Anda di halaman 1dari 16

 SEJARAH OLIMPIADE

Pertandingan Olimpiade (bahasa Perancis: les Jeux olympiques, JO)[1] adalah ajang olahraga
internasional empat tahunan yang mempertandingkan cabang-cabang olahraga musim panas dan
musim dingin serta diikuti oleh ribuan atlet yang berkompetisi dalam berbagai pertandingan
olahraga. Olimpiade merupakan kompetisi olahraga terbesar dan terkemuka di dunia, dengan
lebih dari 200 negara berpartisipasi.

Awalnya, Olimpiade hanya berlangsung di Yunani kuno sampai akhirnya pada tahun 393 M
Olimpiade kuno ini dihentikan oleh Kaisar Romawi, Theodosius. Olimpiade kemudian
dihidupkan kembali oleh seorang bangsawan Perancis bernama Pierre Frèdy Baron de Coubertin
pada tahun 1896. Dalam kongres pada tahun 1894 yang diselenggarakan di Paris, didirikanlah
Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan ibu kota Yunani, Athena dipilih sebagai tuan rumah
Olimpiade modern pertama tahun 1896. Selanjutnya, sejak tahun 1896 sampai sekarang, setiap
empat tahun sekali Olimpiade Musim Panas senantiasa diadakan kecuali tahun-tahun pada masa
Perang Dunia II. Edisi khusus untuk olahraga musim dingin; Olimpiade Musim Dingin, mulai
diadakan pada tahun 1924. Awalnya Olimpiade Musim Dingin diadakan pada tahun yang sama
dengan Olimpiade Musim Panas, namun sejak tahun 1994 Olimpiade Musim Dingin diadakan
setiap empat tahun sekali, dengan selang waktu dua tahun dari penyelenggaraan Olimpiade
Musim Panas.

Evolusi yang dilakukan oleh IOC selama abad ke-20 dan 21 telah menyebabkan beberapa
perubahan pada penyelenggaraan Olimpiade. Beberapa penyesuaian dilakukan, termasuk
penciptaan Olimpiade Musim Dingin untuk olahraga es dan salju, Paralimpiade untuk atlet
dengan kekurangan fisik dan Olimpiade Remaja untuk para atlet remaja. Dalam
perkembangannya, Olimpiade telah menghadapi berbagai tantangan, seperti pemboikotan,
penggunaan obat-obatan, penyuapan dan terorisme. Olimpiade juga merupakan kesempatan
besar bagi kota dan negara tuan rumah untuk menampilkan diri kepada dunia.

Gerakan Olimpiade terdiri dari federasi olahraga internasional (Federasi Internasional), Komite
Olimpiade Nasional (NOC), dan komite pengorganisasian untuk Pertandingan Olimpiade .
Sebagai badan pembuat keputusan, IOC bertanggung jawab untuk memilih kota tuan rumah
untuk setiap Pertandingan, dan mengatur dan mendanai Olimpiade sesuai dengan Piagam
Olimpiade. IOC juga menentukan program Olimpiade, yang terdiri dari cabang olahraga yang
akan dipertandingkan di Olimpiade. Ada beberapa ritual dan simbol Olimpiade, seperti bendera
dan obor Olimpiade, serta upacara pembukaan dan penutupan. Lebih dari 13.000 atlet bersaing di
Olimpiade Musim Panas dan Musim Dingin di 33 olahraga yang berbeda dan hampir 400 acara.
Para pemenang pertama, kedua, dan ketiga di masing-masing acara menerima medali Olimpiade:
emas, perak, dan perunggu, masing-masing.

Di Indonesia, Olimpiade yang sering dikenal dan secara rutin diikuti adalah Olimpiade Musim
Panas. Indonesia sendiri pertama kali berpartisipasi pada Olimpiade Helsinki 1952 di Finlandia,
dan tak pernah absen berpartisipasi pada tahun-tahun berikutnya, kecuali pada tahun 1964 dan
1980.[2].
Olimpiade kuno

Stadion Olimpiade kuno di Olympia, Yunani.

Pertandingan Olimpiade kuno adalah festival keagamaan dan atletik yang diadakan setiap empat
tahun di tempat suci Zeus di Olympia, Yunani. Kompetisi adalah di antara perwakilan dari
beberapa negara-kota dan kerajaan Yunani Kuno. Permainan ini terutama menampilkan olahraga
atletik tetapi juga olahraga seperti gulat dan perlombaan, balap kuda dan kereta kuda. Telah
banyak ditulis bahwa selama Olimpiade, semua konflik di antara negara-negara kota yang
berpartisipasi ditunda sampai Olimpiade selesai. Penghentian permusuhan ini dikenal sebagai
perdamaian atau gencatan senjata Olimpiade. Ide ini adalah mitos modern karena orang-orang
Yunani tidak pernah menangguhkan perang mereka. Gencatan senjata itu memungkinkan para
peziarah religius yang sedang melakukan perjalanan ke Olympia untuk melewati wilayah yang
berperang tanpa gangguan karena mereka dilindungi oleh Zeus. Asal usul Olimpiade diselimuti
misteri dan legenda; salah satu mitos paling populer mengidentifikasi Heracles dan ayahnya Zeus
sebagai nenek moyang dari Olimpiade . Menurut legenda, Heracles lah yang pertama kali
menyebut pertandingan "Olimpiade" dan menetapkan kebiasaan penyelenggaraannya setiap
empat tahun. Mitos berlanjut bahwa setelah Heracles menyelesaikan dua belas kerjanya, dia
membangun Stadion Olimpiade sebagai suatu kehormatan bagi Zeus. Setelah selesai, ia berjalan
dalam garis lurus untuk 200 langkah dan menyebut jarak ini sebagai "stadion" (bahasa Yunani:
στάδιον, Latin: stadion, "panggung"), yang kemudian menjadi jarak yang jauh. Tanggal awal
yang paling banyak diterima untuk Olimpiade Kuno adalah 776 SM; ini didasarkan pada
prasasti, ditemukan di Olympia, daftar pemenang lomba lari kaki yang diadakan setiap empat
tahun dimulai pada 776 SM. Pertandingan Olimpiade kuno menampilkan acara lari, pentathlon
(terdiri dari acara melompat, lempar cakram dan lempar lembing, perlombaan kaki, dan gulat),
tinju, gulat, pankrasi, dan berkuda. Tradisi mengatakan bahwa Coroebus, juru masak dari kota
Elis, adalah juara Olimpiade pertama.

