Anda di halaman 1dari 29

CARA PENGGUNAAN CTG

No.Dokumen No.Revisi Halaman

002/KEB/III/2017 00 1/1
Tanggal Terbit Ditetapkan PLT. Direktur
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
07 Maret 2017 (dr. M. Chudri Wardana)

PENGERTIAN Tata cara menggunakan CTG pada ibu hamil

TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mengetahui


keadaan jantung bayi dan kondisi bayi secara lebih jelas/rinci

KEBIJAKAN SK Direktur Nomor 012/SK/RSIAKK/DIR/XII/2016 tentang Pedoman


Pelayanan Kebidanan RSIA Keluarga Kita

PROSEDUR 1. Pasang probe cardio dipunggung janin (DOP) harus


memakai jelli
2. Pasang Probe TOCO di fundus ( UC) Tidak boleh pakai jelli
3. Ikat dengan sabuk biru secukupnya
4. Hidupkan power
5. Atur suara
6. Tekan kode
7. Setelah keluar tanda jantung di monitor baru
tekan
baru tombol ( Print )
8. Setelah 20 menit di stop dengan menekan ulang tombol
9. Setelah itu matikan alat dengan menekan tombol
10. Lepas sabuk dan Probe, bersihkan jelli dari probe DOP
11. Probe tidak boleh jatuh
12. Alat CTG di rapihkan kembali
13. Catat dalam buku Pemakaian CTG

UNIT TERKAIT 1. Unit kebidanan


CARA PENGGUNAAN CTG

No.Dokumen : No.Revisi : Halaman :


167/SPO/DIR/RSIAKK/VIII/2014 - 1 dari 1
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL 01 AGUSTUS 2014

Dr.Jerry Widjaya
1. PENGERTIAN Tata cara menggunakan CTG pada ibu hamil
2. TUJUAN Untuk mengetahui keadaan jantung bayi dan kondisi bayi secara lebih
jelas/rinci
3. KEBIJAKAN 1. Sesuai intruksi dokter
2. Setiap pasien inpartu mulai hamil 31 minggu
3. Hamil ≥ 40 minggu yang belum kontraksi
4. Untuk pasien gawat janin sambil menunggu operasi atau SC
dipasang monitor CTG

4. PROSEDUR 14. Pasang probe cardio dipunggung janin (DOP) harus memakai
jelli
15. Pasang Probe TOCO di fundus ( UC) Tidak boleh pakai jelli
16. Ikat dengan sabuk biru secukupnya
17. Hidupkan power
18. Atur suara
19. Tekan kode
20. Setelah keluar tanda jantung di monitor baru
tekan
baru tombol ( Print )
21. Setelah 20 menit di stop dengan menekan ulang tombol

22. Setelah itu matikan alat dengan menekan tombol


23. Lepas sabuk dan Probe, bersihkan jelli dari probe DOP
24. Probe tidak boleh jatuh
25. Alat CTG di rapihkan kembali
26. Catat dalam buku Pemakaian CTG
5. UNIT TERKAIT 2. Unit kebidanan

Pemberian Induksi Persalinan dengan Oxitsin Drip


No.Dokumen : No.Revisi : Halaman :
- 1 dari 1
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr.Jerry Widjaya
1. PENGERTIAN Induksi Persaalinan untuk merangsang uterus dalam memulai
persalinan
2. TUJUAN 1. Untuk mencapai his adekuat yaitu 3-4x/10 mnt,lamanya 40-
60 detik.
2. Agar induksi Persalinan di laksanakan dengan tepat
3. KEBIJAKAN 1. Harus sesuai Instruksi dokter
2. Persalinan bisa pervaginam
3. Bayi letak kepala
4. Bukan Bekas SC

4. PROSEDUR 1. Pasien di informasikan mengenai tind yang akan di lakukan


dan hal-hal yang mungkin terjadi serta reaksi induksi
terhadap ibu maupun bayinya
2. pasien dan suami menandatangani Persetujuan tindakan
medis induksi Persalinan dan Partus Pervaginam
3. Lakukan Pemeriksaan Ctg,jika hasil Reaktif infuse Dexstrose
5% 500ml atau cairan sesuai instruksi Dokter di tambah %
unit Oxitosin di mulai 8tts-mnt
4. Naikan tetesan infuse 4 tts tiap 30 mnt sampai His Adekuat
5. maksimal tetesan 40 tts/mnt, atau sesuai intruksi Dokter
6. Lakukan pengawasan bunyi Jantung bayi setiap 30 mnt sekali
7. Lakukan periksa dalam dan CTG atau Bjj pada saat His kuat
atau ketuban pecah
8. Bila pada hasi Pemeriksaan CTG Gawat janin, lakukan SC Cito
5. UNIT TERKAIT 1. Unit kebidanan
PROSEDUR
CARA PENGAMBILAN SAMPLE HAPUSAN VAGINA

