Anda di halaman 1dari 32

OVERVIEW

PAJAK
PENGHASILAN
MATA KULIAH PERPAJAKAN
SEMESTER VI
Dasar Hukum :
• UU PPh & Perubahannya
1. UU Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
Overview Pajak 2. UU Nomor 7 Tahun 1991 tentang Perubahan Pertama atas UU
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
Penghasilan 3. UU Nomor 10 Tahun 1994 tentang Perubahan Kedua atas UU
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
(PPh) 4. UU Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan ketiga atas UU
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
5. UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan keempat atas UU
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan (PPh) adalah Pajak yang dikenakan kepada orang
pribadi atau badan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
dalam satu tahun pajak.

Pengertian Pajak Pajak Penghasilan merupakan pajak langsung yang dipungut


Penghasilan (PPh) Pemerintah Pusat atau merupakan Pajak Negara.

Sebagai pajak langsung, maka pajak penghasilan tersebut menjadi


tanggung jawab wajib pajak yang bersangkutan, dalam arti bahwa pajak
penghasilan tidak boleh dilimpahkan kepada pihak lain atau dimasukan
dalam kalkulasi harga jual maupun sebagai biaya produksi.
Pengertian Penghasilan & Tahun Pajak

Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam
bentuk apapun. Dengan demikian maka penghasilan itu dapat berupa keuntungan usaha, gaji,
honorarium, hadiah dan lain sebagainya.

Tahun Pajak adalah tahun takwim, namun wajib pajak dapat juga
menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwim atau tahun
kalender sepanjang tahun buku tersebut meliputi jangka waktu 12 (dua belas)
bulan.
Subjek pajak penghasilan adalah segala sesuatu
yang memiliki potensi untuk memperoleh
penghasilan dan menjadi sasaran untuk dikenakan
Pajak Penghasilan.

Subjek Subjek pajak akan dikenakan Pajak Penghasilan


apabila menerima atau memperoleh penghasilan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

Pajak berlaku.

Jika Subjek Pajak telah memenuhi persyaratan


objektif maupun persyaratan subjektif, maka di
sebut Wajib Pajak.
Persyaratan Subjektif & Persyaratan Objektif

Persyaratan objektif adalah


Persyaratan Subjektif adalah persyaratan bagi subjek pajak yang
persyaratan yang sesuai dengan menerima atau memperoleh
ketentuan mengenai subjek pajak dalam penghasilan atau diwajibkan untuk
Undang-Undang Pajak Penghasilan melakukan pemotongan/pemungutan
1984 dan perubahannya. sesuai dengan Undang-Undang Pajak
Penghasilan 1984 dan perubahannya.
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
Perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban
Perpajakan termasuk pemungut pajak dan pemotong

Wajib pajak tertentu.


• Kewajiban mendaftarkan diri pada Kantor Pajak
wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau

Pajak tempat kedudukan Wajib Pajak untuk mendapatkan


Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
• Kewajiban melakukan pembayaran, pemotongan/
pemungutan dan pelaporan pajak.
• Kewajiban melaporkan usaha untuk memperoleh
pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Subjek Pajak
Yang menjadi Subjek Pajak :
1. Orang Pribadi (OP);
2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak;
3. Badan;
4. Bentuk Usaha Tetap (BUT) > Perlakuan Pajak dipersamakan dengan Subjek Pajak Badan.
Subjek Pajak
Subjek Pajak
dibedakan
atas 2 (dua)
Subjek Pajak Dalam
jenis, yaitu : Negeri (SPDN)
Subjek Pajak Luar Negeri
(SPLN)
Subjek Pajak Dalam Negeri
(SPDN) > Syarat Subjektif
1. Orang Pribadi (OP), baik yang merupakan Warga
Negara Indonesia maupun Warga Negara Asing, yang:
a. Bertempat tinggal di Indonesia;
b. Berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka
waktu 12 bulan.
c. Dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia.
2. Warisan yang belum tertagih sebagai satu kesatuan
menggantikan yang berhak.