Sejak ribuan tahun lalu bangsa Yunani sudah mengenal olahraga dalam arti yang paling
sederhana. Mereka melakukannya untuk kepentingan pasukan perang atau kemiliteran. Dengan
berolahraga diharapkan para prajurit akan tangkas dan sigap dalam bertempur. Olimpiade yang
paling awal konon sudah diselenggarakan bangsa Yunani kuno pada tahun 776 Sebelum Masehi.
Kegiatan itu diikuti seluruh bangsa Yunani dan dilangsungkan untuk menghormati dewa
tertinggi mereka, Zeus. Zeus bermukim di Gunung Olimpus yang kemudian dipakai sebagai
nama Olimpiade hingga sekarang. Olimpiade kuno juga diselenggarakan setiap empat tahun,
para olahragawan terbaik dari seluruh Yunani berdatangan ke arena di sekitar Gunung Olimpus.
Mereka bertanding secara perorangan, bukan atas nama tim. Para atlet yang akan bertanding
terlebih dulu berlatih keras selama sepuluh bulan di daerah masing-masing. Dulu, di Yunani
sering terjadi perang saudara, namun ketika pesta olahraga berlangsung, pihak yang bertikai
melakukan gencatan senjata. Siapa yang melanggar konsensus akan dikenakan denda. Bangsa
Sparta pernah diharuskan membayar denda karena melanggar gencatan senjata selama Perang
Peloponnesus. Menjelang pertandingan, panitia pelaksana menyembelih babi kurban.[3][4]

Saat ini di wilayah Olympia, Yunani terdapat sekelompok bangunan kecil dan gelanggang di
alam terbuka. Sisa-sisa puing gelanggang latihan itu merupakan peninggalan arkeologis yang
dilestarikan pemerintah Yunani. Pada pesta Olimpiade kerap terjadi perjanjian perdamaian atau
persekutuan antar bangsa. Juga timbul berbagai kegiatan transaksi. Barang-barang yang dijajakan
antara lain anggur, makanan, jimat, dan benda-benda ibadah. Olimpiade kuno
mempertandingkan cabang-cabang atletik seperti lari, loncat, dan lempar. Ada juga pacuan kuda
dan pacuan kereta. Karena aturannya belum baku, para penonton sering terkena lemparan batu
atau ditabrak kereta kuda para peserta.[5][6][7]

Di Olympia juga masih dijumpai batu-batu yang merupakan pijakan olahraga lari. Pijakan batu
itu disusun sedemikian rupa agar para pelari bisa mendapat ruang gerak ke kiri dan ke kanan.
Pada saat start para pelari harus menempatkan telapak kaki pada batu-batu pijakan itu. Ada pula
panel-panel tentang lomba lari khusus membawa perisai. Lomba ini banyak disukai penonton
karena dianggap lucu.[8] Pembukaan Olimpiade selalu diwarnai lomba kereta dengan empat
kuda. Sekitar 40 kereta dijajarkan dalam kandang di gerbang keluar. Jarak yang ditempuh hampir
14 km, yakni 12 kali pulang pergi antara dua tiang batu yang ditancapkan di tanah. Berbeda
dengan Olimpiade modern, dulu mahkota kemenangan tidak diberikan kepada sais atau joki,
melainkan kepada pemilik kereta dan kuda yang umumnya orang-orang kaya. Orang kaya yang
haus kehormatan biasanya mengirim paling sedikit tujuh kereta kuda untuk mengikuti
perlombaan.[9]

Berbagai pertandingan dalam Olimpiade kuno boleh dikatakan serba keras. Para pelari berpacu
secepat-cepatnya tanpa memakai alas kaki. Para penunggang kuda berlomba habis-habisan tanpa
pelana atau sanggurdi. Para peloncat membawa pemberat yang diayun-ayunkan untuk
menambah dorongan maju. Olahraga yang terkeras adalah pankration, yakni perpaduan antara
gulat dan tinju gaya tradisional.[10] Para atlet boleh menyepak atau mencekik lawan, yang tidak
diperbolehkan adalah memijit mata, menggigit, dan mematahkan jari. Fairplay benar-benar
diperhatikan para atlet. Beberaba artefak purba memperlihatkan adegan tinju antara dua atlet.
Pemenang adu tinju adalah pihak yang dapat memukul kepala lawan. Pihak yang kalah harus
mengacungkan jari tanda mengaku kalah.[11]

Olimpiade kuno hanya boleh ditonton dan diikuti oleh para pria. Sebab para atlet harus
bertanding dengan tubuh telanjang, kecuali untuk kesempatan khusus, seperti lomba kereta kuda.
Mereka berbusana beraneka ragam untuk menunjukkan status sosial si pemilik kereta dan kuda.
Bagi orang Yunani telanjang merupakan cara paling sesuai untuk berolahraga. Mereka bangga
kalau memiliki tubuh yang atletis.[12] Pemenang pertandingan mendapatkan mahkota dedaunan,
seperti daun zaitun liar sebagai pengganti medali. Kadang-kadang sang juara diarak masuk kota
melalui sebuah lubang yang dibuat khusus pada tembok kota. Mereka dielu-elukan di jalan kota
dan disambut pembacaan puisi.[13] Penghargaan lain kepada olahragawan berprestasi berupa
pembebasan dari pajak dan mendapat makanan gratis. Beberapa kota juga memberikan bonus
uang dalam jumlah besar. Bahkan di kota kediaman pemenang didirikan patung mereka. Banyak
patung batu dan perunggu masih tersisa sampai kini dan itulah hadiah paling abadi milik sang
juara. Salah satu bagian cabang atletik yang masih tetap dikenal hingga kini adalah maraton,
yakni perlombaan lari sejauh kira-kira 42 km.[14]

Olimpiade mencapai puncaknya pada abad ke-6 dan ke-5 SM, tetapi kemudian secara bertahap
mengalami penurunan seiring jatuhnya Yunani ke tangan Romawi. Tidak ada konsensus yang
menyatakan secara resmi mengenai berakhirnya Olimpiade, namun teori yang paling umum
dipegang saat ini adalah pada tahun 393 M, saat Kaisar Romawi, Theodosius menyatakan bahwa
semua budaya praktik-praktik kuno Yunani harus dihilangkan.[15] Kemudian, pada tahun 426 M,
Theodosius II memerintahkan penghancuran semua kuil Yunani. Setelah itu, Olimpiade tidak
diadakan lagi sampai akhir abad ke-19.[16]

Olimpiade modern

Pelopor[sunting | sunting sumber]

Dr. William Penny Brookes.