No.Dokumen : No.Revisi : Halaman :


- 1 dari 1
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr.Jerry Widjaya
1. PENGERTIAN Tata cara pengambilan sample vagina untuk memastikan ada tidaknya
infeksi pada vagina.
2. TUJUAN Menyediakan hapusan vagina sebagai bahan pemeriksaan sesuai dengan
kebutuhan, dilakukan pada pasien wanita dengan tersangka GONORHOE
(GO); FLOUR ALBUS / Infeksi pada leher rahim.
3. KEBIJAKAN 1. Semua perawat yang bekerja di RSIA. Keluarga Kita
berkewajiban melaksanakan prosedur keperawatan sesuai dengan
Instruksi Kerja yang dibuat oleh Rumah Sakit.
2. Instruksi Kerja ini adalah acuan yang menjadi titik tolak petaksanaan
pelayanan keperawatan
3. Instruksi Kerja ini dapat disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi keperawatan dan telah terbukti
keabsahannya secara ilmiah..
4. PROSEDUR 1. Memasang tabir disekeliling tempat tidur.
2. Perawat/Bidan mencuci tangan.
3. Perawat/Bidan memasang cocor bebek.
4. Perawat/Bidan mengambil sekret vagina dengan lidi kapas
steril, dimasukkan ke dalam tabung kimia lalu ditutup.
5. Merapihkan pakaian dan lingkungan pasien.
6. Membereskan alat dan mengambilkan pada tempatnya.
7. Perawat/Bidan mencuci tangan.
8. Segera mengatur bahan dan formulir pemeriksaanke laboratorium.
9. Catat dalam buku ekspedisi laboartorium

5. UNIT TERKAIT 1. Unit kebidanan


2. Unit keperawatan
PEMBERIAN OBAT INTRAVAGINAL

No.Dokumen : No.Revisi : Halaman :


- 1 dari 1
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr.Jerry Widjaya
1. PENGERTIAN Tata cara memberi obat supposituria ke dalam vagina

2. TUJUAN Agar obat yang di berikan sesuai dan pasien terasa nyaman

3. KEBIJAKAN 1. Harus dilaksanakan oleh perawat atau bidan


2. Harus sesuai intruksi dokter

4. PROSEDUR 1. Periksa intruksi dari dokter untuk memastikan nama obat, dosis
dan cara pemberian pasien
2. Cuci tangan
3. Jelaskan prosedur pada pasien
4. Pastikan identitas pasien dan tanyakan nama pasien
5. Minta pasien berbaring dengan posisi dorsal rekumben
6. Gunakan sarung tangan sekali pakai, buka bungkus obat
suposituria, lumaskan jari telunjuk kanan yang telah memakai
sarung tangan
7. Tegangkan lipatan labia dengan tangan kiri yang sudah terpasang
sarung tangan.
8. Masukan ujung bulat suposituria melalui sepanjang dinding kanal
Posterior
9. Tarik jari dan bersihkan pelumas yang tersisa,di sekitar orivisium
dan labia,intruksikan agar pasien tetap pada posisi terlentang
selama sedikitnya 10 menit.
10. lepaskan sarung tangan dengan menarik bagian dalamnya kea
rah luar dan buang pada wadah yang tersadia
11. Cuci tangan
12. Catat dalam buku pemberian obat dan di dokmentasikan dalam
catatan perawat di dalam rekam medis pasien.
5. UNIT TERKAIT 1. Unit kebidanan
2. Unit keperawatan

PEMBERIAN TOKOLISIS DENGAN DUVADILAN

No.Dokumen : No.Revisi : Halaman :