Pasal 2 ayat 3 UU PPh & Pasal 2 ayat 5 UU No.11/2020


3. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.
Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan
usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan
Lainnya, BUMN atau BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun,
Subjek Pajak
Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan, perkumpulan, Dalam Negeri
Yayasan, organisasi social politik atau organisasi lainnya, Lembaga, dan
bentuk badan lainnya termasuk Kontrak Investasi Kolektif. (SPDN) > Syarat
4. Bentuk Usaha Tetap (BUT) Subjektif
Bentuk Usaha Tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang
pribadi dan badan.
Sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf d
untuk menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan di Indonesia, yang dapat berupa :
1. Tempat kedudukan manajemen;
Subjek Pajak 2. Cabang Perusahaan;
Dalam Negeri 3. Kantor Perwakilan;
(SPDN) > Syarat 4. Gedung Kantor;
Subjektif 5. Pabrik;
6. Bengkel;
7. Gudang;
8. Ruang untuk promosi dan Penjualan.
Subjek Pajak Dalam Negeri (SPDN) > Syarat Subjektif
9. Pertambangan dan Penggalian Sumber Alam;
10. Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi;
11. Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, dan kehutanan;
12. Proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan;
13. Pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau orang lain, sepanjang dilakukan
lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan.
14. Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas;
15. Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di
Indonesia;
16. Komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau digunakan
oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan usaha melalui
internet.
Subjek Pajak Luar Negeri (SPLN) > Syarat Subjektif
Subjek Pajak Luar Negeri adalah :
a. Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia;
b. Warga negara asing yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan;
c. Warga negara Indonesia yang berada di Luar Indonesia lebih dari 183 hari jangka waktu 12 bulan serta
memenuhi persyaratan:
1. Tempat tinggal (permanent home)
2. Pusat kegiatan utama (center of vital interest) > Kegiatan yang lebih banyak dilakukan di negara mana …
3. Tempat menjalankan kebiasaan (habitual abode) > Lebih Banyak interaksi atau kerabat dmana ….
4. Status subjek pajak; dan/atau
5. Persyaratan tertentu lainnya, yang ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan tersebut diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan; dan
d. Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia atau yang dapat menerima atau
memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalanakan usaha atau melakukan kegiatan tidak
melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
Jenis Wajib Pajak Orang Pribadi Berdasarkan SPT Tahunan
1. Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) yang memiliki Kegiatan Usaha dan Pekerjaan
Bebas > SPT WPOP 1770
Contoh Usaha : Pengusaha toko emas; Pengusaha Industri Mie Kering; Pengusaha Persewaan
Mobil; dan sebagainy.
Contoh Pekerjaan Bebas : Dokter; Notaris; Akuntan; Konsultan; dan sebagainya.
2. Wajib Pajak Orang Pribadi Dengan Penghasilan Bruto Dari Pekerjaan Lebih dari
60.000.000,- setahun atau kurang dari 60.000.000,- tetapi mempunyai penghasilan lain >
SPT WPOP 1770S. Contoh : Karyawan Swasta/BUMN/PNS/TNI/POLRI/ Pensiunan
PNS,TNI,POLRI.
3. Wajib Pajak Orang Pribadi Dengan Penghasilan Bruto Dari Pekerjaan sebesar
60.000.000,- atau kurang dalam setahun dan tidak memiliki penghasilan lain > SPT
WPOP 1770SS. Contoh: Karyawan Swasta/BUMN/ PNS/TNI/POLRI/ Pensiunan
PNS,TNI,POLRI.
Bukan Subjek Pajak
1. Kantor Perwakilan Negara Asing;
2. Pejabat-pejabat perwakilan Diplomatik, dan konsulat atau
pejabat-pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang
diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat
tinggal bersama-sama mereka dengan syarat :
a. Bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima
atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatannya di
Indonesia.
b. Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.
3. Organisasi Internasional, dengan syarat :
a. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut.
b. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada
pemerintah yang dananya berasal dari Iuran para anggota.
4. Pejabat perwakilan organisasi Internasional, dengan syarat :
a. Bukan Warga Negara Indonesia;
b. Tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk
memperoleh penghasilan di Indonesia.
Objek Pajak Penghasilan (PPh) > Syarat Objektif