Berbagai penggunaan istilah "Olimpiade" untuk menggambarkan kejadian atletik di era modern
telah didokumentasikan sejak abad ke-17. Acara pertama tersebut adalah Olimpiade Cotswold
atau "Cotswold Olimpick Games", sebuah pertemuan tahunan di dekat Chipping Campden,
Inggris, melibatkan berbagai olahraga. Ini pertama kali diselenggarakan oleh pengacara Robert
Dover antara 1612 dan 1642, dengan beberapa perayaan berlanjut hingga hari ini. Asosiasi
Olimpiade Britania Raya, dalam tawarannya untuk Olimpiade 2012 di London, menyebutkan
Olimpiade ini sebagai "yang pertama dari awal Olimpiade Inggris". Ajang olahraga pertama
yang pelaksanaannya serupa dengan Olimpiade kuno adalah L'Olympiade de la République,
sebuah festival olahraga nasional yang diadakan pada tahun 1796 sampai 1798 selama masa
Revolusi Perancis.[17] Dalam pelaksanaannya, ajang ini mengadopsi beberapa peraturan-
peraturan yang berlaku dalam Olimpiade kuno. Ajang ini juga menandai diterapkannya sistem
metrik ke dalam cabang-cabang olahraga.[17] Pada tahun 1834 dan 1836 Olimpiade diadakan di
Ramlösa (Swedia) dan ditambah di Stockholm (Swedia) 1843, semuanya diselenggarakan oleh
Gustaf Johan Schartau dan lainnya. Sebanyak 25.000 penonton menyaksikan permainan.

Pada tahun 1850 sebuah Kelas Olimpiade didirikan oleh Dr. William Penny Brookes di Much
Wenlock, Shropshire, Inggris. Selanjutnya, pada tahun 1859, Dr. Brookes mengganti nama Kelas
Olimpiade menjadi Olimpiade Wenlock. Ajang tersebut tetap diadakan hingga hari ini.[18]
Tanggal 15 November 1860, Dr. Brookes membentuk Perkumpulan Olimpiade Wenlock.[19]:28. .
Antara tahun 1862 dan 1867, di Liverpool diadakan ajang Grand Olympic Festival. Ajang ini
dicetuskan oleh John Hulley dan Charles Melly dan merupakan ajang olahraga pertama yang
bersifat internasional, meskipun atlet-atlet yang berpartisipasi kebanyakan merupakan "atlet
amatir".[20][21] Penyelenggaraan Olimpiade modern pertama di Athena pada tahun 1896 hampir
identik dengan Olimpiade Liverpool.[22] Pada tahun 1865, Hulley, Dr. Brookes dan EG
Ravenstein mendirikan Asosiasi Olimpiade Nasional di Liverpool, yang merupakan cikal bakal
terbentuknya Asosiasi Olimpiade Britania Raya. Selanjutnya, pada tahun 1866, sebuah ajang
bernama Olimpiade Nasional Britania Raya diselenggarakan di London untuk pertama
kalinya.[23]

Kebangkitan

Baron Pierre de Coubertin.

Semangat bangsa Yunani untuk menghidupkan kembali Olimpiade dimulai seiring dengan
berlangsungnya Perang Kemerdekaan antara Yunani dengan Kekaisaran Ottoman pada tahun
1821. Ide untuk membangkitkan Olimpiade pertama kali dicetuskan oleh seorang penyair dan
editor majalah bernama Panagiotis Soutsos lewat puisinya yang berjudul "Dialogue of the Dead"
yang diterbitkan pada tahun 1833.[19]:1 Evangelis Zappas, seorang bangsawan Yunani-Rumania
adalah orang yang pertama kali menulis kepada Raja Otto, menawarkan untuk mendanai
kebangkitan Olimpiade.[19]:14 Zappas mensponsori penyelenggaraan Olimpiade pada tahun 1859
yang diselenggarakan di pusat kota Athena. Atlet-atlet yang berpartisipasi dalam ajang tersebut
berasal dari Yunani dan Kekaisaran Ottoman. Zappas juga mendanai perenovasian Stadion
Panathinaiko kuno agar dapat dipakai sebagai tempat penyelenggaraan Olimpiade pada tahun-
tahun berikutnya.[19]:14

Stadion Panathinaiko digunakan sebagai tempat penyelenggaraan Olimpiade tahun 1870 dan
1875.[19]:2, 13–23, 81 Sekitar Tiga puluh ribu penonton menghadiri Olimpiade pada tahun 1870
namun tidak ada catatan kehadiran resmi yang tersedia untuk penyelenggaraan Olimpiade tahun
1875.[19]:44 Pada tahun 1890, setelah menghadiri Olimpiade Wenlock, seorang sejarawan
Perancis bernama Baron Pierre de Coubertin terinspirasi untuk mendirikan Komite Olimpiade
Internasional (International Olympic Committee/IOC).[24] Coubertin punya ide untuk
menyelenggarakan suatu ajang Olimpiade internasional setiap empat tahun sekali berdasarkan
ajang Olimpiade Yunani yang dibangkitkan oleh Brookes dan Zappas.[24] Dia mempresentasikan
ide ini dalam kongres pertama IOC yang berlangsung pada tanggal 16-23 Juni 1894 di
Universitas Sorbonne, Paris. Pada hari terakhir kongres, diputuskan bahwa penyelenggaraan
Olimpiade internasional berada di bawah naungan IOC dan penyelenggaraan pertamanya akan
dilangsungkan di Athena, Yunani pada tahun 1896.[25] Hasil kongres juga memutuskan bahwa
penulis Demetrius Vikelas dari Yunani terpilih sebagai presiden IOC pertama.[19]:100–105

Olimpiade 1896

Perangko peringatan Olimpiade Athena 1896.