- 1 dari 1
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr.Jerry Widjaya
1. PENGERTIAN Memberikan pengobatan dengan infuse dan obat dengan tetesan yang
diatur sesuai dengan keadaan pasien
2. TUJUAN Menunda adanya kontraksi uterus dengan harapan persalinan dapat
berlangsung cukup bulan
3. KEBIJAKAN 1. Harus dengan instruksi Dokter
2. Bukan dalam keadaan inpartu
4. PROSEDUR 1. Pasien diinformasikan tindakan yang akan dilakukan dan hal-
hal yang mungkin terjadi yaitu berdebar dan pernafasan
terganggu.
2. lakuka pemeriksaan CTG pada umur kehamilan > 30 mgg.
3. siapkan cairan infuse dextrose 5% 500ml sesuai instruksi
dokter, tambahkan 1 ampul duvadilan di infusan mulai
8tts/mnt.
4. Jika kontraksi uterus 3x dalam 10mnt, naikkan tetesan 4 tts/30
mnt, dengan tetesan maksimal 16 tpm atau sesuai dengan
instruksi dokter.
5. Lakukan pemeriksaan nadi, jika dalam 1 menit > 100x/mnt
turunkan tetesan menjadi 8 tts.
6. Jika kontraksi uterus sudah tidak ada, ganti cairan infuse
dengan cairan kosong, berikan obat tokolitik oral atau sesuai
instruksi dokter.
7. Obs 1x24 jam, kontraksi uterus tidak ada infuse dilepas.
Direncanakan pulang control 1 mggu kemudian.
8. Lakukan kontrol DJJ tiap 3 jam sekali, catat hasil pemeriksaan
dalam status.
9. Pada umur kehamilan < 34mggu diberikan obat pematangan
paru dengan dosis sesuai dengan instruksi dokter.
5. UNIT TERKAIT 1. Unit kebidanan
2. Unit keperawatan

PEMASANGAN LAMINARIA (DILATOR)

No.Dokumen : No.Revisi : Halaman :


- 1 dari 2
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr.Jerry Widjaya
1. PENGERTIAN Tata cara pemasangan gagang laminaria kedalam endoserviks.

2. TUJUAN Menyerap endoserviks dan cairan pada jaringan local dan digunakan
sebagai metode standar pematangan serviks sebelum dilatasi dan
kuretase
3. KEBIJAKAN 1. Harus dilaksanakan oleh perawat / bidan
2. Harus sesuai instruksi dokter
4. PROSEDUR 1. Periksa instruksi dari dokter sebelum melakukan pemasangan
laminaria
2. siapkan alat
3. cuci tangan
4. jelaskan prosedur pada pasien
5. minta pasien berbaring litotomi
6. gunakan sarung tangan sekali pakai, buka bungkus laminaria
sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan
7. ikat bagian ujung belakang laminaria dengan menggunakan kassa
8. perineum dan vagina dibersihkan dengan antiseptic
9. Gunakan Spekulum , cocor bebek yang steril untuk melihat serviks
10. Jepit portio dengan menggunakan tenakulum di jam 12
11. tarik tenakulum sejajar untuk meluruskan serviks
12. masukkan dilator (laminaria) kedalam endoservik dengan ekornya
diletakkan pada vagina
13. dilator (laminaria) secara progresif dimasukkan sampai
endoserviks penuh
14. tenakulum dilepas
15. masukkan kassa steril kedalam vagina hingga tampak di vulva
untuk menjaga posisi laminaria
16. lepas speculum cocor bebek
17. rapihkan alat bekas pakai

PEMASANGAN LAMINARIA (DILATOR)

No.Dokumen : No.Revisi : Halaman :


- 2 dari 2
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr.Jerry Widjaya
18. cuci tangan
19. dokumentasikan dalam catatan perawat didalam rekam medis
pasian
5. UNIT TERKAIT 1. Unit kebidanan
2. Unit keperawatan
MONITOR PERDARAHAN NIFAS

No.Dokumen : No.Revisi : Halaman :


- 1 dari 1
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr.Jerry Widjaya
1. PENGERTIAN Pemantauan perdarahan masa nifas bagi pasien melahirkan

2. TUJUAN Mencegah syok hipovolemia

3. KEBIJAKAN 1. Dilakukan 2 jam setelah pasien melahirkan


2. Alat yg dipersiapkan : tensimeter, stetoskop, jam alat pencatatan
4. PROSEDUR 1. Lihat dan catat perdarahan per vaginam
2. Ukur tekanan darah
3. Menghitung atau ukur denyut nadi
4. Mengukur tinggi fundus uteri
5. Memonitor tanda – tanda anemi
 Periksa Hb
 Periksa mucosa mata
 Periksa keluhan pusing

5. UNIT TERKAIT 1. Unit kebidanan


2. Unit OK
PROSEDUR
PENATALAKSANAAN PAP’SMEAR

No.Dokumen : No.Revisi : Halaman :


