DI SUSUN OLEH
FAKULTAS KEPERAWATAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang rentan terjadinya bencana, hal ini dikarenakan kondisi
geologi dimana perairan Indonesia sepanjang pantai bagian barat Sumatera, pantai selatan Jawa
hingga perairan Nusa Tenggara, Papua dan Sulawesi terletak diantara lempenglempeng
tektonik aktif diantaranya lempeng Eurasia, Indo Australia dan lempeng dasar Samudera
Pasifik. Pergerakan lempenglempeng tektonik tersebut menyebabkan terbentuknya jalur
gempa bumi, rangkaian gunung api aktif serta patahan patahan geologi yang merupakan zona
rawan bencana gempa bumi dan tanah longsor (Haryadi P, 2007).
Pada saat terjadi bencana, semua alur yang terjadi akan berubah secara total, termasuk alur
kesehatan. Pada saat tidak terjadi bencana, seorang perawat akan memprioritaskan pasien yang
sedang mengalami siatuasi yang gawat darurat terlebih dahulu. Hal tersebut akan berbeda
ketika terjadi suatu bencana dimana yang menjadi pritotas adalah korban bencana yang
notabene mengalami sedikit luka dan yang mendapat luka serius cenderung ditinggal. Peran
perawat adalah melayani kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, tetapi peran ini menjadi
tidak penting ketika terjadi bencana dimana kesehatan dan keselamatan masyarakat menjadi
sangat rentan. Namun hal ini lah yang akan menjadi tantangan bagi profesi keperawatan dalam
mengembangkan profesionalisme dalam melakukan penanggulangan bencana dengan
berdasarkan pada nilai dan moral , sehingga diperlukan perawat yang mampu bertinteraksi
dengan masyarakat yang masih menjunjung tinggi nilai dan moral. Dalam situasi tersebut,
dibutuhkan aplikasi nilai dan moral dalam diri seorang perawat yang baik sehingga tercipta
peran perawat yang mampu menghargai nilai dan moral yang dimiliki dari pasien tersebut.
Dalam pengambilan keputusan, nilai merupakan aspek penting yang harus diperhatikan
karena akan mempengaruhi persepsi dan motivasi seseorang. Perawat harus menciptakan
suasana saling menghormati akan nilai dan kebiasaan yang dijunjung oleh masyarakat. Suasana
dalam menciptakan penghargaan akan nilai dan moral dari individu pasien tersebut meliputi
penghargaan akan hidup, penghargaan akan martabat, dan penghargaan akan hak klien.
BAB II
PEMBAHASAN
2
A. Pengertian Bencana
Nilai merupakan suatu keyakinan personal mengenai harga atas suatu ide
tingkah laku, kebiasaan atau objek yang menyususn suatu dasar standar yang
mempengaruhi tingkah laku.
3
Etika merupakan aplikasi atau penerapan teori tentang filosofi moral ke dalam
situasi nyata dan berfokus pada prinsip-prinsip dan konsep yang membimbing manusia
berfikir dan bertindak dalam kehidupannya yang dilandasi oleh nilai-nilai yang
dianutnya.
Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber dari martabat
dan hak manusia (yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari profesi. Profesi
menyusun kode etik berdasarkan penghormatan atas nilai dan situasi individu yang
dilayani.
1. Bioetik
• lingkup sempit : bioetik merupakan evaluasi etik pada moralitas treatment atau inovasi
teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan pada manusia.
• lingkup luas: evaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin membantu atau
bahkan membahayakan kemampuan organisme terhadap perasaan takut dan nyeri, yang
meliputi semua tindakan yang berhubungan dengan pengobatan dan biologi.
Dapat disimpulkan bahwa bioetik lebih berfokus pada dilema yang menyangkut
perawatan kesehatan modern, aplikasi teori etik dan prinsip etik terhadap
masalahmasalah pelayanan kesehatan
Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada
masalah etik selama pemberian pelayanan , Ex : :adanya persetujuan atau penolakan
Bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu etik dan
dikembangkan dalam tindakan keperawatan serta dianalisis untuk mendapatkan
keputusan etik.
