Dekubitus
Dekubitus
Ked (406102038)
DEKUBITUS
I. PENDAHULUAN
Dekubitus dapat terjadi pada setiap usia, tetapi hal ini merupakan masalah
yang khusus dan banyak terjadi pada orang lanjut usia. Insiden kejadiannya
berkaitan erat dengan imobilitas. Istilah dekubitus diambil dari bahasa latin
“decumbere” yang artinya berbaring.
Dekubitus juga disebut pressure sores atau bed sores, adalah
kerusakan/kematian kulit sampai jaringan di bawah kulit, bahkan menembus otot
sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada satu area yang
berlangsung terus menerus atau berulang-ulang sehingga mengakibatkan
peredaran darah setempat terhenti sehingga terjadi nekrosis. Keparahan suatu
dekubitus didasarkan pada kedalaman ulkus. Walaupun semua bagian tubuh dapat
mengalami dekubitus, bagian bawah dari tubuh beresiko tinggi dan membutuhkan
perhatian khusus. Bagian tubuh yang sering mengalami dekubitus adalah tempat
di mana terdapat penonjolan misalnya daerah sacrum, trokhanter mayor, spina
ischiadica anterior superior, tumit, siku dan kepala bagian belakang.
Imobilitas yang berlangsung lama dapat menyebabkan dekubitus.
Terjadinya dekubitus disebabkan oleh gangguan aliran darah setempat, dan
keadaan umum dari penderita.
Dekubitus merupakan suatu hal yang serius dengan angka morbiditas dan
mortalitas yang tinggi pada penderita lanjut usia. Di negara-negara maju
presentase terjadinya dekubitus mencapai 11% dan terjadi dalam 2 minggu
perawatan.
Dekubitus sangat penting dan merupakan masalah yang serius. Namun
dengan perawatan yang tepat, hampir sebagian besar dekubitus dapat
disembuhkan.
Kepaniteraan Geriatri 1
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 28 Januari – 2 Maret 2013
Dekubitus Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)
1. Tekanan
Tekanan darah kapiler berkisar antara 16 mmHg - 33 mmHg. Kulit akan
tetap utuh karena sirkulasi darah terjaga bila tekanannya masih berkisar
pada batas-batas tersebut. Tetapi, sebagai contoh, bila seseorang
menderita imobil / terpancang pada tempat tidurnya secara pasif dan
berbaring diatas kasur busa biasa maka tekanan daerah sakrum akan
mencapai 60-70 mmHg, dan daerah tumit mencapai 30 - 45 mmHg.
Tekanan ini akan menimbulkan daerah iskemik dan bila berlanjut akan
terjadi nekrosis jaringan kulit.
Kepaniteraan Geriatri 2
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 28 Januari – 2 Maret 2013
Dekubitus Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)
3. Gesekan
Gesekan terjadi saat penderita bergerak maju atau ditarik dari tempat
tidurnya sehingga terjadi gesekan antara kulit dan alas tempat tidur,
gesekan ini menghilangkan stratum korneum epidermis sehingga
jaringan di bawahnya menjadi terekspose.
4. Faktor predisposisi
a. Faktor tubuh sendiri ( faktor intrinsik ) antara lain :
Status gizi, underweight atau overweight
Adanya hipoalbuminemia mempermudah terjadinya dekubitus dan
memperburuk penyembuhan Sebaliknya bila ada dekubitus akan
menyebabkan kadar albumin darah menurun.
Penyakit-penyakit neurologik, penyakit-penyakit yang merusak
pembuluh darah dan memperburuk dekubitus.
Kulit yang lembab seperti pada penderita dengan inkontinensia,
keadaan hidrasi/cairan tubuh yang kurang.
b. Faktor ekstrinsik
Kebersihan tempat tidur
Alat-alat tenun yang kusut dan kotor
Peralatan medik, sehingga penderita terfiksasi pada suatu sikap
tertentu
Kepaniteraan Geriatri 3
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 28 Januari – 2 Maret 2013
Dekubitus Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)
Dekubitus dapat terjadi pada setiap umur, tetapi usia lanjut berpotensi
lebih besar. Hal ini disebabkan adanya hubungan antara perubahan
pada kulit dengan bertambahnya usia,yaitu :
a. Berkurangnya jaringan lemak subkutan
b. Berkurangnya jaringan kolagen dan elastin
c. Menurunnya efisiensi kolateral kapiler pada kulit sehingga kulit
menjadi lebih tipis dan rapuh
Kepaniteraan Geriatri 4
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 28 Januari – 2 Maret 2013
Dekubitus Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)
a. Tipe normal
Tipe ini memiliki beda temperature sampai dibawah 2,5 °C
dibandingkan kulit sekitarnya dan akan sembuh dalam perawatan
sekitar 6 minggu. Ulkus ini terjadi karena iskemia jaringan akibat
tekanan, tetapi aliran darah dan pembuluh-pembuluh darah baik.