1 dari 2
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr.Jerry Widjaya
1. PENGERTIAN Suatu tindakan kebidanan dengan cara pengambilan cairan atau secret
vagina
2. TUJUAN Untuk mengetahui ada tidaknya keganasan di dalam leher rahim
(cervix ).
3. KEBIJAKAN 1. Semua perawat yang bekerja di RSIA. Keluarga Kita berkewajiban
melaksanakan prosedur keperawatan sesuai dengan Instruksi Kerja
yang dibuat oleh Rumah Sakit.
2. Instruksi Kerja ini adalah acuan yang menjadi titik tolak petaksanaan
pelayanan keperawatan
3. Instruksi Kerja ini dapat disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi keperawatan dan telah terbukti
keabsahannya secara ilmiah.
4. PROSEDUR 1. Perawat menyiapkan peralatan yang dibutuhkan yaitu :
• Obyek glas
• Sarung tangan
• Citobrush
• Jelly
• Staning jar
• Alcohol 96%
• Spekkulum
2. Perawat mencuci tangan.
3. Menjelaskan kepada pasien mengenai pemeriksaan yang akan
dilakukan.
4. Secrem ditutup.
5. Pasien dipersilahkan membuka pakaian dalamnya (celana) dan
dipersilahkan berbaring di meja obgyn dengan posisi litotomy.
6. Dokter memakai sarung tangan kemudian memasang speculum yang
sudah diberi jelly ke vagina pasien dibantu perawat / bidan.
7. Mengambil sekret vagina memakai citobrush dan diusap pada obyek
glas.
8. Obyek glas diberi stiker identitas dan dimasukkan ke dalam staning
jar berisi alcohol 96%, untuk dikirim ke laboratorium bersama
formulir PA.

PROSEDUR
PENATALAKSANAAN PAP’SMEAR

No.Dokumen : No.Revisi : Halaman :

STANDAR PROSEDUR 07/SPO/DIR/RSIAKK/VII/2012 - 2 dari 2


OPERASIONAL

9. Setelah selesai tindakan pasien dipersilahkan merapihkan


pakaiannya kembali.
10. Alat dibereskan dan dimasukkan dalam kom cairan anti septic.
11. Perawat mencuci tangan.

5. UNIT TERKAIT
1. Unit kebidanan
2. Unit keperawatan
PROSEDUR
PENATALAKSANAAN HIDROTUBASI

No.Dokumen : No.Revisi : Halaman :


- 1 dari 2
TanggalTerbit Ditetapkan Direktur
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr.Jerry Widjaya
1. PENGERTIAN Suatu tindakan kebidanan dengan cara memasukkan cairan / obat ke
dalam saluran tuba dengan menggunakan alat yang dimasukkan ke
dalam portio.
2. TUJUAN Untuk membuka / melebarkan saluran tuba.
3. KEBIJAKAN 1. Semua perawat yang bekerja di RSIA. Keluarga Kita berkewajiban
melaksanakan prosedur keperawatan sesuai dengan Instruksi Kerja
yang dibuat oleh Rumah Sakit.
2. Instruksi Kerja ini adalah acuan yang menjadi titik tolak petaksanaan
pelayanan keperawatan
3. Instruksi Kerja ini dapat disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi keperawatan dan telah terbukti
keabsahannya secara ilmiah.
4. PROSEDUR 1. Perawat menyiapkan peralatan yang diperlukan yaitu :
• Meja gynaecologie
• Lampu sorot
• Nierbeken
• Kapas sublimat
• Tissue
• Alat hydrotubasi / folley cath no. 8 (ada mandarin)
• Sarung tangan
• Tenaculum
• Syringe 20 cc
• Needle no.20G/no.23
• Speculum
• Kalmetason 5 mg
• Kanamycin 1 gr
• NaCl 0,9 25 cc/Aquabides 25 cc
• Hibicet
2. Perawat mencuci tangan.
3. Menjelaskan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan.
4. Perawat menyiapkan kanamycin 1 gr. Dengan NaCl 0,9% 25 cc
/Aquadest, kalmetason 5 mg dengan spuit 20 cc.

PROSEDUR
PENATALAKSANAAN HIDROTUBASI

No.Dokumen : No.Revisi : Halaman :

STANDAR PROSEDUR - 2 dari 2


OPERASIONAL

5. Secrem ditutup.
6. Pasien dipersilahkan membuka pakailah dalamnya dan dipersilahkan
berbaring di meja gynaecologie dengan posisi litotomy.
7. Dokter memakai sarung tangan steril, vagina dibersihkan dengan
kapas hibicet, vagina dibuka dengan speculum.
8. Dokter melihat bagian portio, alat hydrotubasi dan syringe berisi
obat, dimasukkan ke vagina, lalu obat disemprotkan secara pelan-
pelan.
9. Setelah selesai, speculum dikeluarkan dari vagina, pasien tiduran
selama 10 – 15 menit supaya obat tidak keluar.
10. Alat-alat dirapihkan dan pasien dipersilahkan merapihkan kembali
pakaiannya.
11. Perawat mencuci tangan.