4
Kode Etik ICN (International Council of Nurses 2006) menekankan
penghormatan terhadap hak asasi manusia, kepekaan terhadap nilai-nilai dan kebiasaan,
martabat, keadilan dan keadilan. Perawat diharapkan untuk berlatih sesuai dengan
ajaran-ajaran ini dalam bencana dan memodifikasi praktik mereka sebagaimana
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan lingkungan bencana (Deeny, Davies, Gillespie
dan Spencer 2007). Pemberian bantuan membutuhkan perhatian terhadap adat istiadat
dan budaya dan jaminan martabat dan kerahasiaan individu. Ada potensi nilai-nilai ini
akan berkurang dalam menghadapi kebutuhan besar untuk bantuan.
Bencana mengharuskan perawat untuk membuat pilihan etis yang sulit dalam
menghadapi sumber daya yang langka. Keputusan sering dibuat untuk kebaikan yang
lebih baik daripada individu. Pergeseran fokus dari merawat individu untuk
menyediakan layanan kesehatan yang optimal di tingkat komunitas tidak datang secara
alami banyak perawat. Misalnya, selama bencana, seorang perawat yang bekerja di
triase mungkin perlu memilih antara dua pasien yang membutuhkan operasi, satu luka
parah dengan peluang kecil untuk bertahan hidup dan yang lain dengan luka serius tapi
bagus peluang pemulihan. Selama masa non-bencana, pasien yang kritis akan dikirim
ke operasi pertama, tetapi dalam bencana dengan sumber daya terbatas, pasien dengan
peluang terbesar untuk bertahan hidup akan menjadi yang pertama. Di situasi lain,
perawat mungkin perlu memberikan imunisasi dengan vaksin terbatas yang tersedia.
Merupakan hal yang sulit untuk menentukan prioritas. Tenaga kerja keperawatan harus
sadar akan masalah praktik etis dalam bencana di Indonesia Agar menjadi peserta yang
dihargai dan efektif dalam respons bencana.
5
Justice (Keadilan) nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika
perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
Non-maleficence (tidak merugikan) prinsi ini berarti tidak menimbulkan
bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Contoh ketika ada klien yang
menyatakan kepada dokter secara tertulis menolak pemberian transfuse darah
dan ketika itu penyakit perdarahan (melena) membuat keadaan klien semakin
memburuk dan dokter harus mengistrusikan pemberian transfuse darah.
akhirnya transfuse darah ridak diberikan karena prinsi beneficence walaupun
pada situasi ini juga terjadi penyalahgunaan prinsi nonmaleficince.
Veracity (Kejujuran) nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus
dimiliki oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan
kebenaran pada setia klien untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi
yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakan
dasar membina hubungan saling percaya. Klie memiliki otonomi sehingga
mereka berhak mendapatkan informasi yang ia ingin tahu.
Fidelity (Menepati janji) tanggung jawab besar seorang perawat adalah
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan
meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus memiliki
komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya kepada orang lain.
Confidentiality (Kerahasiaan) kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus
dijaga privasi klien. Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa
dibaca guna keperluan pengobatan dan peningkatan kesehatan klien. Diskusi
tentang klien diluar area pelayanan harus dihindari.
Accountability (Akuntabilitasi) akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa
tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau
tanda tekecuali. Contoh perawat bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi,
klien, sesame teman sejawat, karyawan, dan masyarakat. Jika perawat salah
memberi dosis obat kepada klien perawat dapat digugat oleh klien yang
menerima obat, dokter yang memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang
menuntut kemampuan professional
E. Aspek Legal
1. UU no 36 tahun 2009 pasal 11 tentang kesehatan
6
Ayat (1) “tenaga kesehatan dikelompokkan ke dalam tenaga medis, psikologi
klinik, keperawatan, kebidanan, kefarmasian, kesehatan lingkungan, gizi,
keterapian fisik, keteknisian medis, biomedika, kesehatan tradisional dan tenaga
kesehatan lain.”