b. Tipe arteriosklerotik
Tipe ini memiliki beda temperature kurang dari 1°C antara daerah
ulkus dengan kulit sekitarnya. Keadaan ini menunjukkan gangguan
aliran darah akibat penyakit pada pembuluh darah (arteriosklerotik)
ikut berperan untuk terjadinya dekubitus, disamping faktor tekanan.
Dengan perawatan, ulkus ini diharapkan sembuh dalam 16 minggu.
c. Tipe terminal
Tipe ini terjadi pada penderita yang akan meninggal dan tidak dapat
sembuh.
Kepaniteraan Geriatri 5
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 28 Januari – 2 Maret 2013
Dekubitus Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)
Kepaniteraan Geriatri 6
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 28 Januari – 2 Maret 2013
Dekubitus Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)
Kepaniteraan Geriatri 7
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 28 Januari – 2 Maret 2013
Dekubitus Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)
Kepaniteraan Geriatri 8
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 28 Januari – 2 Maret 2013
Dekubitus Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)
Tabel. IV. 1. Skala Norton Untuk Mendeteksi Pasien Berisiko Terkena Ulkus Dekubitus.
Tanggal Dengan penilaian
Nama Pasien Skor
Skor < 12 = resiko tinggi
Kondisi fisik umum:
Skor 12 – 13 = resiko sedang
- Baik 4
Skor > 14 = resiko rendah
- Lumayan 3
- Buruk 2
- Sangat buruk 1
Kepaniteraan Geriatri 9
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 28 Januari – 2 Maret 2013
Dekubitus Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)
Kesadaran:
- Compos mentis 4
- Apatis 3
- Sopor/confuse 2
- Stupor/koma 1
Aktifitas:
- Ambulan 4
- Ambulan dengan bantuan 3
- Hanya bisa duduk 2
- Tidur 1
Mobilitas:
- Bergerak bebas 4
- Sedikit terbatas 3
- Sangat terbatas 2
- Tak bisa bergerak 1
Inkotinensia:
- Tidak ada 4
- Kadang-kadang 3
- Sering inkotinensia urn 2
- Inkotinensia urin dan alvi 1
Skor total
V. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi akibat dekubitus adalah :
Sepsis merupakan komplikasi yang paling sering dari dekubitus.
Infeksi lokal, selulitis, dan osteomielitis.
Pyarthrosis atau ulkus yang berpenetrasi ke rongga sendi.
Hal ini terjadi pada dekubitus yang terinfeksi sangat dalam.
Amyloidosis terjadi pada dekubitus kronik.
Hal ini juga menjadi sumber penularan nokosomial di rumah sakit
karena resistensi dari antibiotic.
Kepaniteraan Geriatri 10
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 28 Januari – 2 Maret 2013
Dekubitus Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)
VI. PENATALAKSANAAN
Tindakan pencegahan adalah langkah pertama dalam menghindari
timbulnya dekubitus. Selain mengurangi biaya perawatan, pencegahan terjadinya
ulkus dekubitus juga merupakan langkah yang dapat mempertahankan kualitas
hidup pasien. Pencegahan untuk mencegah terjadinya luka dekubitus terdiri dari 3
kategori, yaitu :
1. Perawatan kulit dan penanganan dini
a. Diawali dengan mengenal penderita yang beresiko tinggi untuk
terjadinya dekubitus.
b. Meramalkan akan terjadinya dekubitus dengan memakai skor
Norton. Skor di bawah 14 menunjukkan adanya resiko tinggi
terjadinya dekubitus.
c. Menjaga kebersihan kulit penderita dengan memandikan setiap
hari. Sesudah dikeringkan dengan baik, digosok dengan lotion,
terutama di bagian kulit yang terdapat tonjolan-tonjolan tulang.