Upacara pembukaan Olimpiade Athena 1896.


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Olimpiade Athena 1896

Olimpiade pertama yang diadakan di bawah naungan IOC berlangsung di stadion Panathinaiko,
Athena, pada tahun 1896. Olimpiade pertama ini diikuti oleh 14 negara dengan total 241 atlet
yang berlaga dalam 43 pertandingan.[26] Seperti janjinya pada Pemerintah Yunani, Zappas dan
sepupunya, Konstantinos Zappas turut membantu membiayai penyelenggaraan Olimpiade
1896.[19]:117[27][28] George Averoff, seorang pengusaha Yunani bersedia untuk mendanai
perenovasian stadion dalam rangka persiapan Olimpiade.[19]:128 Pemerintah Yunani juga turut
menyediakan dana, berharap dana tersebut dapat diperoleh kembali melalui penjualan tiket dan
dari penjualan set perangko peringatan Olimpiade pertama.[19]:128

Sebagian besar atlet yang berpartisipasi dalam Olimpiade Athena 1896 berasal dari Yunani,
Jerman, Perancis, dan Britania Raya. Negara-negara tersebut juga menguasai perolehan
medali.[19]:128 Pada saat itu, wanita tidak boleh berpartisipasi. Penyelenggara menyebut kesertaan
mereka tidak praktis, tidak menarik, dan tidak tepat. Sekitar 80.000 penonton hadir, termasuk
Raja George I dari Yunani.[29]

Meskipun Yunani tidak berpengalaman dalam menyelenggarakan ajang olahraga internasional


dan awalnya juga mempunyai masalah keuangan, namun akhirnya berhasil mempersiapkan
segalanya tepat waktu. Jumlah atlet yang berpartisipasi juga terbilang kecil jika dibandingkan
dengan ukuran saat ini, namun Olimpiade 1896 merupakan keikut sertaan internasional terbesar
untuk ajang olahraga pada masanya. Olimpiade tersebut pun terbukti sukses bagi rakyat
Yunani.[19]:128

Perubahan dan adaptasi

Setelah kesuksesan Olimpiade 1896, Olimpiade memasuki masa-masa stagnasi yang mengancam
keberlangsungan ajang tersebut. Olimpiade Paris 1900 dan Olimpiade St. Louis 1904 adalah
buktinya. Olimpiade Paris tidak memiliki stadion, namun ini adalah Olimpiade di mana pertama
kalinya wanita diijinkan ikut serta dalam pertandingan. Olimpiade St. Louis tahun 1904 diikuti
oleh 650 atlet, namun 580 di antaranya berasal dari Amerika Serikat. Hal-hal di atas menjadi
dasar bagi IOC untuk melakukan perubahan pada Olimpiade.[30] Olimpiade di tata ulang setelah
diadakannya Olimpiade Interkala (disebut demikian karena Olimpiade ini adalah Olimpiade
ketiga yang diadakan sebelum waktu penyelenggaraan Olimpiade ketiga) pada tahun 1906 di
Athena. Olimpiade Interkala ini tidak diakui secara resmi oleh IOC dan tidak pernah
diselenggarakan lagi sejak saat itu. Namun, Olimpiade Interkala yang diselenggarakan di Stadion
Panathinaiko, Athena ini telah menarik minat banyak peserta secara internasional dan
menghasilkan kepentingan publik yang besar, menandai kenaikan popularitas dan ukuran dari
Olimpiade itu sendiri.[31]

Olimpiade Musim Dingin

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Olimpiade Musim Dingin

Pertandingan hoki dalam Olimpiade Musim Dingin 1928 di St. Moritz.

Olimpiade Musim Dingin (pertama kali diadakan di Chamonix, Perancis, pada tahun 1924)
diciptakan untuk memperlombakan cabang-cabang olahraga musim dingin seperti seluncur es
dan ski yang tidak bisa diperlombakan dalam Olimpiade Musim Panas. Seluncur es (tahun 1908
dan 1920) serta hoki (tahun 1920) pernah diperlombakan dalam ajang Olimpiade Musim Panas.
IOC ingin memperluas daftar tersebut dengan ikut memperlombakan cabang-cabang olahraga
untuk musim dingin lainnya. Pada kongres Olimpiade tahun 1921 di Lausanne, diputuskan untuk
menyelenggarakan versi musim dingin dari Olimpiade. Acara bertajuk Pekan Olahraga Musim
Dingin diadakan pada tahun 1924 di Chamonix, Perancis. Acara ini menjadi penyelenggaraan
Olimpiade Musim Dingin pertama.[32]

Pada awalnya, IOC memutuskan untuk menyelenggarakan Olimpiade Musim Dingin pada tahun
yang sama dengan penyelenggaraan Olimpiade Musim Panas.[33] Tradisi ini bertahan sampai
Olimpiade Musim Dingin 1992 di Albertville, Perancis. Setelah itu, sejak tahun 1994 Olimpiade
Musim Dingin diadakan setiap dua tahun berselang setelah penyelenggaraan Olimpiade Musim
Panas.[32] Jumlah negara yang berpartisipasi dalam Olimpiade Musim Dingin juga lebih sedikit
dibandingkan Olimpiade Musim Panas, karena negara-negara yang berada di ekuator tidak
mengenal olahraga musim dingin dan juga tidak memiliki fasilitas untuk olahraga tersebut.[32]

