PPH Pasal 4 Ayat 2
PPH Pasal 4 Ayat 2
Berdasarkan Pasal 4 ayat (2) Undang Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
1983 tentang pajak penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2000 ditentukan bahwa
atas penghasilan berupa deposito dan tabungan tabungan lainnya, penghasilan dari
transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek, penghasilan dari pegalihan
harta berupa tanah dan atau bangunan dan pengahasilan tertentu lainnya,
pengenaan pajaknya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
B. Pajak Penghasilan Atas Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto SBI
1. Pengertian dan Dasar Hukum Pajak Penghasilan atas Bunga Deposito dan
Tabungan Serta Diskonto SBI
Pajak penghasilan atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI adalah
Pajak penghasilan yang dikenakan terhadap perolehan penghasilan dari bunga
deposito, tabungan, dan diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Dasar humum pelaksanaan pajak penghasilan atas bungan deposito dan tabungan
serta diskonto SBI adalah pasal 4 ayat (2) Undang Undang Pajak penghasilan jis
Peraturan Pemerintah Nomor 131 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri keuangan
Nomor 5/KMK.04/2001.
Besarnya tarif PPh atas Bunga Deposito dan Tabungan Serta SBI adalah sebagai
berikut:
a. Untuk WP dalam negri dan BUT adalah 20% dari jumlah bruto, dan bersifat
final
b. Untuk WP luar negri adalah 20% dari jumlah bruto atau dengan tarif
berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B), bersifat final
a. Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI, sepanjang jumlah deposito
dan tabungan serta diskonto SBI tersebut tidak melebihi Rp. 7.500.000 (tujuh
setengah juta rupiah)
b. Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di
Indonesia atau cabang bank luar negri di Indonesia
c. Bunga deposito dan tabungan seta diskonto SBI yang diterima atau diperoleh
Dana pensiun yag pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan
sepanjang dananya diperoleh dari sumber pendapatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang dana Pensiun,
dan
d. Bunga tabungan pada Bank yang ditunjuk pemerintah dalam rangka pemilikan
rumah sederhana. Kaveling siap bangun untuk rumah sederhana dan sangat
sederhana, atau rumah susun sederhana sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
untuk dihuni sendiri.
SKB diberikan terhadap tabungan dan deposito serta diskonto SBI yang
penempatannya dan atau peranjangannnya (roll over) dilakukan pada tanggal 1
Januari 2001 dan sesudahnya.
Permohonan surat keterangn bebas PPh diajukan kepada kepala kantor pelayanan
pajak tempat dana pensiun tersebut didaftarkan untuk setiap sertifikat/bilyet, buku
deposito, tabungan atau SBI dangan melampiri :
a. Foto Kopi keputusan Menteri Keuangan tentang pengesahan pendirian dana
pensiun.
b. Foto Kopi laporan keuangan 3 bulanan terakhir, termasuk daftar perincian
dana dan sumber pendapatannya.
c. Foto kopi sertifikat/bilyet/nuku deposito, tabungan dan SBI
Kepala kantor pelayanan pajak harus memberikan SKB dalam jangka waktu 3
(tiga) hari kerja setelah permohonan WP diterima secara lengkap, dan bila ditolak
harus diberikan penolakan dalam jangka waktu 3 (tiga) hari setelah permohonan
diterima secara lengkap dan diberikan alasan penolakan. Surat Keterangan Bebas
PPh berlaku selama 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterbitkan dan dapat diajukan
kembali.
Pajak Penghasilan atas obligasi yang diperdagangkan di bursa efek adalah pajak
penghasilan yang diperoleh para pihak dari obligasi yang diperdagangkan di bursa
efek.
a. Objek Pemotongan
3. Waajib Pajak Orang Pribadi yang dipotong pajak Penghasilan tidak bersifat Final
Atas bungan dan diskonto yang diterima atau diperoleh WP orang pribadi dalam
negri, yang seluruh penghasilannya termasuk penghasilan bunga dan diskonto
obligasi dalam satu tahun pajak tidak melebihi jumlah PTK, dipotong PPh yang
tidak bersfat final.
Jadi, apabila bunga dan diskonto yang diterimanya lebih kecil dari PTKP dalam
satu tahun pajak, maka WP yang bersangkutan dapat mengajukan restitusi atas
PPh yang dipotong tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak.
D. Dasar Penghasilan atas Saham yang Diperdagangkan di Bursa Efek
Pajak penghasilan atas saham yang diperdagangkan di bursa efek adalah pajak
penghasilan yang dikenakan atas transaksi penjualan saham di bursa efek. Dasar
hukumnya adalah pasal 4 Ayat (2) Undang Undang Pajak Penghasilan jis
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1997 dan Keputusan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 282/KMK.04/1997 dan Surat Edaran Direktur Jendral
Pajak Nomor SE-06/PJ.4/1997.
Penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari transaksi
penjualan saham di bursa efek dipungut PPh final dengan tarif sebagi berikut:
a. 0,1% x Nilai transaksi + 0,5% dari nilai saham pada 30 Desember 1996,
dalam hal saham tersebut telah diperdagangkan di bursa efek sebelum
tanggal 31 Desember 1996
b. 0,1% x nilai transaksi + 0,5% dari nilai saham saat IPO (Initial Public
Offering), dalam hal saham tersebut diperdagangkan di bursa efek pada
atau setelah tanggal 1 Januari 1997
Pendiri adalah orang pribadi atau badan yang namanya tercatat dalam daftar
pemegang saham atau tercantum dalam anggaran dasar sebelum pernyataan
pendaftaran yang diajukan oleh BAPEPAM dalam rangka penawaran umum
perdana.
Saham pendiri adalah saham yang dimiliki oleh para pendiri saat perusahaan
mengajukan pernytaan pendaftran kepada BAPEPAM dalam rangka IPO
termasuk:
a. Saham dari kapitalisasi agio yang dikeluarkan dan dibagikan setelah IPO
kepada pendirinya.
b. Saham yang berasal dari pemecahan saham pendiri yang masih dimiliki
pendiri. Tidak termasuk saham pendiri adalah saham yang diperoleh pendiri:
a. Dari pembagian dividen dalam bentuk saham setelah IPO
b. Dari hak pemesanan efek terlebih dahulu, waran, obligasi konversi, dan
efek konversi lainnya setlah IPO
c. Perusahaan reksadana
d. Berupa saham bonus dari kapitalisasi agio setelah IPO yng telah dilunasi
tambahan PPh sebesar 0,5 atas saham pendirinya oleh pemegang saham
pendiri.
1. Pengertian dan dasar Hukum Pajak Penghasilan Persewaan tanah dan Banguanan
Pajak penghasilan atas persewaan tanah dan bangunan adalah pajak penghasilan
berupa sewa tanah dan atau bangunan berupa tanah, rumah, rusun, apartemen,
kondiminium, gedung perkantoran, pertokoan, atau pertemuan termasuk
bagiannya, rumah kantor, toko, rumah toko, gudang dan bangunan industri. Dasar
hukumnya adalah pasal 4 Ayat (2) Undang Undang Pajak Penghasilan jis
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2002 dan Keputusan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 120/KMK.04/2002 jenis jenis penghasilan yang
diterima dari persewaan dan atau bangunan tersebut dikenakan Pajak Penghasilan
bersifat final.
2. Subjek dan Objek Pajak Panghasilan atas Persewaan Tanah dan atau Bangunan
Subjek pajak yang menjasi WP dari pajak penghasilan atas persewaan tanah dan
atau bangunan ini adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh dari sewa
tanah dan atau bangunan. Objeknya adalah sewa tanah dan atau banguanan.
Pengenaan pajakj penghasilan atas persewaan tanah dan atau bangunan tersebut
bersifat final.
Besarnya tarif persewaan tanah dan atau bangunan adalah 10% dari jumlah bruto
nilai persewaab tanah dan batau bangunan yang diterima oleh WP orang pribadi
dan atau badan
Jumblah bruto nilai persewaan adalah semua jumlah yang dibayarkan (terutang)
oleh pihak yang menyewakan dengan nama dan delam bentuk apapun yang
berkaitan dengan tanah dan atau bangunan yang disewa termasuk biaya
perawatan, biaya pemeliharaan, biaya keamanan dan service charge, baik yang
perjanjiannya terpisah maupun yang satukan dengan perjanjian persewaan yang
bersangkutan.
4. Tata Cara Pelunasan PPh Atas Sewa Tanah dan Atau Bangunan
a. Melaui pemotongan oleh penyewa dalam hal penyewa adalah daban
pemerintah, subjek pajak dalam negri, penyelenggara kegiatan, BUT, kerja
sama operasi (KSO), perwakilan perusahaan luar negri lainnya, dan orang
pribadi yag ditetapkan oleh direktur jendral pajak, dan
b. Melalui penyetoran sendiri oleh yang menyewakan, dalam hal penyewa adalah
orang pribadi atau bukan subjek pajak, selain yang disebutkan pada huruf a.
F. Pajak Penghasilan Atas Pengalihan Hak Atas Tanah dan atau Bangunan
1. Pengertian Dasar Hukum Pajak Penghasilan atas Pengalihan Hak Atas Tanah dan
atau Bangunan
Pajak penghasilan atas penghalihan hak atas tanah dan atau bangunan adalah
pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan yang diperoleh dari
pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan. Dasar hukumnya adalah pasal 4
Ayat (2) Undang Undang Pajak Penghasilan jis Peraturan Pemerintah Nomor 79
Tahun 1999 dan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
566/KMK.04/1999dan Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE-
55/PJ.42/1999.
a. Beberapa Pengertian
3. Tata Cara Pelunasan PPH atas Pengalihan Hak atas Tanah dan atau Banguan
Tata cara pelunasan pajak atas penghasilan atas Pengalihan hak atas tanah dan
atau bangunan adalah sebagai berikut:
a. Orang Pribadi atau badan yang menrima atau memperoleh penghasilan dari
pemngalihan hak atas tanah dan atau bangunan dari pihak selain pemerintah
wajib membayar sendiri PPh-nya
b. Orang pribadi atau badan yang menerima atau memperolah penghasilan dari
pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan dari pemerintah yang tidak
memerlukan persyaratan khusus dipungut PPh oleh bendaharawan atau
pejabat yang memerlukan pembayaran atau pejabat yang menyetujui tukar
menujar.