Objek Pajak Penghasilan: PENGHASILAN


PENGHASILAN yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia
yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama
dan dalam bentuk apapun.
Objek Pajak Penghasilan (PPh) > Syarat Objektif

Jenis-jenis Objek Pajak Penghasilan berdasarkan Sumber


Perolehannya :
1. Penghasilan dari usaha atau kegiatan
2. Penghasilan dari Pekerjaan
3. Penghasilan dari modal (Investasi)
4. Penghasilan lain-lain
Objek Pajak Penghasilan (PPh) > Syarat Objektif

1. PENGHASILAN DARI USAHA ATAU KEGIATAN


• Laba Usaha
• Premi Asuransi, termasuk premi reasuransi
• Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib
Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
• Penghasilan dari usaha berbasis syariah.
2. PENGHASILAN DARI PEKERJAAN
• Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komis, fee, bonus, gratifikasi,
uang pensiun atau imbalan dalam bentuk lainnya yang ditentukan lain oleh UU.
• Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.
Objek Pajak Penghasilan (PPh) > Syarat Objektif
3. PENGHASILAN DARI MODAL (INVESTASI)
• Keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta termasuk :
1) Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti
saham atau penyertaan modal.
2) Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota yang diperoleh
perseroan, persekutuan, dan badan lainnya.
3) Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha,
atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apapun.
4) Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan kecuali yang diberikan kepada
keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagaaman, badan Pendidikan, badan
social termasuk Yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan
usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan.
5) Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan, tanda urut serta
dalam pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan pertambangan.
Objek Pajak Penghasilan (PPh) > Syarat Objektif

• Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan


pengembalian utang.
• Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen
dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis.
• Royalti atau imbalan atas penggunaan hak.
• Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
• Imbalan bunga
• Surplus Bank Indonesia.
Objek Pajak Penghasilan (PPh) > Syarat Objektif
4. PENGHASILAN LAIN-LAIN
• Penerimaan Kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak
• Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
• Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai jumlah tertentu
yang telah ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah
• Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing
• Selisih lebih karena penilaian Kembali aktiva
• Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak.
Penghasilan Suami, Istri, dan Anak Bekerja

Seluruh penghasilan bagi Wanita yang telah kawin dianggap sebagai


penghasilan suaminya, kecuali penghasilan tersebut semata-mata
diterima atau diperoleh dari 1 (satu) pemberi kerja yang telah dipotong
pajak berdasarkan ketentuan Pasal 21 dan pekerjaan tersebut tidak ada
hubungan dengan usaha atau pekerjaan bebas suami atau
Penghasilan anak yang belum dewasa digabung dengan penghasilan
orang tuanya.
Penghasilan Suami-Isteri dikenakan Pajak secara Terpisah

Penghasilan suami-isteri yang dikenakan pajak secara terpisah apabila :