2. Hak dan Kewajiban Perawat
UU no 38 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan
Pasal 36 (Hak)
1. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang sesuai dengan kode etik, standar
pelayanan keperawatan, standar pelayanan profesi, SPO dan perundangan
2. Mendapat informasi yang benar, jelas dan jujur dari klie/ keluarganya
3. Memperoleh fasilitas kerja sesuai standar
bnbPasal 37 (Kewajiban)
1. Memberikan pelayanan keperawatan sesuai kode etik, standar pelayanan
keperawatan, standar pelayanan profesi, SPO dan perundangan
2. Merujuk klien yang tidak dapat ditangani perawat …, sesuai dengan lingkup
dan tingkat kompetensinya
3. Mendokumentasikan asuhan keperawatan sesuai standar.
7
b. merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi Pelayanan Keperawatan;
dan c. mengelola kasus.
8
1. Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan diselenggarakan untuk
mengembalikan status kesehatan, mengembalikan fungsi tubuh akibat
penyakit dan/atau akibat cacat, atau menghilangkan cacat.
2. Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan
pengendalian, pengobatan, dan/atau perawatan.
3. Pengendalian, pengobatan, dan/atau perawatan dapat dilakukan
berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan atau cara lain yang
dapat dipertanggungjawabkan kemanfaatan dan keamanannya.
4. Pelaksanaan pengobatan dan/atau perawatan berdasarkan ilmu
kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
9
BAB III
KESIMPULAN
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU 24/2007). Aspek etik
dan legal dalam keperawatan bencana diperlukan agar perawat dapat membuat suatu keputusan
yang tidak melawan nilai yang ada, ketika sedang bekerja di ruangan ataupun ketika bencana
yang mengharuskan perawat bekerja lebih cepat dan tepat, baik dalam diri perawat maupun
masyarakat, perawat harus bekerja profesional dengan disertai moral kompeten. Bencana
mengharuskan perawat untuk membuat pilihan etis yang sulit dalam menghadapi sumber daya
yang langka. Keputusan sering dibuat untuk kebaikan yang lebih baik daripada individu. Secara
legal perawat memiliki hak dan kewajibannya dalam melakukan tindakan keperawatan sesuai
dengan peraturan yang telah ditetapkan. Perawat harus memiliki kemampuan untuk menilai
keadaan dengan cepat dan sesuai dengan keilmuan atau kompetensi yang ia miliki untuk
mengambil keputusan secara professional. Peran perawat sebelum bencana terjadi adalah
memberikan konseling dan penyuluhan, melakukan pemberdayaan masyarakat, menjalin
kemitraan dalam perawatan kesehatan dan meningkatkan pengetahuan terhadap bencana.
Perawat juga memiliki peran saat terjadi bencana atau dalam keadaan darurat yaitu perawat
dapat melakukan tindakan medis dan pemberian pengobatan sesuai dengan kompetensinya
yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa klien dan mencegah kecacatan. Saat pasca
bencana perawat berperan untuk melakukan pelayanan kesehatan dan melakukan perawatan
kepada klien yang terkena bencana dan melakukan rehabilitasi mental terhadap klien yang
trauma karena terkena dampak dari bencana.
Daftar Pustaka
10
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, PDF diakses
pada 14 September 2019
Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan, PDF
diakses pada 18 September 2019
Elon, Yunus. Aspek Etik dan Legal dalam Keperawatan Gawat Darurat, Emergency and
Critis Universitas Advent Indonesia, PDF Diakses pada 15 September 2019
Widyastuti, Merina. Aspek Legal Keperawatan Bencana, PPT diakses pada 14 September
2019
11