5. UNIT TERKAIT 1. Unit kebidanan


2. Dokter Spesialis Kebidanan

PROSEDUR
PENATALAKSANAAN ISERTIO IUD

No.Dokumen : No.Revisi : Halaman :


- 1 dari 2
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr.Jerry Widjaya
1. PENGERTIAN Suatu tindakan kebidanan dengan cara memasukkan alat kontrasepsi
(IUD) ke dalam uterus.
2. TUJUAN Menghambat jalannya sel telur masuk ke dalam uterus agar tidak
terjadi kehamilan.
3. KEBIJAKAN 1. Semua perawat yang bekerja di RSIA. Keluarga Kita berkewajiban
melaksanakan prosedur keperawatan sesuai dengan Instruksi Kerja
yang dibuat oleh Rumah Sakit.
2. Instruksi Kerja ini adalah acuan yang menjadi titik tolak
petaksanaan pelayanan keperawatan
3. Instruksi Kerja ini dapat disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi keperawatan dan telah terbukti
keabsahannya secara ilmiah.
4. Instruksi Kerja ini dapat disesuaikan dengan perkembangan
ilmupengetahuan dan teknologi keperawatan dan telah terbukti
keabsahannya secara ilmiah.
4. PROSEDUR 1. Petugas menyiapkan peralatan yang diperlukan yaitu :
• Meja gynaecologie
• Lampu sorot
• Nierbekken
• IUD
• Cairan anti septic
• Softek kapas
• Speculum sim / cocor bebek
• Sonde uterus
• Gunting
• Tenaculum
• Pinset panjang
• Mangkok kecil, Sarung tangan
2. Perawat/Bidan mencuci tangan sebelum melakukan tindakan
3. Menjelaskan kepada pasien mengenai tindakan yang akan
dilakukan (sebaiknya sedang menstruasi hari ke 3 – ke 5 ).
4. Pasien dipersilahkan membuka pakaian dalamnya (celana) dan
berbaring di meja gynaecologie dengan posisi litotomy.
5. Dokter memakai sarung tangan, dibantu perawat vagina
dibersihkan dengan kapas hibicet, vagina dibuka dengan speculum.
6. Mengukur dalamnya rahim dengan sonde uterus.
7. Bila diperlukan jepit portio dengan tenaculum.
PROSEDUR
PENATALAKSANAAN ISERTIO IUD

No.Dokumen : No.Revisi : Halaman :

STANDAR PROSEDUR - 2 dari 2


OPERASIONAL

8. Memasukkan IUD sesuai dengan ukuran dalamnya uterus lalu


benang digunting.
9. Setelah selesai pasien dipersilahkan merapihkan kembali
pakaiannya.
10. Alat dirapihkan dimasukkan ke dalam kom yang berisi cairan anti
septik.
11. Perawat/Bidan mencuci tangan

5. UNIT TERKAIT 1. Unit kebidanan


2. Unit keperawatan
3. Dokter Spesialis Kebidanan
PROSEDUR
RESUSITASI NEONATUS DIKAMAR BERSALIN

No.Dokumen : No.Revisi : Halaman :


- 1 dari 2
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr.Jerry Widjaya
1. PENGERTIAN Suatu prosedur yang diaplikasikan untuk neonatus yang gagal
bernapas secara spontan.
2. TUJUAN Mengembalikan fungsi organ-organ tubuh yang penting yaitu jantung
dan paru agar bayi terhindar dari kematian.
3. KEBIJAKAN 1. Semua perawat yang bekerja di RSIA. Keluarga Kita berkewajiban
melaksanakan prosedur keperawatan sesuai dengan Instruksi
Kerja yang dibuat oleh Rumah Sakit.
2. Instruksi Kerja ini adalah acuan yang menjadi titik tolak
petaksanaan pelayanan keperawatan
3. Instruksi Kerja ini dapat disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi keperawatan dan telah terbukti
keabsahannya secara ilmiah.
4. Instruksi Kerja ini dapat disesuaikan dengan perkembangan
ilmupengetahuan dan teknologi keperawatan dan telah terbukti
keabsahannya secara ilmiah.
1. Perawat meletakkan bayi dibawah alat pemancar panas (bersihkan
4. PROSEDUR trakea dengan pengisap lendir, apabila terdapat mekoneum bisa
dibantu dengan laringoskop dan ETT ).
2. Perawat mengeringkan seluruh tubuh bayi.
3. Ganti linen basah dengan yang kering.
4. Atur posisi bayi (position).
5. Bersihkan mulut kemudian hidung bayi dengan alat pengisap.
6. Kemudian perawat melakukan rangsangan taktil (bila perlu).
7. Kemudian perawat melakukan evaluasi pernafasan :
 Jika bernafas spontan, evaluasi frekuensi jantung dalam 6
detik, jumlahnya dikalikan dengan 10. Bila frekuensi jantung
> 100/menit evaluasi warna : biru beri oksigen.
 Jika tidak bernafas, lakukan bagging dengan sungkup dan
tindakan intubasi bila memungkinkan serta berikan
ventilasi tekanan positif ( VPT ) dengan oksigen murni 100%
selama 15-30 detik dengan frekuensinya 40-60 kali
permenit dengan melakukan bagging.

PROSEDUR
RESUSITASI NEONATUS DIKAMAR BERSALIN

No.Dokumen : No.Revisi : Halaman :

STANDAR PROSEDUR - 2 dari 2


OPERASIONAL

 Setelah 15-30 detik evaluasi kembali frekuensi jantung dalam


6 detik, jumlahnya dikalikan 10, bila frekuensi jantung < 60
kali/menit ventilasi dilanjutkan dengan penekanan dada. Jika
frekuensi jantung > 60 kali/menit, penekanan dada dihentikan
,ventilasi dilanjutkan.
 Mulai pemberian obat apabila denyut < 60 detik setelah 30
detik diberi oksigen 100 % dan penekanan dada.
 Setelah 15-30 detik frekuensi jantung > 100 menit, amati terus
sampai pernafasan spontan, kemudian ventilasi dihentikan
 Evaluasi warna : pucat, sianosis perifer dan observasi.

5. UNIT TERKAIT 1. Unit Kebidanan


2. Unit keperawatan
PROSEDUR
PENATALAKSANAAN MIKROCURETTAGE

No.Dokumen : No.Revisi : Halaman :


- 1 dari 2
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr.Jerry Widjaya
1. PENGERTIAN Mengambil contoh jaringan endometrium yang dilakukan pada fase
sekresi.
2. TUJUAN Untuk mengetahui ada tidaknya efek progesteron di endometrium.

3. KEBIJAKAN 1. Semua perawat yang bekerja di RSIA. Keluarga Kita


berkewajiban melaksanakan prosedur keperawatan sesuai
dengan Instruksi Kerja yang dibuat oleh Rumah Sakit.
2. Instruksi Kerja ini adalah acuan yang menjadi titik tolak
petaksanaan pelayanan keperawatan
3. Instruksi Kerja ini dapat disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi keperawatan dan telah terbukti
keabsahannya secara ilmiah.
4. Instruksi Kerja ini dapat disesuaikan dengan perkembangan
ilmupengetahuan dan teknologi keperawatan dan telah terbukti
keabsahannya secara ilmiah.
4. PROSEDUR 1. Petugas menyiapkan peralatan yang diperlukan yaitu :
• Meja gynaecologi, Lampu sorot
• Kapas hibicet
• Tabung steril berisi formalin 10%
• Speculum sim/cocor bebek
• Sarung tangan
• Nierbeken
• Tenaculum
• Microcuret
• Sonde curet
2. Perawat/Bidan mencuci tangan sebelum melakukan tindakan
3. Menjelaskan kepada pasien mengenai tindakan tang akan
dilakukan.
4. Pasien berbaring di meja gynaecologi dengan posisi litotomy.
5. Dokter memakai sarung tangan, vagina dibersihkan dengan kapas
hibicet vagina dibuka dengan speculum dibantu oleh perawat /
bidan.
6. Dokter mengambil jaringan endometrium, dimasukkan ke botol
steril berisi cairan formalin 10% yang sudah disiapkan oleh
perawat/bidan.
7. Spesimen dikirim ke laboratorium bersama formulir pemeriksaan
PA.