a. Suami istri telah hidup berpisah berdasarkan putusan hakim (status :
Hidup Berpisah/HB)
b. Dikehendaki secara tertulis oleh suami isteri berdasarkan perjanjian
pemisahan harta dan penghasilan (status : Pisah Harta/PH)
c. Dikehendaki oleh isteri yang memilih untuk menjalankan hak dan
kewajiban perpajakannya sendiri. (Status: Memilih Terpisah/MT)
Bukan Objek Pajak Penghasilan (PPh)
Yang dikecualikan dari Objek Pajak adalah :
1. Bantuan atau sumbangan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak, termasuk zakat yang diterima
oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang disahkan oleh pemerintah. Sumbangan keagamaan
yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan
yang disahkan pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, juga merupakan
penghasilan yang tidak dikenakan pajak penghasilan.
2. Penghasilan berupa harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi
yang menjalankan usaha mikro dan kecil sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha atau penguasaan di
antara pihak-pihak yang bersangkutan.
3. Harta warisan.
Bukan Objek Pajak (PPh)
4. Setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan
modal.
5. Imbalan pekerjaan atau jasa yang diterima dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak
atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak
secara final atau Wajib Pajak khusus lainnya. Imbalan dalam bentuk natura seperti beras, gula, dan
sebagainya, dan imbalan dalam bentuk kenikmatan, seperti penggunaan mobil, rumah, dan fasilitas
pengobatan bukan merupakan objek pajak.
6. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan,
asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, maupun asuransi bea siswa.
7. Dividen yang diterima perusahaan dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan
bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan, dan
kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen)
dari jumlah modal yang disetor.
Bukan Objek Penghasilan (PPh)
8. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan Menteri Keuangan.
9. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-
bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.
10. Bagian laba yang diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,
firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi
kolektif.
Bukan Objek Pajak Penghasilan (PPh)
11. Bagian laba yang diperoleh perusahaan ventura dari badan pasangan usaha yang menjalankan usahanya
di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut merupakan perusahaan mikro, kecil,
menengah, atau yang bergerak dalam sektor usaha tertentu, serta sahamnya tidak diperdagangkan di
bursa efek di Indonesia;
12. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu.
13. Sisa lebih yang diterima lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan atau bidang penelitian
dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali
dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka
waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut.
14. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak
tertentu.
Objek Penghasilan (PPh) Final
Penghasilan dibawah ini dapat dikenai pajak bersifat final :
a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang
negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang
pribadi;
b. Penghasilan berupa hadiah undian;
c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivative yang
diperdagangkan di bursa dan transaksi penjualan saham atau transaksi pengalihan penyertaan
modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa
konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan
e. Penghasilan tertentu lainnya, seperti penghasilan pelayaran dalam negeri dan penghasilan
pelayaran atau penerbangan dalam negeri.
Soal Tugas :
Apakah orang-orang dibawah ini sudah memenuhi syarat subjektif dan syarat
objektif sebagai Wajib Pajak menurut ketentuan Wajib Pajak ?
1. Dismas seorang mahasiswa menerima uang sebesar Rp.2.500.000 setiap bulan
dari orang tua.
2. Viany seorang mahasiswa selain menerima uang sebesar Rp.2.500.000 setiap
bulan dari orang tuanya, juga memiliki penghasilan dari youtube sebesar
Rp.8.500.000 setiap bulannya.
3. Akbar seorang sarjana sudah menikah tetapi belum memiliki pekerjaan saat
tamat kuliah.
4. Novita, pengusaha Wanita, status belum kawin, tanpa tanggungan membuka
usaha catering.
Soal Tugas
5. Mr.Albert, status bujangan, WNA Australia, punya niat untuk
tinggal/menetap di Indonesia. Mempunyai keahlian dibidang Teknik
Industri maupun bidang manajemen. Datang pertama kali ke
Indonesia 1 Juli 2019, dan bertempat tinggal di salah satu hunian pada
sebuah apartmen di daerah kebayoran baru, yang dikontraknya selama
dua tahun terhitung sejak sejak 1 Juli 2019. Dalam tahun 2019
Mr.Albert, memperoleh penghasilan dari dua perusahaan yang
bergerak di Bidang Industri elektronik, yaitu PT.Global dan PT.Buana.
Pada PT.Global memberikan jasa Teknik sedangkan pada PT.Buana
memberikan jasa manajemen. Mr.Albert bukan merupakan pegawai
tetap kedua perusahaan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai