk gel yang bersifat reversibel bila dipanaskan pada suhu 50-60ºC dan berfungsi
sebagai agen pembentuk tekstur elastis. Selain itu juga berfungsi untuk mencegah
terbentuknya buih saat pendinginan. CMC memiliki sifat larut pada air hangat yang
berpotensi meningkatkan kepekatan pada larutan dan bersifat anionik (Lersch, 2010).
Pada praktikum ini didapatkan hasil yaitu pada susu sapi tanpa penambahan CMC
memiliki tingkat kekentalan yang rendah dan cenderung lebih cair, sedangkan susu dengan
penambahan CMC lebih kental, pada susu kedelai non CMC cenderung cair dan susu kedelai
dengan penambahan CMC lebih kental.Pada susu edamame tanpa penambahan CMC
memiliki tingkat kekentalan yang rendah dan dengan penambahan CMC susu cenderung
lebih kental. Hal tersebut dikarenakan susu dengan adanya ion Na+ karboksil metil selulosa
(CMC) maka dapat menarik partikel – partikel endapan, sehingga dapat membentuk struktur
gel. Keadaan ini didukung oleh pendapat Ganz (1997) yang menyatakan bahwa CMC
memilki sifat ionik Na+ karboksil metil selulosa (CMC) yang dapat menarik partikel –
partikel endapan sehingga dapat membentuk struktur gel dan meningkatkan kekentalan.
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu penambahan CMC dapat mempengaruhi
warna, kekentalan dan kestabilan dari susu. Warna pada susu dengan penambahan CMC
cenderung kekuningan dan susu dengan penambahan CMC memiliki kekentalan yang lebih
tinggi dari pada non CMC. Tujuan penambahan CMC ini agar tidak terjadi pengendapan pada
produk susu
6.2 Saran
Adapun saran dari praktikum ini yaitu sebaiknya praktikan lebih kondusif dalam
melakukan praktikum agar praktikum berjalan lancer dan meminimalisir kesalahan praktikum
DAFTAR PUSTAKA
Alakali, J.S., T.M. Okonkwo, and E.M. Lordye. 2008. Effects of stabilizer on the physic-
chemical attributes of thermized yoghurt. African Journal of Biotechnology, 7 (2): 158-
163.
Aulina, Risqie. 2001. Gizi Dan Pengolahan Pangan. Yogyakarta: Karya Nusa. Hal: 1-2
Fellows, P. J. 2000. Food Processing Technology, Principle and Practice. 2nd Ed. CRC
Press, England.
Ferdiansyah, M.K.,D.W. Marseno dan Y. Pranoto. 2016. Kajian Karakteristik
Carboxylmethyl Cellulose (CMC) dari Pelepah Kelapa Sawit Sebagai Upaya
Diversifikasi Pangan Bahan Tambahan Pangan yang Halal. Jurnal Aplikasi Teknologi
Pangan. 5(4): 136-139.
Ganz AJ (1997). Cellulosa Hydrocolloid. Avi Publishing Co. Inc. Westport, connectiont
Hartoyo, B. 2005. Perbaikan Mutu Susu Kedelai di dalam Botol. Bandung: Departemen
Perindustrian. Bogor.
Kamal, Netty. 2010. Pengaruh Bahan Aditif CMC (Carboxylmethyl Cellulose) terhadap
Beberapa Parameter pada larutan Sukrosa. Jurnal Teknologi Vol.1.Edisi 17, Periode
Juli-Desember 2010 (7884).
Pitaloka, A. B., Hidayah, N. S., Saputra, A. H. dan Nasikin, M., 2015. Pembuatan CMC dari
selulosa eceng gondok dengan media reaksi campuran larutan isopropanol-isobutanol
untuk mendapatkan viskositas dan kemurnian tinggi. Jurnal Integrasi Proses. 5(2) :
108–114
Prasetyo, B.B, Purwadi dan D. Rosyidi. 2015. Penambahan CMC (Carboxy Methyl
Cellulose) Pada Pembuatan Minuman Madu Sari Buah Jambu Merah (Psidium
Guajava) Ditinjau dari pH, Viskositas, Total Kapang dan Mutu Organoleptik.
Universitas Brawijaya, Malang. p. 1-8
Santoso. 2009. Susu dan Yoghurt Kedelai. Laboratorium Kimia Pangan Faperta UWG.
Sudarmadji, B, dan Suhardi. 1989. Prosedur Analisis untuk Bahan Makanan dan Pertanian.
Liberty. Yogyakarta.
DOKUMENTASI
No. Gambar Keterangan
1. Preparasi alat dan bahan
2. Penimbangan bahan
3. Perebusan kedelai