Paralimpiade

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Paralimpiade

Pada tahun 1948, Sir Ludwig Guttmann, yang bertekad untuk mempromosikan rehabilitasi
prajurit yang cacat akibat Perang Dunia II menyelenggarakan pertandingan olahraga antar rumah
sakit bertepatan dengan penyelenggaraan Olimpiade London 1948. Pertandingan tersebut dikenal
sebagai Stoke Mandeville Games dan selanjutnya diselenggarakan setiap tahunnya selama dua
belas tahun. Kemudian, dalam Olimpiade Roma 1960, Guttman membawa 400 atlet untuk
berlaga dalam ajang Olimpiade Paralel, yang kemudian dikenal sebagai Paralimpiade pertama.
Sejak itu, Paralimpiade telah diselenggarakan di setiap tahun penyelenggaraan Olimpiade. Dalam
Olimpiade 1988, Seoul sebagai kota tuan rumah juga menjadi tuan rumah untuk
penyelenggaraan Paralimpiade.[34] Pada tahun 2001, Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan
Komite Paralimpiade Internasional (IPC) menandatangani perjanjian yang menjamin bahwa kota
tuan rumah Olimpiade juga akan dikontrak untuk menjadi tuan rumah Paralimpiade.[35][36]
Perjanjian ini mulai diberlakukan dalam penyelenggaraan Olimpiade Musim Panas Beijing 2008
dan Olimpiade Musim Dingin Vancouver 2010. Ketua panitia Olimpiade Musim Panas London
2012, Lord Coe, menyatakan soal penyelenggaraan Olimpiade dan Paralimpiade 2012 di
London:

Upacara pembukaan Paralimpiade Tokyo 1964.


“ Kami ingin mengubah sikap publik terhadap kecacatan, merayakan kehebatan
olahraga Paralimpik dan untuk menegaskan bahwa dua pertandingan ini adalah satu
keseluruhan yang utuh.[37] ”
Olimpiade Remaja

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Olimpiade Remaja

Pada tahun 2010, Olimpiade menambah daftar pertandingannya dengan menyertakan Olimpiade
Remaja ke dalam penyelenggaraan Olimpiade. Olimpiade Remaja ini dimaksudkan untuk
memberi kesempatan kepada atlet yang berusia antara 14 sampai 18 tahun untuk berkompetisi
dalam Olimpiade. Olimpiade Remaja sebenarnya sudah dicetuskan oleh Presiden IOC, Jacques
Rogge pada tahun 2001 dan baru disetujui dalam Kongres IOC ke 119 pada tahun 2007.[38][39]
Olimpiade Remaja Musim Panas pertama diselenggarakan di Singapura pada tanggal 14-26
Agustus 2010, sedangkan Olimpiade Remaja Musim Dingin pertama diselenggarakan di
Innsbruck, Austria pada bulan Januari 2012.[40] Waktu penyelenggaraan Olimpiade Remaja ini
akan lebih singkat dibanding Olimpiade yang lainnya; versi musim panasnya berlangsung selama
dua belas hari, sedangkan versi musim dinginnya berlangsung selama sembilan hari.[41] IOC
mengizinkan 3.500 atlet dan 875 ofisial untuk berpartisipasi dalam Olimpiade Remaja Musim
Panas, serta 970 atlet dan 580 ofisial di Olimpiade Remaja Musim Dingin.[42][43] Cabang
olahraga yang diperlombakan akan disesuaikan dengan Olimpiade yang lainnya, namun akan ada
variasi pada beberapa cabang olahraga, misalnya tim negara campuran dan tim gender campuran
serta dikuranginya beberapa cabang dan peraturan pertandingan.[44]

Olimpiade masa kini

Dengan 241 atlet yang mewakili 14 negara pada tahun 1896, peserta Olimpiade terus tumbuh
sepanjang tahun. Pada Olimpiade Beijing 2008, terhitung sebanyak 10.500 atlet dari 204 negara
turut berkompetisi dalam Olimpiade.[45] Sedangkan ruang lingkup dan skala dari Olimpiade
Musim Dingin lebih kecil. Dalam Olimpiade Musim Dingin 2006 di Turin, Italia, cuma sekitar
2.508 atlet dari 80 negara yang berpartisipasi.[46] Selama Olimpiade berlangsung, para atlet dan
ofisial mereka tinggal di sebuah lokasi yang dinamakan "desa Olimpiade". Desa ini dimaksudkan
untuk menjadi sebuah lokasi mandiri bagi semua peserta Olimpiade. Lokasi tersebut juga
dilengkapi dengan kafetaria, klinik kesehatan dan tempat ibadah.[47]

IOC memperbolehkan pembentukan Komite Olimpiade Nasional (NOC) yang mewakili negara-
negara yang tidak berdaulat namun diakui secara internasional. Akibatnya, negara-negara koloni,
teritori dan dependensi diizinkan untuk berlaga di Olimpiade. Negara-negara ini termasuk
wilayah seperti Puerto Riko, Bermuda, Palestina dan Hong Kong, yang semuanya berkompetisi
membawa nama negara mereka sendiri meskipun secara hukum merupakan bagian dari negara
lain.[48] Pada tahun 2011, terdapat 206 NOC yang mewakili negara berdaulat dan daerah
geografis lainnya. Kesemua 192 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa mempunyai
Komite Olimpiade Nasional beserta 14 teritori lainnya. Sedangkan NOC lainnya yang belum
diakui oleh IOC meliputi Catalan[49], Gibraltar Britania[50], Polinesia Perancis[51], Niue[52],
Kosovo[53], Somaliland[54], Kaledonia Baru[55], Kurdistan Irak[56][57], Siprus Utara[58], Abkhazia
[59]
, Kepulauan Faroe[60], Anguilla, Montserrat, dan Kepulauan Turk & Caicos[61]
 MOTTO OLIMPIADE
Moto Olimpiade adalah "Citius, Altius, Fortius", yang merupakan ungkapan dalam bahasa Latin
yang berarti "Faster, Higher, Stronger" (bahasa Inggris) atau "Lebih cepat, Lebih tinggi, Lebih
kuat" (bahasa Indonesia). Kutipan Coubertin selanjutnya dinyatakan dalam kredo Olimpiade,
yang berbunyi:

“ "Hal terpenting dalam Olimpiade bukanlah untuk menang, tetapi untuk berpartisipasi. Seperti juga hal
yang paling penting dalam hidup bukanlah kemenangan, tetapi perjuangan. Hal terpenting bukannya
karena telah berhasil mengalahkan, namun karena telah berjuang dengan baik."