PROSEDUR
PENATALAKSANAAN MIKROCURETTAGE

No.Dokumen : No.Revisi : Halaman :

STANDAR PROSEDUR - 2 dari 2


OPERASIONAL

8. Pasien dipersilahkan duduk dan merapihkan pakaiannya


9. Alat-alat dirapihkan.
10. Perawat/Bidan mencuci tangan setelah melakukan tindakan

5. UNIT TERKAIT 1. Unit kebidanan


2. Dokter Spesialis Kebidanan
PROSEDUR
PENATALAKSANAAN EXTERTIO IUD

No.Dokumen : No.Revisi : Halaman :


- 1 dari 2
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr.Jerry Widjaya

1. PENGERTIAN Suatu tindakan kebidanan untuk mengeluarkan alat kontrasepsi (IUD)


dalam rahim.

1. Untuk merencanakan kehamilan


2. TUJUAN 2. Untuk ganti IUD baru / ganti methode KB
3. Alergi / menolak adanya benda asing dalam tubuh
3. KEBIJAKAN 1. Semua perawat yang bekerja di RSIA. Keluarga Kita
berkewajiban melaksanakan prosedur keperawatan sesuai
dengan Instruksi Kerja yang dibuat oleh Rumah Sakit.
2. Instruksi Kerja ini adalah acuan yang menjadi titik tolak
petaksanaan pelayanan keperawatan
3. Instruksi Kerja ini dapat disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi keperawatan dan telah terbukti
keabsahannya secara ilmiah.
4. Instruksi Kerja ini dapat disesuaikan dengan perkembangan
ilmupengetahuan dan teknologi keperawatan dan telah terbukti
keabsahannya secara ilmiah.
4. PROSEDUR 1. Petugas menyiapkan peralatan yang diperlukan yaitu :
• Meja gynaecologi
• Lampu sorot
• Kalau perlu pengait IUD
• Cairan anti septic
• Nierbeken
• Spekulum
• Tampon tang
• Sarung tangan, Softek
2. Perawat/Bidan mencuci tangan sebelum melakukan tindakan
3. Menjelaskan kepada pasien mengenai tindakan yang akan
dilakukan (sebaliknya dikerjakan sedang menstruasi hari ke 3 s/d ke
5).
4. Pasien berbaring dengan posisi litotomy di meja gynaecologie.
5. Dokter memakai sarung tangan, vagina dibersihkan dengan kapas
hibicet, vagina dibuka dan dipasang speculum (cocok bebek),
kemudian menarik benang IUD dengan tampon tang.
6. Setelah selesai tindakan, pasien dipersilahkan duduk dan
merapihkan kembali pakaiannya.

PROSEDUR
PENATALAKSANAAN EXTERTIO IUD

No.Dokumen : No.Revisi : Halaman :

STANDAR PROSEDUR - 2 dari 2


OPERASIONAL

7. Alat dirapihkan dan dimasukkan ke dalam kom yang berisi cairan


anti septic.
8. Perawat/Bidan mencuci tangan setelah melakukan tindakan
5. UNIT TERKAIT 1. Unit kebidanan
2. Unit keperawatan
3. Dokter Spesialis Kebidanan

PROSEDUR
PEMERIKSAAN TEST KEHAMILAN ( RAPID TEST )

No.Dokumen : No.Revisi : Halaman :


- 1 dari 1
Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr. Jerry Widjaya


1. PENGERTIAN Pemeriksaan urine dengan menggunakan reagen rapid hCG.
2. TUJUAN
Mengetahui adanya kehamilan dengan adanya hormone hCG dalam urine.

3. KEBIJAKAN Petugas Laboratorium dalam melakukan pemeriksaan Laboratorium


harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku di RSIA Keluarga Kita
1. Petugas menyiapkan peralatan yang dibutuhkan yaitu :
4. PROSEDUR  Pot urine.
 Reagen rapid hCG
2. Teteskan 3 tetes urine ke dalam lubang sampel reagen rapid hCG.
3. Ditunggu 5 menit.
4. Dilihat pergerakan garis control dan sample.
5. Hasil yang terjadi dilaporkan sebagai hasil pemeriksaan yaitu :
 Hasil Negatif = Garis 1
 Hasil Positif = Garis 2
6. Petugas meng-input hasil pemeriksaan kedalam system computer dan
mencetak hasilnya
5. UNIT TERKAIT 1. Unit Laboratorium
2. Seluruh Unit Keperawatan RSIA Keluarga Kita
3. Seluruh Dokter Umum/Ruangan
4. Seluruh Dokter Spesialis

PERSIAPAN ALAT CURET

No.Dokumen : No.Revisi : Halaman :


- 1 dari 2
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr.Jerry Widjaya
1. PENGERTIAN