Bisa juga dibubuhkan bedak tabur secara teratur. Sambil digosok di
lakukan masase untuk melancarkan sirkulasi darah ke kulit.
d. Meningkatkan status kesehatan penderita
Umum : memperbaiki dan menjaga keadaan umum penderita,
misalnya hipoalbuminemia dikoreksi, nutrisi dan hidrasi yang
cukup, vitamin C dan mineral Zn ditambahkan.
Kepaniteraan Geriatri 11
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 28 Januari – 2 Maret 2013
Dekubitus Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)
Kepaniteraan Geriatri 12
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 28 Januari – 2 Maret 2013
Dekubitus Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)
Kepaniteraan Geriatri 13
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 28 Januari – 2 Maret 2013
Dekubitus Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)
3. Edukasi pasien
Tim medis yang terlibat didalam edukasi pasien agar menyadari bahwa
tindakannya dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
pasien untuk mencegah terjadinya luka dekubitus, akan sangat
mempengaruhi pasien untuk melakukan tindakan-tindakan pencegahan
terjadinya dekubitus.
Kepaniteraan Geriatri 14
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 28 Januari – 2 Maret 2013
Dekubitus Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)
Kepaniteraan Geriatri 15
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 28 Januari – 2 Maret 2013
Dekubitus Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)
Kepaniteraan Geriatri 16
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 28 Januari – 2 Maret 2013
Dekubitus Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)
luka dan bakteri ini (fagositosis). Fase ini disebut juga fase lamban
karena reaksi pembentukan kolagen baru sedikit dan luka hanya
dipertautkan oleh fibrin yang amat lemah.
Kepaniteraan Geriatri 17
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 28 Januari – 2 Maret 2013
Dekubitus Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)
Kepaniteraan Geriatri 18
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 28 Januari – 2 Maret 2013
Dekubitus Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)
Kepaniteraan Geriatri 19
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 28 Januari – 2 Maret 2013
Dekubitus Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)
VII. KESIMPULAN
Dekubitus terjadi akibat seseorang berada pada satu posisi dalam jangka
waktu yang panjang dan tanpa adanya perpindahan posisi. Tekanan di kulit yang
bersentuhan dengan alasnya tersebut menyebabkan iskemi jaringan sehingga
menyebabkan dekubitus. Faktor penyebab dekubitus adalah masalah imobilitas.
Bila dapat diusahakan pemerataan kontak bagian-bagian tubuh dengan permukaan
alas tidur akan dapat mengurangi besarnya faktor tekanan.
Hampir seluruh dekubitus dapat dicegah dengan banyak teknik seperti
edukasi, diet, berpindah posisi setiap 2 jam, kebersihan diri dan rencana
perorangan. Pengelolaan diawali dengan kewaspadaan mengenal penderita dengan
resiko tinggi terjadi dekubitus, yang dapat dinilai dengan sistem skor dari Norton.
Setelah terjadi dekubitus tindakan medik disesuaikan dengan derajat / stadium
dari dekubitus. Sekarang ini penggunaan madu untuk merawat luka dekubitus
memberikan hasil penyembuhan yang baik.
Kepaniteraan Geriatri 20
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 28 Januari – 2 Maret 2013
Dekubitus Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)
RANGKUMAN DEKUBITUS
Kepaniteraan Geriatri 21
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 28 Januari – 2 Maret 2013
Dekubitus Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)
Kepaniteraan Geriatri 22
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 28 Januari – 2 Maret 2013
Dekubitus Chandra R. Wulan, S.Ked (406102038)
DAFTAR PUSTAKA
1. Darmojo R.B., Martono H.H., Buku Ajar Geriati, FKUI, Jakarta 1999.
2. Djuanda A., Prof., Dr., Ilmu Penyakit kulit dan Kelamin edisi ketiga, FKUI,
Jakarta 1999.
3. Doyle D., Hanks G.W.C., Mc Donald N., Palliative Medicine Second editior,
4. Hazzard W.R., Andres R., Bierman E.L, Priciples of Geriatric Medicine and
5. Siregar R.S., Prof., Dr., Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, EGC, Jakarta
1996.
9. www. Fpnotebook.com
13. www.Seniorjournal.com
Kepaniteraan Geriatri 23
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana
Periode 28 Januari – 2 Maret 2013