 SEMANGAT OLIMPIADE
Semangat atau Motivasi adalah sebuah daya gerak yang memberi alasan orang untuk melakukan
sebuah tindakan. Hampir setiap perilaku manusia selalu didahului dengan adanya motivasi.
Menurut Wann (1997) motivasi adalah sebuah proses peningkatan di dalam diri organisme yang
membantu mengarahkan dan mempertahankan sebuah perilaku. Gunarsa (2004) menyatakan
bahwa motivasi penggerak dalam setiap perilaku yang merupakan upaya untuk memenuhi
kebutuhan. Tinggi rendahnya motivasi dapat dilihat dari 3 unsur, yakni: energi, arah, dan keajegan
(persistence).
Energi memberi kekuatan para sebuah perilaku. Pada perilaku berolahraga, energi yang mungkin
muncul adalah kesenangan dan keinginan untuk menjadi sehat. Unsur yang menuntun sebuah
perilaku adalah arah. Dengan arah perilaku menjadi mempunyai tujuan. Kemana ujung perilaku
akan berakhir menjadi lebih terlihat. Seorang atlet prestasi tentu saja ingin menjadi yang terbaik,
tidak hanya di level nasional, tapi juga di level internasional. Dan yang tidak kalah pentingnya
adalah unsur keajegan. Untuk mencapai tujuan tertentu, maka perilaku harus mempunyai sifat ajeg,
kontinyu. Seorang atlet harus rela berlatih setiap hari demi sebuah tujuan yang ingin dicapai.

Jenis Motivasi

Secara garis besar ada dua jenis motivasi, yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam individu yang melibatkan ketertarikan
dan kesenangan seseorang dalam melakukan sebuah pekerjaan (Wann, 1997). Intinya, motivasi
intrinsik adalah motivasi yang berasal dari keinginan individu yang tidak bergantung pada orang
lain. Bermain sepakbola karena ingin menjadi sehat dan bergembira adalah salah satu contoh
motivasi intrinsik.
Motivasi yang kedua adalah motivasi ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah sumber motivasi yang
berasal dari luar individu. Keinginan untuk mendapatkan sesuatu atau mendapat keuntungan dari
orang lain adalah unsur-unsur yang terdapat dalam motivasi ekstrinsik. Hadiah, trofi, piala atau
uang bonus adalah beberapa contoh diantaranya. Di dalam dunia olahraga, bonus merupakan salah
satu pendorong yang saat ini masih banyak dilakukan untuk mendorong prestasi para atletnya.
Dalam perhelatan Olimpiade Beijing 2008, KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) memberi
iming-iming berupa bonus 1 milyar rupiah bagi atlet yang berhasil menyumbangkan emas. Bentuk
iming-iming semacam ini dimaksudkan sebagai salah satu pendorong agar atlet mengeluarkan
kemampuannya secara maksimal.
Motivasi ekstrinsik sekilas sangat ditentukan oleh faktor dari luar. Yang menjadi pertanyaan
kemudian adalah bagaimana seandainya faktor-faktor luar diri tadi kemudian tidak ada. Akankah
atlet masih termotivasi untuk melakukan hal yang sama? Memang inilah salah satu kelemahan dari
motivasi ekstrinsik, yakni sangat tergantung dengan iming-iming dari luar. Sekali iming-iming itu
hilang atau tidak terwujud, kemungkinan besar motivasi pun ikut luntur.
Motivasi intrinsik yang berasal dari dalam diri individu mempunyai sifat yang lebih bertahan lama
karena tidak tergantung dengan stimulus yang berasal dari luar. Menikmati pertandingan, ingin
memecahkan rekor, mengalahkan rival bebuyutan adalah beberapa bentuk dari motivasi intrinsik.
Seorang atlet yang terpacu untuk menjadi yang terbaik dalam cabang olahraganya biasanya
mampu menekan dirinya untuk selalu tampil secara maksimal. Begitupun saat menjalani latihan.
Atlet yang bermotivasi intrinsik akan dengan senang hati menjalani bahkan menambah porsi
latihan dengan sendirinya.
Motivasi intrinsik ini biasanya muncul pada hal-hal yang bersifat detail. Dalam cabang sepakbola,
seorang yang berkeinginan untuk menjadi penendang bebas yang jitu biasanya menambah porsi
latihan menendang bebas di luar latihan resmi yang diatur oleh para pelatihnya. Contoh lain adalah
atlet bulutangkis akan selalu berusaha menambah atau memperbaiki teknik backhand-nya ketika
dia merasa pukulan backhand tersebut menjadi senjata yang mematikan.

Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Ada banyak sekali faktor yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya motivasi. Gunarsa (2004)
menjelaskan bahwa ada 4 dimensi dari motivasi. Dimensi-dimensi tersebut adalah:

1. Atlet Sendiri
Atlet memegang peranan sentral dari munculnya motivasi. Atlet sendiri yang mengatur dirinya
untuk mencapai atau mendapatkan sesuatu. Jika atlet sudah merasa puas dengan pencapaian yang
ada, maka tidak ada lagi usaha keras untuk mendapatkan sesuatu yang baru.

2. Hasil Penampilan
Hasil penampilan sangat menentukan motivasi seorang atlet selanjutnya. Kekalahan dalam
pertandingan sebelumnya akan berdampak negatif terhadap motivasi atlet berikutnya. Atlet akan
diliputi perasaan tidak berdaya dan seolah-olah tidak mampu lagi untuk bangkit. Terlebih lagi jika
mengalami kekalahan dari pemain yang dianggap lebih lemah dari dirinya. Sebaliknya, jika
mendapatkan kemenangan, maka hal itu akan menumbuhkan sikap positif untuk mengulang
keberhasilan yang berhasil dia raih. Sebagai contoh, permainan tim nasional sepakbola Indonesia
dalam Piala Asia tahun 2007 yang lalu. Kemenangan pertandingan pertama melawan Bahrain
membuat para pemain tim nasional begitu bersemangat untuk mendapatkan hasil serupa ketika
bertanding melawan Arab Saudi pada pertandingan setelahnya.