2. TUJUAN

3. KEBIJAKAN

4. PROSEDUR 1. Alat di siapakan diatas troly instrument


- sarung tanagn 2 pasang
- speculum sim 1
- sonde uterus 1
- kogel tang 1
- tampon tang 1
- penster klem 1
- sendok kuret sesuai ukuran
2. Tempat betadine
3. Obat dan alat kesehatan
- recopol 10 cc
- sulfas atropine 1 amp
- ondansentron / ranitidine 1 amp
- pospargin 1amp
- vasofix sesuai ukuran
- selang o2 dewasa
- micropore
- alcohol swab
- Celemek 2 buah
- Kateter Female 1 buah
- Kassa Steril 1 bundel
- Spuit 5cc, 3cc, 10cc
4. Perlengkapan :
- Ember besar,alas plastic kuning
- Tabung formalin (bila di PA)
- Tabung jaringan untuk pasien
- Sambungan kabel
- Lampu Sorot
- Sepatu Boat
- Kaki ginekologi
5. Catatan tambahan :
Jika Molahidatidosa di tambah :
PERSIAPAN ALAT CURET

No.Dokumen : No.Revisi : Halaman :


- 2 dari 2
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr.Jerry Widjaya
6. Perlengkapan :
- Ember besar,alas plastic kuning
- Tabung formalin (bila di PA)
- Tabung jaringan untuk pasien
- Sambungan kabel
- Lampu Sorot
- Sepatu Boat
- Kaki ginekologi

7. Catatan tambahan :
Jika Molahidatidosa di tambah :
- Canul 10 cm atau sesuai instruksi dokter
- Suction Gynecology
- Pemeriksaan Lab (DR,Ul,GDS,BT CT,HBSAG)

5. UNIT TERKAIT 1. Kamar bersalin


TATALAKSANA PELAYANAN PASIEN KEBIDANAN

No.Dokumen : No.Revisi : Halaman :


- 1 dari 2
Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr. Jerry Widjaya


1. PENGERTIAN
2. TUJUAN

3. KEBIJAKAN

Penderita pasien rawat inap.


4. PROSEDUR 1. Pasien dokter ahli kebidanan di RSIA Keluarga Kita adalah :
a. Pasien yang di periksa poliklinik ahli kebidanan
b. Pasien yang datang membawa surat pengantar dari dokter yang
berpraktek di RSIA KK
c. Permintaan dari pasien
2. Pasien Rumah Sakit
Adalah pasien diluar ketentuan point diatas yang selanjutnya akan
di tangani oleh konsulen jaga kebidanan
3. Pasien dokter ahli kebidanan di RSIA Keluarga Kita adalah :
d. Pasien yang di periksa poliklinik ahli kebidanan
e. Pasien yang datang membawa surat pengantar dari dokter yang
berpraktek di RSIA KK
f. Permintaan dari pasien
4. Pasien Rumah Sakit
Adalah pasien diluar ketentuan point diatas yang selanjutnya akan
di tangani oleh konsulen jaga kebidanan.

Penderita Gawat Darurat


1. Dilakukan pemeriksaan segera oleh bidan jaga dan segera dilakukan
penanganan life saving bila perlu bersama dokter jaga
2. dilakuakan konsultasi segera kepada konsulen jaga kebidanan untuk
mendapatkan penanganan definitive
3. dalam hal konsulen jaga kebidanan atau penggantinya berhalangan
menangani, bidan jaga bersama dokter jaga dapat menentukan :
- penanganan devinitive dapat di tunda sementara waktu sampai
konsulen jaga kebidanan dapat menagani
- apabila konsulen jaga kebidanan / penggantinya tidak bisa
menangani, maka rumah sakit akan mencari pengganti
4. Bila penderita telah teratasi kegawatannya, yang bersangkutan di rawat
melalui prosedur penderita rawat inap

TATALAKSANA PELAYANAN PASIEN KEBIDANAN

No.Dokumen : No.Revisi : Halaman :


- 2 dari 2
Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr. Jerry Widjaya


Penderita Rawat Jalan
1. Penderita rawat jalan dapat memilih pelayanan oleh bidan atau
dokter ahli kebidanan pada jam praktek yang telah di tentukan
2. apabila dokter ahli kebidanan berhalangan untuk berpraktek dapat
merujuk penggantinya dan memberitahukan kepada direksi / Ka.Smf
kebidanan.
3. penderita rawat jalan di kenakan tariff yang telah di tetapkan atau di
setujui oleh Direksi
Di utamakan menggunaka sarana penunjang ( bila di perlukan) yang telah
tersedia di Rsia Keluarga Kita.
5. UNIT TERKAIT

Anda mungkin juga menyukai