3. Suasana Pertandingan
Suasana pertandingan sangat menentukan emosi seorang atlet. Sebagai contoh, Taufik Hidayat
kerap mundur dari pertandingan gara-gara merasa dicurangi oleh wasit. Kondisi tersebut tentu saja
tidak menyenangkan. Emosi yang sudah terganggu oleh kondisi pertandingan yang tidak
menyenangkan akan berdampak pada motivasi atlet dalam menyelesaikan atau memenangkan
sebuah pertandingan.

4. Tugas atau Penampilan


Motivasi juga ditentukan oleh tugas atau penampilan yang dilakukan. Jika tugas berhasil dengan
baik diselesaikan, keyakinan diri atlet akan meningkat. Dengan keyakinan diri yang tinggi,
motivasi juga akan mengalami kenaikan. Tugas yang berhasil dilaksanakan akan memberi
tambahan energi dan motif untuk bekerja lebih giat.

Peran Motivasi Dalam Olahraga Prestasi

Di dalam olahraga prestasi, persaingan atau kompetisi merupakan salah satu bentuk pembuktian
sejauh mana kemampuan seorang atlet. Atlet yang mampu berkompetisi dan memenangkan
pertandingan dalam level kompetisi yang tinggi, Olimpiade misalnya, akan dianggap sebagai atlet
yang mempunyai prestasi tinggi. Terlebih lagi jika mampu mempertahankannya dalam kurun
waktu yang cukup lama.
Untuk mencapai semua itu diperlukan kerja keras dalam waktu yang bertahun-tahun. Menurut Van
Lingen (1997) untuk mencapai usia matang bagi seorang pemain sepakbola dibutuhkan paling
tidak 10 tahun berkompetisi dalam level yang kompetitif mulai dari usia muda. Artinya dalam
setiap jenjang usia, pemain harus menghadapi tekanan dalam kompetisi. Tekanan inilah yang akan
membuat seorang pemain matang. Selain kompetisi, latihan yang benar merupakan prasyarat lain
untuk mencapai kematangan teknik.
Dalam rentang waktu yang begitu lama tersebut, motivasi seorang atlet benar-benar dibutuhkan.
Proses latihan merupakan proses yang menyakitkan. Terkadang kejenuhan, kebosanan, burn out
ditambah dengan rasa penat menghantui seorang pemain dalam mengikuti sesi latihan. Bagi
pemain yang tidak mempunyai motivasi yang kuat, tentu saja ini adalah perjalanan yang
menyulitkan.
Dalam menjalani kompetisi, atlet dihadapkan pada persaingan yang begitu ketat. Seorang atlet
harus menjalani kompetisi yang melelahkan sebelum mengecap sebagai seorang juara. Hanya
seorang pemain yang mempunyai kualitas teknik, fisik dan mental prima sajalah yang mampu
menempuh semua hambatan yang menghadang. Contoh paling segar adalah sosok Michael Phelps.
Perenang asal Amerika serikat yang menggondol 8 medali emas dalam Olimpiade Beijing 2008
kemarin ini sebenarnya tumbuh dari kondisi fisik dan mental yang tidak ideal. Pada saat masih
kecil, Phelps menderita ADHD yang membuatnya kesulitan untuk mengikuti pelajaran dari
sekolah. Namun, ternyata dengan keteguhan hatinya serta bimbingan pelatih yang benar,
menjadikannya sebagai salah seorang perenang yang mampu mencatatkan namanya di buku rekor
sepanjang masa. Phelps selalu menginginkan menjadi yang terbaik, sehingga dia dengan senang
hati menjalani latihan 6 jam sehari, 7 hari seminggu, dan 12 bulan dalam setahun, tanpa seharipun
absen dari kolam renang. Itulah motivasi dalam dirinya, motivasi intrinsik yang begitu besar.
Dalam teori self efficacy, seorang atlet yang mempunyai keyakinan diri tinggi akan menumbuhkan
motivasi yang besar pula. Self efficacy adalah keyakinan diri bahwa seseorang mempunyai
kemampuan untuk tampil pada level dan tugas tertentu (Wann, 1997). Dengan keyakinan diri
tinggi, atlet akan mencanangkan sasaran yang tertinggi pula.

Cara Meningkatkan Motivasi


Motivasi memegang peranan yang penting dalam olahraga prestasi. Seorang atlet harus mampu
menjaga motivasinya agar tetap dalam level yang tinggi baik dalam proses latihan maupun pada
saat menjalani pertandingan. Motivasi memang bukanlah kondisi yang tidak bisa berubah. Setiap
saat motivasi atlet bisa mengalami perubahan, sehingga diperlukan sebuah upaya agar motivasi
tetap terjaga pada level yang optimal. Ada beberapa cara untuk meningkatkan motivasi atlet,
diantara adalah:

1. Menetapkan Sasaran (Goal Setting)


Konsep dasar dari goal setting adalah menciptakan tantangan bagi atlet untuk dilewati. Secara
sederhana, goal setting merangsang atlet untuk mencapai sesuatu baik dalam proses latihan
maupun dalam sebuah kompetisi. Ada beberapa batasan tentang metode goal setting ini agar
berjalan secara efektif.
Yang perlu diperhatikan pertama adalah sasaran harus spesifik agar atlet mempunyai ukuran atas
pencapaiannya. Batasan yang kedua adalah tingkat kesulitan sasaran. Tingkat kesulitan ini akan
mempengaruhi persepsi atlet tentang kemampuannya. Sasaran yang terlalu sulit akan membuat
atlet ragu untuk bisa mencapainya. Seandainya gagal, hal itu justru akan melemahkan keyakinan
diri atlet. Sebaliknya, sasaran juga tidak bisa dibuat terlalu mudah karena tidak akan memberi
rangsangan untuk berbuat lebih. Semakin menantang sasaran yang harus dicapai, upaya dari
seorang atlet untuk meraihnya juga akan semakin besar (Wann, 1997).
Sasaran juga harus dibuat bertingkat dengan membedakan sasaran jangka pendek dan jangka
panjang. Sasaran jangka pendek digunakan sebagai batu loncatan untuk meraih sasaran yang lebih
tinggi. Misalnya, Olimpiade sebagai sasaran jangka panjangnya. Untuk mencapai hal tersebut,
maka seorang atlet harus menjuarai level Sea Games atau Asian Games terlebih dahulu.
Mengikuti kompetisi yang rutin dan berjenjang adalah salah satu bentuk menentukan sasaran yang
efektif. Dengan banyak mengikuti kompetisi, seorang pelatih akan lebih mudah menentukan
prioritas dari kompetisi tersebut. Ada kalanya kompetisi dijadikan sebagai ajang pemanasan untuk
mematangkan kondisi fisik, sehingga targetnya tidak perlu terlalu tinggi.
Berikutnya, atlet harus selalu diberi feedback atas setiap pencapaian yang dia selesaikan. Dengan
feedback yang spesifik ini, atlet akan mengetahui kekurangan dan kekuatan dirinya, sehingga atlet
akan mempunyai informasi untuk meningkatkan dirinya. Dengan menetapkan sasaran yang tepat,
maka motivasi atlet akan selalu terpacu untuk tampil dan menyelesaikan setiap tantangan yang
dihadapi.

2. Persuasi Verbal
Persuasi Verbal adalah metode yang paling mudah untuk dilakukan. Pelatih, ofisial, atau keluarga
adalah orang-orang yang sering memberikan persuasi secara verbal ini. Persuasi verbal adalah
membakar semangat atlet dengan ucapan-ucapan yang memotivasi.
Selain itu, Persuasi verbal bisa juga dilakukan oleh atlet sendiri atau sering disebut dengan istilah
Self talk. Self talk adalah metode persuasi verbal untuk atlet sendiri. Prinsip dasar dari self talk ini
sebenarnya adalah membantu atlet untuk mendapatkan gambaran yang positif baik tentang
kemampuannya atau mengenai suasana pertandingan. Self talk ini diyakini mampu menumbuhkan
keyakinan diri atlet baik sebelum bertanding atau pada saat menjalani pertandingan. Dengan
mengucapkan kalimat-kalimat yang membakar semangat maka gambaran pesimisme atlet akan
hilang dari persepsinya.

3. Imagery Training
Metode berikutnya yang cukup membantu memacu motivasi para atlet adalah dengan melakukan
imagery training atau latihan pembayangan. Dalam latihan pembayangan ini atlet diajak untuk
memvisualisasikan situasi pertandingan yang akan dijalani. Secara detil, atlet harus
menggambarkan keseluruhan pertandingan, mulai dari situasi lapangan, penontong, lawan dan
segala macam yang terlibat dalam pertandingan itu. Setelah mendapat gambaran yang riil, maka
atlet diajak untuk mencari solusi atas persoalan yang mungkin muncul dalam pertandingan.
Sebagian pemain mengembangkan persepsi bahwa di lapangan akan menghadapi lawan yang
berat, tangguh dan sulit dikalahkan. Persepsi semacam ini terkadang muncul akibat ketegangan
sebelum pertandingan. Atlet tidak secara objektif menilai kemampuan diri sendiri. Konsentrasi
atlet terfokus pada kekuatan lawan dan situasi pertandingan yang berat. Situasi inilah yang
melemahkan motivasi atlet sebelum bertanding. Metode Imagery training mengajak para pemain
untuk mencari atas kemungkinan persoalan yang muncul di lapangan. Membayangkan kekuatan
diri, pukulan andalan atau kelemahan musuh, menciptakan kondisi objektif pada persepsi seorang
atlet.

4. Meningkatkan Kemampuan Atlet


Kemampuan atlet meliputi skill teknis dan fisik. Skill dan fisik yang bagus, akan mempengaruhi
keinginan untuk mencapai prestasi yang maksimal. Skill yang prima dapat dilihat dan dievaluasi
melalui pertandingan yang diikuti oleh atlet. Untuk itu diperlukan metode kepelatihan yang
modern dan efektif untuk meningkatkan keterampilan seorang atlet. Pelatih juga harus paham
dengan pencapaian teknik dan fisik yang dimiliki oleh pemainnya.

5. Reward
Reward ini adalah metode yang paling banyak digunakan untuk memacu motivasi atlet. Bonus,
hadiah atau jabatan tertentu digunakan untuk memotivasi atlet. Reward ini ditujukan untuk
menggugah motivasi ekstrinsik dari atlet. Dengan iming-iming bonus yang besar, diharapkan atlet
akan terpacu tampil terbaik dan mengalahkan lawannya.
Salah satu kelemahan dari metode ini adalah kemungkinan menciptakan ketergantungan dari para
atlet. Banyak atlet hanya termotivasi hanya untuk mendapatkan bonus tersebut daripada alasan
lain, Sehingga tidak jarang atlet melakukan upaya-upaya kotor untuk menjadi pemenang.
Penggunaan doping adalah salah satu cara yang paling sering ditempuh oleh seorang atlet demi
tampil maksimal dan mendapatkan hadiah atas kemenangannya. Untuk itulah, reward ini harus
diberikan sebagai pelengkap dari metode lain dan harus diberikan secara bijaksana.
MAKALAH

DASAR DASAR PENJAS

SEJARAH, MOTTO DAN SEMANGAT OLIMPIADE

DOSEN PENGAJAR

Dr. MADE AGUS WIJAYA, S.Pd., M.Pd

OLEH :

1. LUH SUSIANTARI PRATIWI 1816011022


2. I KADEK INDRAYANA KUSUMA 1816011061
3. ARGI ARTA YOGA 1816011062
4. IDA BAGUS PURWADHI SHARAS CAHYDHI 1816011063
5. I KOMANG WIRATAMA 1816011064

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

TAHUN AJARAN 2018/2019

Anda mungkin juga menyukai